Anda di halaman 1dari 127

MODUL ELEKTRONIK

PANDUAN BELAJAR ELEKTRONIK

DISUSUN OLEH
RIZAL MIKA ANDRIES,SST
ELTORO
Pengertian Komponen Elektronika Aktif dan Komponen Elektronika Pasif

Pengertian Komponen Elektronika Aktif dan Komponen Elektronika Pasif Komponen Elektronika
adalah elemen dasar yang digunakan untuk membentuk suatu rangkaian elektronika dan biasanya dikemas
dalam bentuk diskrit dengan dua atau lebih terminal penghubung. Setiap komponen elektronika memiliki
fungsinya masing-masing dalam suatu rangkaian elektronika, ada yang berfungsi sebagai penghambat, ada
yang berfungsi sebagai penguat, ada yang berfungsi sebagai penghantar, ada juga yang berfungsi sebagai
penyaring dan ada yang berfungsi sebagai pengendali. Komponen-komponen Elektronika tersebut juga
memiliki nilai dan tipenya masing-masing sehingga dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan keinginan
para perancang rangkaian elektronika.

Pengelompokan Komponen-komponen Elektronika

Berdasarkan karakteristiknya, Komponen Elektronika dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama,
yaitu komponen elektronika aktif dan komponen elektronika pasif.

1. Komponen Elektronika Aktif (Active Electronic Components)

Komponen Elektronika Aktif adalah jenis komponen elektronika yang memerlukan arus eksternal untuk
dapat beroperasi. Dengan kata lain, komponen elektronika aktif hanya dapat berfungsi apabila
mendapatkan sumber arus listrik dari luar (eksternal).

Komponen-komponen elektronika yang digolongkan sebagai komponen Aktif adalah Dioda, Transistor dan
IC (Intragrated Circuit) yang terbuat dari bahan semikonduktor seperti silikon, germanium, selenium dan
metal oxides.

Dioda

Dioda adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah
dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Dioda terdiri dari dua Elektroda yaitu Anoda dan Katoda.
Yang termasuk dalam keluarga Dioda diantaranya seperti LED (Light Emitting Diode), DIAC, Dioda Zener,
Dioda Penyearah, Dioda Foto, Dioda Schottky, Dioda Tunnel dan Dioda Laser.

Transistor

Transistor adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi sebagai Penguat, Penyearah, Pengendali,
Mixer dan Osilator. Komponen yang termasuk dalam keluarga Transistor diantaranya seperti Transistor
Bipolar (NPN & PNP), Transistor Foto, TRIAC, MOSFET, JFET dan UJT.
IC (Integrated Circuit/Sirkuit Terpadu)

Integrated Circuit atau sering disingkat dengan IC adalah Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari
gabungan ratusan bahkan jutaan Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang diintegrasi menjadi sebuah
Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan kecil. Berdasarkan fungsinya, IC dapat dikelompokan lagi
menjadi IC Pewaktu (Timer), IC Comparator (Pembanding), IC Logic gates (Gerbang Logika), IC Switching
(Pengendali) dan IC Amplifier (Penguat).

Contoh Karakteristik Aktif yang dimaksud pada Komponen Elektronika Aktif

Contoh pada Komponen Dioda, seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa Dioda merupakan komponen
elektronika aktif sehingga memerlukan sumber arus listrik dari luar (eksternal) untuk
mengoperasikannya. Sebuah Dioda yang dipasangkan pada suatu rangkaian elektronika yang telah
diberikan arus listrik tidak akan bekerja (beroperasi) untuk menghantarkan arus listrik apabila tegangan yang
diterimanya belum mencapai titik tegangan tertentu. Khusus untuk dioda yang terbuat dari bahan silikon
memerlukan tegangan 0,7V sedangkan untuk dioda yang terbuat dari bahan germanium memerlukan 0,3V
untuk dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.

2. Komponen Elektronika Pasif (Pasive Electronic Components)

Komponen Elektronika Pasif adalah jenis Komponen elektronika yang tidak memerlukan sumber arus listrik
eksternal untuk pengoperasiannya. Komponen-komponen elektronika yang digolongkan sebagai komponen
pasif diantaranya seperti Resistor, Kapasitor dan Induktor.

Resistor

Resistor atau Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi untuk menghambat dan
mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm
(). Komponen-komponen yang termasuk dalam keluarga Resistor diantaranya seperti Resistor bernilai
tetap, resistor yang dapat diatur hambatannya (variable resistor atau potensiometer), LDR (Light Dependent
Resistor) dan Thermistor (PTC dan NTC).

Kapasitor

Kapasitor (Capacitor) atau Kondensator (Condensator) adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat
menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara dengan satuan kapasitansinya adalah Farad. Komponen-
komponen yang termasuk dalam keluarga Kapasitor tersebut diantaranya adalah Kapasitor nilai tetap
(Keramik, kertas, mika, tantalum dan elektrolit), kapasitor yang nilai dapat diatur kapasitasnya (VARCO
dan Trimmer).

Induktor

Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan
Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Induktor akan menimbulkan medan magnet saat dialiri arus
listrik. Satuan Induktansi pada Induktor adalah Henry (H). Komponen-komponen yang termasuk dalam
keluarga Induktor diantaranya seperti air core inductor, iron core inductor, ferrite core inductor, torroidal
core inductor, laminated core inductor dan variable inductor.

Contoh Karakteristik Pasif yang dimaksud pada Komponen Elektronika Pasif

Contoh pada komponen Resistor. Tidak seperti Dioda, Resistor tidak memerlukan tegangan 0,3V atau 0,7V
untuk bekerja. Begitu Resistor diberikan tegangan, resistor mulai bekerja secara otomatis tanpa harus
menunggu hingga mencapai tegangan tertentu.
Jenis-jenis Komponen Elektronika
Berikut ini merupakan Fungsi dan Jenis-jenis Komponen Elektronika dasar yang sering digunakan dalam
Peralatan Elektronika beserta simbolnya.

A. Resistor

Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi untuk
menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau
Hambatan adalah Ohm (). Nilai Resistor biasanya diwakili dengan Kode angka ataupun Gelang Warna
yang terdapat di badan Resistor. Hambatan Resistor sering disebut juga dengan Resistansi atau Resistance.
Baca juga : Pengertian Resistor dan Jenis-jenisnya.

Jenis-jenis Resistor diantaranya adalah :

1. Resistor yang Nilainya Tetap


2. Resistor yang Nilainya dapat diatur, Resistor Jenis ini sering disebut juga dengan Variable Resistor
ataupun Potensiometer.
3. Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya, Resistor jenis ini disebut
dengan LDR atau Light Dependent Resistor
4. Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan perubahan suhu, Resistor jenis ini disebut
dengan PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature Coefficient)

Gambar dan Simbol Resistor :


B. Kapasitor (Capacitor)

Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat
menyimpan energi atau muatan listrik dalam sementara waktu. Fungsi-fungsi Kapasitor (Kondensator)
diantaranya adalah dapat memilih gelombang radio pada rangkaian Tuner, sebagai perata arus pada rectifier
dan juga sebagai Filter di dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya). Satuan nilai untuk Kapasitor
(Kondensator) adalah Farad (F)
Jenis-jenis Kapasitor diantaranya adalah :

1. Kapasitor yang nilainya Tetap dan tidak ber-polaritas. Jika didasarkan pada bahan pembuatannya
maka Kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari Kapasitor Kertas, Kapasitor Mika, Kapasitor Polyster
dan Kapasitor Keramik.
2. Kapasitor yang nilainya Tetap tetapi memiliki Polaritas Positif dan Negatif, Kapasitor tersebut
adalah Kapasitor Elektrolit atau Electrolyte Condensator (ELCO) dan Kapasitor Tantalum
3. Kapasitor yang nilainya dapat diatur, Kapasitor jenis ini sering disebut dengan Variable Capasitor.

Gambar dan Simbol Kapasitor :

C. Induktor (Inductor)

Induktor atau disebut juga dengan Coil (Kumparan) adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi
sebagai Pengatur Frekuensi, Filter dan juga sebagai alat kopel (Penyambung). Induktor atau Coil banyak
ditemukan pada Peralatan atau Rangkaian Elektronika yang berkaitan dengan Frekuensi seperti Tuner untuk
pesawat Radio. Satuan Induktansi untuk Induktor adalah Henry (H).
Jenis-jenis Induktor diantaranya adalah :

1. Induktor yang nilainya tetap


2. Induktor yang nilainya dapat diatur atau sering disebut dengan Coil Variable.

Gambar dan Simbol Induktor :


D. Dioda (Diode)

Diode adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah
dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Diode terdiri dari 2 Elektroda yaitu Anoda dan Katoda.
Berdasarkan Fungsi Dioda terdiri dari :

1. Dioda Biasa atau Dioda Penyearah yang umumnya terbuat dari Silikon dan berfungsi sebagai
penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC).
2. Dioda Zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan rangkaian setelah tegangan yang
ditentukan oleh Dioda Zener yang bersangkutan. Tegangan tersebut sering disebut dengan Tegangan
Zener.
3. LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu Dioda yang dapat memancarkan cahaya
monokromatik.
4. Dioda Foto (Photo Diode) yaitu Dioda yang peka dengan cahaya sehingga sering digunakan sebagai
Sensor.
5. Dioda Schottky (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah Dioda yang berfungsi sebagai
pengendali .
6. Dioda Laser (Laser Diode) yaitu Dioda yang dapat memancar cahaya Laser. Dioda Laser sering
disingkat dengan LD.
Gambar dan Simbol Dioda:

E. Transistor

Transistor merupakan Komponen Elektronika Aktif yang memiliki banyak fungsi dan merupakan
Komponen yang memegang peranan yang sangat penting dalam dunia Elektronik modern ini. Beberapa
fungsi Transistor diantaranya adalah sebagai Penguat arus, sebagai Switch (Pemutus dan penghubung),
Stabilitasi Tegangan, Modulasi Sinyal, Penyearah dan lain sebagainya. Transistor terdiri dari 3 Terminal
(kaki) yaitu Base/Basis (B), Emitor (E) dan Collector/Kolektor (K). Berdasarkan strukturnya, Transistor
terdiri dari 2 Tipe Struktur yaitu PNP dan NPN. UJT (Uni Junction Transistor), FET (Field Effect
Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET) juga merupakan keluarga dari Transistor.

Gambar dan Simbol Transistor :


F. IC (Integrated Circuit)

IC (Integrated Circuit) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan ratusan bahkan
jutaan Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang diintegrasi menjadi sebuah Rangkaian Elektronika
dalam sebuah kemasan kecil. Bentuk IC (Integrated Circuit) juga bermacam-macam, mulai dari yang
berkaki 3 (tiga) hingga ratusan kaki (terminal). Fungsi IC juga beraneka ragam, mulai dari penguat,
Switching, pengontrol hingga media penyimpanan. Pada umumnya, IC adalah Komponen Elektronika
dipergunakan sebagai Otak dalam sebuah Peralatan Elektronika. IC merupakan komponen Semi konduktor
yang sangat sensitif terhadap ESD (Electro Static Discharge).
Sebagai Contoh, IC yang berfungsi sebagai Otak pada sebuah Komputer yang disebut sebagai
Microprocessor terdiri dari 16 juta Transistor dan jumlah tersebut belum lagi termasuk komponen-
komponen Elektronika lainnya.

Gambar dan Simbol IC (Integrated Circuit) :

G. Saklar (Switch)

Saklar adalah Komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan aliran listrik. Dalam
Rangkaian Elektronika, Saklar sering digunakan sebagai ON/OFF dalam peralatan Elektronika.

Gambar dan Simbol Saklar (Switch) :


CARA MENGGUNAKAN MULTI TESTER

Cara Menggunakan Multimeter merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai jika Anda
ingin belajar elektronika.Sebelumnya saya sudah berbagi informasi tentang Peralatan kerja Elektronika salah
satunya Multimeter.Jika dibandingkan dengan peralatan lainnya multimeter merupakan peralatan yang
paling penting dengan kata lain Multimeter itu tangan kanan bagi seorang teknisi elektronika.Bagaimana
tidak dengan sebuah alat bisa membantu banyak pekerjaan dari menguji komponen yang akan
dirakit,Mengukur Hambatan,Mengukur tegangan sampai mengukur Arus listrik.Perlu Anda ketahui pada
prinsipnya pada prinsipnya sebuah multimeter memiliki 3 fungsi pokok yaitu: Ohmmeter untuk mengukur
besaran hambatan listrik,Voltmeter untuk mengukur besaran tegangan listrik dan Amperemeter untuk
mengukur arus listrik.
Mengingat begitu pentingnya kegunaan multimeter kali ini saya akan berbagi informasi tentang Cara
Menggunakan Multimeter namun untuk mempersempit pembahasan saya hanya membahas Multimeter
Jenis Analog.Berikut ini tutorial selengkapnya:

Cara menggunakan Ohmmeter


Ohmmeter dapat dipergunakan untuk:
1.Mengukur besarnya nilai hambatan Resistor,caranya sebagai berikut:
a.Putar sakelar pemilih pada posisi yang dikehendaki(Rx1/Rx10/Rx1k/Rx10k)
b.Colokkan kabel merah ke lubang positif dan kabel hitam kelubang negatif multimeter.
c.Hubungkan colok kabel merah dan colok kabel hitam jarum akan bergerak kekanan
d.Aturlah hingga jarum menunnjuk tepat angka nol dengan memutar pengatur nol yang berada disebelah
kanan.
e.Lepaskan kembali colok kabel merah dan hitam jarum akan kembali keposisi semula.
f.Tempelkan colok merah di kaki resistor dan colok hitam dikaki lainnya bisa dengan tanpa sentuhan tangan
atau bisa juga dengan dipegang dengan tangan dengan catatan hanya satu tangan jangan kedua tangan
memegang resistor.
g.Jarum akan menunjuk angka teretentu
HP=PJxBU
HP=Hasil Pengukuran
PJ=Penunjukkan Jarum
BU=Batas Ukur
2.Menguji Putus atau tidaknya sebuah penghantar.
Untuk menguji putus atau tidaknya sebuah penghantar Misalnya Anda ingin menguji sebuah gulungan
kawat, kabel atau jalur PCB yang tipis caranya sebagai berikut:
a.Gunakan saklar pada posisi Rx1k
b.Tempelkan colok kabel merah pada salah satu ujung dan colok hitam pada ujung lainnya.
c.Bila jarum bergerak kekanan berarti kawat tidak putus sebaliknya jika jarum tidak bergerak berarti kawat
putus.Jika multimeter tersebut memiliki fitur Buzz anda bisa menggunakan saklar pada posisi Buzz jika
kedua colok ditempelkan keujung kabel maka jika kawatnya tidak putus maka multimeter akan berbunyi.
3.Menguji Kondensator,Dioda ,Transistor dan Transformator.Silahkan lihat Menguji Komponen.
Cara menggunakan Voltmeter DC.
Cara menggunakan Voltmeter DC silahkan lihat Mengukur tegangan DC
Cara menggunakan Voltmeter AC.
Menurut saya pada prakteknya sebenarnya jarang sekali menggunakan Voltmeter AC karena kebanyakan
rangkaian elektronika menggunakan tegangan DC.Meskipun demikian Voltmeter AC tetap dibutuhkan
terutama untuk para Teknisi Televisi misalnya untuk mengukur tegangan powersuplynya.Voltmeter AC
juga bisa digunakan untuk mengukur tegangan AC listrik PLN atau Generator.Jika Listrik dirumah anda
stabil saya pikir tidak perlu diukur tegangannya.
Cara Menggunakan Amperemeter.
Sama seperti Voltmeter AC Amperemeter juga jarang digunakan.Amperemeter digunakan untuk mengukur
besarnya arus listrik DC yang mengalir pada rangkaian.Umumnya multimeter hanya bisa mengukur arus
listrik DC sampai 500 mA saja.

