Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon tersikulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai ”pembawa pesan” dan dibawa oleh aliran
darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan “pesan”
tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin
seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran
gastroinstestin. Kerja sistem endokrin dapat terganggu yang dapat menyebabkan
kelainan atau dapat berpengaruh besar pada tubuh misalnya seperti penyakit Diabetes
Melitus dan Diabetes Insipidus.

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan
jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu
keadaan gula darah tingginya sudah membahayakan (Setiabudi, 2008). Faktor utama
diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh kelompok sel beta di
pankreas. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, juga
mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau
sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat (Setiabudi,
2008). Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar
gulanya obat yang diminum atau suntikan insulin secara teratur. Meskipun begitu,
penyakit ini lama kelamaan minta korban juga, terkadang menyebabkan komplikasi
seperti kebutaan dan stroke (Setiabudi, 2008).

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik


hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-
duanya (ADA, 2010). Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai
suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(Depkes, 2008).

Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe I (insulin-
dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe II (noninsulin-dependent
diabetes mellitus). Diabetes mellitus tipe I yaitu dicirikan dengan hilangnya sel
penghasil insulin pada pulau-pulau langhernas pankreas sehingga terjadi kekurangan
insulin pada tubuh. Diabetes mellitus tipe II, terjadi akibat ketidakmampuan tubuh
untuk merespon dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas
(resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah.
Diabetes mellitus tipe II lebih banyak ditemukan dan meliputi 90% dari semua kasus
diabetes di seluruh dunia (Maulana, 2009).

Diabetes insipidus adalah kelainan tubuh untuk menyimpan air karena kekurangan
hormone antidiuretic (ADH, Vasopresin) yang disekresikan ole ginjal, atau karena
ketidakmampuan ginjal untuk berespon pada ADH. Diabetes insipidus ditandai oleh
polidipsi dan poliuri. (Nettina M. Sandra, 2011). Diabetes insipidus adalah suatu
penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi sekresi dan fungsi dari ADH. (Corwin,
2000). Diabetes insipidus merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis yang
disebabkan oleh defisiensi vasopressin yang merupakan hormon antidiuretic (ADH).
Kelainan ini ditandai oleh rasa haus yang sangat tinggi (polydipsia) dan pengeluaran
urine yang encer dengan jumlah yang besar (poliuria). (Suzanne C, 2001).

Diabetes insipidus merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis yang disebabkan
oleh defisiensi vasopressin yang merupakan hormone antidiuretic (ADH). Kelainan ini
ditandai oleh rasa haus yang sangat (polydipsia) dan pengeluaran urine yang encer
dengan jumlah yang besar. Diabetes insipidus dapat terjadi sekunder akibat trauma
kepala, tumor otak atau operasi ablasi atau penyinaran pada kelenjar hipofisis. Kelainan
ini dapat pula terjadi bersama infeksi sistem saraf pusat (meningitis, ensefalitis) atau
tumor (misalnya, kelainan metastatik, limfoma dari payudara atau paru). Penyebab
diabetes insipidus yang lain adalah kegagalan tutbulus renal untuk bereaksi terhadap
ADH; bentuk nefrogenik dari diabetes insipidus dapat berkaitan dengan keadaan
hypokalemia, hiperkalsemia dan penggunaan sejumlah obat (misalnya, lithium,
demeclocyclin).

Secara global, jumlah penderita diabetes mengalami peningkatan signifikan dari tahun


ke tahun. Diabetes Atlas edisi ke-8 yang diterbitkan oleh Federasi Diabetes
Internasional 2017 menyatakan bahwa 425 juta dari total populasi seluruh dunia, atau
sekitar 8,8 persen orang dewasa berumur 20-79 tahun merupakan penderita diabetes.
Data tersebut juga mengungkapkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-6 sebagai
jumlah penderita diabetes dewasa tertinggi di dunia dengan total lebih dari 10,3 juta
orang. Angka ini diprediksi akan terus mengalami peningkatan dan mencapai 16, 7 juta
pada tahun 2045. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data terbaru Riset Kesehatan Dasar
2018, secara umum angka prevalensi diabetes mengalami peningkatan cukup signifikan
selama lima tahun terakhir. Di tahun 2013, angka prevalensi diabetes pada orang
dewasa mencapai 6,9 persen, dan di tahun 2018 angka terus melonjak menjadi 8,5
persen.

Berdasarkan Perkeni tahun 2011 Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan


metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik 11 hiperglikemia. Berbagai
komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya
neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati, dan gangren. Diabetes
Mellitus telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada
3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Terdapat 1 orang per 10
detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan
diabetes. Penderita DM di Indonesia sebanyak 4,5 juta pada tahun 1995, terbanyak
ketujuh di dunia. Sekarang angka ini meningkat menjadi 8,4 juta dan diperkirakan akan
menjadi 12,4 juta pada tahun 2025 atau urutan kelima di dunia (Tandra, 2008).

