Kelainan Morfologi Leukosit
Kelainan Morfologi Leukosit
Tinjauan Pustaka
Divisi Hematologi
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .5
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
penting dilakukan untuk memastikan kelainan klinis yang terjadi pada pasien dan
merespon kelainan yang teridentifikasi pada alat. Sebagai seorang ahli Patologi
Leukosit terdiri dari sel neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit. Sel-
sel tersebut memiliki perbedaan dalam komposisi sel, struktur, fungsi, faktor yang
mempengaruhi aktivitas sel dan respons terhadap perubahan yang terjadi pada
klinis pasien.1
yang paling sering terjadi adalah pada sel neutrofil dan limfosit. Pada sel harus
diakibatkan oleh virus, bakteri, jamur dan infeksi lain seperti parasit. 1
Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai kelainan morfologi leukosit
pada infeksi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan yang sangat mungkin terjadi pada saat leukosit menghadapi suatu
pada sitoplasmanya) dan agranulosit (leukosit yang tidak memiliki granula pada
dan monosit.3 Klasifikasi dan morfologi leukosit dapat terlihat seperti pada
gambar 2.1
5
Secara umum fungsi leukosit adalah sebagai respons pertahanan tubuh terhadap
granulosit berfungsi untuk fagositosis dan limfosit adalah sel yang paling berperan
dalam imunitas. Secara khususnya, fungsi leukosit adalah menahan invasi oleh
menghancurkan sel-sel kanker dalam tubuh dan juga berfungsi sebagai "sel
2.1.1 Granulosit
Setengah atau lebih dari jumlah leukosit dalam darah tepi adalah granulosit.
Granula yang khas berwarna biru tua atau kemerahan, berbentuk bulat atau tidak
teratur mulai dapat terlihat pada sitoplasma promielosit, yaitu stadium lebih lanjut
dari mieloblast. Maturasi terjadi dalam sumsum tulang dan proses ini terjadi
kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi. Sel ini tidak lagi mampu bereproduksi
sendiri, beberapa saat setelah pelepasan sel tersebut dari sumsum tulang. Bila
kemungkinan sel muda akan muncul dalam darah tepi.7 Sel yang dominan pada
6
penghancuran sel seperti kemoterapi mielosupresif (menekan sumsum tulang)
yang digunakan pada keganasan hematologi dan keganasan lainnya. Obat lain
dan agranulositosis berat. Gejalanya adalah rasa malaise umum (rasa tidak enak,
2.1.1.1 Basofil
pucat, inti sebagian besar hanya berlekuk pada beberapa tempat (bentuk daun
Giemsa dapat terlihat granula berwarna ungu tua (=basofil).8 Ukuran basofil
adalah 10-16 µm (ukuran hampir sama dengan neutrofil). 4 Pada keadaan fisiologis
anemia hemolitik kronis.2 Inti biasanya satu, besar bentuk pilihan irreguler,
umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan
seringkali granul menutupi inti, sehingga tidak mudah untuk melihat inti basofil. 3
Granula spesifik bentuknya ireguler berwarna biru tua dan kasar tampak
dalam proses alergi dan merupakan sel utama pada tempat peradangan ini yang
7
pada proses alergi dengan cara mengeluarkan histamin yang menyebabkan
2.1.1.2 Eosinofil
Sebagian besar eosinofil mempunyai inti ganda dan jembatan antara segmen
beda. Warna dasar sitoplasma adalah biru muda, hanya dapat terlihat pada daerah
Pada keadaan fisiologis 1-8% dapat ditemukan pada darah perifer. Eosinofil
8
parasit (misal pada : Schistosomiasis, Trichinosis, Cacing tambang), sesudah
Eosinofil berkaitan erat dengan peristiwa alergi, karena sel-sel ini ditemukan
darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh proses-proses
2.1.1.3 Neutrofil
diameter rata-rata berukuran 12 µm. Inti berwarna ungu tua kebiruan, jumlah
9
segmen 2-5segmen, dipisahkan oleh suatu filamen dan berbentuk susunan huruf
granula halus (0,2-0,3 µm) yang berwarna merah muda atau keunguan. Neutrofil
segmen berjumlah kira-kira 50-70% dari leukosit pada orang dewasa. Keadaan
shift to the left (pergeseran ke kiri) bila terjadinya peningkatan neutrofil imatur
pada hitung jenis bila dibandingkan dengan neutrofil segmen. 7 Neutrofil batang
adalah bahan kimia dan fisika misal pada radiasi dan obat, hipersplenisme,
