PENDAHULUAN
a. Hemothorak ringan
b. Hemothorak sedang
c. Hemothorak berat
2.5. Patofisiologi
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,
menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru
menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau
menutupi thoraks dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah
ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah
seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler,
kolaps terjadi pendarahan. Arteri dan kapiler, kapiler kecil, sehingga tekanan perifer
pembuluh darah paru naik, aliran darah menurun, Hb menurun, anemia, syok
hipovalemik, sesak napas, takipnea, sianosis, takhikardia.
Gejala atau tanda klinis hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang
berdarah didinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan
nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang
pertama muncul.
Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea
berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, diikuti dengan hipotensi sesuai
dengan penurunan curah jantung.
2.6. Manifestasi Klinis
Respon tubuh dengan adanya hemothoraks di manifestasikan dalam dua area mayor:
a. Respon hemodinamik
Respon hemodinamik tergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi. Tanda – tanda
shok seperti takhikardia, takhipneu, dan nadi yang lemah dapat muncul pada pasien yang
kehilangan 30 % atau lebih volume darah.
b. Respon respiratori
Respon respiratori akumulasi darah pada pleura dapat mengganggu pergerakan nafas.
Pada kasus trauma, dapat terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi, khususnya jika
terdapat injuri pada dinding dada. Akumulasi darah dalam jumlah yang besar dapat
menimbulkan dispneu.
2.7. Diagnosis
a. Sinar X dada: Menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area pleura, dapat
menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
b. GDA: Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang yang dipengaruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengompensasi. PaCO2 kadang-kadang
meningkat PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.
c. Torasentesis: Menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).
d. Hb: Mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah.
2.8. Tatalaksana
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan perdarahan,
dan menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura. Penanganan pada hemothoraks
adalah:
a. Resusitasi cairan
Terpi awal hemothoraks adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan
bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infuse cairan kristaloid
secara cepat dengan jarum besar dan kemudian pemberian darah dengan golongan
spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam
penampungan yang cocok untuk autotransfusi. Bersamaan dengan pemberian infuse
di pasang pula chest tube (WSD).
b. Pemasangan chest tube
Pemasangan chest tube (WSD) ukuran besar agar darah pada thoraks dapat
cepat keluar sehingga tidak membeku di dalam pleura. Hemothoraks akut yang cukup
banyak sehingga terlihat pada photo thoraks sebaiknya di terapi dengan chest tube
caliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura,
mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat
dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi WSD
sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negative intrapleura.
Macam – macam WSD antara lain :
1) WSD aktif
Continous suction, gelembung berasal dari gelombang sistem
2) WSD pasif
Gelembung udara berasal dari cavum thoraks pasien.
c. Thoracotomy
Tindakan ini dilakukan bila dalam keadaan:
1) Jika pada awal hemothoraks sudah keluar 1500 ml, kemungkinan besar penderita
tersebut membutuhkan thoracotomi segera.
2) Pada beberapa penderita pada walnya darah yang keluar < 1500 ml, tetapi
perdarahan tetap berlangsung terus
3) Bila di dapatkan kehilangan darah terus – menerus sebayak 200 cc/jam dalam
waktu 2 – 4 jam.
4) Luka tembus thoraks di daerah anterior, medial dari garis putting susu atau luka di
daerah posterior, medial dari scapula harus di pertimbangkan kemungkinan
diperlukannya thorakotomy karena kemungkinan melukai pembuluh darah besar,
struktur hilus atau jantung yang potensial menjadi tamponade jantung.
Transfusi darah diperlukan selama ada indikasi untuk torakotomy. Selama
penderita dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan chest tube
dan kehilangan darah selanjutnya harus ditambahkan di dalam cairan pengganti yang
akan diberikan. Warna darah (arteri/vena) bukan merupakan indicator yang baik
untuk dipakai sebagai dasar dilakukannya torakotomy.
Torakotomi sayatan dapat dilakukan disamping, dibawah lengan (aksilaris
torakotomy); dibagian depan, melalui dada (rara-rata sternotomy): miring dari
belakang kesamping (posterolateral torakotomy); atau dibawah payudara
(anterolateral orakotomy). Dalam beberapa kasus, dokter dapat membuat sayatan
anatar ulang rusuk (interkostal disebut pendekatan) untuk meminimalkan memotong
tulang, syaraf, dan otot. Sayatan dapat berkisar dari hanya dibawah 12,7 cm hingga 25
cm.
Gejala atau tanda klinis hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka
yang berdarah didinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak
menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan
keluhan dan gejala yang pertama muncul.
Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis,
tahipnea berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, diikuti dengan
hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung.