Abstrak
Organofosfat adalah jenis pestisida yang banyak digunakan di dunia. Penggunaan organofosfat secara besar-besaran
disektor pertanian akan berakibat pada kesehatan petani itu sendiri. Penggunaan organofosfat sering tidak proporsional
terutama bila terjadi serangan hama atau setelah hujan. Kondisi ini diperparah dengan ketidakpedulian petani terhadap
bahaya pestisida yang dapat meracuni petani, keluarga, dan lingkungannya. Keracunan akibat senyawa ini merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang sering terjadi di sektor pertanian. Zat neurotoksik yang terkandung dalam
organofosfat dapat menyebabkan munculnya sindrom neurologis khas yang berdasarkan onsetnya dibagi menjadi tiga jenis
tahapan yang berbeda, yaitu krisis kolinergik akut, gejala peralihan dan polineuropati tertunda. Gejala-gejala tersebut dapat
berakibat fatal hingga bisa menyebabkan kematian. Untuk mencegah terjadinya komplikasi perlu dilakukan penanganan
yang tepat terhadap kasus keracunan pestisida dengan pemberian terapi farmakologi berupa atropin dan/atau oximes.
Kata kunci: gejala peralihan, krisis kolinergik akut, organofosfat, polineuropati tertunda
Korespondensi: Diah Balqis Ikfi Hidayati ǀ Perum. Kopkar Dwi Karya D1/06 Way Pengubuan, Lampung Tengah ǀ HP
082178037411 ǀ e-mail: diahbalqis@gmail.com
yang disebut neurotoxic esterase (NTE). leher dan otot tungkai proksimal; (2) otot yang
Organofosfat dapat memicu fosforilasi NTE. dipersarafi oleh saraf kranial motorik dan/atau
Kadar enzim yang menurun diyakini akan (3) otot pernapasan. Insufisiensi pernapasan
menyebabkan delayed-neurotoxicity. Level dapat ditandai yang membutuhkan dukungan
inhibisi yang tinggi pada NTE (70-80%) ventilasi. Refleks tendon dalam biasanya tidak
diperlukan untuk neurotoksisitas.10,11 ada. Studi EMG menunjukkan defek post
Langkah selanjutnya adalah degenerasi sinaptik.13
dari enzim yang terfosforilasi. Senyawa yang Intermediate myasthenia syndrome yang
tidak terfosforilasi tidak akan menyebabkan ringan dapat pulih dalam waktu 2-7 hari dan
polineuropati. Jumlah dan jenis OP yang memiliki prognosis yang baik. Pasien IMS parah
dikonsumsi menentukan perkembangan dengan kelumpuhan pernapasan
polineuropati. Maka dari itu, keracunan OP membutuhkan intubasi endotrakeal segera dan
akan mengakibatkan manifestasi neurologis ventilasi mekanik karena gagal napas bisa
yang berdasarkan onsetnya dibagi menjadi tiga berakibat fatal. Belum ada terapi khusus yang
sindrom utama yang berbeda, yaitu krisis terbukti bermanfaat. Atropin tidak efektif pada
kolinergik akut, intermediate myasthenia sindrom ini. Pemulihan penuh dapat terjadi
syndrome (IMS) dan organophosphate induced selama 4-18 hari. Pemulihan kelemahan otot
delayed polyneuropathy (OPIDPN).12,13,14 pernapasan dan otot ekstremitas proksimal
Pada krisis kolinergik akut terjadi membutuhkan waktu lebih lama.13
peningkatan aktivitas muskarinik parasimpatis Intermediate myasthenia syndrome
sehingga mehasilkan manifestasi klinis berupa dibedakan dari krisis kolinergik akut oleh tidak
SLUDGE (salivation, lacrimation, urination, adanya gejala muskarinik lainnya dan
defecation, gastric secretions, and emesis) atau kurangnya respons terhadap atropin. Hal ini
DUMBBELS (defecation, urination, miosis, juga dibedakan dari OPIDPN dalam hal
bronchorrhea, bradycardia, emesis, lacrimation, mempengaruhi otot distal, saraf kranial, dan
salivation). Kelebihan stimulasi nikotinik di otot pernapasan.15
neuromuscular junction menyebabkan Organophosphate induced delayed
depolarisasi cepat dengan fasikulasi otot diikuti polyneuropathy adalah hasil dari fosforilasi dan
oleh blokade reseptor yang mengakibatkan degenerasi NTE yang ada di otak, medula
kelemahan atau kelumpuhan. Kelumpuhan spinalis, dan saraf perifer. Gejala OPIDPN
dapat terjadi selama berlangsungnya sindrom muncul 1-4 minggu setelah paparan, lama
kolinergik akut atau beberapa hari setelah setelah gejala kolinergik menghilang. Gejala
sindrom kolinergik akut. Kelumpuhan dapat awal yang muncul ialah parestesia dan nyeri
menyebabkan gagal napas. Hal tersebut betis yang diikuti dengan kelemahan pada
menjadi penyebab kematian umum dalam otot-otot distal kaki selama dua minggu.