penyakit hati.5
kedalam jaringan. Pada proses migrasi neutrofil akan bergerak dengan pola yang
locomotion.Pola ini akan berubah bila terjadi rangsangan berupa luka, peradangan
atau infeksi. Infiltrasi bakteri dan proses peradangan dalam tubuh, menyebabkan
kemotaksis (chemotaxis). 10
10
Neutrofil menempel pada reseptor endotel dengan pola diapedesis, masuk
melalui celah sempit pada membrana basalis diantara endotel dan masuk ke
yang dikenal sebagai chemokinesis. Neutrofil merupakan sel fagosit pertama yang
tempat luka.10
menmpel, proses ini disebut opsonisasi. Bakteri yang telah ditandai disebut
opsonin, yang siap ditelan oleh neutrofil. Opsonisasi terjadi karena ada ikatan
11
Penelanan (Ingestion) bakteri adalah proses selanjutnya setelah opsonisasi.
meluas dan melapisi bakteri untuk membentuk suatu vakuola dalam sitoplasma
menghancurkan dinding sel bakteri. Cara lain adalah proses pembunuhan dengan
yang membantu dalam pembentukan spesies oksigen reaktif yaitu superoksida dan
hydrogen peroksida. Proses ini dikenal sebagai oxydatif burst atau Respiratory
burst. 10
12
Gambar.2.5 Proses repiratory burst
Dikutip dari: Greer7
produk fagositosis lain seperti enzim MPO yang terdapat dalam granula primer
neutrofil untuk menghasilkan bahan yang sangat toksik seperti asam hipoklorit,
yaitu :
Granula Azurofilik yang mengandung enzym lisosom dan peroksidase, yang
sudah mulai tampak sejak masih dalam sumsum tulang yang makin dewasa makin
berkurang jumlahnya. Ukurannya lebih besar dari pada jenis butir yang kedua dan
Granula spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal
hanya terdapat pada sel neutrofil, dan ukuran lebih halus. Butiran ini baru tampak
13
dalam tahap mielosit, berwarna ungu merah muda dan pada sel dewasa akan
14
Granula primer (azurofilik) dibentuk selama tahapan promielosit. Granula
terdapat dalam neutrofil matur. Granula sekunder dapat terlihat dengan mikroskop
renik, memfagosit partikel kecil dengan aktif. Asam amino D oksidase dalam
halida bekerja pada molekul tirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya.5
Infeksi berat oleh bakteri biasanya akan meningkatkan jumlah neutrofil seperti
15
Gambar 2.6 Neutrofil
Dikutip dari: Anderson’s Atlas hematology4
2.1.2 Agranulosit
Agranulosit adalah kelompok leukosit tanpa granula yang terdiri dari limfosit
dan monosit.7
2.1.2.1 Limfosit
biru, tidak mempunyai granul, bentuk inti bulat atau agak oval, kromatin
homogen, padat, nukleolus limfosit tidak terlihat, distribusi normal 20-40% dari
jumlah limfosit dalam darah, ditemukan pada Infeksi akut (Pertusis, hepatitis,
jumlah limposit dapat diakibatkan terapi dengan obat Steroid dan infeksi bakteri
berat. Limfosit mempunyai kedudukan yang penting dalam sistem imunitas tubuh,
16
sehingga sel-sel tersebut tidak saja terdapat dalam darah, melainkan dalam
jaringan khusus yang dinamakan jaringan limfoid. Berbeda dengan sel-sel leukosit
yang lain, limfosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang belum dapat berfungsi
secara penuh oleh karena masih harus mengalami diferensiasi lebih lanjut. Bila
sudah matang limfosit mampu berperan dalam respon immunologik maka sel-sel
dibedakan menjadi limfosit B dan limfosit T, walaupun dalam sediaan apus kita
Bursa ekivalen yang diduga keras jaringan sumsum tulang sendiri. Kedua jenis
mempunyai reseptor permukaan yang spesifik untuk mengenal antigen asing. Sel
beredar dalam peredaran darah dan mengikat secara khusus dengan antigen asing
fagositosis oleh sel pembunuh (killer cell atau sel K) dari organisme yang
17
2.1.2.2 Monosit
Monosit adalah sel paling besar di darah perifer. Inti besar kadang
berbentuk bulat namun berlekuk, kadang seperti kacang merah. Kromatin longgar,
muda atau biru abu-abu tua.7 Ukuran monosit adalah 14-21 µm (merupakan
ukuran terbesar untuk leukosit matur).4 Monosit normal ditemukan pada darah
tepi 1-5%. Monosit meningkat pada keadaan infeksi kronik seperti tuberkulosis,
Sitoplasma monosit terdapat relatif lebih banyak tampak berwarna biru abu-abu.
