DISUSUN OLEH
RIZAL MIKA ANDRIES,SST
ELTORO
Pengertian Komponen Elektronika Aktif dan Komponen Elektronika Pasif
Pengertian Komponen Elektronika Aktif dan Komponen Elektronika Pasif Komponen Elektronika
adalah elemen dasar yang digunakan untuk membentuk suatu rangkaian elektronika dan biasanya dikemas
dalam bentuk diskrit dengan dua atau lebih terminal penghubung. Setiap komponen elektronika memiliki
fungsinya masing-masing dalam suatu rangkaian elektronika, ada yang berfungsi sebagai penghambat, ada
yang berfungsi sebagai penguat, ada yang berfungsi sebagai penghantar, ada juga yang berfungsi sebagai
penyaring dan ada yang berfungsi sebagai pengendali. Komponen-komponen Elektronika tersebut juga
memiliki nilai dan tipenya masing-masing sehingga dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan keinginan
para perancang rangkaian elektronika.
Berdasarkan karakteristiknya, Komponen Elektronika dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama,
yaitu komponen elektronika aktif dan komponen elektronika pasif.
Komponen Elektronika Aktif adalah jenis komponen elektronika yang memerlukan arus eksternal untuk
dapat beroperasi. Dengan kata lain, komponen elektronika aktif hanya dapat berfungsi apabila
mendapatkan sumber arus listrik dari luar (eksternal).
Komponen-komponen elektronika yang digolongkan sebagai komponen Aktif adalah Dioda, Transistor dan
IC (Intragrated Circuit) yang terbuat dari bahan semikonduktor seperti silikon, germanium, selenium dan
metal oxides.
Dioda
Dioda adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah
dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Dioda terdiri dari dua Elektroda yaitu Anoda dan Katoda.
Yang termasuk dalam keluarga Dioda diantaranya seperti LED (Light Emitting Diode), DIAC, Dioda Zener,
Dioda Penyearah, Dioda Foto, Dioda Schottky, Dioda Tunnel dan Dioda Laser.
Transistor
Transistor adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi sebagai Penguat, Penyearah, Pengendali,
Mixer dan Osilator. Komponen yang termasuk dalam keluarga Transistor diantaranya seperti Transistor
Bipolar (NPN & PNP), Transistor Foto, TRIAC, MOSFET, JFET dan UJT.
IC (Integrated Circuit/Sirkuit Terpadu)
Integrated Circuit atau sering disingkat dengan IC adalah Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari
gabungan ratusan bahkan jutaan Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang diintegrasi menjadi sebuah
Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan kecil. Berdasarkan fungsinya, IC dapat dikelompokan lagi
menjadi IC Pewaktu (Timer), IC Comparator (Pembanding), IC Logic gates (Gerbang Logika), IC Switching
(Pengendali) dan IC Amplifier (Penguat).
Contoh pada Komponen Dioda, seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa Dioda merupakan komponen
elektronika aktif sehingga memerlukan sumber arus listrik dari luar (eksternal) untuk
mengoperasikannya. Sebuah Dioda yang dipasangkan pada suatu rangkaian elektronika yang telah
diberikan arus listrik tidak akan bekerja (beroperasi) untuk menghantarkan arus listrik apabila tegangan yang
diterimanya belum mencapai titik tegangan tertentu. Khusus untuk dioda yang terbuat dari bahan silikon
memerlukan tegangan 0,7V sedangkan untuk dioda yang terbuat dari bahan germanium memerlukan 0,3V
untuk dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
Komponen Elektronika Pasif adalah jenis Komponen elektronika yang tidak memerlukan sumber arus listrik
eksternal untuk pengoperasiannya. Komponen-komponen elektronika yang digolongkan sebagai komponen
pasif diantaranya seperti Resistor, Kapasitor dan Induktor.
Resistor
Resistor atau Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi untuk menghambat dan
mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm
(). Komponen-komponen yang termasuk dalam keluarga Resistor diantaranya seperti Resistor bernilai
tetap, resistor yang dapat diatur hambatannya (variable resistor atau potensiometer), LDR (Light Dependent
Resistor) dan Thermistor (PTC dan NTC).