SIMBOL SIMBOL ELEKTRONIKA

SIMBOL KOMPONEN KETERANGAN

Symbol Sambungan

Kabel atau Wire Listrik Konduktor atau Kabel penghubung

Koneksi kabel Statusnya Terhubung

Kabel dengan tidak


Statusnya Tidak Terhubung atau Terputus
terkoneksi

Simbol Elektronika Dasar Relay dan Simbol Saklar /Switch

Toggle Switch S P S T Statusnya Terputus dalam kondisi open

Toggle Switch S P D T Statusnya Memilih dua terminal koneksi

Saklar Push Button [N O] Statusnya Terhubung ketika ditekan

Saklar Push Button [N C] Statusnya Terputus ketika ditekan

D I P Switch Statusnya Saklar Banyak /Multiswitch


Relay S P S T
Statusnya Koneksi Untuk Open & Close digerakan dengan
elektro magnetik.
Relay S P D T

Jumper Koneksi memakai pemakaian jumper

Solder Bridges Koneksi memakai teknik disolder

Symbol Ground

Earth Grounds Statusnya Referensi adalah 0 suatu sumber listrik

Statusnya Ground dihubungkan kepada badan suatu rangkaian


Chassis Grounds
listrik

Common / Digital Grounds

Simbol Elektronika Dasar Resistor

Resistor
Resistor bekerja dengan menahan arus yang berjalan dalam suatu
rangkaian listrik
Resistor

Potensio Meters
Berfungsi untuk menahan arus di rangkaian listrik namun angka
resistansi pada tiga titik terminal bisa diatur
Potensio Meters

Variable Resistors
Berfungsi untuk menahan arus di rangkaian listrik namun angka
resistansi pada dua titik terminal bisa diatur
Variable Resistors

Simbol Elektronika Dasar Kapasitor / Condensator

Condensators Bipolar Gunanya menyimpan sebuah arus listrik untuk beberapa waktu
Condensators Nonpolar

Condensators Bipolar Disebut ELCO atau Electrolytic Condensator

Kapasitor yang berpolar Disebut ELCO atau Electrolytic Condensator

Variable Condensator Kapasitor yang nilainya pada kapasitansi bisa diatur

Simbol Elektronika Dasar Induktor / Kumparan

coil, lilitan, spul, induktor, komponen ini menghasilkan medanmagnet saat arus listrik
kumparan mengalirinya

Induktor beserta inti besi Kumparan ini memiliki inti besi seperti halnya dengan trafo

Induktor Variable Lilitan ini angka induktansinya bisa diatur

Simbol Elektronika Dasar Power Supply

Sumber tegangn D C Menghasilkn tegangn searh ttap atau konstan

Sumbr Arus Menghasilkn sumbr arus tetap

Sumbr tegangn bolak balik seprti dr Perusahaan Listrik Negara /


Sumbr tegangn A C
PLN

Penghasil tegangn listrik bolah balik sperti pembngkit listrik


Generator
Perusahaan Listrik Negara / PLN

Baterai Menghasilkn tegangn searh ttap

Baterai lebih dr 1 Cell Menghasilkn tegagn searh ttap

Sumbr tegangn yg dpt


Sumbr tegangn yn berasl dr rangkain listrik lainnya
diatur
Sumbr arus yg dpt diatur Sumbr arus yg berasl dr rangkain listrik lainnya

Symbol Meter (Alat Ukur)

Volt Meters Mengukr tegangn listrik dgn satuan Volt

Ampere Meters Mengukr arus listrk dgn satuan Ampere

Ohm Meters Mengukr resistensi dgn satuan Ohm

Watt Metters Mengukr daya listrk dgn satuan Watt

Symbol Lampu

Lamp

Lamp Menghasilkn cahaya saat dialir arus listrik

Lamp

Symbol Dioda

Berfungsi sbg penyearh yg dpt mengalirkn arus listrk 1 arah atau


Dioda
forward bias

Zener Dioda Pembuat stabil Tegangn DC / Searah

Schottky Dioda memiliki drop teganan rendh, biasnya terdpt dlm IC logika

Varactor Dioda Gabungn Dioda juga Kapasitor

Tunnel Dioda Tunnel Dioda

Light Emitting Diode/ LED menghasilkn cahaya saat dialri arus listrk DC 1 arah
Photo-Dioda Menghasilkn arus listrk saat mendpt cahaya

Symbol Transistor

Transitor Bi polar N P N Arus listrk akan mengalr / EC saat basis /B menjadi positif

Transistor Bi polar P N P Arus listrk akan mengalr/ CE saat basis/ B menjadi negatif

Transitor-Darlington Gabungn dari 2 transistor Bipolar tuk meningkatkn penguatn

Transistor J F E T-N Field Effects Transistor kanal-N

Transistor J F E T-P Field Effects Transistor kanal-P

Transistor N M O S Transistor M O S F E T kanal-N

Transistor P M O S Transistor M O S F E T kanal-P

Symbol dr Komponen Lainnya

Motor adalah simbol Motor Listrik

Transformator, Trafo,
Penurun & penaik tegangn A C Bolak-Balik
Transformer

Bell Listrik Berbunyi saat dialir arus listrk

Buzzer Penghasl suar buzz saat dialir arus listrk

Fuse, Sikring

Pengaman yg akan putus saat melebih kapasits arus

Sikring/ Fuse
Bus

Bus Terdir dr banyk jalur data ato jalur addres

Bus

O p t o Coupler Sbg isolasi antar 2 rangkain yg berbda. Dihubungkn oleh cahya

Speakers Mengubh signal listrk menjd suara

Microphone/ Mic Mengubh sinyal suara menjd arus listrk

Operational Amplifier, Op
Penguat sinyal input
Amp

Schmitt Triggers Dpt mengurang noise

Analog to Digital, ADC Mngubah sinyal analog menjdi data digital

Digital to Analog, DAC Mngubah data digital menjd sinyal analog

Ocsilator, Crystal Pnghasil pulsa

Symbol Antenna

Antena

Pemancar & penerim sinyal radio

Antena

Dipole Antena Gbungan dr simple Antena

Simbol Elektronika Dasar Gerbang Logika / Digital


N O T Gate Out put akan merupkan kebalikn input

A N D Gate Out put akan 0 jk salah 1 input 0

N A N D Gate Out put akan 1 jk salah 1 input 0

O R Gate Out put akan 1 jk salah 1 input 1

N O R Gate Out put akan 0 jk salah 1 input 1

EX OR Gate Out put akan 0 jk input adalah sama

D Flip Flop Dpt brfungsi sbg pnyimpan data

Multiplexer 2-to-1

Menyeleksi salah 1 data input yg akan dkirim keoutput

Multiplexer 4-to-1

D Multiplexer 1-to-4 Mnyeleksi data input tuk dkirim kesalah 1 output


Pengertian Resistor dan Jenis-jenisnya
Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian Resistor dan Jenis-jenisnya Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering
ditemukan dalam Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika menggunakannya. Pada
dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi atau hambatan tertentu
yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Resistor atau
dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat dengan
Huruf R. Satuan Hambatan atau Resistansi Resistor adalah OHM (). Sebutan OHM ini diambil dari
nama penemunya yaitu Georg Simon Ohm yang juga merupakan seorang Fisikawan Jerman.

Untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika, Resistor bekerja berdasarkan
Hukum Ohm. Untuk lebih jelas mengenai Hukum Ohm, silakan baca : Pengertian, rumus dan bunyi Hukum
Ohm.

Jenis-jenis Resistor
Pada umumnya Resistor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah Fixed Resistor,
Variable Resistor, Thermistor dan LDR.

A. Fixed Resistor

Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya tetap. Nilai Resistansi atau Hambatan
Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna ataupun kode Angka. Anda dapat membaca artikel : Cara
Menghitung Nilai Resistor berdasarkan Kode Angka dan Kode Warna.
Bentuk dan Simbol Fixed Resistor :

Yang tergolong dalam Kategori Fixed Resistor berdasarkan Komposisi bahan pembuatnya diantaranya
adalah :

Carbon Composition Resistor (Resistor Komposisi Karbon)

Resistor jenis Carbon Composistion ini terbuat dari komposisi karbon halus yang dicampur dengan bahan
isolasi bubuk sebagai pengikatnya (binder) agar mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan. Semakin
banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai resistansi atau nilai hambatannya.

Nilai Resistansi yang sering ditemukan di pasaran untuk Resistor jenis Carbon Composistion Resistor ini
biasanya berkisar dari 1 sampai 200M dengan daya 1/10W sampai 2W.

Carbon Film Resistor (Resistor Film Karbon)

Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari filem tipis karbon yang diendapkan Subtrat isolator yang dipotong
berbentuk spiral. Nilai resistansinya tergantung pada proporsi karbon dan isolator. Semakin banyak bahan
karbonnya semakin rendah pula nilai resistansinya. Keuntungan Carbon Film Resistor ini adalah dapat
menghasilkan resistor dengan toleransi yang lebih rendah dan juga rendahnya kepekaan terhadap suhu jika
dibandingkan dnegan Carbon Composition Resistor.

Nilai Resistansi Carbon Film Resistor yang tersedia di pasaran biasanya berkisar diantara 1 sampai 10M
dengan daya 1/6W hingga 5W. Karena rendahnya kepekaan terhadap suhu, Carbon Film Resistor dapat
bekerja di suhu yang berkisar dari -55C hingga 155C.

Metal Film Resistor (Resistor Film Logam)

Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film logam yang tipis ke Subtrat Keramik
dan dipotong berbentuk spiral. Nilai Resistansinya dipengaruhi oleh panjang, lebar dan ketebalan spiral
logam.

Secara keseluruhan, Resistor jenis Metal Film ini merupakan yang terbaik diantara jenis-jenis Resistor yang
ada (Carbon Composition Resistor dan Carbon Film Resistor).
B. Variable Resistor

Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah dan diatur sesuai dengan
keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi menjadi Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.

Bentuk dan Simbol Variable Resistor

Potensiometer

Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah dengan cara
memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang terdapat pada Potensiometer. Nilai Resistansi Potensiometer
biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka.

Rheostat

Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada Tegangan dan Arus yang tinggi.
Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang
bergerak pada bagian atas Toroid.

Preset Resistor (Trimpot)

Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer Potensiometer) adalah jenis Variable
Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki
Tuas. Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil untuk dapat memutar
porosnya.

C. Thermistor (Thermal Resistor)

Thermistor adalah Jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu (Temperature).
Thermistor merupakan Singkatan dari Thermal Resistor. Terdapat dua jenis Thermistor yaitu Thermistor
NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).
Bentuk dan Simbol Thermistor :

D. LDR (Light Dependent Resistor)

LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai Resistansinya dipengaruhi oleh
intensitas Cahaya yang diterimanya. Untuk lebih jelas mengenai LDR, Silakan baca : Pengertian LDR dan
Cara Mengukurnya.

Bentuk dan Simbol LDR :

Fungsi-fungsi Resistor
Fungsi-fungsi Resistor di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya adalah sebagai berikut :

Sebagai Pembatas Arus listrik


Sebagai Pengatur Arus listrik
Sebagai Pembagi Tegangan listrik
Sebagai Penurun Tegangan listrik

Mengenal Kode-kode Transistor dan Dioda


Dickson Kho Teori Elektronika

Mengenal Kode-kode Transistor dan Dioda Transistor dan Dioda merupakan komponen Elektronika
Aktif yang terbuat dari bahan Semikonduktor dan masing-masing Transistor maupun Dioda memiliki
karakteriktik yang berbeda-beda tergantung pada tipe dan kegunaannya. Di pasaran, terdapat ribuan tipe
Transistor dan Dioda yang dirancang khusus untuk keperluan tertentu. Seperti Transistor yang dirancang
khusus untuk Penguat daya, Transistor untuk saklar dan Transistor untuk Penggerak (Driver), ada juga yang
dirancang khusus untuk rangkaian yang konsumsi daya rendah ataupun dirancang untuk aplikasi frekuensi
tertentu.

Sistem Pengkodean Transistor

Pada dasarnya, kita dapat mengetahui bahan dasar sebuah Transistor/Dioda dan kegunaannya dari kode
Transistor tersebut. Sistem pengkodean Transistor dan Dioda pada umumnya terdiri dari 3 jenis, yaitu sistem
pengkodean Pro-Electron yang dipakai oleh produsen Eropa dan sistem pengkodean JEDEC yang digunakan
oleh produsen Amerika Utara serta sistem pengkodean JIS yang umumnya digunakan oleh produsen Jepang.

Sistem Pengkodean JEDEC

JEDEC adalah singkatan dari Joint Electron Devie Engineering Council, Sistem pengkodean Transistor
JEDEC ini berasal dari Amerika Utara sehingga banyak digunakan oleh produsen-produsen
Transistor/Dioda yang berasal dari Amerika Utara seperti Amerika Serikat dan Kanada. Sistem pengkodean
JEDEC ini memberikan informasi yang sangat sedikit terhadap karakteristik maupun parameter Transistor
dan Dioda yang bersangkutan.

Format sistem pengkodean JEDEC adalah sebagai berikut :

Angka, Huruf, Nomor Seri

Angka Huruf Nomor Seri


1 = Dioda
Nomor Seri Transistor atau Dioda
2 = Transistor N
yang bersangkutan
3 = FET

Contoh :

1N4148 adalah Dioda, sedangkan 2N706 adalah Transistor.


Sistem Pengkodean Pro-Electron

Sistem Pengkodean Pro-Electron merupakan sistem Pengkodean yang berasal dari Eropa sehingga sering
disebut juga dengan sistem pengkodean Eropa. Produsen-produsen transistor dan dioda Eropa pada
umumnya menggunakan sistem pengkodean ini.

Format sistem pengkodean Pro-Electron adalah sebagai berikut :

Huruf, Huruf, Nomor Seri

Huruf Pertama adalah bahan Semikonduktornya

A = Germanium (Ge)
B = Silikon (Si)
C = Gallium Arsenide (GaAs)

Huruf kedua adalah tipe ataupun aplikasi komponen tersebut.

A = Dioda, Daya atau Sinyal Rendah


B = Dioda, Varicap (Variable Capacitane)
C = Transistor, Frekuensi Audio, Daya rendah
D = Transistor, Frekuensi Audio, Daya tinggi
E = Dioda, Tunnel Diode
F = Transistor, Frekuensi Tinggi, daya rendah
G = Transistor, ragam keperluan
H = Dioda, peka terhadap Magnetik/sensor
L = Transistor, Frekuensi Tinggi, daya tinggi
N = Photocoupler
P = Light Detector (Photo Dioda, Photo Transistor)
Q = Light Emitter
R = Piranti Kemudi dan Saklar, daya rendah (Thrystor, Diac)
S = Transistor Saklar daya rendah
T = Piranti Kemudi dan Saklar, daya rendah (Thrystor, Diac)
U = Transistor Saklar daya tinggi
W = Piranti Surface acoustic wave
X = Dioda Pengganda (Multiplier Diode)
Y = Dioda Penyearah (Rectifier Diode)
Z = Dioda, Voltage reference (Pereferensi Tegangan)

Contoh :

BC107 menandakan Transistor untuk Frekuensi Audio daya rendah yang terbuat dari bahan Silikon.

Sistem Pengkodean JIS

JIS adalah singkatan dari Japan Industrial Standard, Sistem Pengkodean Transistor JIS ini adalah sistem
pengkodean yang digunakan oleh produsen Jepang.

Format sistem pengkodean JIS adalah sebagai berikut :

Angka, dua huruf, nomor seri


Arti dari dua huruf ini diantaranya adalah :

SA = Transistor PNP, Frekuensi tinggi


SB = Transistor PNP, Frekuensi audio
SC = Transistor NPN, Frekuensi tinggi
SD = Transistor NPN, Frekuensi audio
SE = Dioda
SF = Thrystor
SG = Dioda Gunn
SH = UJT
SJ = P-channel FET/MOSFET
SK = N-channel FET/MOSFET
SM = TRIAC
SQ = LED
SR = Rectifier
SS = Signal Diode
ST = Avalanche Diode
SV = Varicap
SZ = Dioda Zener

Contoh :

2SC1815 adalah Transistor NPN yang berfrekuensi tinggi, 2SB646 adalah Transistor PNP untuk frekuensi
audio. Ada juga produsen yang mencetak kode Transistor tanpa menampilkan dua karakter pertama seperti
Transistor 2SC1815 menjadi C1815

KOMPONEN KOMPONEN ELEKTRONIK


1. Resistor

Sistem Kode Warna Resistor 4 Pita

Keterangan:

Pita ke-1 & Pita ke-2 ialah nilai tahanan dengan dua angka.
Pita ke-3 ialah perkalian desimal. Jumlah nol dibelakang angka kedua.
Pita ke-4 adalah nilai toleransi

Tabel Kode Warna Resistor 4 Pita

Contoh A:

Pita ke-1 bewarna hijau, pita ke-2 bewarna biru, pita ke-3 bewarna perak, dan pita ke-4 bewarna emas.

Maka nilainya ialah 0,56 , dgn toleransi 5%

Contoh B:

Pita ke-1 bewarna hijau, pita ke-2 bewarna biru, pita ke-3 bewarna emas, dan pita ke-4 bewarna emas.

Maka nilainya ialah 5,6 , dgn toleransi 5 %

Contoh C:

Pita ke-1 bewarna hijau, pita ke-2 bewarna biru, pita ke-3 bewarna hitam, dan pita ke-4 bewarna emas.

Maka nilainya ialah 56 , dgn toleransi 5%

Contoh D:

Pita ke-1 bewarna hiau, pita ke-2 bewarna biru, pita ke-3 bewarna coklat, dan pita ke-4 bewarna emas.
Maka nilainya ialah 560 , dgn toleransi 5%

Sistem Kode Warna Resistor 5 Pita

Keterangan:

Pita ke-1; Pita ke-2 serta Pita ke-3 ialah 3 angka nilai tahanan.
Pita ke-4 ialah perkalian desimal. Jumlah nol dibelakang angka ketiga.
Pita ke-5 ialah nilai toleransi.

Tabel Kode Warna Resistor 5 Pita

Contoh A:

Pita ke-1 bewarna hijau, Pita ke-2 bewarna hitam, Pita ke-3 bewarna hitam, Pita ke-4 bewarna perak, dan
Pita ke-5 bewarna Coklat.

Maka nilainya ialah 5 , dgn toleransi 1%

Contoh B:

Pita ke-1 bewarna hijau, Pita ke-2 bewarna biru, Pita ke-3 bewarna merah, Pita ke-4 bewarna emas, dan
Pita ke-5 bewarna Coklat.

Maka nilainya ialah 56,2 , dgn toleransi 1%

Contoh C:

Pita ke-1 bewarna hijau, Pita ke-2 bewarna biru, Pita ke-3 bewarna merah, Pita ke-4 bewarna hitam, dan
Pita ke-5 bewarna Coklat.

Maka nilainya ialah 562 , dgn toleransi 1%.

Sistem Kode Warna Resistor 6 Pita


Keterangan:

Pita ke-1, Pita ke-2 serta Pita ke-3 ialah angka dari nilai tahanan
Pita ke-4 ialah perkalian desimal. Jumlah 0 dibelakang angka ketiga.
Pita ke-5 ialah nilai toleransi.
Pita ke-6 ialah koefesien suhu.

Tabel Kode Warna Resistor 6 Pita

Contoh:

Pita ke-1 bewarna hijau, Pita ke-2 bewarna biru, Pita ke-3 bewarna hijau, Pita ke-4 bewarna emas, Pita ke-5
bewarna coklat, dan Pita ke-6 bewarna coklat.

Maka nilainya ialah 56,6 , dgn toleransi 1% serta koefesien

Pengertian Rheostat dan jenis-jenis Rheostat


Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian Rheostat dan jenis-jenis Rheostat Rheostat adalah jenis resistor yang nilai resistansi dapat
diatur (Variable Resistor) dan biasanya digunakan untuk mengendalikan arus listrik (current) terutama pada
rangkaian atau perangkat yang berarus listrik tinggi. Jadi dapat dikatakan bahwa Rheostat adalah Variable
Resistor yang berfungsi untuk mengatur aliran arus listrik (current) pada suatu rangkaian elektronik ataupun
listrik. Istilah Rheostat berasal dari bahasa Yunani yaitu Rheos dan Statis yang artinya adalah
perangkat yang mengendalikan arus listrik (current). Istilah tersebut pertama kali dikemukakan oleh seorang
ilmuwan Inggris yang bernama Sir Charles Wheatstone.

Dalam Struktur Rheostat, satu kaki terminalnya dihubungkan di bagian ujung jalur (track) dan satu
terminalnya lagi dihubungkan pada Wiper (penyapu) atau Slider (penggeser) Rheostat yang dapat bergerak.
Pada saat wiper atau slider bergerak dari satu ujung ke ujung lainnya, nilai resistansi juga akan berubah dari
minimum (0) ke maksimum.

