Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1

EKSPOR IMPOR & FORWARDING

Elin Agustina
(1618027)

DEPARTEMEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT


INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
1. Apa yang diatur dalam ASEAN Preferential Trading Arrangement?
Kesepakatan antara negara-negara di ASEAN untuk menurunkan tarif sejumlah produk
dan memperluas peluang investasi, produksi serta perdagangan dengan tujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan perdagangan intra-ASEAN.

2. Cari perjanjian Free Trade Area apa saja yang ditandatangani atau diikuti oleh
Negara Indonesia.
 ASEAN Trade In Goods Agreement (ATIGA)
 ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)
 ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA)
 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)
 ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA)
 Asean-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA)
 Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IPPTA)
 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)

3. Cari informasi tentang Tarif Preferensi yang diatur dalam FTA


 ASEAN Trade In Goods Agreement (ATIGA): PMK Nomor 25/PMK.010/2017
tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN Trade in Goods
Agreement
 ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA): PMK Nomor 26/PMK.010/2017 tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN-China Free Trade Area
 ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA): PMK Nomor 24/PMK.010/2017 tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN-KOREA Free Trade Area
 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA): PMK Nomor
30/PMK.010/2017 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka Persetujuan
Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi dan
PMK Nomor 31/PMK.010/2017 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dengan Skema
User Specific Duty Free Scheme dalam Rangka Persetujuan antara Republik
Indonesia dan Jepang mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi
 ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA): PMK Nomor 27/PMK.010/2017 tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN-India Free Trade Area
 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA): PMK Nomor
28/PMK.010/2017 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN-
Australia-New Zealand Free Trade Area
 Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IPPTA): PMK Nomor
29/PMK.010/2017 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka Perjanjian
Perdagangan Preferensial antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Republik Islam Pakistan
 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP): belum ada PMK
Tarif untuk AJCEP

4. Cari informasi terkait SKA :


Surat Keterangan Asal (SKA) atau biasa disebut Certificate of Origin (COO) adalah
merupakan sertifikasi asal barang, di mana dalam sertifikat tersebut dinyatakan bahwa
barang/komoditas yang diekspor adalah berasal dari daerah/negara pengekspor.
a. Ketentuan asal barang (Rules of Origin)
Ketentuan khusus yang ditetapkan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
internasional yang diterapkan oleh suatu negara untuk menentukan negara asal barang
(Pasal 1 ayat (21)).
SKA didasarkan pada kesepakatan bilateral, regional, multilateral, unilateral, atau
karena ketentuan sepihak dari suatu negara pengimpor/tujuan, yang mewajibkan
SKA/COO ini disertakan pada barang ekspor Indonesia. COO/SKA ini yang
membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan dan atau diolah di Indonesia.
Peraturan penggunaan SKA dituangkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan
(Permendag) Nomor 19 Tahun 2019 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan
Surat Keterangan Asal untuk Barang Asal Indonesia.

b. Jenis-jenis SKA.
 SKA Preferensi adalah Jenis SKA/COO sebagai persyaratan dalam memperoleh
preferensi yang disertakan pada barang ekspor tertentu untuk memperoleh fasilitas
berupa pembebasan seluruh atau sebagian bea masuk yang diberikan oleh suatu
negara/kelompok negara tujuan.
 SKA Non Preferensi adalah jenis dokumen SKA yang berfungsi sebagai dokumen
pengawasan dan atau dokumen penyerta asal barang ekspor untuk dapat
memasuki suatu wilayah negara tertentu

c. Jenis SKA berdasarkan Perjanjian FTA


 ASEAN Trade In Goods Agreement (ATIGA): Form D atau e-Form D
 ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA): Form E
 ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA): Form AK
 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA): Form IJEPA/JIEPA
 ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA): Form AI
 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA): Form AANZ
 Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IPPTA): Form IP
 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP): Form AJ 

5. Perbedaan FF, NVOCC, EMKL/U


a. Freight Forwarder (FF)
Badan usaha yang bertujuan untuk memberikan jasa pelayanan pengurusan atas
seluruh kegiatan yang di perlukan bagi terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan
penerimaan barang baik laut, udara dan darat.
Contoh perusahaan : PT  Satas Transportindo International, PT Transporindo Lima Perkasa

b. Non-Vessel Operating Common Carrier (NVOCC)


Sebuah perusahaan pelayaran yang tidak mempunyai kapal sendiri. NVOCC
merupakan Non Vessel Operating Common Carrier yang mana pelayaran tersebut
melakukan Joint Slot Palka Kapal dengan Pelayaran yang mengoperasikan kapal
milik sendiri.

c. EMKL/U
 EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) merupakan usaha pengurusan dokumen
dan muatan yang akan diangkut melalui kapal atau pengurusan dokumen dan
muatan yang berasal dari kapal yang bertugas untuk mengurus barang dari pemilik
yang secara tertulis telah mendapat kuasa dari pemilik
 EMKU (Ekspedisi Muatan Kapal Udara) merupakan jenis perusahaan yang
melakukan kegiatan usaha jasa pengiriman via udara, melakukan pengurusan
dokumen-dokumen dan pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut
penerimaan/penyerahan muatan yang diangkut melalui udara untuk diserahkan
kepada/diterima dari perusahaan penerbangan atau maskapai.

