DISUSUN OLEH
Fahrizky Nugraha Hendrawan
119170050
1. Leukosit
A. Tahapan hematopoiesis sel leukosit
Gambar 3. Perkembangan Sel darah serta faktor yang mempengaruhi proses tersebut. 2
C. Kelainan-kelainan morfologi darah tepi sel lekosit dihubungkan dengan arti klinisnya
(penyakit)
1. Granula toksik
Kelainan morfologi leukosit yang mungkin terjadi adalah kelainan pada sitoplasma
seperti granulasi toksik (pada infeksi bakteri akut, luka bakar, intoksikasi), badan dohle
(pada keracunan, luka bakar, infeksi berat), limfositik plasma biru, vakuolisasi
sitoplasma (pada keracunan, infeksi berat) atau kelainan inti sel seperti hipersegmentasi
(pada anemia megaloblastik, infeksi, uremia) atau inti piknotik (pada sepsis, leukemia).
Granula toksik adalah suatu kelainan sitoplasma neutrofil berupa granula yang lebih
besar (hipergranula), kasar dibandingkan granula normal, berwarna lebih gelap (biru
hitam atau ungu).
Terjadinya granula toksik adalah saat mikroorganisme ditelan oleh neutrofil akan
terjadi penghancuran (Respiratory burst, penghancuran dengan enzim lisosom dan
pengeluaran nitric oxide). Pada respiratory burst terjadi peningkatan konsumsi oksigen
100 kali lipat. Peningkatan oksigen yang besar ini akan mengaktivasi enzim permukaan
sel yang disebut NADPH-oksidase. Ketika mikroorganisme terikat pada reseptor
neutofil, proses oksidase akan ter aktifasi kemudian molekul O2 secara spontan dan
cepat berubah dibawah pengaruh enzim superoxide dismutase, kemudian H2O2 dapat
diubah menjadi bentuk lain melalui aktivasi mieloperoksidase (yang dalam jumlah
banyak ditemukan pada granula primer). Aktivasi mieloperoksidase pada granula primer
akan merubah gambaran granula menjadi abnormal berupa granula toksik.
Terdapat petunjuk mengenai tingkatan granula toksik yang dapat ditemui pada
pasien infeksi. Seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 5. Petunjuk tingkatan granula toksik
2. Hipersegmentasi
Kelainan inti seperti hipersegmentasi biasanya terjadi pada infeksi kronik, anemia
megaloblastik (def b12, b9) atau sepsis. Neutrofil disebut hipersegmentasi bila terdapat
25% segmen inti 4 atau 4% segmen 5 atau cukup 1% semen inti 6 atau lebih.17 Selain
neutrofil eosinofil pun pada keaadaan toksik dapat menjadi hipersegmentasi (3-
4segmen). Kelainan hipersegmentasi ini disebabkan gangguan pematangan pada inti
neutrofil atau eosinofil saat terjadi infeksi.
Terdapat petunjuk mengenai tingkatan dohle bodies yang dapat ditemui pada
pasien infeksi. Seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 13. Tingkatan dohle bodies
7. Barr body. Drum stick
Tonjolan kecil pada inti netrofil
8. Auer rod : pada pasien AML, terdapat batang merah keunguan pada sel mieloblas
9. Smudge cell / CLL
1. Rodak BF, Carr JH. Clinical Hematology Atlas. Edisi 4. Kanada: Elsevier Saunders;
2013
2. Sacher, A Ronald. Tinjauan Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC ; 2012
3. Longo, D. L., Kasper, D. L., Jameson, J. L., Fauci, A. S., Hauser, S. L., & Loscalzo, J.
Harrison's Principles of Internal Medicine. McGraw Hill : New York ; 2011
4. Ristandi RB, Dalimoenthe NZ. Kelainan Morfologi Leukosit. Bandung: Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran; 2014
5. Paquette, Ronald L. Your Guide to Understanding Aplastic Anemia. Park Avenue :
Aplastic Anemia & MDS International Foundation ; 2014