Anda di halaman 1dari 2

KISAH SITI MASYITOH DIREBUS FIR’AUN

Ketika Rasulullah SAW berisra mi’raj tercium aroma sangat harum. Penasaran, Nabi bertanya kepada
Malaikat Jibril, “Harum apakah itu wahai Jibril?’’ Malaikat Jibril menjawab, itu adalah wangi dari
kubur an seorang perempuan shalihah bernama Siti Masyitoh dan anak-anaknya. Kisah perempuan
yang memegang teguh kebenaran dan ke imanan kepada Allah SWT ini diriwayatkan dalam hadis
Ibnu Abbas.

Siapa Siti Masyitoh, perempuan shalehah yang dimaksud Malaikat Jibril? Ia hidup di zaman Firaun, si
raja kejam yang menganggap diri nya sebagai tuhan. Di sekitar Firaun ternyata ada beberapa orang
dekat yang diam-diam beriman kepada Allah dan Nabi Musa AS. Mereka mengikuti tuntunan Kitab
Taurat.

Orang-orang terdekat itu adalah Siti Aisyiah, yaitu istri dari Firaun, dan Siti Masyitoh yang mengurus
anak Firaun. Seorang lagi bernama Hazaqil. Ia adalah pembuat peti, tempat Musa balita ditaruh untuk
kemudian dihanyutkan di sungai.

Di istana, Hazaqil menjadi orang kepercayaan Firaun. Ia menikah dengan Siti Masyitoh. Suatu hari
terjadi perdebatan sengit antara Firaun dengan Hazaqil. Firaun menjatuhkan hukuman mati kepada ahli
sihir yang menyatakan beriman kepada Nabi Musa. Keputusan tersebut ditentang keras oleh Hazaqil.

Sikap tersebut membuat Firaun curiga. Jangan-jangan Hazaqil selama ini beriman pula kepada Nabi
Musa. Atas sikap Hazaqil itu, Firaun mengganjarnya dengan hukuman mati. Hal itu tak membuat
Hazaqil takut. Ia tetap yakin Tuhan yang diimani-Nya tidak ada yang lain, kecuali Allah.

Suami Siti Masyitoh ini ditemukan meninggal dengan kondisi mengenaskan. Tangannya terikat di
pohon kurma, tubuhnya penuh de ngan tusukan anak panah. Masyitoh sangat sedih melihat kondisi
suaminya. Namun ia bersabar dan ber serah diri kepada Allah. Ia berkeluh kesah ke istri Firaun, Siti
Aisyiah.

Aisyah pun memberikan nasihat agar Masyitoh dan anak-anaknya sabar. Namun, ia bisa membaca isya
rat dari Siti Masyitoh yang beriman kepada Allah. Di akhir nasihatnya, Aisyiah mengatakan bahwa
selama ini dia juga beriman kepada Allah, tapi menyembunyikan dihadapan suaminya.

Rahasia terungkap

Sepeninggal suaminya, seperti biasa Masyitoh menjalankan tugasnya sebagai perias putri Firaun. Ada
kisah sepele, tapi berdampak besar. Gara-gara sisir yang terjatuh, akhir nya terungkap jati diri
Masyitoh. Saat itu Masyitoh sedang menyisir ram but anak Firaun. Tiba-tiba sisir dalam
genggamannya terjatuh. Ketika mengambil lagi sisir tersebut, bibirnya reflek mengucap, ‘’Bismillah.’’