Kapasitor
Kapasitor (Capacitor) atau Kondensator (Condensator) adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat
menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara dengan satuan kapasitansinya adalah Farad. Komponen-
komponen yang termasuk dalam keluarga Kapasitor tersebut diantaranya adalah Kapasitor nilai tetap
(Keramik, kertas, mika, tantalum dan elektrolit), kapasitor yang nilai dapat diatur kapasitasnya (VARCO
dan Trimmer).
Induktor
Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan
Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Induktor akan menimbulkan medan magnet saat dialiri arus
listrik. Satuan Induktansi pada Induktor adalah Henry (H). Komponen-komponen yang termasuk dalam
keluarga Induktor diantaranya seperti air core inductor, iron core inductor, ferrite core inductor, torroidal
core inductor, laminated core inductor dan variable inductor.
Contoh pada komponen Resistor. Tidak seperti Dioda, Resistor tidak memerlukan tegangan 0,3V atau 0,7V
untuk bekerja. Begitu Resistor diberikan tegangan, resistor mulai bekerja secara otomatis tanpa harus
menunggu hingga mencapai tegangan tertentu.
Jenis-jenis Komponen Elektronika
Berikut ini merupakan Fungsi dan Jenis-jenis Komponen Elektronika dasar yang sering digunakan dalam
Peralatan Elektronika beserta simbolnya.
A. Resistor
Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi untuk
menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau
Hambatan adalah Ohm (). Nilai Resistor biasanya diwakili dengan Kode angka ataupun Gelang Warna
yang terdapat di badan Resistor. Hambatan Resistor sering disebut juga dengan Resistansi atau Resistance.
Baca juga : Pengertian Resistor dan Jenis-jenisnya.
Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat
menyimpan energi atau muatan listrik dalam sementara waktu. Fungsi-fungsi Kapasitor (Kondensator)
diantaranya adalah dapat memilih gelombang radio pada rangkaian Tuner, sebagai perata arus pada rectifier
dan juga sebagai Filter di dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya). Satuan nilai untuk Kapasitor
(Kondensator) adalah Farad (F)
Jenis-jenis Kapasitor diantaranya adalah :
1. Kapasitor yang nilainya Tetap dan tidak ber-polaritas. Jika didasarkan pada bahan pembuatannya
maka Kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari Kapasitor Kertas, Kapasitor Mika, Kapasitor Polyster
dan Kapasitor Keramik.
2. Kapasitor yang nilainya Tetap tetapi memiliki Polaritas Positif dan Negatif, Kapasitor tersebut
adalah Kapasitor Elektrolit atau Electrolyte Condensator (ELCO) dan Kapasitor Tantalum
3. Kapasitor yang nilainya dapat diatur, Kapasitor jenis ini sering disebut dengan Variable Capasitor.
C. Induktor (Inductor)
Induktor atau disebut juga dengan Coil (Kumparan) adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi
sebagai Pengatur Frekuensi, Filter dan juga sebagai alat kopel (Penyambung). Induktor atau Coil banyak
ditemukan pada Peralatan atau Rangkaian Elektronika yang berkaitan dengan Frekuensi seperti Tuner untuk
pesawat Radio. Satuan Induktansi untuk Induktor adalah Henry (H).
Jenis-jenis Induktor diantaranya adalah :
Diode adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah
dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Diode terdiri dari 2 Elektroda yaitu Anoda dan Katoda.
Berdasarkan Fungsi Dioda terdiri dari :
1. Dioda Biasa atau Dioda Penyearah yang umumnya terbuat dari Silikon dan berfungsi sebagai
penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC).
2. Dioda Zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan rangkaian setelah tegangan yang
ditentukan oleh Dioda Zener yang bersangkutan. Tegangan tersebut sering disebut dengan Tegangan
Zener.
3. LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu Dioda yang dapat memancarkan cahaya
monokromatik.
4. Dioda Foto (Photo Diode) yaitu Dioda yang peka dengan cahaya sehingga sering digunakan sebagai
Sensor.
5. Dioda Schottky (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah Dioda yang berfungsi sebagai
pengendali .
6. Dioda Laser (Laser Diode) yaitu Dioda yang dapat memancar cahaya Laser. Dioda Laser sering
disingkat dengan LD.
