Menyimpang dari adat kebiasaan yang masih kuat, Nyi Ageng Serang
yang merupakan seorang wanita yang rajin mengikuti latihan-latihan
kemiliteran dan siasat perang bersama-bersama dengan para prajurit pria.
Ia pun sering ikut ayahnya turun ke medan perang untuk melawan
penjajah. Hingga, setelah ayahnya wafat, ia kemudian diangkat
menggantikan kedudukan sang ayah sebagai penguasa Serang. Lalu ia
diberi gelar Nyi Ageng srang.
Ketika Perang Diponegoro meletus pada tahun 1825, Nyi Ageng Serang
bersama pasukan yang setia terhadap ayahnya ikut berperang
bersama Pangeran Diponegoro dan menantunya Raden Mas (R.M.)
Karena usianya yang sudah sangat tua, 73 tahun, Nyi Ageng memimpin
pasukannya dari atas tandu. Akhirnya, setelah tiga tahun ikut bertempur
bersama Pangeran Diponegoro, Nyi Ageng Serang tidak kuat lagi
melawan penjajah karena kekuatan fisiknya tidak memadai. Ia pun mundur
dari peperangan dan pasukan yang ia pimpin diambil alih oleh Raden Mas
Pak-Pak.
Jabatan lain yang pernah diemban oleh I Gusti Ketut Pudja adalah
sebagai pejabat di Departemen Dalam Negeri dan sempat menjadi Ketua
BPK hingga masuk ke masa purna bakti di tahun 1968.
I Gusti Ketut Pudja meninggal pada usia 68 tahun atau tepatnya pada
tanggal 4 Mei 1977. Atas jasanya Presiden Soeharto pada saat itu
menganugerahkan penghargaan Bintang Mahaputera Utama kepada Pudja
dan akhirnya pada tahun 2001 ditetapkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan keputusan Presiden RI
Nomor 113/TK/2011
KELOMPOK III