Dalam jaringan ikat monosit berubah menjadi sel makrofag atau sel-sel lain yang
18
Gambar 2.8 Monosit
Dikutip dari: Anderson’s Atlas hematology4
Kelainan morfologi yang terjadi pada leukosit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, virus, parasit dan jamur akan berbeda-beda baik komponen sel yang
5
dipengaruhi maupun jumlah jenis sel leukositnya.
Bakteri berasal dari kata latin Bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok
dengan struktur sel yang relative sederhana tanpa nucleus atau inti sel dan organel
lain seperti mitochondria atau kloroplas. Bakteri memiliki dinding sel yang
19
mekanisme yang dapat menghindari kehancurannya akibat sistem imun.
intraseluler. Bakteri juga hidup dalam kapsul protektif untuk mencegah lisis oleh
mengurangi respon imun dan ada beberapa bakteri yang membentuk biofilm
bereplikasi diluar sel seperti di sirkulasi atau di jaringan ikat. Bakteri ekstraseluler
mudah dihancurkan oleh respon imun alamiah melalui fagositosis sel neutrofil.
Sel neutrofil adalah sel fagosit dominan dalam sirkulasi dan selalu tibadilokasi
paling cepat karena sangat sensitive terhadap sinyal kemotaktik yang dikeluarkan
tetap dapat hidup bebas dalam sitoplasma neutrofil dan terbebas dari
penghancuran.14
Pada infeksi bakteri akan terjadi peningkatan jumlah neutrofil yang signifikan,
infeksi bakteri adalah segmen inti dan sitoplasma, dapat terjadi hipersegmentasi,
20
2.2.2 Infeksi virus
Pada infeksi virus akan terjadi peningkatan jumlah limfosit yang signifikan.
Komponen sel yang terpengaruh pada keadaan infeksi virus adalah ukuran sel
limfosit dan bentuk inti serta sitoplasma. Limfosit mengalami perubahan bentuk
Pada infeksi virus tertentu seperti infeksi virus pox mungkin saja terjadi
Pada infeksi parasit seperti infeksi oleh cacing (cacing pita atau cacing
terjadi peningkatan jumlah basofil. Komponen sel relatif tidak terpengaruh pada
Pada infeksi Jamur tidak terjadi peningkatan jumlah leukosit baik granulosit
klinisnya
sitoplasma seperti granulasi toksik (pada infeksi bakteri akut, luka bakar,
intoksikasi), badan dohle (pada keracunan, luka bakar, infeksi berat), limfositik
21
atau kelainan inti sel seperti hipersegmentasi (pada anemia megaloblastik, infeksi,
Granula toksik adalah suatu kelainan sitoplasma neutrofil berupa granula yang
lisosom dan pengeluaran nitric oxide). Pada respiratory burst terjadi peningkatan
konsumsi oksigen 100 kali lipat. Peningkatan oksigen yang besar ini akan
mikroorganisme terikat pada reseptor neutofil, proses oksidase akan ter aktifasi
kemudian molekul O2 secara spontan dan cepat berubah dibawah pengaruh enzim
superoxide dismutase, kemudian H2O2 dapat diubah menjadi bentuk lain melalui
granula menjadi abnormal berupa granula toksik.7 Gambaran granula toksik dapat
22
Gambar 2.9 Granula toksik
Dikutip dari: Anderson’s Atlas hematology4
Terdapat petunjuk mengenai tingkatan granula toksik yang dapat ditemui pada
23
Gambar 2.10 Petunjuk tingkatan granula toksik
2.3.2 Hipersegmentasi
Kelainan inti seperti hipersegmentasi biasanya terjadi pada infeksi kronik atau