Gambar dan Simbol Dioda:
E. Transistor
Transistor merupakan Komponen Elektronika Aktif yang memiliki banyak fungsi dan merupakan
Komponen yang memegang peranan yang sangat penting dalam dunia Elektronik modern ini. Beberapa
fungsi Transistor diantaranya adalah sebagai Penguat arus, sebagai Switch (Pemutus dan penghubung),
Stabilitasi Tegangan, Modulasi Sinyal, Penyearah dan lain sebagainya. Transistor terdiri dari 3 Terminal
(kaki) yaitu Base/Basis (B), Emitor (E) dan Collector/Kolektor (K). Berdasarkan strukturnya, Transistor
terdiri dari 2 Tipe Struktur yaitu PNP dan NPN. UJT (Uni Junction Transistor), FET (Field Effect
Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET) juga merupakan keluarga dari Transistor.
IC (Integrated Circuit) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan ratusan bahkan
jutaan Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang diintegrasi menjadi sebuah Rangkaian Elektronika
dalam sebuah kemasan kecil. Bentuk IC (Integrated Circuit) juga bermacam-macam, mulai dari yang
berkaki 3 (tiga) hingga ratusan kaki (terminal). Fungsi IC juga beraneka ragam, mulai dari penguat,
Switching, pengontrol hingga media penyimpanan. Pada umumnya, IC adalah Komponen Elektronika
dipergunakan sebagai Otak dalam sebuah Peralatan Elektronika. IC merupakan komponen Semi konduktor
yang sangat sensitif terhadap ESD (Electro Static Discharge).
Sebagai Contoh, IC yang berfungsi sebagai Otak pada sebuah Komputer yang disebut sebagai
Microprocessor terdiri dari 16 juta Transistor dan jumlah tersebut belum lagi termasuk komponen-
komponen Elektronika lainnya.
G. Saklar (Switch)
Saklar adalah Komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan aliran listrik. Dalam
Rangkaian Elektronika, Saklar sering digunakan sebagai ON/OFF dalam peralatan Elektronika.
Cara Menggunakan Multimeter merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai jika Anda
ingin belajar elektronika.Sebelumnya saya sudah berbagi informasi tentang Peralatan kerja Elektronika salah
satunya Multimeter.Jika dibandingkan dengan peralatan lainnya multimeter merupakan peralatan yang
paling penting dengan kata lain Multimeter itu tangan kanan bagi seorang teknisi elektronika.Bagaimana
tidak dengan sebuah alat bisa membantu banyak pekerjaan dari menguji komponen yang akan
dirakit,Mengukur Hambatan,Mengukur tegangan sampai mengukur Arus listrik.Perlu Anda ketahui pada
prinsipnya pada prinsipnya sebuah multimeter memiliki 3 fungsi pokok yaitu: Ohmmeter untuk mengukur
besaran hambatan listrik,Voltmeter untuk mengukur besaran tegangan listrik dan Amperemeter untuk
mengukur arus listrik.