Ucapan itu membuat anak Firaun terkejut. “Apakah ucapan yang kamu maksud adalah bapakku,”
tanya anak Firaun. Siti Masyitoh dengan jujur mengatakan bahwa maksud kata itu ialah Tuhan
sesungguhnya, bukan ditujukan untuk Firaun. “Yaitu Rabbku, juga Rabb ayahmu, yaitu Allah. Karena
tiada Tuhan selain Allah,” katanya Jawaban itu membuat anak Firaun tersinggung, berarti ada Tuhan
lain kecuali bapaknya. Anak Firaun itu mengancam melaporkan keyakinan Masyitoh tersebut kepada
bapaknya. Masyitoh tidak gentar, karena ia yakin Allah adalah Tuhan yang sebenarnya, bukan Firaun.
Laporan anaknya membuat Firaun murka. Ia tidak menyangka, pengasuh anaknya adalah pengikut
Nabi Musa. Masyitoh dipanggil lalu ditanya oleh Firuan, “Apakah benar apa yang disampaikan
anakku? Siapakah Tuhan yang engkau sembah selama ini?’ Masyitoh tidak mengelak tuduhan itu.
Dengan tegas dia mengatakan, ‘’Betul, Raja yang lalim. Bahwa tiada tuhan selain Allah yang
sesungguhnya menguasai alam dan isinya.’’

Jawaban itu membuat Firaun semakin marah. Dia memerintahkan para pengawal menyiapkan minyak
mendidih di dalam tembaga besar. Wadah panas itu untuk menggodok Masyitoh beserta anak-
anaknya. Pemandangan itu disaksikan masyarakat luas. Sebelum dimasukkan ke minyak panas,
Masyitoh diberi kesempatan sekali lagi untuk memilih; dia dan dua anaknya selamat jika mengakui
Firaun sebagai tuhan. Sebaliknya, nyawanya terancam jika tidak mau mengakui ketuhanan Firaun.

Tidak gentar

Siti Masyitoh tidak gentar terhadap ancaman Firaun. Ia tetap yakin Tuhan yang sesungguhnya
hanyalah Allah, bukan Firaun, raja yang zalim. Pendirian Masyitoh semakin mempermalukan Firaun.
Raja kejam itu memerintahkan peng awal segera melemparkan Ma syitoh bersama anak-anaknya ke
dalam minyak mendidih.

Kisah ini disampaikan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, bahwa, “Firaun memerintahkan
melemparkan anak Masyitoh satu persatu di hadapan ibunya hingga yang terakhir bayi yang se dang
menyusu dalam pelukan Ma syitoh.’’

Ibu mana yang tega menyaksikan satu persatu anaknya tergerus minyak panas. Ketika giliran bayi
terakhir akan dimasukkan tembaga panas, Masyitoh sempat ragu. Kekuasaan Allah menciptakan bayi
itu tiba-tiba bisa bicara, “Jangan takut dan sangsi, wahai ibuku. Karena kematian kita akan mendapat
ganjaran dari Allah SWT, dan pintu surga akan terbuka menanti kedatangan kita.” Riwayat lain, bayi
Masyitoh meyakinkan ibunya, “Sabarlah wahai ibuku, sesungguhnya kita dalam pihak yang benar.
Wahai ibu masukanlah, karena sesungguhnya siksa dunia lebih ringan daripada siksa akhirat.’’ (HR
Ahmad).

Kekuatan anaknya membuat keraguan Masyitoh hilang. Dengan yakin dan ikhlas kepada Allah, Ma
syitoh membaca, “Bismillahi tawakkal tu ‘alallah wallahu akbar.’’ Siti Masyitoh dan bayinya terjun ke
minyak mendidih. Ajaib, begitu minyak panas menggerus raga orang-orang istiqamah itu tercium
wangi yang sangat harum dari dalam kuali.

Allah telah membuktikan kepada hamba-hamba-Nya yang istiqamah. Ketika Masyitoh dan anak- nak
nya dilemparkan satu persatu ke periuk, Allah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka sehingga
mereka tidak merasakan panasnya minyak mendidih.

Tulang belulang Masyitoh bersama anak-anaknya dikubur di suatu tempat hingga mengeluarkan wangi
yang sangat harum. Aroma itu tercium oleh Rasulullah SAW ketika perjalanan Isra Mi’raj. “Itulah
kuburan Masyitoh bersama anak-anaknya,’’ kata Malaikat Jibril.

Anda mungkin juga menyukai