Diabetes mellitus dapat menjadi serius dan menyebabkan kondisi kronik yang
membahayakan apabila tidak diobati. Akibat dari hiperglikemia dapat terjadi komplikasi
metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik (KAD) dan keadaan hiperglikemi dalam
jangka waktu yang lama berkontribusi terhadap komplikasi neuropatik. Diabetes
mellitus juga berhubungan dengan penigkatan kejadian penyakit makrovaskular seperti
MCI dan stroke (Smeltzer & Bare, 2013). Menurut WHO, penderita diabetes beresiko
mengalami kerusakan mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Hal ini
akan memberikan efek terhadap kondisi psikologis pasien. Untuk mencegah terjadinya
komplikasi dari diabetes mellitus, diperlukan pengontrolan yang terapeutik dan teratur
melalui perubahan gaya hidup pasien DM yang tepat, tegas dan permanen. Pengontrolan
diabetes mellitus diantaranya adalah pembatasan diet, peningkatan aktivitas fisik,
regimen pengobatan yang tepat, kontrol medis teratur dan pengontrolan metabolik
secara teratur melalui pemeriksaan labor (Golien C.E et al dalam Ronquillo et al, 2003).
Kepatuhan pasien DM terhadap terhadap terapi yang telah diindikasikan dan diresepkan
oleh dokter akan memberikan efek terapeutik yang positif (therapeutic compliance).
Pasien DM yang mengikuti regimen terapeutik yang telah diindikasikan dapat
menimbulkan kegagalan 4 pelaksanaan terapi (noncomplience) seperti keterlambatan
terapi, menghentikan terapi dan tidak mengikuti terapi dengan tepat.

B. Rumusan Masalah

Meningkatnya masalah kasus diabetes setiap tahunnya dan Indonesia yang menempati
posisi ke 6 kasus tertinggi diabetes didunia, hal ini bisa dikaitkan dengan perubahan
gaya modern masyarakat perkotaan dan pola hidup. Dalam pelaksanaannya
penatalaksanaan diabetes melibatkan multidisiplin berbagai ilmu, salah satunya adalah
asuhan keperawatan yang holistik terdapat penderitaan diabetes. Asuhan keperawatan
yang holistik bertujuan untuk mencapai kemampuan funsional semaksimal mungkin dan
mencegah serangan berulang. Diharapkan pasien penderita diabetes mampu
meningkatkan kepercayaan diri, harapan hidup dan kemandirian. Asuhan keperawatan
yang dibutuhkan juga tidak terlepas dari disiplin ilmu lain, diantaranya kolaborasi
perawat dengan tim medis (dokter), fisioterapis, terapi occupational, pekerja sosial
medik psikolog serta klien dan keluarga turut berperan. Mobilisasi merupakan salah satu
bentuk rehabilitas awal dari kondisi penyakit tertentu terkhususnya pada klien yang
mengalami diabetes sehingga terhindar dari komplikasi. Oleh karena itu, penulis
menganggap perlunya pembahasan mengenai perawatan pada pasien diabetes
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah penyakit Diabetes
Melitus dan Diabetes Insipidus.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui konsep dasar pada diabetes mellitus dan diabetes insipidus (definisi,
klasifikasi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, manisfestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, penatalaksaan,komplikasi).
b. Mampu melakukan pengkajian pada pasien penyakit diabetes mellitus dan
diabetes insipidus.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes mellitus dan
diabetes insipidus.
d. Mampu menetapkan intervensi keperawatan pada pasien diabetes mellitus dan
diabetes insipidus.
e. Mampu melaksanakan implementasi dari intervensi yang sudah dibuat pada
pasien diabetes mellitus dan diabetes insipidus.
f. Mampu melakukan evaluasi dari implementasi yang sudah dilaksanakan pada
pasien diabetes mellitus dan diabetes insipidus.

D. Manfaat penulisan

1. Rumah sakit

Manfaat penelitian bagi rumah sakit adalah membantu tenaga kesehatan dalam proses
penyembuhan pasien penyakit diabetes mellitus dan diabetes insipidus melalui kerja sama
dengan keluarga pasien. Pihak tenaga kesehatan juga dapat membina hubungan yang
lebih dekat melalui konseling yang dilakukan dengan anggota keluarga pasien sehingga
proses keperawatan dirumah sakit berjalan dengan baik.
2. Pendidikan
Menambah referensi tentang asuhan keperawatan khususnya pada pasien penyakit
diabetes mellitus dan diabetes insipidus serta menambah tingkat kemampuan dengan cara
mengevaluasi materi yang telah diberikan kepada masyarakat dan meningkatkan mutu
pendidikan dimasa yang akan datang.

3. Pasien
Untuk menjadi motivasi bagi pasien maupun masyarakat dalam upaya meningkatkan
kepatuhan dalam pelaksanaan penyakit sehingga dapat mempertahankan kualitas hidup
pasien penyakit diabetes mellitus dan diabetes insipidus.

4. Peneliti selanjutnya
Manfaat penelitian ini bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai bahan dasar peneliti untuk
melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan penelitian tentang pasien penyakit diabetes
mellitus dan diabetes insipidus dengan kepatuhan pasien dalam proses perawatan
dimanapun juga.

Anda mungkin juga menyukai