Mengingat begitu pentingnya kegunaan multimeter kali ini saya akan berbagi informasi tentang Cara
Menggunakan Multimeter namun untuk mempersempit pembahasan saya hanya membahas Multimeter
Jenis Analog.Berikut ini tutorial selengkapnya:
Symbol Sambungan
Symbol Ground
Resistor
Resistor bekerja dengan menahan arus yang berjalan dalam suatu
rangkaian listrik
Resistor
Potensio Meters
Berfungsi untuk menahan arus di rangkaian listrik namun angka
resistansi pada tiga titik terminal bisa diatur
Potensio Meters
Variable Resistors
Berfungsi untuk menahan arus di rangkaian listrik namun angka
resistansi pada dua titik terminal bisa diatur
Variable Resistors
Condensators Bipolar Gunanya menyimpan sebuah arus listrik untuk beberapa waktu
Condensators Nonpolar
coil, lilitan, spul, induktor, komponen ini menghasilkan medanmagnet saat arus listrik
kumparan mengalirinya
Induktor beserta inti besi Kumparan ini memiliki inti besi seperti halnya dengan trafo
Symbol Lampu
Lamp
Lamp
Symbol Dioda
Schottky Dioda memiliki drop teganan rendh, biasnya terdpt dlm IC logika
Light Emitting Diode/ LED menghasilkn cahaya saat dialri arus listrk DC 1 arah
Photo-Dioda Menghasilkn arus listrk saat mendpt cahaya
Symbol Transistor
Transitor Bi polar N P N Arus listrk akan mengalr / EC saat basis /B menjadi positif
Transistor Bi polar P N P Arus listrk akan mengalr/ CE saat basis/ B menjadi negatif
Transformator, Trafo,
Penurun & penaik tegangn A C Bolak-Balik
Transformer
Fuse, Sikring
Sikring/ Fuse
Bus
Bus
Operational Amplifier, Op
Penguat sinyal input
Amp
Symbol Antenna
Antena
Antena
Multiplexer 2-to-1
Multiplexer 4-to-1
Pengertian Resistor dan Jenis-jenisnya Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering
ditemukan dalam Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika menggunakannya. Pada
dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi atau hambatan tertentu
yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Resistor atau
dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat dengan
Huruf R. Satuan Hambatan atau Resistansi Resistor adalah OHM (). Sebutan OHM ini diambil dari
nama penemunya yaitu Georg Simon Ohm yang juga merupakan seorang Fisikawan Jerman.
Untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika, Resistor bekerja berdasarkan
Hukum Ohm. Untuk lebih jelas mengenai Hukum Ohm, silakan baca : Pengertian, rumus dan bunyi Hukum
Ohm.
Jenis-jenis Resistor
Pada umumnya Resistor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah Fixed Resistor,
Variable Resistor, Thermistor dan LDR.
A. Fixed Resistor
Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya tetap. Nilai Resistansi atau Hambatan
Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna ataupun kode Angka. Anda dapat membaca artikel : Cara
Menghitung Nilai Resistor berdasarkan Kode Angka dan Kode Warna.
Bentuk dan Simbol Fixed Resistor :
Yang tergolong dalam Kategori Fixed Resistor berdasarkan Komposisi bahan pembuatnya diantaranya
adalah :
Resistor jenis Carbon Composistion ini terbuat dari komposisi karbon halus yang dicampur dengan bahan
isolasi bubuk sebagai pengikatnya (binder) agar mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan. Semakin
banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai resistansi atau nilai hambatannya.
Nilai Resistansi yang sering ditemukan di pasaran untuk Resistor jenis Carbon Composistion Resistor ini
biasanya berkisar dari 1 sampai 200M dengan daya 1/10W sampai 2W.
Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari filem tipis karbon yang diendapkan Subtrat isolator yang dipotong
berbentuk spiral. Nilai resistansinya tergantung pada proporsi karbon dan isolator. Semakin banyak bahan
karbonnya semakin rendah pula nilai resistansinya. Keuntungan Carbon Film Resistor ini adalah dapat
menghasilkan resistor dengan toleransi yang lebih rendah dan juga rendahnya kepekaan terhadap suhu jika
dibandingkan dnegan Carbon Composition Resistor.
Nilai Resistansi Carbon Film Resistor yang tersedia di pasaran biasanya berkisar diantara 1 sampai 10M
dengan daya 1/6W hingga 5W. Karena rendahnya kepekaan terhadap suhu, Carbon Film Resistor dapat
bekerja di suhu yang berkisar dari -55C hingga 155C.
Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film logam yang tipis ke Subtrat Keramik
dan dipotong berbentuk spiral. Nilai Resistansinya dipengaruhi oleh panjang, lebar dan ketebalan spiral
logam.
Secara keseluruhan, Resistor jenis Metal Film ini merupakan yang terbaik diantara jenis-jenis Resistor yang
ada (Carbon Composition Resistor dan Carbon Film Resistor).
B. Variable Resistor
Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah dan diatur sesuai dengan
keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi menjadi Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.
Potensiometer
Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah dengan cara
memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang terdapat pada Potensiometer. Nilai Resistansi Potensiometer
biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka.
Rheostat
Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada Tegangan dan Arus yang tinggi.
Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang
bergerak pada bagian atas Toroid.
Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer Potensiometer) adalah jenis Variable
Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki
Tuas. Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil untuk dapat memutar
porosnya.