Tugas Searching
6. FF  Act as Principal  Actual Carrier
forwarder bertindak sebagai prinsipal, kontrak langsung eksportir atau importir
("pelanggan"). Pelanggan hanya akan berurusan dengan forwarder, yang akan
mengeluarkan satu tagihan kepada pelanggan untuk jumlah total layanan yang diberikan.
Sebagai prinsipal, forwarder umumnya bertanggung jawab atas kesalahan atau
pelanggaran penyedia layanan sub-kontrak.
7. FF  Act as Agent  Broker
Sebuah freight forwarder bertindak sebagai agen ketika ia melakukan fungsi atas nama,
dan di bawah instruksi, prinsipal (eksportir atau importir). Sebagai agen, forwarder akan
mendapatkan layanan pihak ketiga yang akan melakukan pengepakan, penyimpanan,
transportasi, penanganan dan bea cukai barang.

8. House Bill of Lading


House BL (HBL) dikeluarkan oleh NVOCC atau Freight Forwarder untuk clientnya.
Istilah house/forwarder bill of lading atau master/ocean bill of lading sebenarnya merujuk
kepada pihak yang menerbitkan dokumen tersebut.

Menurut Drs. H.M. Noch Idris Ronosentono Bsc., House Bill of Lading


(HBL) adalah semua B/L yang diterbitkan oleh para forwarder dengan menggunakan
namanya pada B/L tersebut, dimana B/L ini statusnya mungkin saja dapat untuk
dipindahtangankan (negotiable) atau barangkali tidak dapat untuk diperjualbelikan (non-
negotiable) sama sekali7.
9. Master Bill of Lading
Master Bill of Lading (MBL) dikeluarkan oleh pemilik angkutan untuk NVOCC atau Freight
Forwarding.

Sedangkan marine bill of lading adalah bill of lading yang diterbitkan oleh perusahaan


pelayaran untuk mengangkut barang dengan kapal dari pelabuhan ke pelabuhan. Marine bill
of lading dikenal juga sebagai ocean bill of lading. Istilah lain untuk marine bill of
lading atau ocean bill of lading adalah master bill of lading (MBL) karena merujuk kepada
pihak yang menandatanganinya, yaitu nahkoda kapal.

Saat menyerahkan barang kepada forwarder, pihak pengirim akan menerima apa yang


disebut sebagai House Bill of Lading (HBL). Kemudian forwarder akan menghubungi
perusahaan pelayaran yang memiliki armada dan jadwal pelayaran ke kota/negara tujuan
sesuai instruksi pengirim. Perusahaan pelayaran kemudian akan menginformasilkan lokasi
dan jadwal penerimaan barang kepada forwarder. Dalam proses serah terima barang,
perusahaan pelayaran akan menerbitkan Master Bill of Lading kepada  forwarder sebagai
bukti bahwa barang sudah diterima.

10. Perbedaan antara Airway Bill/ Sea Way Bill dan B/L
Sea Way Bill adalah bukti kontrak pengangkutan dan penerimaan barang yang diangkut;
sedangkan Bill of Lading bertindak sebagai kontrak pengangkutan dan penerimaan barang,
sementara juga berfungsi sebagai dokumen kepemilikan yang memberikan kepemilikan.

B/L dapat dikeluarkan oleh operator, agen transportasi, perusahaan pelayaran, operator kapal,
dan bahkan kapten kapal. Sedangkan, Sea Waybill digunakan ketika pengirim memutuskan
untuk melepaskan kepemilikan kargo segera. Ini berarti bahwa barang dapat dikirim ke orang
yang diidentifikasi dalam dokumen, dan mereka hanya perlu memverifikasi identitas mereka
alih-alih menyajikan dokumen untuk mengklaim barang. Penting untuk disebutkan bahwa
Waybill Laut hanya memainkan fungsi pembuktian dan tidak memberikan judul untuk barang
(tidak dapat dinegosiasikan).

Ketika pengiriman dimuat, pengirim menerima SWB hanya sebagai referensi. Dalam hal ini,
baik pengirim maupun importir tidak berkewajiban untuk menyerahkan dokumen tambahan
apa pun kepada operator, dan oleh karena itu kargo dilepaskan segera setelah tersedia di
pelabuhan.

Anda mungkin juga menyukai