Rheostat pada umumnya memiliki dua kaki terminal namun ada juga berkaki terminal tiga. Meskipun ada
Rheostat yang berterminal tiga, pada penggunaannya dalam mengendalikan arus listrik (current), kita hanya
menggunakan dua kaki rheostat dan satu kakinya lagi yang tak terpakai harus dihubungkan dengan kaki
terminal Wiper atau slider-nya. Oleh karena itu, sebuah Potensiometer yang umumnya berkaki terminal tiga
juga dapat dimodifikasi menjadi sebuah Rheostat. Hampir semua mekanisme pada Potensiometer digunakan
dalam pemodifikasian menjadi rheostat. Satu-satunya langkah untuk memodifikasikan potensiometer
menjadi rheostat adalah dengan menggabungkan salah satu terminal potensiometer dengan terminal Wiper
atau slider-nya. Konstruksi tersebut akan dapat membantu mengurangi variasi nilai pada resistansinya dan
memperkuat peletakannya pada PCB (tidak mudah goyang).
Baca juga : Pengertian dan Fungsi Potensiometer.

Rheostat yang digunakan untuk mengaliri arus listrik besar ini pada umumnya terbuat dari kawat yang
memiliki nilai resistansi tertentu yang digulungkan pada sebuah silinder tahan panas. Slider atau Wiper
Rheostat berbentuk jari logam (metal finger) yang dapat bergerak melintasi jalur (track) resistansi yang
terbuat dari gulungan kawat beresistansi pada rheostat.

Dalam aplikasinya, Rheostat biasanya digunakan untuk mengendalikan perangkat yang berdaya tinggi
seperti pengatur intensitas lampu, pengatur motor berkecepatan tinggi, pengatur suhu pada pemanas (heater)
dan oven.

Simbol Rheostat dan Bagian-bagian utama Rheostat

Jenis-jenis Rheostat
Rheostat dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu Rheostat Rotary, Rheostat Slide dan Rheostat Trimmer.
Berikut ini adalah pembahasan singkat ketiga jenis rheostat yang dimaksud.
1. Rheostat Rotary

Rheostat Rotary adalah Rheostat yang paling sering digunakan untuk mengatur daya listrik. Sebagian besar
Rheostat jenis Rotari ini menggunakan konstruksi terbuka namun ada juga Rheostat Rotari dengan
konstruksi tertutup. Rheostat dipasang secara paralel untuk mengatur tingkat dan rentang daya listrik. Nilai
resistansinya diatur dengan cara memutar wiper-nya searah jarum jam ataupun sebaliknya.

2. Rheostat Slide

Rheostat Slide atau Rheostat Linear banyak digunakan pada laboratorium penelitan dan edukasi. Rheostat
slide terbuat dari kawat beresisten yang digulungkan pada sebuah silinder yang di isolasi. Rheostat Slide
menggunakan Slider atau Penggeser untuk mengatur nilai resistansinya.

3. Rheostat Trimmer

Rheostat Trimmer adalah Rheostat yang berbentuk kecil dan biasanya dipasangkan pada PCB dan harus
menggunakan obeng atau alat khusus untuk mengatur nilai resistansinya.

Perbedaan Rheostat dengan Potensiometer


Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang berarti pada fisik dan cara kerja rheostat dengan potensiometer.
Potensiometer yang memiliki tiga kaki terminal biasanya digunakan untuk mengatur tegangan (voltage)
dengan menggunakan tiga keseluruhan tiga kaki terminalnya sedangkan rheostat digunakan untuk mengatur
arus listrik (current) dengan hanya menggunakan dua terminalnya dan umumnya rheostat digunakan untuk
mengatur arus listrik yang tinggi
Kapasitor

Simbol dan Fungsi Kapasitor beserta jenis-jenisnya Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan
Kondensator (Condensator) adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan muatan listrik
dalam waktu sementara dengan satuan kapasitansinya adalah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari
nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791 ~ 1867) yang berasal dari Inggris. Namun Farad adalah
satuan yang sangat besar, oleh karena itu pada umumnya Kapasitor yang digunakan dalam peralatan
Elektronika adalah satuan Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad, NanoFarad dan MicroFarad.

1 Farad = 1.000.000F (mikro Farad)


1F = 1.000nF (nano Farad)
1F = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF = 1.000pF (piko Farad)

Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat konduktor yang pada umumnya
adalah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai pemisah. Dalam Rangkaian Elektronika,
Kapasitor disingkat dengan huruf C.

Jenis-jenis kapasitor

Berdasarkan bahan Isolator dan nilainya, Kapasitor dapat dibagi menjadi 2 Jenis yaitu Kapasitor Nilai Tetap
dan Kapasitor Variabel. Berikut ini adalah penjelasan singkatnya untuk masing-masing jenis Kapasitor :
A. KAPASITOR NILAI TETAP (FIXED CAPACITOR)

1. Kapasitor Keramik (Ceramic Capasitor)

Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari Keramik dan berbentuk bulat tipis
ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak memiliki arah atau polaritas, jadi dapat dipasang bolak-
balik dalam rangkaian Elektronika. Pada umumnya, Nilai Kapasitor Keramik berkisar antara 1pf sampai
0.01F.

Kapasitor yang berbentuk Chip (Chip Capasitor) umumnya terbuat dari bahan Keramik yang dikemas sangat
kecil untuk memenuhi kebutuhan peralatan Elektronik yang dirancang makin kecil dan dapat dipasang oleh
Mesin Produksi SMT (Surface Mount Technology) yang berkecepatan tinggi.

2. Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)

Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Polyester dengan bentuk persegi empat.
Kapasitor Polyester dapat dipasang terbalik dalam rangkaian Elektronika (tidak memiliki polaritas arah)

3. Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)

Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan pada umumnya nilai kapasitor
kertas berkisar diantara 300pf sampai 4F. Kapasitor Kertas tidak memiliki polaritas arah atau dapat
dipasang bolak balik dalam Rangkaian Elektronika.

4. Kapasitor Mika (Mica Capacitor)

Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan Mika. Nilai Kapasitor Mika pada
umumnya berkisar antara 50pF sampai 0.02F. Kapasitor Mika juga dapat dipasang bolak balik karena tidak
memiliki polaritas arah.

5. Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)

Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari Elektrolit (Electrolyte) dan
berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat dengan ELCO ini sering dipakai pada
Rangkaian Elektronika yang memerlukan Kapasintasi (Capacitance) yang tinggi. Kapasitor Elektrolit yang
memiliki Polaritas arah Positif (-) dan Negatif (-) ini menggunakan bahan Aluminium sebagai pembungkus
dan sekaligus sebagai terminal Negatif-nya. Pada umumnya nilai Kapasitor Elektrolit berkisar dari 0.47F
hingga ribuan microfarad (F). Biasanya di badan Kapasitor Elektrolit (ELCO) akan tertera Nilai
Kapasitansi, Tegangan (Voltage), dan Terminal Negatif-nya. Hal yang perlu diperhatikan, Kapasitor
Elektrolit dapat meledak jika polaritas (arah) pemasangannya terbalik dan melampui batas kamampuan
tegangannya.

6. Kapasitor Tantalum

Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-) seperti halnya Kapasitor
Elektrolit dan bahan Isolatornya juga berasal dari Elektrolit. Disebut dengan Kapasitor Tantalum karena
Kapasitor jenis ini memakai bahan Logam Tantalum sebagai Terminal Anodanya (+). Kapasitor Tantalum
dapat beroperasi pada suhu yang lebih tinggi dibanding dengan tipe Kapasitor Elektrolit lainnya dan juga
memiliki kapasintansi yang besar tetapi dapat dikemas dalam ukuran yang lebih kecil dan mungil. Oleh
karena itu, Kapasitor Tantalum merupakan jenis Kapasitor yang berharga mahal. Pada umumnya dipakai
pada peralatan Elektronika yang berukuran kecil seperti di Handphone dan Laptop.

B. KAPASITOR VARIABEL (VARIABLE CAPACITOR)


Kapasitor Variabel adalah Kapasitor yang nilai Kapasitansinya dapat diatur atau berubah-ubah. Secara fisik,
Kapasitor Variabel ini terdiri dari 2 jenis yaitu :

1. VARCO (Variable Condensator)

VARCO (Variable Condensator) yang terbuat dari Logam dengan ukuran yang lebih besar dan pada
umumnya digunakan untuk memilih Gelombang Frekuensi pada Rangkaian Radio (digabungkan dengan
Spul Antena dan Spul Osilator). Nilai Kapasitansi VARCO berkisar antara 100pF sampai 500pF

2. Trimmer

Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih kecil sehingga memerlukan alat seperti
Obeng untuk dapat memutar Poros pengaturnya. Trimmer terdiri dari 2 pelat logam yang dipisahkan oleh
selembar Mika dan juga terdapat sebuah Screw yang mengatur jarak kedua pelat logam tersebut sehingga
nilai kapasitansinya menjadi berubah. Trimmer dalam Rangkaian Elektronika berfungsi untuk menepatkan
pemilihan gelombang Frekuensi (Fine Tune). Nilai Kapasitansi Trimmer hanya maksimal sampai 100pF.

Fungsi Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika

Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis Komponen Elektronika yang paling sering
digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor memiliki banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian
Elektronika memerlukannya.

Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika :

Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik


Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)
Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
Sebagai Kopling
Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
Sebagai Penggeser Fasa
Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan dengan Spul Antena
dan Osilator)

Untuk mengetahui Cara Membaca nilai Kapasitor dan juga cara mengukur / menguji Kapasitor, silakan
membacanya di artikel : Cara Membaca dan menghitung Nilai Kode Kapasitor dan Cara Mengukur
Kapasitor (Kondensator).
Cara Mengukur Kapasitor dengan Multimeter

Cara Mengukur Kapasitor dengan Multimeter Kapasitor adalah Komponen Elektronika yang dapat
menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara. Untuk mengukur nilai dari sebuah Kapasitor
(Kondensator), kita memerlukan sebuah alat ukur yang dinamakan dengan Capacitance Meter (Kapasitansi
Meter). Capacitance Meter adalah alat ukur yang khusus hanya mengukur nilai Kapasitansi sebuah
Kapasitor. Selain Capacitance Meter, terdapat juga alat ukur gabungan yang dapat mengukur beberapa
macam komponen elektronika, diantaranya adalah LCR Meter dan Multimeter.

LCR Meter adalah alat ukur yang dapat mengukur nilai L (Induktansi / Inductance, untuk mengukur
Induktor atau Coil), C (Kapasitansi / Capacitance, untuk mengukur Kapasitor atau Kondensator) dan R
(Resistansi / Resistance, untuk mengukur Hambatan atau Resistor) sedangkan Multimeter adalah alat ukur
gabungan yang mendapat mengukur Arus, Tegangan, Hambatan (Resistansi) dan juga menguji beberapa
macam Komponen Elektronika seperti Dioda, Kapasitor, Transistor dan Resistor.

Saat ini, telah banyak jenis Multimeter Digital yang telah mempunyai fungsi untuk mengukur nilai
Kapasitor sehingga kita tidak perlu membeli alat khusus untuk mengukur nilai Kapasitansi Kapasitor dan
tentunya Multimeter sebagai alat ukur gabungan memiliki batas tertentu dalam Mengukur Kapasitansi
sebuah Kapasitor. Kapasitor yang mempunyai Kapasitansi yang besar terutama pada Kapasitor Elektrolit
(ELCO) tidak semuanya dapat diukur nilainya oleh sebuah Multimeter Digital. Seperti contoh pada salah
satu Multimeter dengan merek SANWA yang bertipe CD800a, batas pengukuran Kapasitansi Kapasitor
hanya berkisar antara 50nF sampai 100F.

Untuk menguji apakah Komponen Kapasitor dapat berfungsi dengan baik, kita juga dapat menggunakan
Multimeter Analog dengan Skala Resistansi (Ohm). Multimeter Analog tidak dapat mengetahui dengan pasti
nilai Kapasitansi dari sebuah Kapasitor, tetapi cukup bermanfaat untuk mengetahui apakah Kapasitor
tersebut dalam Kondisi baik ataupun rusak (seperti Bocor ataupun Short (hubungan pendek)).

Menguji Kapasitor dengan Multimeter Analog


Berikut ini adalah Cara menguji Kapasitor Elektrolit (ELCO) dengan Multimeter Analog :

1. Atur posisi skala Selektor ke Ohm () dengan skala x1K


2. Hubungkan Probe Merah (Positif ) ke kaki Kapasitor Positif
3. Hubungkan Probe Hitam (Negatif) ke kaki Kapasitor Negatif
4. Periksa Jarum yang ada pada Display Multimeter Analog,
Kapasitor yang baik : Jarum bergerak naik dan kemudian kembali lagi.
Kapasitor yang rusak : Jarum bergerak naik tetapi tidak kembali lagi.
Kapasitor yang rusak : Jarum tidak naik sama sekali.

Mengukur Kapasitor dengan Multimeter Digital


(Yang memiliki Fungsi Kapasitansi Meter)
Cara mengukur Kapasitor dengan Multimeter Digital yang memiliki fungsi Kapasitansi Meter cukup mudah,
berikut ini caranya :

1. Atur posisi skala Selektor ke tanda atau Simbol Kapasitor


2. Hubungkan Probe ke terminal kapasitor.
3. Baca Nilai Kapasitansi Kapasitor tersebut.
Hal yang perlu diingat, cara diatas hanya dapat digunakan pada Multimeter Digital yang memiliki
kemampuan mengukur Kapasitansi.

Untuk lebih akurat, tentunya kita memerlukan alat ukur khusus untuk mengukur Nilai Kapasitansi sebuah
Kapasitor seperti LCR meter dan Capacitance Meter. Cara pengukurannya pun hampir sama dengan cara
menggunakan Multimeter Digital, hanya saja kita perlu menentukan nilai Kapasitansi yang paling dekat
dengan Kapasitor yang akan kita ukur dengan cara mengatur Sakelar Selektor LCR meter dan Kapasitansi
Meter. Dibawah ini adalah gambar bentuk Capacitance Meter, LCR Meter dan Multimeter.
Fungsi Dioda dan Cara Mengukurnya

Fungsi Dioda dan Cara mengukurnya Dioda (Diode) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat
dari bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi
menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Oleh karena itu, Dioda sering dipergunakan sebagai penyearah
dalam Rangkaian Elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu Anoda (+)
dan Katoda (-) dan memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi pertemuan p-n semikonduktor yaitu
dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke sisi tipe-n (Katoda) tetapi tidak dapat
mengalirkan arus ke arah sebaliknya.

Fungsi Dioda and Jenis-jenisnya


Berdasarkan Fungsi Dioda, Dioda dapat dibagi menjadi beberapa Jenis, diantaranya adalah :

Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah arus AC ke
arus DC.
Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil tegangan.
Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan
Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya
Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali

Simbol Dioda
Gambar dibawah ini menunjukan bahwa Dioda merupakan komponen Elektronika aktif yang terdiri dari 2
tipe bahan yaitu bahan tipe-p dan tipe-n :

Prinsip Kerja Dioda


Untuk dapat memperjelas prinsip kerja Dioda dalam menghantarkan dan menghambat aliran arus listrik,
dibawah ini adalah rangkaian dasar contoh pemasangan dan penggunaan Dioda dalam sebuah rangkaian
Elektronika.

Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter


Untuk mengetahui apakah sebuah Dioda dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya, maka
diperlukan pengukuran terhadap Dioda tersebut dengan menggunakan Multimeter (AVO Meter).

Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Analog

1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM () x1k atau x100


2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Katoda (tanda gelang)
3. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Anoda.
4. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
5. Jarum pada Display Multimeter harus bergerak ke kanan
6. Balikan Probe Merah ke Terminal Anoda dan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang).
7. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
8. Jarum harus tidak bergerak.
**Jika Jarum bergerak, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah rusak.
Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital

Pada umumnya Multimeter Digital menyediakan pengukuran untuk Fungsi Dioda, Jika tidak ada, maka kita
juga dapat mengukur Dioda dengan Fungsi Ohm pada Multimeter Digital.

Cara Mengukur Dioda dengan menggunakan Multimeter Digital


(Fungsi Ohm / Ohmmeter)

1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM ()


2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
3. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
5. Display harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.64MOhm)
6. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
7. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
8. Nilai Resistansinya adalah Infinity (tak terhingga) atau Open Circuit.
**Jika terdapat Nilai tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah Rusak.
Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital
(Menggunakan Fungsi Dioda)

1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi Dioda


2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
3. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
5. Display harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.42 V)
6. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
7. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
8. Tidak terdapat nilai tegangan pada Display Multimeter.
**Jika terdapat Nilai tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah Rusak.

Catatan Penting :
Hal yang perlu diperhatikan disini adalah Cara Mengukur Dioda dengan menggunakan Multimeter Analog
dan Multimeter Digital adalah terbalik. Perhatikan Posisi Probe Merah (+) dan Probe Hitamnya (-).

Cara-cara pengukuran tersebut diatas juga dapat digunakan untuk menentukan Terminal mana yang Katoda
dan mana yang Terminal Anoda jika tanda gelang yang tercetak di Dioda tidak dapat dilihat lagi atau
terhapus (hilang).

Photodiode (Dioda Foto) dan Prinsip kerjanya

Pengertian Photodiode (Dioda Foto) dan Prinsip kerjanya Photodiode atau dalam bahasa Indonesia
disebut dengan Dioda Foto adalah komponen Elektronika yang dapat mengubah cahaya menjadi arus listrik.
Dioda Foto merupakan komponen aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan tergolong dalam
keluarga Dioda. Seperti Dioda pada umumnya, Photodiode atau Dioda Foto ini memiliki dua kaki terminal
yaitu kaki terminal Katoda dan kaki terminal Anoda, namun Dioda Foto memiliki Lensa dan Filter Optik
yang terpasang dipermukaannya sebagai pendeteksi cahaya.

Cahaya yang dapat dideteksi oleh Dioda Foto diantaranya seperti Cahaya Matahari, Cahaya Tampak, Sinar
Inframerah, Sinar Ultra-violet hingga sinar X. Oleh karena itu, Photodiode atau Dioda Foto yang dapat
mendeteksi berbagai Cahaya ini telah banyak diaplikasikan ke berbagai perangkat Elektronika dan listrik
seperti Penghitung Kendaraan, Sensor Cahaya Kamera, Alat-alat medis, Scanner Barcode dan peralatan
keamanan.

Bahan-bahan Semikonduktor untuk Photodiode (Dioda Foto)

Bahan Semikonduktor yang biasanya digunakan sebagai bahan dasar Photodiode adalah Silikon (Si),
Germanium (Ge), Indium gallium arsenide phosphide (InGaAsP), Indium gallium arsenide (InGaAs).

