Anda di halaman 1dari 30

Makalah Perawatan dan Perbaikan :

Komponen Aktif dan Pasif

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan tentang komponen aktif dan pasif adalah kemampuan yang
harus dikuasai oleh seseorang mahasiswa teknik elektronika. Pengetahuan tentang
komponen menjadi modal untuk membuat rangkaian dalam elektronika. .
Komponen elektronika sendiri merupakan suatu alat berupa benda yang menjadi
bagian pendukung rangkaian elektronik yang dapat bekerja sesuai dengan
kegunaannya.

Maintenance adalah aktivitas pemeliharaan, perawatan atau perbaikan yang


dilakukan secara terjadwal dengan tujuan menjaga atau mempertahankan suatu
fasilitas agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya meskipun fungsi fasilitas
tersebut tidak bisa dipertahankan 100% karena terjadi deteriosasi (penurunan
fungsi) (Manual Book PT.BBI, 2003). Pentingnya kegiatan perawtan dan
perbaikan adalah untuk memperpanjang usia pakai sebuah
rangkaian/instrumen/sistem. Mengingat pentingngnya perawatan dan perbaikan
ini sangat perlu dilakukan secara berkala.

Oleh karena itu, ditulisnya makalah dengan judul “Perawawatan dan


Perbaikan : Komponen Aktif dan Pasif” yang membahas bagaimana prosedur
pengujian, kemungkinan kerusakan, dan prosedur awal perawatan dan perbaikan
komponen-komponen elektronika.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, makalah ini memiliki rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksut dengan komponen aktif pasif dan jenisnya?
2. Apa saja kemungkinan kerusakan pada komponen aktif pasif?
3. Bagaimana perawatan dan perbaikan pada komponen aktif pasif?

1
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, makalah ini memiliki tujuan
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksut dengan komponen aktif pasif dan jenisnya.
2. Apa saja kemungkinan kerusakan pada komponen aktif pasif.
3. Bagaimana perawatan dan perbaikan pada komponen aktif pasif.

2
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komponen Aktif dan Jenisnya


Komponen elektronika berupa sebuah alat berupa benda yang menjadi bagian
pendukung suatu rangkaian elektronik yang dapat bekerja sesuai dengan
kegunaannya.Terdapat beberapa macam, berdasarkan cara dan sistem kerjanya
komponen elektronika dibagi menjadi dua macamya itu komponen aktif dan
komponen pasif.
Komponen aktif adalah komponen yang dapat yang beroperasi jika
mendapatkan suntikan arus atau tegangan listrik,
2.1.1 Dioda
Diode adalah komponen elektronika aktif yang berfungsi untuk
menghantarkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah
sebaliknya. Diode terdiri dari 2 Elektroda yaitu Anoda dan Katoda.

Berdasarkan Fungsi Dioda terdiri dari :

1. Dioda Biasa atau Dioda Penyearah yang umumnya terbuat dari Silikon dan
berfungsi sebagai penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC).
2. Dioda Zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan rangkaian
setelah tegangan yang ditentukan oleh Dioda Zener yang bersangkutan.
Tegangan tersebut sering disebut dengan Tegangan Zener.
3. LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu Dioda yang
dapat memancarkan cahaya monokromatik.
4. Dioda Foto (Photo Diode) yaitu Dioda yang peka dengan cahaya sehingga
sering digunakan sebagai Sensor.
5. Dioda Schottky (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah Dioda yang
berfungsi sebagai pengendali .
6. Dioda Laser (Laser Diode) yaitu Dioda yang dapat memancar cahaya
Laser. Dioda Laser sering disingkat dengan LD.

3
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

Gambar 2.1 Jenis dan Simbol Dioda


(sumber : teknikelektro.com)
2.1.2 Transistor

Transistor merupakan Komponen Elektronika Aktif yang memiliki banyak


fungsi dan merupakan Komponen yang memegang peranan yang sangat penting
dalam dunia Elektronik modern ini. Beberapa fungsi Transistor diantaranya
adalah sebagai Penguat arus, sebagai Switch (Pemutus dan penghubung),
Stabilitasi Tegangan, Modulasi Sinyal, Penyearah dan lain sebagainya. Transistor
terdiri dari 3 Terminal (kaki) yaitu Base/Basis (B), Emitor (E) dan
Collector/Kolektor (K). Berdasarkan strukturnya, Transistor terdiri dari 2 Tipe
Struktur yaitu PNP dan NPN. UJT (Uni Junction Transistor), FET (Field Effect
Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET) juga merupakan
keluarga dari Transistor.