keracunan OP. Kelumpuhan biasanya sembuh Keterlibatan klinis jalur kortikospinal dan dorsal
dalam waktu 48-72 jam tetapi pemulihan klinis column akan terlihat ketika neuropati perifer
dapat memakan waktu satu minggu setelah membaik. Tidak ada perawatan khusus saat ini
paparan. Efek sistem saraf pusat berasal dari yang tersedia untuk OPIDPN. Seiring waktu
stimulasi nikotinik dan stimulasi muskarinik di pasien dapat memperoleh kembali beberapa
otak. Gejala yang dilaporkan berupa agitasi, fungsinya. Perubahan neurobehavioral lainnya
depresi, koma, dan kejang.1,8 dan beberapa gejala ekstrapiramidal juga
Setelah resolusi efek kolinergik dalam dilaporkan sebagai gejala sisa yang bertahan
krisis kolinergik akut, sindrom seperti setelah penghentian paparan.15
myasthenia dapat terjadi karena aksi ACh yang Diagnosis keracunan OP dibuat atas
berkepanjangan pada reseptor nikotinik. Hal ini dasar klinis yang berasal dari anamnesis
disebut intermediate myasthenic syndrome pajanan terhadap OP dan gambaran klinis
(IMS). Kejadian IMS dilaporkan pada 20% kelebihan kolinergik. Pemeriksaan baku emas
pasien dengan keracunan OP. Gejala biasanya keracunan OP didasarkan pada pengukuran
terjadi 1 hingga 3 hari setelah krisis kolinergik aktivitas kolinesterase. Walaupun kadar
akut.15 eritrosit dan plasma (pseudo) kolinesterase
Kelemahan otot pada IMS muncul dalam keduanya dapat digunakan, tes eritrosit
tiga kategori otot berikut: (1) otot-otot fleksor kolinesterase lebih akurat dari dua pengukuran
karena mencerminkan bahwa AChE yang delirium atau agitasi. Glikopirolat tidak
ditemukan lebih baik dalam sinapsis saraf. Di menembus sawar darah otak sehingga tidak
sisi lain, plasma kolinesterase lebih mudah akan menyebabkan toksik, tetapi tidak dapat
untuk diuji dan mudah tersedia.16 membersihkan sekret paru seefektif atropin.14
World Health Organization (WHO) dan Reaktor kolinesterase (Oximes) secara
Eddleston menekan pembatasan penggunaan teori efektif sebagai penangkal keracunan OP
pestisida kelas I (sangat beracun). Mereka pada fase intermediate syndrome. Oximes
mendesak larangan atau pembatasan bekerja dengan menghilangkan kelompok
penggunaan pestisida kelas I dan pengurangan fosforil dari enzim AChE yang dihambat
penggunaan pestisida ke dosis minimal yang sehingga menghasilkan pengaktifan enzim
kurang berbahaya.16,17 kembali. Jika diberikan sebelum degenerasi
Manajemen akut selama krisis kolinergik (penghambatan permanen enzim
akut adalah terapi medis dengan obat-obatan kolinesterase), oximes umumnya efektif utuk
termasuk atropin, pralidoksim (PAM), dan perawatan dalam membalikkan tanda-tanda
benzodiazepin.18 Tindakan awal yang dilakukan nikotinik. Pralidoxime (PAM) adalah jenis
adalah menjauhkan pasien dari sumber oxime yang paling banyak digunakan di dunia.