Thermistor adalah Jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu (Temperature).
Thermistor merupakan Singkatan dari Thermal Resistor. Terdapat dua jenis Thermistor yaitu Thermistor
NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).
Bentuk dan Simbol Thermistor :
LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai Resistansinya dipengaruhi oleh
intensitas Cahaya yang diterimanya. Untuk lebih jelas mengenai LDR, Silakan baca : Pengertian LDR dan
Cara Mengukurnya.
Fungsi-fungsi Resistor
Fungsi-fungsi Resistor di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya adalah sebagai berikut :
Mengenal Kode-kode Transistor dan Dioda Transistor dan Dioda merupakan komponen Elektronika
Aktif yang terbuat dari bahan Semikonduktor dan masing-masing Transistor maupun Dioda memiliki
karakteriktik yang berbeda-beda tergantung pada tipe dan kegunaannya. Di pasaran, terdapat ribuan tipe
Transistor dan Dioda yang dirancang khusus untuk keperluan tertentu. Seperti Transistor yang dirancang
khusus untuk Penguat daya, Transistor untuk saklar dan Transistor untuk Penggerak (Driver), ada juga yang
dirancang khusus untuk rangkaian yang konsumsi daya rendah ataupun dirancang untuk aplikasi frekuensi
tertentu.
Pada dasarnya, kita dapat mengetahui bahan dasar sebuah Transistor/Dioda dan kegunaannya dari kode
Transistor tersebut. Sistem pengkodean Transistor dan Dioda pada umumnya terdiri dari 3 jenis, yaitu sistem
pengkodean Pro-Electron yang dipakai oleh produsen Eropa dan sistem pengkodean JEDEC yang digunakan
oleh produsen Amerika Utara serta sistem pengkodean JIS yang umumnya digunakan oleh produsen Jepang.
JEDEC adalah singkatan dari Joint Electron Devie Engineering Council, Sistem pengkodean Transistor
JEDEC ini berasal dari Amerika Utara sehingga banyak digunakan oleh produsen-produsen
Transistor/Dioda yang berasal dari Amerika Utara seperti Amerika Serikat dan Kanada. Sistem pengkodean
JEDEC ini memberikan informasi yang sangat sedikit terhadap karakteristik maupun parameter Transistor
dan Dioda yang bersangkutan.
Contoh :
Sistem Pengkodean Pro-Electron merupakan sistem Pengkodean yang berasal dari Eropa sehingga sering
disebut juga dengan sistem pengkodean Eropa. Produsen-produsen transistor dan dioda Eropa pada
umumnya menggunakan sistem pengkodean ini.
A = Germanium (Ge)
B = Silikon (Si)
C = Gallium Arsenide (GaAs)
Contoh :
BC107 menandakan Transistor untuk Frekuensi Audio daya rendah yang terbuat dari bahan Silikon.
JIS adalah singkatan dari Japan Industrial Standard, Sistem Pengkodean Transistor JIS ini adalah sistem
pengkodean yang digunakan oleh produsen Jepang.
Contoh :
2SC1815 adalah Transistor NPN yang berfrekuensi tinggi, 2SB646 adalah Transistor PNP untuk frekuensi
audio. Ada juga produsen yang mencetak kode Transistor tanpa menampilkan dua karakter pertama seperti
Transistor 2SC1815 menjadi C1815
Keterangan:
Pita ke-1 & Pita ke-2 ialah nilai tahanan dengan dua angka.
Pita ke-3 ialah perkalian desimal. Jumlah nol dibelakang angka kedua.
Pita ke-4 adalah nilai toleransi
Contoh A:
Pita ke-1 bewarna hijau, pita ke-2 bewarna biru, pita ke-3 bewarna perak, dan pita ke-4 bewarna emas.
Contoh B:
Pita ke-1 bewarna hijau, pita ke-2 bewarna biru, pita ke-3 bewarna emas, dan pita ke-4 bewarna emas.
Contoh C:
Pita ke-1 bewarna hijau, pita ke-2 bewarna biru, pita ke-3 bewarna hitam, dan pita ke-4 bewarna emas.