4
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

Gambar 2.2 Jenis dan Simbol Transistor

(sumber : teknikelektro.com)

2.1.3 SCR
Dioda yang mempunyai fungsi sebagai pengendali. SCR dapat digunakan
sebagai pengatur motor DC bertegangan besar dengan mengatur tegangan Gate.
SCR dibagi dua yaitu diac dan Triac.
 DIAC: meneruskan tegangan dari anoda ke katoda atau sebaliknya.
Penerapannya pada pengendali motor putar kanan dan putar kiri, seperti pada
rangkaian lift.
 TRIAC mempunyai prinsip kerja seperti DIAC, hanya saja TRIAC dapat
meneruskan tegangan dari kaki 1 ke 2 atau sebaliknya pada saat ada triger pada
Gate. TRIAC digunakan untuk pengatur motor DC atau AC putar kanan dan kiri
dengan cara mengatur Gate.
2.1.4 IC
IC (Integrated Circuit) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari
gabungan ratusan bahkan jutaan Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang
diintegrasi menjadi sebuah Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan kecil.
Bentuk IC (Integrated Circuit) juga bermacam-macam, mulai dari yang berkaki 3
(tiga) hingga ratusan kaki (terminal). Fungsi IC juga beraneka ragam, mulai dari
penguat, Switching, pengontrol hingga media penyimpanan. Pada umumnya, IC
adalah Komponen Elektronika dipergunakan sebagai Otak dalam sebuah Peralatan

5
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

Elektronika. IC merupakan komponen Semi konduktor yang sangat sensitif


terhadap ESD (Electro Static Discharge).

Sebagai Contoh, IC yang berfungsi sebagai Otak pada sebuah Komputer yang
disebut sebagai Microprocessor terdiri dari 16 juta Transistor dan jumlah tersebut
belum lagi termasuk komponen-komponen Elektronika lainnya.

Gambar 2.3 Gambar dan Simbol IC

(sumber : teknikelektro.com)

2.2 Pengertian Komponen Pasif dan Jenisnya


Komponen pasif adalah komponen walaupun tidak diberi arus atau tegangan
listrik komponen ini tetap dapat bekerja dan beroperasi dengan baik.

Adapun yang termasuk komponen pasif antara lain :

2.2.1 Resistor Tetap

Resistor tetap adalah resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap.
Resistor memiliki batas kemampuan daya misalnya : 1/16 watt, 1/8 watt, ¼ watt,
½ watt dsb. Artinya resitor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal
sesuai dengan kemampuan dayanya.

6
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

Gambar 2.4 Simbol dan Gambar Resistor Tetap


(Sumber: www.westfloridacomponents.com)

Untuk mengetahui nilai hambatan suatu resistor dapat dilihat atau dibaca dari
warna yang tertera pada bagian luar badan resistor tersebut yang berupa gelang
warna.
Tabel 2.1 Nilai Gelang Warna Resistor

2.2.2 Resistor Tidak Tetap


Ialah resistor yang nilai hambatannya atau resistansinya dapat diubah-ubah.
Jenisnya antara lain : hambatan geser, trimpot dan potensiometer. Yang banyak
digunakan ialah trimpot dan potensimeter
a. Potensiometer Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah
dengan memutar poros yang telah tersedia. Potensiometer pada
dasarnya sama dengan trimpot secara fungsional.

7
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

Gambar 2.5 Simbol Resistor Variabel


(Sumber: www.elektroupdate.com)
b. Trimpot Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan
cara memutar porosnya dengan menggunakan obeng. Untuk
mengetahui nilai hambatan dari suatu trimpot dapat dilihat dari angka
yang tercantum pada badan trimpot tersebut.