kontaminasi, terutama dari tempat paparan Namun, meta-analisis beragam uji coba tidak
inhalasi. Pakaian yang terkontaminasi harus meyakinkan dalam pembuktian kemanjuran
dilepas dan kulit harus dicuci dengan air dan PAM.18,19 Sayangnya, dalam uji coba yang
sabun alkali.8 dianalisis tersebut, PAM digunakan dalam dosis
Dalam hal keracunan oral yang masuk ke yang lebih rendah dari yang direkomendasikan
lambung harus diberikan kalium permanganat oleh WHO.20 Sebuah percobaan di India baru-
1-3% atau natrium bikarbonat 0,5%. Bilas baru ini dilaporkan menunjukkan efek
lambung dapat membantu bahkan berjam-jam menguntungkan dengan PAM dosis tinggi pada
setelah konsumsi. Dekontaminasi pasien dengan keracunan OP cukup parah,
gastrointestinal harus mencakup penggunaan terutama ketika diberikan dalam 2,5 jam
charcoal.7 pajanan.21 Dosis awal adalah 2 g PAM (seperti
Terapi awal penggunaan atropin sebagai garam iodida) diikuti oleh 1 g setiap jam
penangkal untuk melawan efek muskarinik ACh, melalui infus selama 48 jam, lalu 1 g setiap 4
terutama dalam efeknya mengatasi sekresi jam sampai pemulihan.14
bronkial. Atropin tidak memiliki efek pada Kejang akibat keracunan OP jarang
neuromuscular junction. Atropin dapat terjadi. Kejang pada keracunan pestisida terjadi
melintasi sawar darah otak dan melawan efek pada sebanyak 13% pasien.1 Kejang akibat
kelebihan ACh pada sistem ekstrapiramidal. keracunan OP diduga diprakarsai oleh
Jadi, atropinisasi adalah mode pengobatan peningkatan level ACh dan responsivitas
yang paling penting selama krisis kolinergik atropin. Aktivitas kejang yang sedang
akut. Jadwal pemberian atropin dapat berlangsung terjadi karena pelepasan glutamat
diberikan sebanyak 30. Jika atropinisasi telah dan tidak responsif terhadap atropin.
dicapai, harus dipertahankan selama 3-5 hari, Diazepam dapat digunakan untuk
tergantung pada senyawa yang terlibat. Titik mempotensiasi efek gammaaminobutyrate
akhir atropinisasi adalah sekresi paru. (GABA) dan memfasilitasi neurotransmisi GABA
Takikardia dan midriasis tidak boleh digunakan inhibitor. Dosis yang biasa diberikan adalah 5-
untuk membatasi atau menghentikan dosis 15 mg IV setiap 5 hingga 10 menit sesuai
atropin berikutnya. Rekomendasi dosis inisial kebutuhan.22
atropin adalah 2-5 mg IV pada orang dewasa
atau 0,05 mg/kgBB pada anak-anak. Dosis
tersebut harus diberikan selama 3-5 menit Ringkasan
sampai sekret paru hilang. Alternatif untuk Organofosfat merupakan insektisida
dosis berulang atropin adalah infus kontinu ester asam fosfat atau asam tiofosfat yang
(0,02-0,08 mg/kgBB/jam) setelah bolus awal bersifat paling toksik secara akut terhadap
diberikan.1 binatang bertulang belakang seperti ikan,
Glikopirolat dapat menjadi alternatif burung, cicak dan mamalia. Pestisida jenis ini
pengganti atropin jika pasien mengalami memiliki efek blokade terhadap penyaluran
impuls saraf dengan cara mengikat enzim AChE. delayed polyneuropathy on succession.
Akibat ikatan tersebut, level ACh bebas akan Ethiop J Health Sci. 2011; 21(3):203-8.
meningkat pada sistem saraf otonom, 8. Sinha PK dan Sharma A. Organophosphate
neuromuskular, dan sistem saraf pusat poisoning: a review. Med J Indones. 2003;
sehingga akan menghasilkan efek nikotinik dan 12(2):120-6.
muskarinik yang mengakibatkan munculnya 9. Singh S, Sharma N. Neurological syndromes
manifestasi klinis khas yaitu sindrom kolinergik following organophosphate poisoning.
akut, intermediate syndrome, dan OPIDPN. Neurol India. 2000; 48:308-13.