Contoh D:
Pita ke-1 bewarna hiau, pita ke-2 bewarna biru, pita ke-3 bewarna coklat, dan pita ke-4 bewarna emas.
Maka nilainya ialah 560 , dgn toleransi 5%
Keterangan:
Pita ke-1; Pita ke-2 serta Pita ke-3 ialah 3 angka nilai tahanan.
Pita ke-4 ialah perkalian desimal. Jumlah nol dibelakang angka ketiga.
Pita ke-5 ialah nilai toleransi.
Contoh A:
Pita ke-1 bewarna hijau, Pita ke-2 bewarna hitam, Pita ke-3 bewarna hitam, Pita ke-4 bewarna perak, dan
Pita ke-5 bewarna Coklat.
Contoh B:
Pita ke-1 bewarna hijau, Pita ke-2 bewarna biru, Pita ke-3 bewarna merah, Pita ke-4 bewarna emas, dan
Pita ke-5 bewarna Coklat.
Contoh C:
Pita ke-1 bewarna hijau, Pita ke-2 bewarna biru, Pita ke-3 bewarna merah, Pita ke-4 bewarna hitam, dan
Pita ke-5 bewarna Coklat.
Pita ke-1, Pita ke-2 serta Pita ke-3 ialah angka dari nilai tahanan
Pita ke-4 ialah perkalian desimal. Jumlah 0 dibelakang angka ketiga.
Pita ke-5 ialah nilai toleransi.
Pita ke-6 ialah koefesien suhu.
Contoh:
Pita ke-1 bewarna hijau, Pita ke-2 bewarna biru, Pita ke-3 bewarna hijau, Pita ke-4 bewarna emas, Pita ke-5
bewarna coklat, dan Pita ke-6 bewarna coklat.
Pengertian Rheostat dan jenis-jenis Rheostat Rheostat adalah jenis resistor yang nilai resistansi dapat
diatur (Variable Resistor) dan biasanya digunakan untuk mengendalikan arus listrik (current) terutama pada
rangkaian atau perangkat yang berarus listrik tinggi. Jadi dapat dikatakan bahwa Rheostat adalah Variable
Resistor yang berfungsi untuk mengatur aliran arus listrik (current) pada suatu rangkaian elektronik ataupun
listrik. Istilah Rheostat berasal dari bahasa Yunani yaitu Rheos dan Statis yang artinya adalah
perangkat yang mengendalikan arus listrik (current). Istilah tersebut pertama kali dikemukakan oleh seorang
ilmuwan Inggris yang bernama Sir Charles Wheatstone.
Dalam Struktur Rheostat, satu kaki terminalnya dihubungkan di bagian ujung jalur (track) dan satu
terminalnya lagi dihubungkan pada Wiper (penyapu) atau Slider (penggeser) Rheostat yang dapat bergerak.
Pada saat wiper atau slider bergerak dari satu ujung ke ujung lainnya, nilai resistansi juga akan berubah dari
minimum (0) ke maksimum.
Rheostat pada umumnya memiliki dua kaki terminal namun ada juga berkaki terminal tiga. Meskipun ada
Rheostat yang berterminal tiga, pada penggunaannya dalam mengendalikan arus listrik (current), kita hanya
menggunakan dua kaki rheostat dan satu kakinya lagi yang tak terpakai harus dihubungkan dengan kaki
terminal Wiper atau slider-nya. Oleh karena itu, sebuah Potensiometer yang umumnya berkaki terminal tiga
juga dapat dimodifikasi menjadi sebuah Rheostat. Hampir semua mekanisme pada Potensiometer digunakan
dalam pemodifikasian menjadi rheostat. Satu-satunya langkah untuk memodifikasikan potensiometer
menjadi rheostat adalah dengan menggabungkan salah satu terminal potensiometer dengan terminal Wiper
atau slider-nya. Konstruksi tersebut akan dapat membantu mengurangi variasi nilai pada resistansinya dan
memperkuat peletakannya pada PCB (tidak mudah goyang).
Baca juga : Pengertian dan Fungsi Potensiometer.
Rheostat yang digunakan untuk mengaliri arus listrik besar ini pada umumnya terbuat dari kawat yang
memiliki nilai resistansi tertentu yang digulungkan pada sebuah silinder tahan panas. Slider atau Wiper
Rheostat berbentuk jari logam (metal finger) yang dapat bergerak melintasi jalur (track) resistansi yang
terbuat dari gulungan kawat beresistansi pada rheostat.