Gambar 2.6 Trimpot Variabel


(Sumber: www.ebay.co.uk)
2.2.3 Kapasitor Tetap
Kapasitor adalah suatu komponen elektronika yang dapat menyimpan dan
melepaskan muatan listrik atau energi listrik. Kemampuan untuk menyimpan
muatan listrik pada kapasitor disebut dengan kapasitansi atau kapasitas. Kapasitor
tetap merupakan kapasitor yang mempunyai nilai kapasitas yang tetap

Gambar 2.7 Simbol Kapasitor

8
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

Kapasitor dapat dibedakan dari bahan yang digunakan sebagai lapisan


diantara lempeng-lempeng logam yang disebut dielektrikum. Dielektrikum
tersebut dapat berupa keramik, mika, mylar, kertas, polyester ataupun film. Pada
umumnya kapasitor yanng terbuat dari bahan diatas nilainya kurang dari 1
mikrofarad (1µF). Satuan kapasitor adalah Farad, dimana 1 farad = 103 mF = 106
µF = 109 nF =1012 pF. Untuk mengetahui besarnya nilai kapasitas atau
kapasitansi pada kapasitor dapat dibaca melalui kode angka pada badan kapasitor
tersebut yang terdiri dari 3 angka. Angka pertama dan kedua menunjukkan
angkaatau nilai, angka ketiga menunjukkan faktor pengali atau jumlah nol, dan
satuan yang digunakan ialah pikofarad (pF).

Gambar 2.8 Kapasitor Elco


(Sumber : www.ebay.co.uk)
2.2.4 Kapasitor Tidak Tetap
Kapasitor tidak tetap adalah kapasitor yang memiliki nilai kapasitansi atau
kapasitas yang dapat diubah-ubah. Kapasitor ini terdiri dari :
a. Kapasitor Trimer Kapasitor yang nilai kapasitansinya dapat diubah-
ubah dengan cara memutar porosnya dengan obeng.
b. Variabel Capasitor (Varco) Kapasitor yang nilai kapasitansinya dapat
diubah-ubah dengan memutar poros yang tersedia. (bentuk
menyerupai potensiometer) Simbol Varco :

Gambar 2.9 Simbol Variabel Capasitor

9
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

2.2.5 Induktor

Induktor atau disebut juga dengan Coil (Kumparan) adalah Komponen


Elektronika Pasif yang berfungsi sebagai Pengatur Frekuensi, Filter dan juga
sebagai alat kopel (Penyambung). Induktor atau Coil banyak ditemukan pada
Peralatan atau Rangkaian Elektronika yang berkaitan dengan Frekuensi seperti
Tuner untuk pesawat Radio. Satuan Induktansi untuk Induktor adalah Henry (H).

Jenis-jenis Induktor diantaranya adalah :

1. Induktor yang nilainya tetap


2. Induktor yang nilainya dapat diatur atau sering disebut dengan Coil
Variable.

Gambar 2.10 Jenis dan Simbol Induktor

(Sumber : teknikelektronika.com)

2.3 Perawatan dan Perbaikan

Maintenance adalah aktivitas pemeliharaan, perawatan atau perbaikan yang


dilakukan secara terjadwal dengan tujuan menjaga atau mempertahankan suatu
fasilitas agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya meskipun fungsi fasilitas
tersebut tidak bisa dipertahankan 100% karena terjadi deteriosasi (penurunan
fungsi). Penurunan fungsi tersebut bisa berupa penurunan kapasitas dan keausan

10
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

yang dipengaruhi kualitas dalam perencanaan, desain dan bahan. Adapun tujuan
utama dari perawatan, antara lain:
1. Memperpanjang umur pakai fasilitas produksi.
2. Menjamin tingkat ketersediaan yang optimum dari fasilitas produksi.
3. Menjamin kesiapan operasional seluruh fasilitas yang diperlukan untuk
pemakaian darurat.
4. Memberikan informasi tentang kapan suatu mesin tersebut haru diganti
baik mengenai umur teknik maupun ekonominya.
5. Menjamin keselamatan operator dan pemakai fasilitas.

Gambar 2.11 Jenis Pekerjaan Pemeliharaan


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)
Pemeliharaan dan perbaikan meliputi berbagai aktifitas atau kegiatan, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.11. Pada umumnya aktifitas tersebut dapat dibagi
menjadi dua yaitu: kegiatan yang dapat direncanakan dan kegiatan yang tidak
terduga atau tidak dapat direncanakan. Kegiatan pemeliharaan & perbaikan yang
bersifat rutin merupakan kegiatan yang dapat direncanakan, sedangkan kegiatan
yang bersifat darurat, misalnya kerusakan alat akibat kecelakaan (misalnya
terjatuh. Kena petir, dan lain-lain) merupakan kegiatan yang tidak dapat diduga.
Namun demikian, hal-hal semacam ini harus dapat diantisipasi. Minimal kita tahu
apa yang harus kita lakukan pada saat terjadi gangguan semacam itu.
Dalam pengertian yang luas, pemeliharaan preventif meliputi aspek
rekayasa (engneering) dan manajemen. Di bidang rekayasa, pemeliharaan

11
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

preventif meliputi: mendeteksi dan atau mengoreksi penggunaan peralatan yang


ada saat ini, melalui analisa statistik kegagalan atau kesalahan yang ada atau
berdasarkan catatan perbaikan yang ada. Pekerjaan ini harus dapat dilakukan
secara tepat oleh orang yang benar-benar ahli dibidangnya dan dengan frekuensi
yang tepat pula (misalnya dua kali dalam setahun).