Dalam pengobatan keracunan OP, khususnya 10.Finkelstein Y, Taitelman V, Biegan. A CNS
pada krisis kolinergik akut dapat diberikan involvement in acute organophosphate
terapi farmakologi menggunakan atropin dan poisoning. Ital J Neurol Sci. 1988; 9:437-46.
oximes dapat diberikan pada intermediate 11.Aldridge WN, Johnson MK. Side effects of
syndrome serta diazepam untuk mengatasi organophosphorus compounds. Delayed
kejang. neurotoxicity. Bulletin of World Health Org.
1971; 44:259-63.
Simpulan 12.Lotti M, Beaker CE, Aminott MJ.
Keracunan OP dapat mengakibatkan Organophosphate polyneuropathy:
munculnya manifestasi neurologi yang khas pathogenesis and prevention. Neurology.
berupa krisis kolinergik akut, intermediate 1984; 34:658-62.
syndrome, dan OPIDPN. Pada krisis kolinergik 13.Senanayake N, Karallieddee L. Neurotoxic
akut diperlukan terapi kegawatdaruratan effects of organophosphorous insecticides.
segera untuk mencegah kematian. Pada N Eng J Med. 1987; 316:761-3.
intermediate syndrome dan OPIDPN diperlukan 14.Oh SJ. Treatment and management of
follow-up lebih lanjut untuk mencegah disorders of the neuromuscular junction.
perkembangan gejala menjadi komplikasi. Oleh Elsevier; 2011. hlm. 337-9.
karena itu, tenaga medis harus mengetahui 15.Wadia RS, Sadagopan C, Amin RB.
dan waspada akan manifestasi klinis, Neurological manifestations of
komplikasi, dan penanganannya. organophosphorous insecticide poisoning. J
Neurol Neurosurg Psychiatry. 1974; 37:841-
Daftar Pustaka 7.
1. Rusyniak DE, Nanagas KA. Organophosphate 16.Eddleston M, Szinicz L, Eyer P. Oximes in
poisoning. Semin Neurol. 2004; 24:197-204. acute organophosphorus pesticide
2. Prijanto TB, Nurjazuli, Sulistiyani. Analisis poisoning: a systemic review of clinical trials.
faktor resiko keracunan organofosfat pada Q J Med. 2002; 95(5):275-83.
keluarga petani holtikultura di Kecamatan 17.Wadia RS. Treatment of organophosphate
Ngablak Kabupaten Magelang. J Kesehat poisoning. Indian J Crit Care Med. 2003;
Lingk Indones. 2009; 8(2):73-8. 7:85-7.
3. Raini M. Toksikologi pestisida dan 18.Peter JV, Moran JL, Graham P. Oxime
penanganan akibat keracunan pestisida. therapy and outcomes in human
Media Litbang Kesehatan. 2007; 17(3): 10-8. organophosphate poisoning: an evaluation
4. Besser R, Gutmann L. Dalam: Vinken PJ, using meta-analytic techniques. Crit Care
Bruyn GW: Intoxications of the nervous Med 2006; 34:502-10.
system. Handbook of clinical neurology. 19.Buchley NA, Eddleston M, Szincz L. Oximes
Amsterdam: Elsevier; 1994. hlm. 151-182. for acute organophosphate pesticide
5. Gupta RC dan Milatovic D. Insecticides. poisoning. Cochrane Database Syst Rev
Biomarkers in Toxicology. Elsevier; 2014. CDO05085; 2005.
hlm. 23. 20.Aggarwal P, Jamshed N. What's new in
6. Raini M. Toksikologi pestisida dan emergencies, trauma, and shock? Snake
penanganan akibat keracunan pestisida. envenomation and organophophate
Media Litbang Kesehatan. 2007; 17(3):10-8. poisoning in the emergency department. J
7. Azazh H. Sever organophosphate poisoning Emerg Trauma Shock. 2008; 1:59-62.
with delyaed cholinergic crisis, intermediate 21.Pawar KS, Bhoite RR, Pillary CP. Continous
syndrome and organophosphate induce pralidoximine infusion versus repeated