Silikon (Si) : Arus Gelap rendah, berkecepatan tinggi, kepekaan (sensitivitas) baik di jarak sekitar
400nm hingga 1000nm (terbaik di jarak 800nm 900nm)
Germanium (Ge) : Arus Gelap lebih tinggi, berkecepatan rendah, kepekaan (sensitivitas) baik di
jarak sekitar 900nm 1600nm (terbaik di jarak 1400nm 1500nm)
Indium gallium arsenide phosphide (InGaAsP) : Mahal, arus gelap rendah, berkecepatan tinggi,
kepekaan (sensitivitas) baik di jarak sekitar 1000nm 1350nm (terbaik di jarak 1100nm 1300nm)
Indium gallium arsenide (InGaAs) : Mahal, arus gelap rendah, berkecepatan tinggi, kepekaan
(sensitivitas) baik di jarak sekitar 900nm 1700nm (terbaik di jarak 1300nm 1600nm)

Bentuk dan Simbol Photodiode (Dioda Foto)


Prinsip Kerja Photodiode (Dioda Foto)

Photodiode terdiri dari satu lapisan tipis semikonduktor tipe-N yang memiliki kebanyakan elektron dan satu
lapisan tebal semikonduktor tipe-P yang memiliki kebanyakan hole. Lapisan semikonduktor tipe-N adalah
Katoda sedangkan lapisan semikonduktor tipe-P adalah Anoda.

Saat Photodiode terkena cahaya, Foton yang merupakan partikel terkecil cahaya akan menembus lapisan
semikonduktor tipe-N dan memasuki lapisan semikonduktor tipe-P. Foton-foton tersebut kemudian akan
bertabrakan dengan elektron-elektron yang terikat sehingga elektron tersebut terpisah dari intinya dan
menyebabkan terjadinya hole. Elektron terpisah akibat tabrakan dan berada dekat persimpangan PN (PN
junction) akan menyeberangi persimpangan tersebut ke wilayah semikonduktor tipe-N. Hasilnya, Elektron
akan bertambah di sisi semikonduktor N sedangkan sisi semikonduktor P akan kelebihan Hole. Pemisahan
muatan positif dan negatif ini menyebabkan perbedaan potensial pada persimpangan PN. Ketika kita
hubungkan sebuah beban ataupun kabel ke Katoda (sisi semikonduktor N) dan Anoda (sisi semikonduktor
P), Elektron akan mengalir melalui beban atau kabel tersebut dari Katoda ke Anoda atau biasanya kita sebut
sebagai aliran arus listrik.

Model Pengoperasian Photodiode (Dioda Foto)

Terdapat dua model pengoperasian pada Photodiode, yaitu dengan model Photovoltaic dan model
Photoconductive.

1. Model Photovoltaic

Seperti Sel Surya (Solar Sel), Photodiode juga dapat menghasilkan tegangan yang dapat diukur. Namun
tegangan dan arus listrik yang dihasilkannya sangat kecil dan tidak cukup untuk menyala sebuah lampu
maupun perangkat elektronika.
Baca juga : Pengertian Sel Surya dan Prinsip kerjanya.

2. Model Photoconductive

Karena tidak dapat menghasilkan arus listrik yang cukup untuk kebutuhan rangkaian elektronika, maka
biasanya Photodiode digabungkan dengan sumber tegangan yang dipasangkan secara bias terbalik (reversed
biased voltage). Model Photoconductive ini menggunakan Sumber tegangan lain sebagai penggerak beban
atau rangkaian Elektronika, sedangkan Photodiode sendiri berfungsi sebagai Saklar (Switch) yang
mengalirkan arus listrik ketika dikenakan cahaya.

Pengertian dan Fungsi Dioda Zener


Pengertian dan Fungsi Dioda Dioda Zener (Zener Diode) adalah Komponen Elektronika yang terbuat
dari Semikonduktor dan merupakan jenis Dioda yang dirancang khusus untuk dapat beroperasi di rangkaian
Reverse Bias (Bias Balik). Pada saat dipasangkan pada Rangkaian Forward Bias (Bias Maju), Dioda Zener
akan memiliki karakteristik dan fungsi sebagaimana Dioda Normal pada umumnya. Efek Dioda jenis ini
ditemukan oleh seorang Fisikawan Amerika yang bernama Clarence Melvin Zener pada tahun 1934
sehingga nama Diodanya juga diambil dari nama penemunya yaitu Dioda Zener.

Bentuk dan Simbol Dioda Zener


Dibawah ini adalah bentuk dan Simbol Dioda Zener :

Prinsip Kerja Dioda Zener


Pada dasarnya, Dioda Zener akan menyalurkan arus listrik yang mengalir ke arah yang berlawanan jika
tegangan yang diberikan melampaui batas Breakdown Voltage atau Tegangan Tembus Dioda Zenernya.
Karakteristik ini berbeda dengan Dioda biasa yang hanya dapat menyalurkan arus listrik ke satu arah.
Tegangan Tembus (Breakdown Voltage) ini disebut juga dengan Tegangan Zener.

Untuk lebih jelas mengenai Dioda Zener, mari kita lihat Rangkaian dasar Dioda Zener dibawah ini :
Dalam Rangkaian diatas, Dioda Zener dipasang dengan prinsip Bias Balik (Reverse Bias), Rangkaian
tersebut merupakan cara umum dalam pemasangan Dioda Zener. Dalam Rangkaian tersebut, tegangan Input
(masuk) yang diberikan adalah 12V tetapi Multimeter menunjukan tegangan yang melewati Dioda Zener
adalah 2,8V. Ini artinya tegangan akan turun saat melewati Dioda Zener yang dipasang secara Bias
Balik (Reverse Bias). Sedangkan fungsi Resistor dalam Rangkaian tersebut adalah untuk pembatas arus
listrik. Untuk menghitung Arus Listrik (Ampere) tersebut, kita dapat menggunakan Hukum Ohm seperti
dibawah ini :

(Vinput Vzener) / R = I
(12 2,8) /460 = 19,6mA

Jika menggunakan Tegangan yang lebih tinggi, contohnya 24V. Maka arus listrik yang mengalir dalam
Rangkaian tersebut akan semakin besar :

(24 2,8) / 460 = 45mA

Akan tetapi, tegangan yang melewati Dioda Zener akan sama yaitu 2,8V. Oleh karena itu, Dioda Zener
merupakan Komponen Elektronika yang cocok untuk digunakan sebagai Voltage Regulator (Pengatur
Tegangan), Dioda Zener akan memberikan tegangan tetap dan sesuai dengan Tegangan Zenernya terhadap
Tegangan Input yang diberikan.

Pada umumnya Tegangan Dioda Zener yang tersedia di pasaran berkisar di antara 2V sampai 70V dengan
daya (power) dari 500mW sampai dengan 5W.

Untuk menghitung disipasi daya Dioda Zener, kita dapat menggunakan rumus :

P = Vz I

Contoh :

P = 2,8 x 19,6
P = 54,9mW

Dioda Zener biasanya diaplikasikan pada Voltage Regulator (Pengatur Tegangan) dan Over Voltage
Protection (Perlindungan terhadap kelebihan Tegangan). Fungsi Dioda Zener dalam rangkaian-rangkaian
tersebut adalah untuk menstabilkan arus dan tegangan.
Pengertian Thermistor (NTC dan PTC) beserta
Karakteristiknya
Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian Thermistor (NTC dan PTC) beserta Karakteristiknya Thermistor adalah salah satu jenis
Resistor yang nilai resistansi atau nilai hambatannya dipengaruhi oleh Suhu (Temperature). Thermistor
merupakan singkatan dari Thermal Resistor yang artinya adalah Tahanan (Resistor) yang berkaitan
dengan Panas (Thermal). Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature
Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).

Komponen Elektronika yang peka dengan suhu ini pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan inggris
yang bernama Michael Faraday pada 1833. Thermistor yang ditemukannya tersebut merupakan Thermistor
jenis NTC (Negative Temperature Coefficient). Michael Faraday menemukan adanya penurunan Resistansi
(hambatan) yang signifikan pada bahan Silver Sulfide ketika suhu dinaikkan. Namun Thermitor komersil
pertama yang dapat diproduksi secara massal adalah Thermistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun
1930. Samuel Ruben adalah seorang ilmuwan yang berasal dari Amerika Serikat.

Seperti namanya, Nilai Resistansi Thermistor NTC akan turun jika suhu di sekitar Thermistor NTC tersebut
tinggi (berbanding terbalik / Negatif). Sedangkan untuk Thermistor PTC, semakin tinggi suhu disekitarnya,
semakin tinggi pula nilai resistansinya (berbanding lurus / Positif).

Simbol dan Gambar Thermistor PTC dan NTC


Berikut ini adalah Simbol dan Gambar Komponen Thermistor PTC dan NTC :

Karaktreristik Thermistor NTC dan PTC


Contoh perubahaan Nilai Resistansi Thermistor NTC saat terjadinya perubahan suhu disekitarnya (dikutip
dari Data Sheet salah satu Produsen Thermistor MURATA Part No. NXFT15XH103), Thermistor NTC
tersebut bernilai 10k pada suhu ruangan (25C), tetapi akan berubah seiring perubahan suhu disekitarnya.
Pada -40C nilai resistansinya akan menjadi 197.388k, saat kondisi suhu di 0C nilai resistansi NTC akan
menurun menjadi 27.445k, pada suhu 100C akan menjadi 0.976k dan pada suhu 125C akan menurun
menjadi 0.532k. Jika digambarkan, maka Karakteristik Thermistor NTC tersebut adalah seperti dibawah
ini :
Pada umumnya Thermistor NTC dan Thermistor PTC adalah Komponen Elektronika yang berfungsi sebagai
sensor pada rangkaian Elektronika yang berhubungan dengan Suhu (Temperature). Suhu operasional
Thermistor berbeda-beda tergantung pada Produsen Thermistor itu sendiri, tetapi pada umumnya berkisar
diantara -90C sampai 130C. Beberapa aplikasi Thermistor NTC dan PTC di kehidupan kita sehari-hari
antara lain sebagai pendeteksi Kebakaran, Sensor suhu di Engine (Mesin) mobil, Sensor untuk memonitor
suhu Battery Pack (Kamera, Handphone, Laptop) saat Charging, Sensor untuk memantau suhu Inkubator,
Sensor suhu untuk Kulkas, sensor suhu pada Komputer dan lain sebagainya.

Untuk mengetahui cara mengukur/menguji Thermistor (PTC/NTC). Silakan baca artikel : Cara Mengukur
Thermistor PTC dan NTC dengan Multimeter.

Thermistor NTC atau Thermistor PTC merupakan komponen Elektronika yang digolongkan sebagai
Komponen Transduser, yaitu komponen ataupun perangkat yang dapat mengubah suatu energi ke energi
lainnya. Dalam hal ini, Thermistor merupakan komponen yang dapat mengubah energi panas (suhu) menjadi
hambatan listrik. Thermistor juga tergolong dalam kelompok Sensor Suhu. Baca juga : Pengertian Sensor
Suhu dan Jenis-jenisnya.
Pengertian MCB (Miniature Circuit Breaker) dan
Prinsip kerjanya
Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian MCB (Miniature Circuit Breaker) dan Prinsip kerjanya MCB (Miniature Circuit Breaker)
atau Miniatur Pemutus Sirkuit adalah sebuah perangkat elektromekanikal yang berfungsi sebagai pelindung
rangkaian listrik dari arus yang berlebihan. Dengan kata lain, MCB dapat memutuskan arus listrik secara
otomatis ketika arus listrik yang melewati MCB tesebut melebihi nilai yang ditentukan. Namun saat arus
dalam kondisi normal, MCB dapat berfungsi sebagai saklar yang bisa menghubungkan atau memutuskan
arus listrik secara manual.

MCB pada dasarnya memiliki fungsi yang hampir sama dengan Sekering (FUSE) yaitu memutuskan aliran
arus listrik rangkaian ketika terjadi gangguan kelebihan arus. Terjadinya kelebihan arus listrik ini dapat
dikarenakan adanya hubung singkat (Short Circuit) ataupun adanya beban lebih (Overload). Namun MCB
dapat di-ON-kan kembali ketika rangkaian listrik sudah normal, sedangkan Fuse/Sekering yang terputus
akibat gangguan kelebihan arus tersebut tidak dapat digunakan lagi.

Prinsip kerja MCB (Miniature Circuit Breaker)


Pada kondisi Normal, MCB berfungsi sebagai sakelar manual yang dapat menghubungkan (ON) dan
memutuskan (OFF) arus listrik. Pada saat terjadi Kelebihan Beban (Overload) ataupun Hubung Singkat
Rangkaian (Short Circuit), MCB akan beroperasi secara otomatis dengan memutuskan arus listrik yang
melewatinya. Secara visual, kita dapat melihat perpindahan Knob atau tombol dari kondisi ON menjadi
kondisi OFF. Pengoperasian otomatis ini dilakukan dengan dua cara seperti yang terlihat pada gambar
dibawah ini yaitu dengan cara Magnetic Tripping (Pemutusan hubungan arus listrik secara Magnetik) dan
Thermal Tripping (Pemutusan hubungan arus listrik secara Thermal/Suhu).

a. Thermal Tripping (Pemutusan Hubungan arus listrik dengan Suhu Tinggi)

Pada saat kondisi Overload (Kelebihan Beban), Arus yang mengalir melalui Bimetal menyebabkan suhu
Bimetal itu sendiri menjadi tinggi. Suhu panas tersebut mengakibatkan Bimetal melengkung sehingga
memutuskan kontak MCB (Trip).
b. Magnetic Tripping (Pemutusan Hubungan arus listrik secara Magnetik)

Ketika terjadi Hubung Singkat Rangkaian (Short Circuit) secara mendadak ataupun Kelebihan Beban yang
sangat tinggi (Heavy Overload), Magnetic Trippping atau pemutusan hubungan arus listrik secara Magnetik
akan diberlakukan. Pada saat terjadi hubungan singkat ataupun kelebihan beban berat, Medan magnet pada
Solenoid MCB akan menarik Latch (palang) sehingga memutuskan kontak MCB (Trip).

Sebagian besar MCB (Miniature Circuit Breaker) yang digunakan saat ini menggunakan dua mekanisme
pemutusan hubungan arus listrik ini (Thermal Tripping dan Magneting Tripping).

Jenis-jenis MCB (Miniature Circuit Breaker)


MCB atau Miniatur Pemutus Sirkuit ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama berdasarkan
karakteristik pemutusan sirkuitnya. Tiga jenis utama tersebut adalah MCB Tipe B, MCB Tipe C dan MCB
Tipe D.

1. MCB Tipe B
MCB Tipe B adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar 3 sampai 5 kali dari arus
maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe B ini umumnya digunakan pada
instalasi listrik di perumahan ataupun di industri ringan.

2. MCB Tipe C

MCB Tipe C adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar 5 sampai 10 kali dari arus
maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe C ini biasanya digunakan pada Industri
yang memerlukan arus yang lebih tinggi seperti pada lampu penerangan gedung dan motor-motor kecil.

3. MCB Tipe D

MCB Tipe C adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar dari 10 hingga 25 kali dari arus
maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe C ini biasanya digunakan pada
peralatan listrik yang menghasilkan lonjakan arus tinggi seperti Mesin Sinar X (X-Ray), Mesin Las, Motor-
motor Besar dan Mesin-mesin produksi lainnya.

Arus Nominal MCB yang umum adalah 6A, 10A, 13A, 16A, 20A, 25A, 32A, 40A, 50A, 63A, 80A, 100A
dan 125A.

Arti Kode pada MCB (Miniature Circuit Breaker)


Dickson Kho Teori Elektronika

Arti Kode pada MCB (Miniature Circuit Breaker) MCB (Miniature Circuit Breaker) atau umumnya
disebut dengan Breaker merupakan salah satu perangkat penting dalam instalasi listrik. MCB yang
digunakan sebagai pelindung rangkaian listrik ini umumnya digunakan sebagai pengaman mesin di pabrik
maupun sebagai pembatas arus di rumah dan gedung.

Untuk melindungi keselamatan kita sendiri maupun keamanan perangkat listrik rumah kita, kita perlu
memilih dan menentukan MCB/Breaker yang sesuai dengan kebutuhan kita. Anda dapat membaca artikel
Cara Menghitung Daya Listrik yang diperlukan Rumah untuk menentukan pilihan MCB sesuai dengan
daya listrik yang digunakan oleh rumah anda.

Arti Kode pada MCB (Miniature Circuit Breaker)


Pada umumnya, Batas Arus dan karakteristik kurva sebuah MCB telah tercetak di permukaan MCB itu
sendiri. Cara membacanya pun mudah. Berikut ini beberapa tulisan atau kode penting yang tercetak di MCB
itu sendiri dan perlu kita ketahui.
Model Number (Nomor Model)

Untuk mempermudah komunikasi antara produsen dan konsumen, setiap MCB dilengkapi dengan nomor
modelnya. Setiap produsen memiliki penomoran masing-masing. Jika ada keluhan, kita dapat menyebutkan
nomor modelnya sehingga produsen ataupun penjual dapat dengan mudah mengetahui jenis dan nilai MCB
yang bersangkutan.

Batas Arus dan nilai kurva MCB

Seperti gambar contoh diatas, terdapat tulisan C16. C menandakan karakteristik kurvanya yang terdiri dari 3
tipe umum yaitu B, C dan D. Tipe B akan trip apabila terjadi kelebihan arus sebesar 3 hingga 5 kali lipat.
Tipe C akan trip apabila arus yang melewatinya lebih besar 5 hingga 10 kali. Sedangkan tipe D adalah 10
hingga 25 kali.

Pemilihan karakteristik kurva ini harus hati-hati, peralatan yang berbeda memerlukan jenis karakteristik
yang berbeda pula. Contohnya seperti peralatan-peralatan listrik yang memiliki beban resistif (Heater dan
Lampu Penerangan) harus menggunakan MCB tipe B, Peralatan listrik yang memiliki beban induktif seperti
Pompa dan Motor harus menggunakan MCB tipe C sedangkan peralatan listrik yang memiliki beban
induktif dan kapasitif yang sangat tinggi harus menggunakan MCB tipe D.

Bagian Angka di belakang karakteristik kurva adalah batas Arus listrik dalam satuan Ampere. Contoh diatas
menunjukan angka 16 yang artinya adalah 16 Ampere.

Tegangan Operasional

Nilai Tegangan Operasional adalah dalam satuan Volt. Tulisan ini menyatakan nilai Tegangan yang dapat
digunakan. Listrik 3 fase biasanya menggunakan MCB 400V atau 415V sedangkan fase tunggal adalah
230V atau 240V. Pilihlah nilai tegangan operasional sesuai dengan aplikasinya. Ada MCB yang dapat
diaplikasikan untuk listrik fase tunggal dan listrik 3 fase. Ada juga yang hanya salah satunya.