Gambar 2.12 Pola Kerusakan Alat


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)
Pemeliharaan yang bersifat memperbaiki (corrective maintenance) akan
berkaitan dengan deteksi kerusakan, penentuan lokasi kerusakan, dan perbaikan
atau penggantian bagian yang rusak. Tahapan pemeliharaan korektif dapat dilihat
seperti pada Gambar 2.12.

Gambar 2.13 Tahapan Pemeliharaan Korektif


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)
2.4 Proses Pelacakan Kerusakan
Berikut adalah metode-metode pelacakan kerusakan dalam elektronika :
1. Symptom-function : untuk mengisolir kerusakan pada bagian tertentu.

12
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

Symptom-function (fungsi gejala) sudah digunakan dalam kehidupan


sehari-hari. Contoh, saat kita menyalakan lampu belajar dan tidak menyala
(gejalanya) maka yang diperiksa (fungsinya) adalah: - Kabel powernya terhubung
atau terputus, - Lampunya mati atau hidup, - jika masih tidak menyala mungkin
switchnya tidak bekerja dengan baik dan seterusnya.
2. Signal-tracing : untuk menemukan blok tertentu penyebab kegagalan
pemakaian.
3. Metoda tegangan dan hambatan : untuk mengisolasi kerusakan
komponen atau daerah rangkaian tertentu.
Pada umumnya pengukuran tegangan dan resistansi dilakukan untuk
memeriksa jaringan atau komponen yang dicurigai rusak. Pengukuran tegangan
memerlukan peralatan dengan kondisi ON, sedangkan pengukuran resistansi
dilakukan pada saat peralatan dalam kondisi OFF.
● Biasanya diagram rangkaian dan lembar data menunjukkan tegangan
yang diperlukan untuk kondisi operasi normal pada titik tes tertentu. Dengan
melakukan pengukuran seperti itu, biasanya lokasi kerusakan pada jaringan dan
komponen dapat diketahui.
● Pengukuran resistansi merupakan satu metoda yang sangat bermanfaat
untuk memeriksa komponen elektronika. Suatu pengukuran resistansi sederhana
dapat digunakan untuk meyakinkan kesinambungan pengawatan, pendekatan nilai
yang benar dari transformator, induktor, lilitan sebagaimana pendekatan nilai pada
kapasitor ukuran besar. Mayoritas resistor digunakan pada peralatan elektronik
adalah tipe komposisi karbon dan mereka cenderung untuk berubah nilainya
karena usia dan panas. Ketika ini sering terjadi mungkin pengukuran tahanan
resistor atau komponen lain pada rangkaian, harus meyakinkan dengan
pemeriksaan pada gambar rangkaian. Impedansi paralel tidak memberikan suatu
pengukuran yang salah, ketika suatu resistor bertambah besar hambatannya
maupun terbuka, tentu relatif sederhana untuk menentukan ini. Teknik Tegangan
dan Hambatan sering digunakan dimanapun setelah teknik symptom-function
menunjuk pada rangkaian atau komponen tertentu sebagai sumber kerusakan, atau
ketika suatu teknik signaltracing telah melokalisir suatu kerusakan dengan cara
ini.