sepsis. Neutrofil disebut hipersegmentasi bila terdapat 25% segmen inti 4 atau 4%
segmen 5 atau cukup 1% semen inti 6 atau lebih.17 Selain neutrofil eosinofil pun
24
18
eosinofil saat terjadi infeksi. Hipersegmentasi Morfologi neutrofil yang
Terdapat petunjuk mengenai tingkatan granula toksik yang dapat ditemui pada
25
Gambar 2.12 Petunjuk tingkatan hipersegmentasi
Dikutip dari: Gulati16
Limfosit atipik adalah limfosit dengan ukuran lebih besar dibanding normal ( >
15 µm). Sitoplasma pada limfosit atipik jauh lebih banyak dan mempunyai
granula azurofilik. Inti padat mengelompok dan tidak terlihat anak inti. Sel ini
merupakan limfosit T cytotoxic atau disebut juga “natural killer cell”. Limfosit ini
banyak ditemukan pada infeksi virus. Limfosit atipik adalah limfosit yang besar
26
dengan diameter lebih 20 mikron, sitoplasma lebih biru, inti besar dengan
area kosong pada sitoplasma yang dapat diakibatkan oleh infeksi berat.
Vakuolisasi ini umumnya terdapat pada neutrofil toksik, hal ini karena
pencernaan material yang difagosit oleh sel neutrofil ataupun sel lain seperti
27
monosit.17 Morfologi vakuolisasi sitoplasma dapat terlihat seperti pada gambar
2.14
pada pasien infeksi. Seperti yang terlihat pada gambar 2.15 berikut.
28
Gambar 2.15 Petunjuk tingkatan vakuolisasi sitoplasma
Dikutip dari: Gulati16
ini memiliki Inti yang telah memadat dengan kromatin tanpa pola yang jelas.
Lobus inti terpisah, tidak ada filamen yang menghubungkan antar lobus . lobus
inti kecil, gelap dan padat. Neutrofil piknotik ini adalah indikator infeksi
29
berkepanjangan atau infeksi berat.5 Morfologi neutrofil piknotik dapat terlihat
Satu atau lebih kumparan berwarna biru pucat yang merupakan sisa-sisa
ribosom dan retikulosit yang rusak dalam bentuk oval atau bulat, berwarna biru
abu-abu dan biasanya dijumpai pada tepi sitoplasma neutrofil. Dohle bodies dapat
ditemukan pada infeksi, cedera karena suhu (luka bakar), keganasan, setelah
kemoterapi dan trauma.9 Dohle bodies sering disertai adanya granula toksik dan
adanya kerusakan fokal pada sitoplasma yang disebabkan denaturasi dari ribosom
atau retikulum endoplasma saat toksik atau infeksi.17 Gambaran Dohle bodies
30
Gambar 2.17 Dohle bodies
Dikutip dari: Anderson’s Atlas hematology4
Terdapat petunjuk mengenai tingkatan Dohle bodies yang dapat ditemui pada
31
Gambar 2.18 Petunjuk tingkatan Dohle bodies
Dikutip dari: Gulati16
32
BAB III
SIMPULAN
penting dilakukan untuk memastikan kelainan klinis yang terjadi pada pasien dan
juga dapat membantu arah terapi oleh klinisi. Kelainan morfologi leukosit berbeda
yang paling sering terjadi adalah pada sel neutrofil dan limfosit. Perubahan terjadi
adalah pada jumlah dan komponen sel seperrti pada inti atau sitoplasma sel.
bodies dan kelainan lain. Perbedaan jumlah dan morfologi leukosit dapat
33
SUMMARY
is essential to ensure clinical abnormalities that occur in patients and can also
different for each cause of infection (bacteria, viruses, fungi, and parasites).
Change occurs is the amount and components of the cell nucleus or cytoplasm
34
35
PUSTAKA ACUAN