Kapasitas Breaking MCB

Yang dimaksud dengan Kapasitas Breaking MCB (MCB Breaking Capacity) adalah kemampuan kerja atau
daya tahan MCB. Jika MCB-nya tertulis 6000, ini berarti MCB yang bersangkutan masih baik hingga
maksimal 6000A dan akan rusak jika arus yang mengalirinya melebih 6000A.

Kelas Energi
Kelas Energi atau Energy Class adalah spesifikasi MCB yang menyatakan karakteristik energi maksimum
dari arus listrik yang dapat melalui MCB. Kelas Energi pada MCB diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu
kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Kelas 3 adalah yang terbaik karena memungkinkan energi yang melaluinya
sebesar 1,5L joule/detik.

Indikator Status

Indikator Status terdiri dua yaitu ON dan OFF. Jangan beli MCB yang tidak memiliki indikator status yang
jelas karena akan menyebabkan kebingungan sehingga mengakibatkan kerusakan yang serius atau
berpotensi membahayakan.

Simbol Operasi MCB

Simbol Operasi MCB ini menunjukan jumlah Pole MCB, jika terdapat dua simbol berarti MCB yang
bersangkutan adalah MCB dua pole.

Demikian cara mengetahui arti kode pada MCB, semoga bermanfaat

Pengertian Op-Amp (Operational Amplifier)


Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian Op-Amp (Operational Amplifier) Operational Amplifier atau lebih dikenal dengan istilah
Op-Amp adalah salah satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah Op-
Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi
sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang
luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau Operational Amplifier sering disebut juga dengan Penguat
Operasional.

Op-Amp umumnya dikemas dalam bentuk IC, sebuah IC Op-Amp dapat terdiri dari hanya 1 (satu)
rangkaian Op-Amp atau bisa juga terdiri dari beberapa rangkaian Op-Amp. Jumlah rangkaian Op-Amp
dalam satu kemasan IC dapat dibedakan menjadi Single Op-Amp, dual Op-Amp dan Quad Op-Amp. Ada
juga IC yang didalamnya terdapat rangkaian Op-Amp disamping rangkaian utama lainnya.

Sebuah rangkaian Op-Amp memiliki dua input (masukan) yaitu satu Input Inverting dan satu Input Non-
inverting serta memiliki satu Output (keluaran). Sebuah Op-Amp juga memiliki dua koneksi catu daya yaitu
satu untuk catu daya positif dan satu lagi untuk catu daya negatif. Bentuk Simbol Op-Amp adalah Segitiga
dengan garis-garis Input, Output dan Catu dayanya seperti pada gambar dibawah ini. Salah satu tipe IC Op-
Amp yang populer adalah IC741.

Bentuk dan Simbol IC Op-Amp


Berikut dibawah ini adalah Simbol dan bentuk IC Op-Amp pada umumnya.

Terminal yang terdapat pada Simbol Op-Amp (Operational Amplifier/penguat operasional) diantaranya
adalah :

1. Masukan non-pembalik (Non-Inverting) +


2. Masukan pembalik (Inverting)
3. Keluaran Vout
4. Catu daya positif +V
5. Catu daya negatif -V

Karakteristik Op-Amp (Operational Amplifier)


Karakteristik Faktor Penguat atau Gain pada Op-Amp pada umumnya ditentukan oleh Resistor Eksternal
yang terhubung diantara Output dan Input pembalik (Inverting Input). Konfigurasi dengan umpan balik
negatif (Negative Feedback) ini biasanya disebut dengan Closed-Loop configuration atau Konfigurasi
Lingkar Tertutup. Umpan balik negatif ini akan menyebabkan penguatan atau gain menjadi berkurang dan
menghasilkan penguatan yang dapat diukur serta dapat dikendalikan. Tujuan pengurangan Gain dari Op-
Amp ini adalah untuk menghindari terjadinya Noise yang berlebihan dan juga untuk menghindari respon
yang tidak diinginkan. Sedangkan pada Konfigurasi Lingkar Terbuka atau Open-Loop Configuration, besar
penguatannya adalah tak terhingga () sehingga besarnya tegangan output hampir atau mendekati tegangan
Vcc.
Secara umum, Operational Amplifier (Op-Amp) yang ideal memiliki karakteristik sebagai berikut :

Penguatan Tegangan Open-loop atau Av = (tak terhingga)


Tegangan Offset Keluaran (Output Offset Voltage) atau Voo = 0 (nol)
Impedansi Masukan (Input Impedance) atau Zin= (tak terhingga)
Impedansi Output (Output Impedance ) atau Zout = 0 (nol)
Lebar Pita (Bandwidth) atau BW = (tak terhingga)
Karakteristik tidak berubah dengan suhu

Pada dasarnya, kondisi Op-Amp ideal hanya merupakan teoritis dan hampir tidak mungkin dicapai dalam
kondisi praktis. Namun produsen perangkat Op-Amp selalu berusaha untuk memproduksi Op-Amp yang
mendekati kondisi idealnya ini. Oleh karena itu, sebuah Op-Amp yang baik adalah Op-Amp yang memiliki
karakteristik yang hampir mendekati kondisi Op-Amp Ideal

Pengertian Relay dan Fungsinya


Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian Relay dan Fungsinya Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan
merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni
Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip
Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power)
dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang
menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai
saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.

Gambar Bentuk dan Simbol Relay


Prinsip Kerja Relay
Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :

1. Electromagnet (Coil)
2. Armature
3. Switch Contact Point (Saklar)
4. Spring

Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay :

Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi CLOSE
(tertutup)
Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN
(terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil yang berfungsi
untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya
Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi
baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi
dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat
tidak dialiri arus listrik, Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay
untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif
kecil.

Arti Pole dan Throw pada Relay


Karena Relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah Pole dan Throw yang dipakai dalam
Saklar juga berlaku pada Relay. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai Istilah Pole and Throw :

Pole : Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay


Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (Contact)

Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay dapat digolongkan
menjadi :

Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2 Terminal untuk Saklar
dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal, 3 Terminal untuk
Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal, diantaranya 4
Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay
DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal sebanyak 8 Terminal,
diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single)
Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil.

Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan Throw-nya melebihi dari 2 (dua).
Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun 4PDT (Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya.

Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan Throw, silakan lihat gambar

dibawah ini :

Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay


Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika diantaranya adalah :

1. Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)


2. Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay Function)
3. Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan dari Signal
Tegangan rendah.
4. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya dari kelebihan
Tegangan ataupun hubung singkat (Short)

Cara Mengukur Relay dengan Menggunakan


Multimeter
Dickson Kho Pengujian Komponen

Cara Mengukur Relay dengan Menggunakan Multimeter Pada artikel sebelumnya telah
menjelaskan Prinsip kerja Relay beserta fungsi-fungsinya. Pada artikel ini kita akan membahas tentang cara
untuk mengukur atau menguji Relay dengan menggunakan Multimeter. Pada dasarnya, Relay merupakan
Komponen Elektromechanical yang terdiri dari sebuah Coil (Lilitan), seperangkat Kontak yang membentuk
Saklar (Switch) dan juga Kaki-kaki Terminal penghubung. Dengan kata lain, Relay adalah saklar yang
dioperasikan secara Elektronik. Baca juga : Pengertian Relay dan Fungsinya.

Terdapat 2 kondisi Kontak pada Relay yaitu Kondisi NO (Normally Open) dan NC (Normally Close).
Kontak yang selalu berada pada posisi OPEN (Terbuka) saat Relay tidak diaktifkan disebut dengan NO
(Normally Open). Sedangkan Kontak yang selalu berada pada posisi CLOSE (Tertutup) saat Relay tidak
diaktifkan disebut dengan NC (Normally Close).

Cara Mengukur Relay dengan Multimeter


Kita dapat menggunakan Multimeter Analog maupun Multimeter Digital untuk mengukur atau menguji
apakan Relay yang ingin kita uji tersebut dalam kondisi baik ataupun tidak. Kondisi yang diukur diantaranya
adalah Nilai Resistansi Coil Relay dan juga kondisi Kontak Poin (Contact Point) saat diaktifkan maupun
saat tidak diaktifkan. Untuk lebih akurat, kita memerlukan Power Supply untuk mengaktifkan Relay yang
bersangkutan (contohnya Baterai 9V).

Berikut ini adalah cara untuk Mengukur Relay dengan menggunakan Multimeter Digital :

Pengukuran pada Kondisi Relay tidak diaktifkan :

1. Aturlah posisi Saklar Multimeter pada posisi Ohm ()


2. Hubungkan salah satu Probe Multimeter pada Terminal COM dan Probe lainnya di Terminal NC
(Normally Close), pastikan nilai yang ditunjukan pada Display Multimeter adalah 0 Ohm. Kondisi
tersebut menandakan antara Terminal COM dan Terminal NC terhubung dengan baik (Short).
3. Pindahkan Probe Multimeter yang berada di Terminal NC ke Terminal NO (Normally Open),
pastikan nilai yang ditunjukan pada Display Multimeter adalah Tak terhingga. Kondisi tersebut
menandakan antara Terminal COM dan Terminal NO tidak memiliki hubungan atau dalam kondisi
Open dengan baik.

4. Hubungkan Probe Multimeter ke Terminal Coil (2 Point) untuk mengukur nilai Resistansi Coil
apakah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh pembuat Relay tersebut (spesifikasi

Manufakturer).

Pengukuran pada Kondisi Relay diaktifkan :

1. Sekarang aktifkanlah Relay dengan menghubungkan arus listrik sesuai dengan tegangan Relay-nya.
Misalnya dengan menggunakan baterai 9V untuk meng-aktif-kannya.
2. Akan terdengar suara klik saat Relay tersebut aktif setelah dialiri arus listrik. Suara Klik
menandakan Kontak Poin telah berpindah dari posisi NC ke posisi NO.
3. Pastikan Posisi Saklar Multimeter masih berada di posisi Ohm ()
4. Hubungkan salah satu Probe Multimeter pada Terminal COM dan Probe lainnya di NC (Normally
Close), pastikan nilai yang ditunjukan pada Display adalah Tak terhingga. Kondisi tersebut
menandakan antara Terminal COM dan Terminal NC tidak memiliki hubungan sama sekali pada
saat Relay diaktifkan atau dalam kondisi Open dengan baik.
5. Pindah Probe Multimeter yang berada di Terminal NC ke NO (Normally Open), pastikan nilai yang
ditunjukan pada Display Multimeter adalah 0 Ohm. Kondisi tersebut menandakan antara Terminal
COM dan Terminal NO terhubung dengan baik pada saat Relay diaktifkan.

Pengertian IC (Integrated Circuit) dan


Aplikasinya
Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian IC (Integrated Circuit) dan Aplikasinya Integrated Circuit atau disingkat dengan IC adalah
Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan ratusan, ribuan bahkan jutaan Transistor, Dioda,
Resistor dan Kapasitor yang diintegrasikan menjadi suatu Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan
kecil. Bahan utama yang membentuk sebuah Integrated Circuit (IC) adalah Bahan Semikonduktor. Silicon
merupakan bahan semikonduktor yang paling sering digunakan dalam Teknologi Fabrikasi Integrated
Circuit (IC). Dalam bahasa Indonesia, Integrated Circuit atau IC ini sering diterjemahkan menjadi Sirkuit
Terpadu.
Sejarah Singkat IC (Integrated Circuit)
Teknologi Integrated Circuit (IC) atau Sirkuit Terpadu ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1958 oleh
Jack Kilby yang bekerja untuk Texas Instrument, setengah tahun kemudian Robert Noyce berhasil
melakukan fabrikasi IC dengan sistem interkoneksi pada sebuah Chip Silikon. Integrated Circuit (IC)
merupakan salah satu perkembangan Teknologi yang paling signifikan pada abad ke 20.

Sebelum ditemukannya IC, peralatan Elektronik saat itu umumnya memakai Tabung Vakum sebagai
komponen utama yang kemudian digantikan oleh Transistor yang memiliki ukuran yang lebih kecil. Tetapi
untuk merangkai sebuah rangkaian Elektronika yang rumit dan kompleks, memerlukan komponen Transistor
dalam jumlah yang banyak sehingga ukuran perangkat Elektronika yang dihasilkannya pun berukuran besar
dan kurang cocok untuk dapat dibawa berpergian (portable).

Teknologi IC (Integrated Circuit) memungkinkan seorang perancang Rangkaian Elektronika untuk membuat
sebuah peralatan Elektronika yang lebih kecil, lebih ringan dengan harga yang lebih terjangkau. Konsumsi
daya listrik sebuah IC juga lebih rendah dibanding dengan Transistor. Oleh karena itu, IC (Integrated
Circuit) telah menjadi komponen Utama pada hampir semua peralatan Elektronika yang kita gunakan saat
ini.

Tanpa adanya Teknologi IC (Integrated Circuit) mungkin saat ini kita tidak dapat menikmati peralatan
Elektronika Portable seperti Handphone, Laptop, MP3 Player, Tablet PC, Konsol Game Portable, Kamera
Digital dan peralatan Elektronika yang bentuknya kecil dan dapat dibawa bepergian kemana-mana.

Dibawah ini adalah gambar IC (Integrated Circuit) dan Simbolnya :

Aplikasi dan Fungsi IC (Integrated Circuit)


Berdasarkan Aplikasi dan Fungsinya, IC (Integrated Circuit) dapat dibedakan menjadi IC Linear, IC Digital
dan juga gabungan dari keduanya.

IC Linear

IC Linear atau disebut juga dengan IC Analog adalah IC yang pada umumnya berfungsi sebagai :

Penguat Daya (Power Amplifier)


Penguat Sinyal (Signal Amplifier)
Penguat Operasional (Operational Amplifier / Op Amp)
Penguat Sinyal Mikro (Microwave Amplifier)
Penguat RF dan IF (RF and IF Amplifier)
Voltage Comparator
Multiplier
Penerima Frekuensi Radio (Radio Receiver)
Regulator Tegangan (Voltage Regulator)

IC Digital

IC Digital pada dasarnya adalah rangkaian switching yang tegangan Input dan Outputnya hanya memiliki 2
(dua) level yaitu Tinggi dan Rendah atau dalam kode binary dilambangkan dengan 1 dan 0.

IC Digital pada umumnya berfungsi sebagai :

Flip-flop
Gerbang Logika (Logic Gates)
Timer
Counter
Multiplexer
Calculator
Memory
Clock
Microprocessor (Mikroprosesor)
Microcontroller

Hal yang perlu dingat bahwa IC (Integrated circuit) merupakan Komponen Elektronika Aktif yang sensitif
terhadap pengaruh Electrostatic Discharge (ESD). Jadi, diperlukan penanganan khusus untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada IC tersebut.

Jenis-jenis Pengelompokan IC (Integrated Circuit)


Dickson Kho Komponen Elektronika

Jenis-jenis Pengelompokan IC (Integrated Circuit) Integrated Circuit atau sering disingkat dengan IC
adalah komponen yang sering dijumpai dalam rangkaian elektronika modern dan canggih. Hampir semua
perangkat Elektronik yang kita pergunakan saat ini memakainya. Kepopuleran IC ini dikarenakan
kemampuannya yang dapat meng-integrasikan ratusan bahkan jutaan Transistor, Dioda, Resistor dan
Kapasitor ke dalam suatu kemasan yang cukup kecil. Dalam bahasa Indonesia, Integrated Circuit atau IC ini
sering disebut dengan Sirkuit Terpadu.

Jenis-jenis Pengelompokan IC
Pada dasarnya, ada banyak jenis pengklasifikasian pada IC. Ada yang mengelompokan IC berdasarkan
aplikasinya, ada yang mengelompokannya berdasarkan jumlah komponen yang digunakan, ada yang
mengelompokannya berdasarkan bentuk kemasannya, ada yang mengelompokannya berdasarkan fungsinya
dan juga ada yang mengelompokkannya berdasarkan Teknik Pembuatannya.

Berikut ini adalah Jenis-jenis IC (Integrated Circuit) yang dikelompokkan berdasarkan kriteria-kriteria yang
disebut diatas.

A. Pengelompokan IC berdasarkan Aplikasinya

Berdasarkan Aplikasinya, IC dapat dibagikan menjadi 3 jenis, yaitu IC Analog, IC Digital dan IC Campuran
(Mixed Integrated Circuit).

IC Analog
IC Analog adalah IC yang beroperasi pada sinyal yang berbentuk gelombang kontinyu. Contoh IC jenis
Analog ini seperti IC Penguat daya, IC Penguat sinyal, IC Regulator Tegangan, IC Multiplier dan IC Op-
Amp.

IC Digital

IC Digital adalah IC yang beroperasi pada sinyal digital yaitu sinyal yang hanya memiliki 2 level yakni
Tinggi dan Rendah atau dilambangkan dengan kode Binary 1 dan 0. Contoh IC Digital seperti IC
Mikroprosesor, IC Flip-flip, IC Counter, IC Memory, IC Multiplexer dan IC Mikrocontroller.

IC Campuran (Mixed IC)

Yang dimaksud dengan IC Campuran atau Mixed IC adalah IC yang mengkombinasikan fungsi IC Analog
dan IC Digital ke dalam kemasan satu IC. Pada umumnya, IC jenis Kombinasi Digital dan Analog ini
digunakan sebagai IC yang mengkonversikan sinyal Digital menjadi Analog (D/A Converter) ataupun sinyal
Analog menjadi sinyal Digital (A/D Converter). Seiring dengan perkembangan Teknologi IC, IC jenis
Campuran ini memungkinkan untuk mengintegrasikan Sinyal Digital dengan fungsi RF kedalam satu
kemasan IC.

B. Pengelompokan IC berdasarkan Jumlah Komponennya

Dibawah ini adalah pengelompokan jenis-jenis IC berdasarkan jumlah komponennya terutama pada jumlah
Komponen Transistor yang terdapat dalam satu kemasan IC.

Small-scale integration (SSI)

Small-scale integration atau IC SSI adalah IC yang berskala kecil yaitu hanya terdiri dari beberapa
Transistor didalamnya.

Medium-scale integration (MSI)

Medium-scale integration (MSI) ini terdiri dari ratusan Transistor dalam sebuah kemasan IC. IC yang
berskala Menengah ini dikembangkan pada tahun 1960-an dan lebih ekonomis jika dibanding dengan IC
Small-scale integration (SSI).