13
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

4. Metoda Half-splitting: untuk rangkaian dengan blok-blok tersusun seri.


Metoda ini cocok digunakan untuk rangkaian dengan blokblok yang seri
(memanjang) karena akan menjadi sangat cepat saat mencari kerusakannya.
Misalnya: rangkaian generator fungsi, pemancar / penerima radio dsb.
● Langkahnya: dimulai dari bagian tengah sistem, dan berturutturut pada
setiap bagian tengah dari setengah bagian sistem yang telah dipisah sampai
ditemukan kerusakannya.
5. Metoda Pemutusan Lup: untuk sistem lup tertutup pada industri-industri.
Sistem atau subsistem elektronik dengan umpan-balik sangat sulit dilacak
kerusakannya tanpa memutus lup. Tegangan DC yang sesuai atau sinyal harus
diinjeksikan pada titik, tempat lup diputus.
● Tegangan dan sinyal yang melalui rangkaian seharusnya dapat
digunakan untuk memonitor kesalahan.
● Tegangan atau sinyal yang diinjeksikan dapat diubah untuk melihat
perubahan respon rangkaian dari keadaan normal.
● Biasanya lup diputus pada titik tempat sinyal dengan daya kecil
sehingga dapat diinjeksikan dengan baik.
6. Metoda substitusi: mencoba menyolderkan komponen yang sama pada
bagian yang rusak
Dalam metoda ini biasanya diperlukan penyolderan atau pengganti an
komponen sebagai tahap akhir dari proses pelacakan kerusakan.
● Ada dua tahap pokok dalam metoda substitusi yang harus dilakukan, yakni
gunakan komponen pengganti yang benar dan hubungkan secara benar pada
rangkaian. Sebelum melakukan penggantian, disarankan untuk melakukan
pemeriksaan dengan metoda lain, seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
sehingga yakin komponen mana yang mengalami kerusakan..

14
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Pengujian Komponen Aktif


3.1.1 Dioda
 Tegangan maju dioda silicon, germanium, Schottky, tunel, dan zener
harusnya tidak lebih dari 1,1V (dalam rangkaian). Tetapi bila lebih dari nilai
tersebut menandai adanya dioda terbuka, yang harus dilepaskan, diuji, dan
diganti.
 Jika suatu dioda mengalirkan arus tetapi drop tegangan dioda nol atau
hanya beberapa milivolt, berarti dioda hubung singkat. Pindahkan, uji, dan
ganti.
 Dioda penyearah yang hubung singkat dapat merusak dioda lain , kapasitor
filter, dan trafo daya, maka harus dicek sebelum memberikan catu daya.
3.1.2 Transistor
● Transistor yang menunjukkan tegangan maju basis-emitter lebih dari 1,1V
(basis positif untuk NPN, basis negatif untuk PNP) mempunyai junction
base-emitter yang terbuka dan harus diganti.
● Transistor yang telah melewati tahap pengetesan dapat diputuskan bahwa
transistor tersebut dalam keadaaan baik. Cara pengetesannya sbb:

Gambar 3.1 Pengetesan Transistor


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)

15
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

Gambar 3.1: Hubung singkat antara basis ke emiter menyebabkan


tegangan kolektor menjadi naik dan sama dengan VCC dan VRC turun ke nol,
kecuali jika transistor dibiaskan secara normal pada cut off.

Gambar 3.2 Pengetesan Transistor


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)
Gambar 3.2 : Jika beban kolektor mempunyai resistansi yang mendekati
nol, arus turun pada resistor emiter. Hubung singkat antara B-E menyebabkan
VRE turun, kecuali jika transistor dibiaskan secara normal pada cut off.

Gambar 3.3 Pengetesan Transistor


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)
Jika dua transistor diparalel, kedua-duanya harus dioffkan untuk
mengamati turunnya VRC.

16
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

Gambar 3.4 Pengetesan Transistor


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)
Gambar 3.4 : Jika transistor dihentikan pemberian bias-nya dan VC =
VCC, resistor ditambahkan dari VCC ke basis untuk mengonkan transistor .
Hitung R untuk memastikan bahwa IB< 1 mA untuk sinyal yang kecil dan IB<
100 mA untuk transistor daya. Penambahan RB menyebabkan VC turun.

Gambar 3.5 Pengetesan Transistor


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)
Jika basis diatur secara langsung oleh transistor, maka diperlukan meng-
off-kan Q1 sebelum Q2 dapat diuji oleh metoda ( a) atau ( d).

Gambar 3.6 Pengetesan Transistor


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)

17
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

Pada rangkaian transistor aktif, sinyal kolektor terbalik dari sinyal basis walau
pun distorsi. Jika penurunan tegangan kolektor ketika tegangan basis naik, dan
sebaliknya, pada dasarnya transistor berfungsi.
3.1.3 FET

Kerusakan FET seringkali ditandai dengan adanya tegangan gate yang tidak
normal. Pentrigeran gate ditentukan dari jaringan resistif yang sederhana dan
tegangan yang diharapkan dapat dihitung, karena untuk FET yang baik memiliki
IG = 0 (arus pada gate = 0), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.57. Jangan
lupa efek beban pada meter. Deviasi yang besar dari VG yang diinginkan
menunjukkan arus gate mengalir. Jika FET tersebut merupakan FET insulated-
gate, itu artinya FET tersebut rusak. Hal itu terjadi jika sambungan pada FET
rusak, atau diberi trigger maju pada gatesource. Periksa tegangan VGS 0.6V.