Large-scale integration (LSI)

Large-scale integration atau LSI adalah IC yang terdiri dari ribuan Transistor didalamnya. IC Mikroprosesor
pertama yang dikembangkan untuk Kalkulator dikembangkan pada tahun 1970-an memiliki kurang dari
4000 buah Transistor.

Very large-scale integration (VLSI)

Very large-scale integration atau disingkat dengan IC VLSI adalah IC yang terdiri dari puluhan ribu hingga
ratusan ribu transistor didalam kemasannya. IC yang berskala sangat besar ini dikembangkan mulai tahun
1980-an.

Ultra large-scale integration (ULSI)

Ultra large-scale integration (ULSI) adalah IC yang terdiri dari lebih dari 1 juta Transistor didalammnya.

C. Pengelompokan IC berdasarkan Teknik Pembuatannya


Berdasarkan Teknik Pembuatannya atau cara Manufakturingnya, IC dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu IC
Thin and Thick Film, IC Monolitik dan IC Hybrid atau IC Multichip

IC Monolitik (Monolithic IC)

IC Monolitik merupakan IC yang mengintegrasikan Komponen Pasif dan Komponen Aktif pada satu chip
tunggal Silikon sebagai bahan semikonduktornya. Konsep Manufaktur IC Monolitik ini dapat menghasilkan
IC yang memiliki keandalan yang tinggi dengan biaya produksi yang rendah. IC jenis ini banyak ditemui di
rangkaian Televisi, Amplifier, Regulator Tegangan dan Penerima AM/FM.

Thin and Thick Film IC

Thin Film IC dan Thick Film IC relatif lebih besar dari IC Monolitik. Hal ini dikarenakan hanya komponen
pasif (resistor dan kapasitor) yang dapat diintegrasikan pada wafer IC sedangkan komponen aktif seperti
Transistor dan Dioda tidak dapat diintegrasikan dan harus dihubungkan secara terpisah yang membentuk
rangkaian tersendiri di dalam kemasan IC.

Thin Film IC dan Thick Film IC memiliki karakteristik dan bentuk yang hampir sama, perbedaannya hanya
terletak pada proses pembentukan komponen pasifnya. Thin Film IC menggunakan teknik penguapan atau
teknik katoda-sputtering sedangkan Thick Film IC menggunak teknik Sablon.

IC Hybrid atau IC Multi-chip

Seperti namanya, IC Hybrid atau IC Multi-chip ini terbuat dari sejumlah chip yang dihubungkan menjadi
satu sirkuit terintegrasi. IC jenis ini biasanya digunakan dalam rangkaian Penguat (Amplifier) yang berdaya
tinggi mulai 5W hingga lebih dari 50W. Kinerja IC Hybrid ini lebih baik dibanding dengan IC Monolitik.

D. Pengelompokan IC berdasarkan Kemasan (Package)

Berdasarkan Kemasannya, IC dapat dibedakan menjadi :

SIP (Single In-line Packages)


DIP (Dual In-line Packages)
SOP (Small Outline Packages)
QFP (Quad Flat Packages)
BGA (Ball Grid Arrays)

E. Pengelompokan IC berdasarkan Fungsi umumnya


Selain pengelompokan-pengelompokan diatas, ada yang mengelompokkan IC berdasarkan Fungsi
umumnya, yaitu :

IC Logic Gates, yaitu IC yang berfungsi sebagai Gerbang Logika.


IC Comparator, yaitu IC yang berfungsi sebagai Komparator (Pembanding)
IC Timer, yaitu IC yang berfungsi sebagai penghitung waktu (timer)
IC Switching, yaitu IC yang berfungsi sebagai Switch (sakelar)
IC Audio Amplifier, yaitu IC yang berfungsi sebagai penguat Audio

Mengenal IC 555 (IC Timer) dan Konfigurasi


kakinya
Dickson Kho Komponen Elektronika

Mengenal IC 555 (IC Timer) dan Konfigurasi kakinya IC Timer atau IC Pewaktu adalah jenis IC yang
digunakan untuk berbagai Rangkaian Elektronika yang memerlukan fungsi Pewaktu dan multivibrator
didalamnya. Beberapa rangkaian yang memerlukan IC Timer diantaranya seperti Waveform Generator,
Frequency Meter, Jam Digital, Counter dan lain sebagainya. IC Timer atau IC Pewaktu yang paling populer
saat ini adalah IC 555 yang dikembangkan oleh Hans R. Camenzind yang bekerja untuk Signetic
Corporation pada tahun 1970-an. Pada dasarnya, IC Timer 555 merupakan IC Monolitik pewaktu yang
menghasilkan Osilasi (Oscilation) dan Waktu Penundaan (Delay Time) dengan keakuratan dan kestabilan
tinggi.

IC Timer 555 yang umum digunakan adalah IC Timer 555 yang berbentuk DIP (Dual Inline Package)
dengan 8 kaki terminalnya. Namun seiring dengan perkembangannya, saat ini kita dapat menemui beberapa
versi IC 555, diantaranya seperti IC 556 yang menggabungkan 2 buah IC 555 dalam satu kemasan (14 kaki),
IC 558 yang menggabungkan 4 buah IC555 dalam satu kemasan (16 kaki) serta IC555 yang mengkonsumsi
daya rendah seperti 7555 dan TLC555. Harga sebuah IC 555 yang berbentuk DIP 8 kaki cukup murah, yaitu
sekitar Rp. 2.000 hingga Rp. 5.000 tergantung merek dan tipenya.

Nama IC 555 diambil dari 3 buah resistor yang terdapat dalam kemasan IC dengan nilai masing-masingnya
5k.

Susunan dan Konfigurasi Kaki IC 555

Berikut ini adalah susunan dan konfigurasi Kaki IC 555 yang berbentuk DIP 8 kaki.
Kaki 1 (GND) : Terminal Ground atau Terminal Negatif sumber tegangan DC.
Kaki 2 (TRIG) : Terminal Trigger (Pemicu), digunakan untuk memicu Output menjadi High,
kondisi High akan terjadi apabila level tegangan pada kaki Trigger ini berubah dari High menuju ke
<1/3Vcc (Lebih kecil dari 1/3Vcc).
Kaki 3 (OUT) : Terminal Output (Keluaran) yang memiliki 2 keadaan yaitu Tinggi/HIgh dan
Rendah/Low.
Kaki 4 (RESET) : Terminal Reset. Apabila kaki 4 digroundkan, Output IC akan menjadi rendah dan
menyebabkan perangkat ini menjadi OFF. Oleh karena itu, untuk memastikan IC dalam kondisi ON,
Kaki 4 biasanya diberikan sinyal High.
Kaki 5 (CONT) : Terminal Control Voltage (Pengatur Tegangan), memberikan akses terhadap
pembagi tegangan internal. Secara default, tegangan yang ditentukan adalah 2/3 Vcc.
Kaki 6 (THRES) : Terminal Threshold, digunakan untuk membuat Output menjadi Low. Kondisi
Low pada Output ini akan terjadi apabila Kaki 6 atau Kaki Threshold ini berubah dari Low menuju
> 1/3Vcc (lebih besar dari 1/3Vcc).
Kaki 7 (DISCH) : Terminal Discharge. Pada saat Output Low, Impedansi kaki 7 adalah Low.
Sedangkan pada saat Output High, Impedansi kaki 7 adalah High.
Kaki Discharge ini biasanya dihubungkan dengan Kapasitor yang berfungsi sebagai penentu interval
pewaktuan. Kapasitor akan mengisi dan membuang muatan seiring dengan impedansi pada kaki 7.
Waktu pembuangan muatan inilah yang menentukan Interval Pewaktuan dari IC555.
Kaki 8 (Vcc) : Terminal Positif sumber tegangan DC (sekitar 4,5V atau 16V).

Pengertian Saklar Listrik dan Cara Kerjanya


Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian Saklar Listrik dan Cara Kerjanya Saklar atau lebih tepatnya adalah Saklar listrik adalah
suatu komponen atau perangkat yang digunakan untuk memutuskan atau menghubungkan aliran listrik.
Saklar yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Switch ini merupakan salah satu komponen atau alat
listrik yang paling sering digunakan. Hampir semua peralatan Elektronika dan Listrik memerlukan Saklar
untuk menghidupkan atau mematikan alat listrik yang digunakan.

Berikut ini beberapa contoh penggunaan saklar di peralatan-peralatan listrik maupun elektronik :

Tombol ON/OFF dan Volume Up Down di Ponsel


Tombol ON/OFF di TV, Tombol-tombol di Remote TV
Saklar dinding untuk menghidupkan dan mematikan lampu listrik
Tombol ON/OFF di Laptop atau Komputer
Tombol-tombol Keyboard pada Laptop atau Komputer
Tombol ON/OFF dan Tombol pilihan kecepatan di Kipas Angin
Dan masih banyak lagi.

Cara Kerja Saklar Listrik


Pada dasarnya, sebuah Saklar sederhana terdiri dari dua bilah konduktor (biasanya adalah logam) yang
terhubung ke rangkaian eksternal, Saat kedua bilah konduktor tersebut terhubung maka akan terjadi
hubungan arus listrik dalam rangkaian. Sebaliknya, saat kedua konduktor tersebut dipisahkan maka
hubungan arus listrik akan ikut terputus.

Saklar yang paling sering ditemukan adalah Saklar yang dioperasikan oleh tangan manusia dengan satu atau
lebih pasang kontak listrik. Setiap pasangan kontak umumnya terdiri dari 2 keadaan atau disebut dengan
State. Kedua keadaan tersebut diantaranya adalah Keadaan Close atau Tutup dan Keadaan Open
atau Buka. Close artinya terjadi sambungan aliran listrik sedangkan Open adalah terjadinya pemutusan

aliran listrik.

Berdasarkan dua keadaan tersebut, Saklar pada umumnya menggunakan istilah Normally Open (NO) untuk
Saklar yang berada pada keadaan Terbuka (Open) pada kondisi awal. Ketika ditekan, Saklar yang Normally
Open (NO) tersebut akan berubah menjadi keadaan Tertutup (Close) atau ON. Sedangkan Normally
Close (NC) adalah saklar yang berada pada keadaan Tertutup (Close) pada kondisi awal dan akan beralih ke
keadaan Terbuka (Open) ketika ditekan.

Pole dan Throw Saklar


Saklar Listrik dapat digolongkan berdasarkan jumlah Kontak dan Kondisi yang dimilikinya. Jumlah Kontak
dan kondisi yang dimiliki tersebut biasanya disebut dengan istilah Pole dan Throw.

Pole adalah banyaknya Kontak yang dimiliki oleh sebuah saklar sedangkan Throw adalah banyaknya
kondisi yang dimiliki oleh sebuah Saklar.

Berikut ini adalah beberapa contoh jenis Saklar Listrik yang digolongkan berdasarkan Pole dan Throw :

SPST : Single Pole Single Throw, yaitu Saklar ON/OFF yang paling sederhana dengan hanya
memiliki 2 Terminal. Contohnya Saklar Listrik ON/OFF pada lampu.
SPDT : Single Pole Double Throw, yaitu Saklar yang memiliki 3 Terminal. Saklar jenis ini dapat
digunakan sebagai Saklar Pemilih. Contohnya Saklar pemilih Tegangan Input Adaptor yaitu 110V
atau 220V.
DPST : Double Pole Single Throw, yaitu saklar yang memiliki 4 Terminal. DPST dapat diartikan
sebagai 2 Saklar SPST yang dikendalikan dalam satu mekanisme.
DPDT : Double Pole Double Throw, yaitu saklar yang memiliki 6 Terminal. DPDT dapat diartikan
sebagai 2 Saklar SPDT yang dikendalikan dalam satu mekanisme.
SP6T : Single Pole Six Throw, yaitu saklar yang memilki 7 Terminal yang pada umumnya
berfungsi sebagai Saklar pemilih. Jenis Saklar ini banyak ditemui dalam Rangkaian Adaptor yang
dapat memilih berbagai Tegangan Output, misalnya pilihan output 1,5V, 3V, 4,5V, 6V, 9V dan 12V.

Berikut ini adalah Simbol Saklar berdasarkan jumlah Pole dan Throw-nya.
Selain jenis-jenis Pole dan Throw diatas, adanya juga 1P3T, 2P6T, TPST dan masih banyak lagi tergantung
keperluan dan penerapannya.

Pengertian dan Fungsi Potensiometer


Dickson Kho Komponen Elektronika
Pengertian dan Fungsi Potensiometer, Dalam Peralatan Elektronik, sering ditemukan Potensiometer
yang berfungsi sebagai pengatur Volume di peralatan Audio / Video seperti Radio, Walkie Talkie, Tape
Mobil, DVD Player dan Amplifier. Potensiometer juga sering digunakan dalam Rangkaian Pengatur terang
gelapnya Lampu (Light Dimmer Circuit) dan Pengatur Tegangan pada Power Supply (DC Generator). Jadi
apa sebenarnya Potensiometer itu?

Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga
Resistor yang tergolong dalam Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki
Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar dibawah ini
menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan Simbolnya.

Struktur Potensiometer beserta Bentuk dan Simbolnya


Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam Komponen Potensiometer adalah :

1. Penyapu atau disebut juga dengan Wiper


2. Element Resistif
3. Terminal

Jenis-jenis Potensiometer
Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara
menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya.
Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk menggeser wiper-nya.
2. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara
memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk
memutar wiper tersebut. Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan
Thumbwheel Potentiometer.
3. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan harus menggunakan alat
khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya
dipasangkan di PCB dan jarang dilakukan pengaturannya.

Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer


Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk jalur (track) dengan
terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya (biasanya berada di tengah) adalah Penyapu
(Wiper) yang dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan
Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai Resistansi sebuah
Potensiometer.

Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal (logam) dan Keramik
ataupun Bahan Karbon (Carbon).

Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu
Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).

Fungsi-fungsi Potensiometer
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, Potensiometer sering digunakan dalam
rangkaian atau peralatan Elektronika dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil, DVD
Player.
2. Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
3. Sebagai Pembagi Tegangan
4. Aplikasi Switch TRIAC
5. Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser
6. Sebagai Pengendali Level Sinya
Pengertian LED (Light Emitting Diode) dan Cara
Kerjanya
Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian LED (Light Emitting Diode) dan Cara Kerjanya Light Emitting Diode atau sering
disingkat dengan LED adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik
ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor.
Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang
dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang
sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.

Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat dipasangkan dengan mudah ke
dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran
filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED
(Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD
TV yang mengganti lampu tube.

Simbol dan Bentuk LED (Light Emitting Diode)


Cara Kerja LED (Light Emitting Diode)
Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara
kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif
(N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju
ke Katoda.

LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang
dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian
(impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang
diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K),
Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu
wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan

photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).

LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat
digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.

Cara Mengetahui Polaritas

LED
Untuk mengetahui polaritas terminal Anoda (+) dan Katoda (-) pada LED. Kita dapat melihatnya secara fisik
berdasarkan gambar diatas. Ciri-ciri Terminal Anoda pada LED adalah kaki yang lebih panjang dan juga
Lead Frame yang lebih kecil. Sedangkan ciri-ciri Terminal Katoda adalah Kaki yang lebih pendek dengan
Lead Frame yang besar serta terletak di sisi yang Flat.

Warna-warna LED (Light Emitting Diode)


Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya seperti warna merah, kuning, biru, putih,
hijau, jingga dan infra merah. Keanekaragaman Warna pada LED tersebut tergantung pada wavelength
(panjang gelombang) dan senyawa semikonduktor yang dipergunakannya. Berikut ini adalah Tabel Senyawa
Semikonduktor yang digunakan untuk menghasilkan variasi warna pada LED :

Bahan Semikonduktor Wavelength Warna


Gallium Arsenide (GaAs) 850-940nm Infra Merah
Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP) 630-660nm Merah
Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP) 605-620nm Jingga
Gallium Arsenide Phosphide Nitride
585-595nm Kuning
(GaAsP:N)
Aluminium Gallium Phosphide (AlGaP) 550-570nm Hijau
Silicon Carbide (SiC) 430-505nm Biru
Gallium Indium Nitride (GaInN) 450nm Putih

Tegangan Maju (Forward Bias) LED


Masing-masing Warna LED (Light Emitting Diode) memerlukan tegangan maju (Forward Bias) untuk dapat
menyalakannya. Tegangan Maju untuk LED tersebut tergolong rendah sehingga memerlukan sebuah
Resistor untuk membatasi Arus dan Tegangannya agar tidak merusak LED yang bersangkutan. Tegangan
Maju biasanya dilambangkan dengan tanda VF.

Tegangan Maju
Warna
@20mA
Infra Merah 1,2V
Merah 1,8V
Jingga 2,0V
Kuning 2,2V
Hijau 3,5V
Biru 3,6V
Putih 4,0V

Kegunaan LED dalam Kehidupan sehari-hari


Teknologi LED memiliki berbagai kelebihan seperti tidak menimbulkan panas, tahan lama, tidak
mengandung bahan berbahaya seperti merkuri, dan hemat listrik serta bentuknya yang kecil ini semakin
popular dalam bidang teknologi pencahayaan. Berbagai produk yang memerlukan cahaya pun mengadopsi
teknologi Light Emitting Diode (LED) ini. Berikut ini beberapa pengaplikasiannya LED dalam kehidupan
sehari-hari.

1. Lampu Penerangan Rumah


2. Lampu Penerangan Jalan
3. Papan Iklan (Advertising)
4. Backlight LCD (TV, Display Handphone, Monitor)
5. Lampu Dekorasi Interior maupun Exterior
6. Lampu Indikator
7. Pemancar Infra Merah pada Remote Control (TV, AC, AV Player)

Pengertian Transformator (Trafo) dan Prinsip


Kerjanya
Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian Transformator (Trafo) dan Prinsip kerjanya Hampir setiap rumah di Kota maupun Desa
dialiri listrik yang berarus 220V di Indonesia. Dengan adanya arus 220V ini, kita dapat menikmati serunya
drama Televisi, terangnya Cahaya Lampu Pijar maupun Lampu Neon, mengisi ulang handphone dan juga
menggunakan peralatan dapur lainnya seperti Kulkas, Rice Cooker, Mesin Cuci dan Microwave Oven. Arus
listrik 220V ini merupakan jenis arus bolak-balik (AC atau Alternating Current) yang berasal dari
Perusahaan Listrik yaitu PLN. Tegangan listrik yang dihasilkan oleh PLN pada umumnya dapat mencapai
puluhan hingga ratusan kilo Volt dan kemudian diturunkan menjadi 220V seperti yang kita gunakan
sekarang dengan menggunakan sebuah alat yang dinamakan Transformator. Transformator disebut juga
dengan Transformer.