Gambar 3.7 Pengetesan FET


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)
Tes beda phase dapat digunakan Gambar 3.7.

● Junction FET dapat dites diluar rangkaian dengan ohm meter antara gate
dan source (R kecil pada satu polaritas dan R besar jika sebaliknya). Dengan
menghubung singkat kan gate-source, resistansi beberapa ratus ohm antara drain-
source, polaritas manapun.

● FET insulated-gate dapat diperiksa untuk substratesource dan untuk


resistansi gatesource. Resistansi drainsource (gate dihubungkan ke source) harus

18
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

berkisar dari beberapa ratus ohm untuk jenis depletion dan tak hingga untuk jenis
enhancement.

3.1.5 SCR
● SCR yang ON harus menunjukkan tegangan 0,1V hingga 1,5V antara anoda
dan katodanya atau ketika konduksi anoda-katoda positif. SCR rusak hubung
singkat bila tegangannya mendekati nol.
● VGK seharusnya tidak pernah di atas +1,2V saat ada tegangan kerja. Jika
terjadi, berarti gate rusak terbuka.
● Terjadinya hubung singkat antara gate-katoda menyebabkan SCR tetap
ditrigger, melewatkan tegangan positif dari anoda-katoda seperti pada gambar
2.58. Jika tegangan positif tidak muncul saat diberi sinyal sinus antara anoda dan
katodanya, berarti beban terbuka atau SCR yang hubung singkat.

Gambar 3.8 Pengetesan SCR


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)
● Dengan Ohmmeter seharusnya SCR menunjukkan hubungan seperti sebuah
dioda antara gatekatoda (satu polaritas hambatannya kecil dan sebaliknya), dan
hambatan amat besar (terbuka) untuk kedua polaritas anoda-katoda. Lihat
gambar 2.59.

19
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

Gambar 3.9 Pengetesan SCR


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)
Dengan Ohmmeter dapat juga dilakukan sebagai berikut: polaritas + Ohmmeter
ke anoda SCR dan satunya lagi ke katoda menunjukkan harga besar sekali,
kemudian dalam kondisi demikian hubung Kan sebentar colok pada anoda (tanpa
terlepas dari anodanya) ke gate, maka penunjukan Ohmmeter akan kecil (beberapa
puluh Ohm).

3.1.6 UJT

Biasanya rusak karena tegangan emiter tidak dapat mencapai tingkat


penembakan atau karena rangkaian pengisian memberi terlalu banyak arus
sehingga UJT menahannya.

● Sebaiknya kaki emiter tidak disolder dan ukur VC seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.60. Jika tegangan tersebut tidak lebih dari 0,85VB2 periksa
rangkaian pengisian dan C. Selanjutnya, hubungkan milliameter dari C ke B1.
Jika arus melebihi spesifikasi arus lembah UJT, maka rangkaian pengisian
memberi banyak arus, sehingga UJT on.

20
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

Gambar 3.10 Pengetesan UJT


(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)
3.2 Pengujian dalam Rangkaian
3.2.1 Pengujian Berkesinambungan

● Sejumlah masalah dapat diketahui dengan pemeriksaan jalur PCB memiliki


resistansi mendekati nol. Ohmmeter dengan skala Rx1 dapat digunakan untuk ini.
● Dengan alat penguji yang dapat didengar seperti gambar 2.61 mata dapat terus
mengawasi rangkaian. Gunakan penunjuk jarum untuk menembus lapisan oksida
yang membentuk isolator, dan pastikan bahwa instrumen yang diuji sedang mati.
Berikut adalah beberapa kemungkinan tempat-tempat untuk kerusakkan
kesinambungan :

1. Dua ujung kabel (konduktor atau konektor yang patah).


2. Kaki IC dan jalur rangkaian pada PCB menjadikan koneksi yang tidak
baik, terutama jika IC menggunakan soket. 9 Dua ujung jalur yang
panjang dan tipis pada PCB.
3. Kontak saklar atau relay yang di am atau bergerak (kontak saklar yang
bengkok, patah atau berkarat).
3.3 Kerusakan-Kerusakan pada Komponen Aktif dan PasiF
3.3.1 Resistor Tetap

Setiap resistor ketika beroperasi akan mendisipasikan dayanya. Kenaikan


temperatur yang disebabkan oleh daya yang didisipasikan akan maksimum

21
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

ditengah-tengah badan resistor, ini disebut “Hot spot temperature”. Harus


ditekankan disini, bahwa resistor pada umumnya menunjukkan kecepatan
kegagalan yang rendah atau resistor itu sangat dapat diandalkan (reliable).
Kegagalan dan penyebab-penyebabnya terdapat dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kemungkinan Kerusakan Resistor Tetap

(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)

22
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

3.3.2 Resistor Variabel


Kecepatan kegagalannya lebih tinggi dari pada jenis resistor tetap, untuk
potensiometer mempunyai kecepatan kegagalan kira-kira 3 x 10-6 perjam sudah
umum, tetapi angka-angka itu berubah bergantung pada metode yang digunakan
oleh pabriknya. Kerusakan yang terjadi pada sebuah potensiometer bisa sebagian
atau total.
Kerusakan sebagian :
 Kenaikan resistansi kontak menimbulkan kenaikan noise kelistrikan.
 Kontak yang terputus-putus, ini dapat disebabkan oleh partikel-partikel
debu, minyak gemuk (pelumas) atau bahan-bahan ampelas yang terkumpul
antara kontak geser dan jalur. Gangguan tadi dapat dihilangkan dengan
bahan pembersih seperti contact cleaner.
Kerusakan total :
 Merupakan sirkit terbuka dian tara jalur dan sambungan ujung-ujungnya
atau antara kontak geser dan jalur. Hal ini dapat disebabkan oleh
perkaratan bagian-bagian logam karena kelembaban, atau pembengkakan
logam-logam / plastik yang terjadi saat penuangan jalur yang
menggunakan temperatur tinggi.
3.3.3 Kapasitor

Kapasitor merupakan komponen yang dapat diandalkan, menunjuk kan


kegagalan yang rendah teruta ma bila diderating. Umur kapasitor dapat
diperpanjang dengan cara:

a) Dioperasikan dibawah batas tegangan yang diperbolehkan.

b) Dioperasikan pada temperatur ambient yang rendah, dengan


menurunkan temperatur 10ºC dapat melipatkan umurnya dua kali lebih panjang.

Kerusakan yang mungkin terjadi :

Katastrofik (mendadak & total):

1. Hubung singkat : tembus dielektrikanya

23
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

2. Sirkit terbuka : kerusakan pada penyambung ujungnya.

Degradasi (berangsur-angsur dan sebagian) :

1. Penurunan resistansi dari isolasi atau kenaikan arus bocor pada jenis
elektrolit secara berangsur angsur.

2.Kenaikan resistansi seri, yaitu suatu kenaikan faktor disipasi . Beberapa


penyebab kerusakan adalah:

a). Kerusakan ketika fabrikasi : kontaminasi chloride pada elektrolit,


akan menimbulkan perka ratan pada sambungan internal, kerusakan mekanis pada
ujung dari kapasitor berlapis logam, menimbulkan panas berlebih dan sirkit
terbuka.

b). Salah pakai: Kapasitor digunakan melebihi tegangan yang tertulis,


atau teknik assembling yang jelek menimbul kan tekanan mekanis terhadap
penyambung-penyambung ujung dan selubung (Seal).

c) Lingkungan : Kejutan-kejutan mekanik, getaran mekanik, temperatur


tinggi / rendah, dan kelembaban.

Daftar kerusakan dan kemungkinan penyebab untuk beberapa jenis


kapasitor terlihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kemungkinan Kerusakan Kapasitor

(Sumber : Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan. Peni Handayani. 2008)

24
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

3.3.4 Induktor

Kerusakan yang paling sering terjadi adalah putus. Untuk menguji sebuah
inductor, ambil induktor dari rangkaian dan hubungkan kedua ujungnya dengan
ohm meter. Jika inductor putus, maka jarum tidak akan bergerak atau menunjukan
pada nilai tak hingga. Jika inductor masih bagus, maka jarum akan menunjukkan
nilai tahanan lilitan. Nilai ini tergantung pada ukuran dan panjang lilitan.