Pengertian Transformator (Trafo)


Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah
taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan taraf tersebut diantaranya seperti
menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220
VAC. Transformator atau Trafo ini bekerja berdasarkan prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat
bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik (AC).Transformator (Trafo) memegang peranan yang sangat
penting dalam pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan listrik yang berasal dari pembangkit
listrik PLN hingga ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian Transformator lainnya
menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan oleh setiap rumah tangga maupun
perkantoran yang pada umumnya menggunakan Tegangan AC 220Volt.

Bentuk dan Simbol Transformator (Trafo)


Berikut ini adalah gambar bentuk dan simbol Transformator :
Prinsip Kerja Transformator (Trafo)
Sebuah Transformator yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan atau kumparan kawat yang
terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada kebanyakan Transformator, kumparan kawat
terisolasi ini dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan dengan Inti Besi (Core). Ketika kumparan primer
dialiri arus AC (bolak-balik) maka akan menimbulkan medan magnet atau fluks magnetik disekitarnya.
Kekuatan Medan magnet (densitas Fluks Magnet) tersebut dipengaruhi oleh besarnya arus listrik yang
dialirinya. Semakin besar arus listriknya semakin besar pula medan magnetnya. Fluktuasi medan magnet
yang terjadi di sekitar kumparan pertama (primer) akan menginduksi GGL (Gaya Gerak Listrik) dalam
kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi pelimpahan daya dari kumparan primer ke kumparan sekunder.
Dengan demikian, terjadilah pengubahan taraf tegangan listrik baik dari tegangan rendah menjadi tegangan
yang lebih tinggi maupun dari tegangan tinggi menjadi tegangan yang rendah.

Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya adalah kumpulan lempengan-lempengan
besi tipis yang terisolasi dan ditempel berlapis-lapis dengan kegunaanya untuk mempermudah jalannya
Fluks Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik kumparan serta untuk mengurangi suhu panas yang
ditimbulkan.

Beberapa bentuk lempengan besi yang membentuk Inti Transformator tersebut diantaranya seperti :

E I Lamination
E E Lamination
L L Lamination
U I Lamination

Dibawah ini adalah Fluks pada Transformator :


Rasio lilitan pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer menentukan rasio tegangan pada kedua
kumparan tersebut. Sebagai contoh, 1 lilitan pada kumparan primer dan 10 lilitan pada kumparan sekunder
akan menghasilkan tegangan 10 kali lipat dari tegangan input pada kumparan primer. Jenis Transformator
ini biasanya disebut dengan Transformator Step Up. Sebaliknya, jika terdapat 10 lilitan pada kumparan
primer dan 1 lilitan pada kumparan sekunder, maka tegangan yang dihasilkan oleh Kumparan Sekunder
adalah 1/10 dari tegangan input pada Kumparan Primer. Transformator jenis ini disebut dengan
Transformator Step

Jenis-jenis IC Voltage Regulator (Pengatur


Tegangan)
Dickson Kho Komponen Elektronika

Jenis-jenis IC Voltage Regulator (IC Pengatur Tegangan) Voltage Regulator atau Pengatur Tegangan
adalah salah satu rangkaian yang sering dipakai dalam peralatan Elektronika. Fungsi Voltage Regulator
adalah untuk mempertahankan atau memastikan Tegangan pada level tertentu secara otomatis. Artinya,
Tegangan Output (Keluaran) DC pada Voltage Regulator tidak dipengaruhi oleh perubahan Tegangan Input
(Masukan), Beban pada Output dan juga Suhu. Tegangan Stabil yang bebas dari segala gangguan seperti
noise ataupun fluktuasi (naik turun) sangat dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan Elektronika
terutama pada peralatan elektronika yang sifatnya digital seperti Mikro Controller ataupun Mikro Prosesor.

Rangkaian Voltage Regulator ini banyak ditemukan pada Adaptor yang bertugas untuk memberikan
Tegangan DC untuk Laptop, Handphone, Konsol Game dan lain sebagainya. Pada Peralatan Elektronika
yang Power Supply atau Catu Dayanya diintegrasi ke dalam unitnya seperti TV, DVD Player dan Komputer
Desktop, Rangkaian Voltage Regulator (Pengatur Tegangan) juga merupakan suatu keharusan agar
Tegangan yang diberikan kepada Rangkaian lainnya Stabil dan bebas dari fluktuasi.

Terdapat berbagai jenis Voltage Regulator atau Pengatur Tegangan, salah satunya adalah Voltage Regulator
dengan Menggunakan IC Voltage Regulator. Salah satu tipe IC Voltage Regulator yang paling sering
ditemukan adalah tipe 7805 yaitu IC Voltage Regulator yang mengatur Tegangan Output stabil pada
Tegangan 5 Volt DC.

Jenis-jenis IC Voltage Regulator


Terdapat beberapa cara pengelompokan Pengatur Tegangan yang berbentuk IC (Integrated
Circuit), diantaranya adalah berdasarkan Jumlah Terminal (3 Terminal dan 5 Terminal), berdasarkan
Linear Voltage Regular dan Switching Voltage Regulator. Sedangkan cara pengelompokan yang ketiga
adalah dengan menggolongkannya menjadi 3 jenis yakni Fixed Voltage Regulator, Adjustable Voltage
Regulator dan Switching Voltage Regulator.

Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai 3 Jenis IC Pengatur Tegangan DC (DC Voltage Regulator) :

FIXED VOLTAGE REGULATOR (Pengatur Tegangan Tetap)

IC jenis Pengatur Tegangan Tetap (Fixed Voltage Regulator) ini memiliki nilai tetap yang tidak dapat disetel
(di-adjust) sesuai dengan keinginan Rangkaiannya. Tegangannya telah ditetapkan oleh produsen IC sehingga
Tegangan DC yang diatur juga Tetap sesuai dengan spesifikasi IC-nya. Misalnya IC Voltage Regulator
7805, maka Output Tegangan DC-nya juga hanya 5 Volt DC. Terdapat 2 jenis Pengatur Tegangan Tetap
yaitu Positive Voltage Regulator dan Negative Voltage Regulator.

Jenis IC Voltage Regulator yang paling sering ditemukan di Pasaran adalah tipe 78XX. Tanda XX
dibelakangnya adalah Kode Angka yang menunjukan Tegangan Output DC pada IC Voltage Regulator
tersebut. Contohnya 7805, 7809, 7812 dan lain sebagainya. IC 78XX merupakan IC jenis Positive Voltage
Regulator.

IC yang berjenis Negative Voltage Regulator memiliki desain, konstruksi dan cara kerja yang sama dengan
jenis Positive Voltage Regulator, yang membedakannya hanya polaritas pada Tegangan Outputnya. Contoh
IC jenis Negative Voltage Regulator diantaranya adalah 7905, 7912 atau IC Voltage Regulator berawalan
kode 79XX.

IC Fixed Voltage Regulator juga dikategorikan sebagai IC Linear Voltage Regulator.

Dibawah ini adalah Rangkaian Dasar untuk IC LM78XX beserta bentuk Komponennya (Fixed Voltage

Regulator).

ADJUSTABLE VOLTAGE REGULATOR (Pengatur Tegangan yang dapat disetel)

IC jenis Adjustable Voltage Regulator adalah jenis IC Pengatur Tegangan DC yang memiliki range
Tegangan Output tertentu sehingga dapat disesuaikan kebutuhan Rangkaiannya. IC Adjustable Voltage
Regulator ini juga memiliki 2 jenis yaitu Positive Adjustable Voltage Regulator dan Negative Adjustable
Voltage Regulator. Contoh IC jenis Positive Adjustable Voltage Regulator diantaranya adalah LM317 yang
memiliki range atau rentang tegangan dari 1.2 Volt DC sampai pada 37 Volt DC. Sedangkan contoh IC jenis
Negative Adjustable Voltage Regulator adalah LM337 yang memiliki Range atau Jangkauan Tegangan yang
sama dengan LM317. Pada dasarnya desain, konstruksi dan cara kerja pada kedua jenis IC Adjustable
Voltage Regulator adalah sama. Yang membedakannya adalah Polaritas pada Output Tegangan DC-nya.

IC Fixed Voltage Regulator juga dikategorikan sebagai IC Linear Voltage Regulator.


Dibawah ini adalah Rangkaian Dasar IC LM317 beserta bentuk komponennya (Adjustable Voltage

Regulator).

SWITCHING VOLTAGE REGULATOR

Switching Voltage Regulator ini memiliki Desain, Konstruksi dan cara kerja yang berbeda dengan IC Linear
Regulator (Fixed dan Adjustable Voltage Regulator). Switching Voltage Regulator memiliki efisiensi
pemakaian energi yang lebih baik jika dibandingkan dengan IC Linear Regulator. Hal ini dikarenakan
kemampuannya yang dapat mengalihkan penyediaan energi listrik ke medan magnet yang memang
difungsikan sebagai penyimpan energi listrik. Oleh karena itu, untuk merangkai Pengatur Tegangan dengan
sistem Switching Voltage Regulator harus ditambahkan komponen Induktor yang berfungsi sebagai elemen
penyimpan energi listrik
Pengertian Speaker dan Prinsip kerjanya
Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian Speaker dan Prinsip Kerjanya Kita dapat mendengarkan musik radio, mendengarkan suara
dari drama televisi ataupun suara dari lawan bicara kita di ponsel, semua ini karena adanya komponen
Elektronika yang bernama Loudspeaker yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan Pengeras Suara.
Loudspeaker atau lebih sering disingkat dengan Speaker adalah Transduser yang dapat mengubah sinyal
listrik menjadi Frekuensi Audio (sinyal suara) yang dapat didengar oleh telinga manusia dengan cara
mengetarkan komponen membran pada Speaker tersebut sehingga terjadilah gelombang suara.

Bagaimana Suara dapat dihasilkan ?


Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai Loadspeaker (Pengeras Suara), sebaiknya kita mengetahui
bagaimana suara dapat dihasilkan. Yang dimaksud dengan Suara sebenarnya adalah Frekuensi yang dapat
didengar oleh Telinga Manusia yaitu Frekuensi yang berkisar di antara 20Hz 20.000Hz. Timbulnya suara
dikarenakan adanya fluktuasi tekanan udara yang disebabkan oleh gerakan atau getaran suatu obyek tertentu.
Ketika Obyek tersebut bergerak atau bergetar, Obyek tersebut akan mengirimkan Energi Kinetik untuk
partikel udara disekitarnya. Hal ini dapat di-anologi-kan seperti terjadinya gelombang pada air. Sedangkan
yang dimaksud dengan Frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik.
Frekuensi dipengaruhi oleh kecepatan getaran pada obyek yang menimbulkan suara, semakin cepat
getarannya makin tinggi pula frekuensinya.
Prinsip Kerja Speaker
Pada gambar diatas, dapat kita lihat bahwa pada dasarnya Speaker terdiri dari beberapa komponen utama
yaitu Cone, Suspension, Magnet Permanen, Voice Coil dan juga Kerangka Speaker.

Dalam rangka menterjemahkan sinyal listrik menjadi suara yang dapat didengar, Speaker memiliki
komponen Elektromagnetik yang terdiri dari Kumparan yang disebut dengan Voice Coil untuk
membangkitkan medan magnet dan berinteraksi dengan Magnet Permanen sehingga menggerakan Cone
Speaker maju dan mundur. Voice Coil adalah bagian yang bergerak sedangkan Magnet Permanen adalah
bagian Speaker yang tetap pada posisinya. Sinyal listrik yang melewati Voice Coil akan menyebabkan arah
medan magnet berubah secara cepat sehingga terjadi gerakan tarik dan tolak dengan Magnet Permanen.
Dengan demikian, terjadilah getaran yang maju dan mundur pada Cone Speaker.

Cone adalah komponen utama Speaker yang bergerak. Pada prinsipnya, semakin besarnya Cone semakin
besar pula permukaan yang dapat menggerakan udara sehingga suara yang dihasilkan Speaker juga akan
semakin besar.

Suspension yang terdapat dalam Speaker berfungsi untuk menarik Cone ke posisi semulanya setelah
bergerak maju dan mundur. Suspension juga berfungsi sebagai pemegang Cone dan Voice Coil. Kekakuan
(rigidity), komposisi dan desain Suspension sangat mempengaruhi kualitas suara Speaker itu sendiri.

Simbol dan Bentuk Speaker


Berikut ini adalah Simbol dan bentuk Loudspeaker (Speaker) :
Jenis-jenis Speaker
Berdasarkan Frekuensi yang dihasilkan, Speaker dapat dibagi menjadi :

1. Speaker Tweeter, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Tinggi (sekitar 2kHz 20kHz)
2. Speaker Mid-range, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Menengah (sekitar 300Hz 5kHz)
3. Speaker Woofer, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Rendah (sekitar 40Hz 1kHz)
4. Speaker Sub-woofer, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi sangat rendah yaitu sekitar 20Hz
200Hz.
5. Speaker Full Range, yaitu speaker yang dapat menghasilkan Frekuensi Rendah hingga Frekuensi
Tinggi.

Berdasarkan Fungsi dan bentuknya, Speaker juga dapat dibedakan menjadi :

1. Speaker Corong
2. Speaker Hi-fi
3. Speaker Handphone
4. Headphone
5. Earphone
6. Speaker Televisi
7. Speaker Sound System (Home Theater)
8. Speaker Laptop

Pengertian Speaker Aktif dan Speaker Pasif


Speaker yang digunakan untuk Sound System Entertainment pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2
kategori, yaitu Speaker Pasif dan Speaker Aktif. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai kedua jenis
Speaker ini.

1. Speaker Pasif (Passive Speaker)


Speaker Pasif adalah Speaker yang tidak memiliki Amplifier (penguat suara) di dalamnya. Jadi
Speaker Pasif memerlukan Amplifier tambahan untuk dapat menggerakannya. Level sinyal harus
dikuatkan terlebih dahulu agar dapat menggerakan Speaker Pasif. Sebagian besar Speaker yang kita
temui adalah Speaker Pasif.

2. Speaker Aktif (Active Speaker)


Speaker Aktif adalah Speaker yang memiliki Amplifier (penguat suara) di dalamnya. Speaker Aktif
memerlukan kabel listrik tambahan untuk menghidupkan Amplifier yang terdapat didalamnya.
Pengertian dan Fungsi Induktor beserta Jenis-
jenisnya
Dickson Kho Komponen Elektronika

Pengertian
dan Fungsi Induktor beserta jenis-jenisnya Selain Resistor dan Kapasitor, Induktor juga merupakan
komponen Elektronika Pasif yang sering ditemukan dalam Rangkaian Elektronika, terutama pada rangkaian
yang berkaitan dengan Frekuensi Radio. Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen
Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada
dasarnya, Induktor dapat menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet yang
ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor
adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday.

Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan Induktansi yang satuan
unitnya adalah Henry (H). Satuan Henry pada umumnya terlalu besar untuk Komponen Induktor yang
terdapat di Rangkaian Elektronika. Oleh Karena itu, Satuan-satuan yang merupakan turunan dari Henry
digunakan untuk menyatakan kemampuan induktansi sebuah Induktor atau Coil. Satuan-satuan turunan dari
Henry tersebut diantaranya adalah milihenry (mH) dan microhenry (H). Simbol yang digunakan untuk
melambangkan Induktor dalam Rangkaian Elektronika adalah huruf L.

Simbol Induktor
Berikut ini adalah Simbol-simbol Induktor :
Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :

Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya


Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya
Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi ataupun Ferit.
Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin tinggi induktansinya.

Jenis-jenis Induktor (Coil)


Berdasarkan bentuk dan bahan inti-nya, Induktor dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :

Air Core Inductor Menggunakan Udara sebagai Intinya


Iron Core Inductor Menggunakan bahan Besi sebagai Intinya
Ferrite Core Inductor Menggunakan bahan Ferit sebagai Intinya
Torroidal Core Inductor Menggunakan Inti yang berbentuk O Ring (bentuk Donat)
Laminated Core Induction Menggunakan Inti yang terdiri dari beberapa lapis lempengan logam
yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan logam diberikan Isolator.
Variable Inductor Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai dengan keinginan. Inti
dari Variable Inductor pada umumnya terbuat dari bahan Ferit yang dapat diputar-putar.

Fungsi Induktor (Coil) dan Aplikasinya


Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya adalah dapat menyimpan arus listrik dalam medan magnet,
menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC), meneruskan arus searah (DC) dan
pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan.

Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil ini pada umumnya diaplikasikan :

Sebagai Filter dalam Rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi


Transformator (Transformer)
Motor Listrik
Solenoid
Relay
Speaker
Microphone

Induktor sering disebut juga dengan Coil (Koil), Choke ataupun Reaktor.
1. Rangkaian Amplifier Mini 6 Watt

2. Rangkaian Bel Pintu 10 Nada


3. Rangkaian Flip Flop

4. Rangkaian Kebocoran Gas Sederhana


5. Rangkaian Lampu Berjalan atau Running Led

6. Rangkaian Op Amp Mic Dengan ic 741


Baca juga : OCL 150 W Modifikasi Suara Semakin Mantap

7. Rangkaian Pemancar Fm Mini

8. Rangkaian Penerima Remote Control atau Receiver

9. Rangkaian Pengatur Waktu atau Timer


10. Rangkaian Sederhana Pengusir Tikus

11. Rangkaian Sensor Cahaya Dengan Alarm


12. Rangkaian Skema Intercom

13. Rangkaian Speaker Protektor

14. Rangkaian Transmitter Remote Control


15. Rangkaian Regulator Variable Sederhana

Baca juga : Cara Membuat Smps Dari Gacun

16. Skema Rangkaian Bel Sepeda Mini

17. Skema Rangkaian Detektor Hujan


18. Skema Rangkaian Lampu Darurat

19. Skema Rangkaian Generator If


20. Skema Rangkaian Suara Burung

1. RANGKAIAN BEL SEPEDA MINI

2. RANGKAIAN LAMPU DARURAT DENGAN TRANSISTOR

3. RANGKAIAN UNTUK MENGETAHUI KEBOCORAN GAS

4. RANGKAIAN PENIDUR ELEKTRONIK


5. RANGKAIAN DEKTETOR HUJAN

6. RANGKAIAN SUARA BURUNG

7. RANGKAIAN LAMPU FLIP FLOP


8. RANGKAIAN LAMPU DARURAT

9. RANGKAIAN ANTI PENCURI

10. RANGKAIAN BEL 10 NADA

11. RANGKAIAN RADIO KRISTAL

12. RANGKAIAN INTERCOM (PESAWAT SEDERHANA)


13. RANGKAIAN RUNNING LED

14. RANGKAIAN REMOTE CONTROL TRANSMITTER

15. RANGKAIAN PENERIMA REMOTE CONTROL


16. RANGKAIAN PENGUSIR NYAMUK

17. RANGKAIAN AIRCRAFT BAND RECEIVER

18. RANGKAIAN PENERIMA FM SATU TRANSISTOR

19. RANGKAIAN FM / AIR CRAFT BAND / VHF REGENERATIF RECEIVER


20. RANGKAIAN VHF / AIRCRAFT BAND RECEIVER

21. RANGKAIAN SAKLAR OTOMATIS POMPA AIR

22. RANGKAIAN PENGUSIR TIKUS


23. RANGKAIAN LED FLASER

24. RANGKAIAN TIMER MONOSTABLE MULTIVIBRATOR

25. RANGKAIAN TIMER MULTIVIBRATOR A STABLE


26. RANGKAIAN PENGATUR WAKTU (TIMER)

27. RANGKAIAN PENGUSIR SERANGGA

28. RANGKAIAN SUARA MENGGERAKKAN SAKLAR

29. RANGKAIAN ROBOT LINE FOLLOWER BERBASIS LDR


30. RANGKAIAN PESAWAT RADIO TANPA BATERAI

31. RANGKAIAN SUARA JANGKRIK

32. RANGKAIAN PESAWAT PENERIMA RADIO SATU TRANSISTOR

33. RANGKAIAN LAMPU DISKO SATU TRANSISTOR


34. RANGKAIAN BEL SEDERHANA

35. RANGKAIAN ALARM

36. RANGKAIAN TIMER SEDERHANA

37. RANGKAIAN LAMPU EMERGENCY


38. RANGKAIAN RC (RESISTOR DAN CAPASITOR)

39. RANGKAIAN DIMMER LAMPU TL SEDERHANA

40. RANGKAIAN REGULATOR VARIABLE


41. RANGKAIAN LAMPU LED KEDAP-KEDIP

42. RANGKAIAN TIMER WAKTU IC555

43. RANGKAIAN SENSOR GELAP TERANG


44. RANGKAIAN VOLTAGE REGULATOR

45. RANGKAIAN INVERTER 12V DC-220V AC

46. RANGKAIAN GENERATOR IF SEDERHANA


47. RANGKAIAN LAMPU LED BERJALAN

48. RANGKAIAN INVERTER DC TO AC

49. RANGKAIAN ALARM MOBIL

50. RANGKAIAN CAR ADAPTER CIRCUIT ECG184


51. RANGKAIAN PC ADAPTOR 12V

52. RANGKAIAN INFARED CORDLESS HEADPHONE AMPLIFIER

53. RANGKAIANN SIRENE BEL PINTU


54. RANGKAIAN MOSFET HYBRID HEADPHONE AMPLIFIER 12 AU7 / IRF612

55. RANGKAIAN AUDIO AMPLIFIER 25 WATT MOSFET

56. RANGKAIAN AMPLIFIER HEADPHONE


57. RANGKAIAN MENGABASS CIRCUIT

58. RANGKAIAN VOLT PORTABLE HEADPHONE AMPLIFIER CIRUIT

59. RANGKAIAN TDA 2030 POWER AMPLIFIER


60. RANGKAIAN LM723 PEAK LEVER INDICATOR CIRCUIT

61. RANGKAIAN IC TDA7294 120W AUDIO POWER AMPLIFIER CIRCUIT

62. RANGKAIAN PEMANCAR FM SEDERHANA


63. RANGKAIAN RADIO PENERIMA GELOMBANG PENDEK

64. RANGKAIAN MEMBUAD RADIO

65. RANGKAIAN DRIVER MOTOR DC UNTUK TEKNIK PWM


66. RANGKAIAN PENALA ANTENA

67. RANGKAIAN TIMER SEDRHANA

68. RANGKAIAN FUNCTION GENERATOR


69. RANGKAIAN AMPLIFIER MINI 6WATT

70. RANGKAIAN TEKS | HURUF BERJALAN

71. RANGKAIAN ALARM KEBAKARAN

72. RANGKAIAN ALARM SENSOR CAHAYA


73. RANGKAIAN MONITOR | SENSOR ARUS AC MENGGUNAKAN LED

74. RANGKAIAN ALARM | SIRINE BERBASIS SCR

75. RANGKAIAN REFRIGERATOR DOOR ALARM CIRCUIT LDR


76. RANGKAIAN P EMBANGKIT MELODY

77. RANGKAIAN SOUND EFFECTS GENERATOR

78. RANGKAIAN POWER METER SCHEMATIC FOR AUDIO AMPLIFIER


79. RANGKAIAN SPEAKER PROTECTOR SEDERHANA

80. RANGKAIAN RELAY PENUNDA SPEAKER

81. RANGKAIAN CROSSOVER PASIF


82. RANGKAIAN SOUND LEVEL (DECIBEL) METER CIRCUIT

83. RANGKAIAN RTC BERBASIS AT89C4051

84. RANGKAIAN STOP WATCH DIGITAL TAMPILAN 7 SEGMEN

85. RANGKAIAN JAM DIGITAL


86. RANGKAIAN ALAT BANTU PENDENGARAN

87. RANGKAIAN MICROPHONE CONDENSER PRE AMPLIFIER CIRCUIT

88. RANGKAIAN OP-AMP (LM741) PRE-AMP MIC


89. RANGKAIAN SIMPLE SWITCH ON TIME DELAY CIRCUIT

90. RANGKAIAN DC MOTOR CONTROLLER CIRCUIT USING 741 OP-AMP

91. RANGKAIAN STEPPER MOTOR CONTROLLER IC 4027


92. RANGKAIAN PENDETEKSI ANGIN

93. RANGKAIAN INDIKATOR SUHU AIR

94. RANGKAIAN PENGUKUR KECEPATAN UDARA


95. RANGKAIAN PENDETEKSI SINYAL ELECTROMAGNETIK

96. RANGKAIAN PENDETEKSI METAL

97. RANGKAIAN PENDETEKSI AIR HUJAN


98. RANGKAIAN LAMPU OTOMATIS MENGGUNAKAN PHOTO CELL

99. RANGKAIAN 12 VDC FLUORESCENT LAMP DRIVER

100. RANGKAIAN LAMPU LED UNTUK MOTOR (12 V BATTERY)


Skema Rangkaian Pemancar Radio FM Mini
Oleh adminPada Februari 13, 2016 41717 views

Skema Rangkaian Pemancar Radio FM Mini Salah satu hal yang digemari oleh para pehobi elektronika
selain membuat amplifier dan speaker adalah membuat pemancar radio FM sendiri. Pastinya anda juga
sudah tahu bahwa rangkaian pemancar FM ini dibuat agar orang lain dapat menerima sinyal FM yang
dipancarkan melalui radio ataupun ponsel.

Perlu anda ketahui bahwa untuk membuat sebuah pemancar FM sendiri sebenarnya tidaklah sulit, karena
komponen-komponen elektronika yang diperlukan tidaklah banyak. Selain itu semua komponen yang
dibutuhkan juga bisa didapatkan dengan mudah di penjual-penjual komponen elektronika sekitar rumah
anda.
Nah, pada kesempatan yang baik ini, Belajar Elektronika akan berbagi sedikit informasi kepada anda semua
mengenai bagaimana cara membuat pemancar radio FM mini yang sederhana. Dengan rangkaian ini anda
bisa mentransmisikan sinyal FM secara mudah ke banyak orang.

Rangkaian Pemancar Radio FM Mini


Berikut adalah skema rangkaian pemancar radio FM mini yang dapat anda buat sendiri di rumah. Perlu
diketahui bahwa rangkaian ini sangatlah sederhana dengan menggunakan tegangan DC sebesar 9 volt saja.
Rangkaian ini menggunakan modulasi frekwensi umum, dengan bantuan transistor BC547 sebagai penguat.

Nah, itulah tadi skema rangkaian pemancar FM mini yang sederhana. Rangkaian tersebut hanya
menggunakan beberapa komponen elektronika dasar saja yang mudah didapatkan. Berikut adalah daftar
komponen yang diperlukan untuk membuat rangkaian pemancar radio sederhana tadi.

Transistor BC547
Kapasitor variabel 47 pf
Resistor 330 ohm
Resistor 4,7 k
Microfone
Induktor
Kapasitor 1n
Kapasitor 10 p
Baterai 9 volt
LED warna bebas
Solder beserta timah
Penerima sinyal FM (radio / ponsel)

Baca juga : Cara Membuat Mobil Remote Control

Yang harus diperhatikan adalah, penggunaan microfone kristal haruslah yang memiliki kualitas terbaik agar
kualitas suara yang dihasilkan dan ditransmisikan juga baik. Microfone harus peka menangkap suara yang
jernih. Untuk antenanya, bisa gunakan kawat 0,5 mm. Gunakan manual tune untuk menemukan dan
mencocokkan frekwensi pemancar FM yang telah anda buat tadi.

Demikian sedikit informasi mengenai skema rangkaian pemancar radio FM mini sederhana yang sangat
mudah dibuat. Semoga informasi yang kami bagikan kali ini dapat bermanfaat, utamanya bagi anda para
pembaca setia belajarelektronika.net. Sampai jumpa di artikel menarik berikutnya, dan bagikan artikel ini
kepada teman-teman anda bila bermanfaat

Rangkaian Alat Penyiram Tanaman Otomatis


Berbasis Arduino
Oleh adminPada November 1, 2016 7500 views

Rangkaian Alat Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Arduino Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa
perkembangan teknologi saat ini sangat membantu mempermudah pekerjaan manusia. Hadirnya teknologi
selain dapat meringankan pekerjaan, terbukti juga bisa meningkatkan produktivitas baik di sektor sandang,
pangan, dan lain sebagainya.

Tak sedikit orang memanfaatkan teknologi untuk membantu meringankan pekerjaan sehari-hari mulai dari
membersihkan rumah, mengantar barang, hingga menyiram tanaman. Bicara soal teknologi yang dapat
membantu manusia menyiram tanaman, tentu sangat menarik. Pasalnya alat ini dibutuhkan oleh banyak
orang.

Tapi tahukah anda bahwa alat penyiram tanaman otomatis bisa dibuat sendiri di rumah? Ya, anda bisa
memanfaatkan beberapa alat sederhana untuk membuat sebuah alat penyiram tanaman otomatis sederhana.
Pada kesempatan kali ini Belajar Elektronika akan membahasnya secara khusus untuk anda semua.

Alat Penyiram Tanaman Otomatis


Berbicara soal membuat alat penyiram tanaman secara otomatis, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan.
Sekedar informasi saja bahwa alat ini menggunakan mikrokontroller Arduino Uno yang notabene mudah
dioperasikan baik untuk para pemula ataupun yang sudah mahir. Selain itu harga Arduino Uno juga cukup
terjangkau.
Rangkaian alat penyiram tanaman otomatis sederhana ini memerlukan tegangan DC sebesar 12 volt. Anda
bisa menggunakan tegangan dari adaptor. Selain itu untuk membuat alat ini diperlukan sebuah transistor
jenis 2N2222. Untuk info lebih jelasnya silahkan simak baik-baik daftar komponen berikut ini.

1 Arduino UNO rev. 3


1 Kabel USB panjang
1 Dioda N4001
1 Transistor 2N2222
1 Power supply 12 volt DC 1000 mA
1 Pompa peristaltic
2 Alligator clip test leads

Setelah semua bahan siap, langkah pertama yang harus anda lakukan adalah merangkai semua komponen
tersebut. Hubungkan Arduino Uni ke power supply. Setelah itu masukkan program pompa air yang kami
sediakan di bawah ke Arduino menggunakan bantuan komputer dan kabel USB.

Download Program Arduino Alat Penyiram Tanaman Otomatis

Setelah itu hubungkan kaki Arduino ke transistor dan motor pompa sesuai gambar rangkaian yang telah
kami buat di bawah ini. Anda bisa menghubungkannya dengan menggunakan alligator clip atau kabel yang
lain. Setelah semua selesai, lakukan uji coba dengan menyalakan rangkaian.
Baca juga : Rangkaian Buka Tutup Pintu Otomatis

Perlu anda ketahui bahwa rangkaian penyiram tanaman otomatis ini akan bekerja berdasarkan waktu yang
telah diprogram dalam Arduino. Jika anda ingin mengubahnya, silahkan ubah nilai pada program di int
watertime. Sesuaikan nilainya dengan kebutuhan anda. Saat program aktif, pompa akan mengalirkan air
menuju ke tanaman.

Bagaimana, cukup sederhana bukan? Semoga dengan adanya rangkaian penyiram tanaman otomatis
dengan Arduino sederhana ini dapat membantu pekerjaan anda dalam menyiram tanaman. Anda bisa
memodifikasi rangkaian tersebut sesuai dengan kebutuhan. Semoga bermanfaat dan selamat mencobanya

Cara Merakit Speaker Aktif Sederhana dengan


Subwoofer
Oleh adminPada Mei 29, 2016 72061 views

Cara Merakit Speaker Aktif Sederhana dengan Subwoofer Speaker aktif adalah sebuah alat yang
dapat digunakan untuk memperkeras suara. Biasanya sebuah speaker aktif juga dilengkapi dengan sebuah
subwoofer guna membertebal nada bass sehingga lebih enak didengar.

Pada umumnya telinga orang Indonesia lebih suka mendengar musik dengan nada bass yang tinggi
dibanding dengan trebel dan echo. Oleh sebab itu kebanyakan orang yang hobi merakit speaker biasanya
mencari rangkaian speaker aktif dengan subwoofer. Dengan begitu nada yang dihasilkan akan sesuai dengan
keinginan.

Berbicara soal rangkaian speaker aktif, pada kesempatan kali ini Belajar Elektronika akan mengajak kalian
semua untuk melihat sedikit informasi anyar mengenai cara meraktif speaker aktif sederhana dengan
subwoofer. Rangkaian yang akan kami share kali ini terdiri dari dua bagian utama, yakni bagian power
amplifier subwoofer dan juga low pass filter.
Cara Merakit Speaker Aktif Subwoofer
Perly diketahui bahwa rangkaian berikut ini memiliki daya 40 Watt untuk speaker aktif 8 Ohm, dan juga 60
Watt untuk speaker aktif 4 Ohm. Daripada terus penasaran dan menerka-nerka, langsung saja simak baik-
baik ulasan lengkap yang akan kami sampaikan berikut ini.

Rangkaian Power Amplifier Subwoofer

Rangkaian power amplifier subwoofer berfungsi untuk menguatkan sinyal audio sehingga dapat memiliki
daya untuk menggerakkan speaker. Rangkaian ini terbukti dapat mendorong loudspeaker 4 Ohm sampai
dengan 8 Ohm. Sedangkan tegangan yang diperlukan juga tak terlalu besar, hanya 60 VDC saja.

Daftar komponen yang diperlukan:

R1 6K8
R2,R4 470R
R3 2K Trimmer
R5,R6 4K7
R7 220R
R8 2K2
R9 50K Trimmer
R10 68K
R11,R12 0,47R 4W
C1,C2,C4,C5 47F/63V
C3 100F/25V
C6 33pF
C7 1000F/50V
C8 2200F/63V
D1 LED
D2 bridge 6A
Q1,Q2 BD139
Q3 MJ11016
Q4 MJ11015
SW1 SPST
F1 4A Fuse

Baca juga : Cara Membuat Box Speaker Lapangan

Rangkaian Pre Amp Low Pass Filter Subwoofer

Rangkaian pre amp low pass filter subwoofer digunakan untuk menguatkan sinyal audio sebelum masuk ke
filter. Dalam rangkaian inilah didapatkan sinyal audio dengan nada yang rendah (bass). Frekwensi center
serta level sinyal nada bass dapat diatur menggunakan dua potensiometer yang ada.

Daftar komponen yang diperlukan:

P1, P2 10K
R1,R2 68K
R3 680K
R4 220K
R5 33K
R6 2K2
R7 5K6
R8,R18 330R
R9 47K
R10 18K
R11 4K7
R12 1K
R13 1K5
R14,R15,R16 100K
R17 10K
C1,C4,C8,C9,C10 10F/63V
C2 47F/63V
C3 47pF
C5 220nF
C6 470nF
C7 100nF
C11 220F/63V
Q1,Q3 BC546
Q2 BC556

Demikian artikel singkat mengenai cara membuat speaker aktif sederhana dengan subwoofer. Semoga
artikel tadi dapat menginspirasi pembaca belajarelektronika.net di manapun berada. Sedikit tambahan bahwa
rangkaian tadi menggunakan trafo CT 25 volt 3 ampere. Sedangkan power supplynya menggunakan dioda
bridge 6 ampere.
Rangkaian Lampu Taman Otomatis dengan LDR

Home Aneka Rangkaian Sederhana Lampu Taman Led and Light Rangkaian Lampu Taman Otomatis
dengan LDR

Rangkaian Lampu Taman Otomatis dengan LDR


Skema rangkaian lampu taman otomatis banyak sekali modelnya, sumber tenaga untuk rangkaiannya ada
yang DC saja, ada yang AC dan DC dan adapula yang cukup dari sumber AC saja. Saya bahas ini karena
ada teman yang mengatakan bahwa lampu taman yang menggunakan sumber daya DC apalagi yang
menggunakan batu baterai sangatlah tidak efisien. Karena kalau batu baterai habis rangkaian tidak akan
bekerja lagi secara normal alias berhenti bekerja karena sumber daya habis. Kalau ingin bekerja lagi maka
kita harus membeli baterai yang baru sehingga menambah pekerjaan. Nah kali ini saya akan membahas
mengenai Lampu Taman Otomatis dengan LDR menggunakan FIR 3D dan sumber dayanya hanya dari
AC saja tanpa ada bantuan baterai. Rangkaian ini cukup populer dan bekerja sangat baik.

Advertiser

Rangkaian ini banyak yang ngebahas karena begitu simpelnya dan biayanya yang cukup murah dan
komponennya mudah didapatkan. Saya kira alat ini sangat bermanfaat untuk dipakai atau diterapkan di
rumah anda. Dan rangkaian ini bisa menghemat listrik di rumah anda karena suatu saat anda kemungkinan
lupa mematikan lampu taman pada siang hari atau karena anda meninggalkan rumah dalam waktu lama.
Tentunya alat ini sangat membantu sekali dalam penghematan juga pekerjaan anda. Selamat berkreasi.

Anda mungkin juga menyukai