Kadang-kadang jika induktor menjadi terlalu panas karena arus yang


tinggi, pembungkus isolasi kawat dapat meleleh sehingga satu lilitan atau lebih
dapat bersentuhan. Keadaan ini dapat diketahui dengan ohm meter. Namun, akan
lebih baik jika induktor diuji dengan LC meter karena jika hanya satu lilitan, ohm
meter mungkin menunjukkan induktor masih baik jika ditinjau dari segi tahanan.

3.3.5 Semikonduktor

Kedua semikonduktor ini mudah rusak kalau mendapat beban lebih.


Kemungkinan kerusakan yang terjadi adalah:

 Hubung singkat: pada junction BE, BC atau CE.


 Terbuka: pada junction BE atau BC. Beberapa penyebab kerusakan
semikonduktor adalah :
a. Kerusakan mekanis saat fabrikasi : Proses-proses difusi, Proses
Metalisasi, Proses Mekanis.

25
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

b. Salah Pemakaian: Melewati tegangan catu, arus dan daya maksimumnya,


Memasukan / mencabut IC saat tegangan hidup
c. Lingkungan : Interferensi kelistrikan, Kejutan tegangan oleh mesin atau
relay , Medan magnetik
3.4 Proses Perawatan Komponen Aktif dan Pasif
3.4.1 Pencegahan Kerusakan Saat Pengetesan Komponen
4. Membengkokkan kawat penghubung:
● Jangan berkali-kali
● Jangan terlalu dekat dengan badan komponen (3-5 mm)
5. Kejutan Mekanis
● Jatuhnya komponen semikonduktor
● Memotong kawat penyambung
● Mengerik permukaan komponen
6. Kejutan thermal :
● Suhu solder maksimum 300°- 400°C, solder 20-50 Watt
● Lama menyolder 5 detik
● Gunakan “Solder Wick” atau “Atraktor” untuk melepas konponen
dengan menggunakan solder.
7. Kejutan elektrostatik (juga pada MOS):
● Gunakan tes probe yang kecil
● Pemasangan komponen MOS paling akhir
● Pucuk solder harus tak bertegangan.
● Jangan memasukkan / melepas komponen semikonduktor saat catu daya
hidup
● Hindari tegangan kejut dari relay atau saat saklar on.
● Sinyal tak terpasang ke input saat catu daya padam.
● Gunakan gelang / pakaian anti static (di pabrik) saat memasang IC MOS
3.4.2 Perawatan Komponen
Tabel 3.3 Perawatan Komponen

NO Nama Komponen Perawatan


1 Resistor Tetap 1. Menghindari
panas berlebih

26
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

saat pensolderan
2. Menghindari
proses penekukan
berulang kali
3. Menghindari
panas berlebihan
melebihi batas
disipasi resistor
2 Variabel Resistor 1. Menghindari
kelembapan yang
menyebabkan
perkaratan
2. Membersihkan
lintasan geser
variabel resistor
3 Kapasitor 1. dioperasikan di
bawah batas
tegangan yang
diperbolehkan.

2. dioperasikan pada
temperatur
ambient yang
rendah, dengan
menurunkan
temperatur 10ºC
dapat melipatkan
umurnya dua kali
lebih panjang.
3. Peletakan
rangkaian tidak
pada kelembapan
tinggi.

27
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

4. Menghindari
proses
pensolderan yang
terlalu lama
4 Induktor 1. Menghindari
putusnya lilitan
pada induktor
2. Menghindari
kelembapan tinggi
yang berakibat
perkaratan
5 Semikonduktor 1. Menghindari
kelebihan
tegangan maupun
arus sesuai
spesifikasi
komponen
2. Menghindari
adanya hubung
singkat pada
sirkuit yang
seharusnta terbuka

28
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Perawatan dan perbaikan pada komponen aktif dan pasif penting
dilakukan. Untuk memperpanjang usia sebuah komponen diperlukan
perawatan sesuai dengan karakteristik masing-masing komponen.
2. Pengujian komponen aktif dan pasif diperlukan untuk mengetahui letak
kegagalan pada suatu rangkaian.

29
Makalah Perawatan dan Perbaikan :
Komponen Aktif dan Pasif

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Peni.2008. Teknik Pemeliharaan dan Pebaikan Sistem Elektronika. Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jilid 1 : Hal
63-104

Manual Book. 2003. Maintenance Machine : Manual Cutting. PT. Boma Bisma Indra
(Persero) Pasuruan.

30

Anda mungkin juga menyukai