Dalam aplikasinya, Rheostat biasanya digunakan untuk mengendalikan perangkat yang berdaya tinggi
seperti pengatur intensitas lampu, pengatur motor berkecepatan tinggi, pengatur suhu pada pemanas (heater)
dan oven.
Jenis-jenis Rheostat
Rheostat dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu Rheostat Rotary, Rheostat Slide dan Rheostat Trimmer.
Berikut ini adalah pembahasan singkat ketiga jenis rheostat yang dimaksud.
1. Rheostat Rotary
Rheostat Rotary adalah Rheostat yang paling sering digunakan untuk mengatur daya listrik. Sebagian besar
Rheostat jenis Rotari ini menggunakan konstruksi terbuka namun ada juga Rheostat Rotari dengan
konstruksi tertutup. Rheostat dipasang secara paralel untuk mengatur tingkat dan rentang daya listrik. Nilai
resistansinya diatur dengan cara memutar wiper-nya searah jarum jam ataupun sebaliknya.
2. Rheostat Slide
Rheostat Slide atau Rheostat Linear banyak digunakan pada laboratorium penelitan dan edukasi. Rheostat
slide terbuat dari kawat beresisten yang digulungkan pada sebuah silinder yang di isolasi. Rheostat Slide
menggunakan Slider atau Penggeser untuk mengatur nilai resistansinya.
3. Rheostat Trimmer
Rheostat Trimmer adalah Rheostat yang berbentuk kecil dan biasanya dipasangkan pada PCB dan harus
menggunakan obeng atau alat khusus untuk mengatur nilai resistansinya.
Simbol dan Fungsi Kapasitor beserta jenis-jenisnya Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan
Kondensator (Condensator) adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan muatan listrik
dalam waktu sementara dengan satuan kapasitansinya adalah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari
nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791 ~ 1867) yang berasal dari Inggris. Namun Farad adalah
satuan yang sangat besar, oleh karena itu pada umumnya Kapasitor yang digunakan dalam peralatan
Elektronika adalah satuan Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad, NanoFarad dan MicroFarad.
Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat konduktor yang pada umumnya
adalah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai pemisah. Dalam Rangkaian Elektronika,
Kapasitor disingkat dengan huruf C.
Jenis-jenis kapasitor
Berdasarkan bahan Isolator dan nilainya, Kapasitor dapat dibagi menjadi 2 Jenis yaitu Kapasitor Nilai Tetap
dan Kapasitor Variabel. Berikut ini adalah penjelasan singkatnya untuk masing-masing jenis Kapasitor :
A. KAPASITOR NILAI TETAP (FIXED CAPACITOR)
Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari Keramik dan berbentuk bulat tipis
ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak memiliki arah atau polaritas, jadi dapat dipasang bolak-
balik dalam rangkaian Elektronika. Pada umumnya, Nilai Kapasitor Keramik berkisar antara 1pf sampai
0.01F.
Kapasitor yang berbentuk Chip (Chip Capasitor) umumnya terbuat dari bahan Keramik yang dikemas sangat
kecil untuk memenuhi kebutuhan peralatan Elektronik yang dirancang makin kecil dan dapat dipasang oleh
Mesin Produksi SMT (Surface Mount Technology) yang berkecepatan tinggi.
Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Polyester dengan bentuk persegi empat.
Kapasitor Polyester dapat dipasang terbalik dalam rangkaian Elektronika (tidak memiliki polaritas arah)
Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan pada umumnya nilai kapasitor
kertas berkisar diantara 300pf sampai 4F. Kapasitor Kertas tidak memiliki polaritas arah atau dapat
dipasang bolak balik dalam Rangkaian Elektronika.
Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan Mika. Nilai Kapasitor Mika pada
umumnya berkisar antara 50pF sampai 0.02F. Kapasitor Mika juga dapat dipasang bolak balik karena tidak
memiliki polaritas arah.
Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari Elektrolit (Electrolyte) dan
berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat dengan ELCO ini sering dipakai pada
Rangkaian Elektronika yang memerlukan Kapasintasi (Capacitance) yang tinggi. Kapasitor Elektrolit yang
memiliki Polaritas arah Positif (-) dan Negatif (-) ini menggunakan bahan Aluminium sebagai pembungkus
dan sekaligus sebagai terminal Negatif-nya. Pada umumnya nilai Kapasitor Elektrolit berkisar dari 0.47F
hingga ribuan microfarad (F). Biasanya di badan Kapasitor Elektrolit (ELCO) akan tertera Nilai
Kapasitansi, Tegangan (Voltage), dan Terminal Negatif-nya. Hal yang perlu diperhatikan, Kapasitor
Elektrolit dapat meledak jika polaritas (arah) pemasangannya terbalik dan melampui batas kamampuan
tegangannya.
6. Kapasitor Tantalum
Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-) seperti halnya Kapasitor
Elektrolit dan bahan Isolatornya juga berasal dari Elektrolit. Disebut dengan Kapasitor Tantalum karena
Kapasitor jenis ini memakai bahan Logam Tantalum sebagai Terminal Anodanya (+). Kapasitor Tantalum
dapat beroperasi pada suhu yang lebih tinggi dibanding dengan tipe Kapasitor Elektrolit lainnya dan juga
memiliki kapasintansi yang besar tetapi dapat dikemas dalam ukuran yang lebih kecil dan mungil. Oleh
karena itu, Kapasitor Tantalum merupakan jenis Kapasitor yang berharga mahal. Pada umumnya dipakai
pada peralatan Elektronika yang berukuran kecil seperti di Handphone dan Laptop.
VARCO (Variable Condensator) yang terbuat dari Logam dengan ukuran yang lebih besar dan pada
umumnya digunakan untuk memilih Gelombang Frekuensi pada Rangkaian Radio (digabungkan dengan
Spul Antena dan Spul Osilator). Nilai Kapasitansi VARCO berkisar antara 100pF sampai 500pF
2. Trimmer
Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih kecil sehingga memerlukan alat seperti
Obeng untuk dapat memutar Poros pengaturnya. Trimmer terdiri dari 2 pelat logam yang dipisahkan oleh
selembar Mika dan juga terdapat sebuah Screw yang mengatur jarak kedua pelat logam tersebut sehingga
nilai kapasitansinya menjadi berubah. Trimmer dalam Rangkaian Elektronika berfungsi untuk menepatkan
pemilihan gelombang Frekuensi (Fine Tune). Nilai Kapasitansi Trimmer hanya maksimal sampai 100pF.
Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis Komponen Elektronika yang paling sering
digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor memiliki banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian
Elektronika memerlukannya.
Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika :
Untuk mengetahui Cara Membaca nilai Kapasitor dan juga cara mengukur / menguji Kapasitor, silakan
membacanya di artikel : Cara Membaca dan menghitung Nilai Kode Kapasitor dan Cara Mengukur
Kapasitor (Kondensator).
Cara Mengukur Kapasitor dengan Multimeter
Cara Mengukur Kapasitor dengan Multimeter Kapasitor adalah Komponen Elektronika yang dapat
menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara. Untuk mengukur nilai dari sebuah Kapasitor
(Kondensator), kita memerlukan sebuah alat ukur yang dinamakan dengan Capacitance Meter (Kapasitansi
Meter). Capacitance Meter adalah alat ukur yang khusus hanya mengukur nilai Kapasitansi sebuah
Kapasitor. Selain Capacitance Meter, terdapat juga alat ukur gabungan yang dapat mengukur beberapa
macam komponen elektronika, diantaranya adalah LCR Meter dan Multimeter.
LCR Meter adalah alat ukur yang dapat mengukur nilai L (Induktansi / Inductance, untuk mengukur
Induktor atau Coil), C (Kapasitansi / Capacitance, untuk mengukur Kapasitor atau Kondensator) dan R
(Resistansi / Resistance, untuk mengukur Hambatan atau Resistor) sedangkan Multimeter adalah alat ukur
gabungan yang mendapat mengukur Arus, Tegangan, Hambatan (Resistansi) dan juga menguji beberapa
macam Komponen Elektronika seperti Dioda, Kapasitor, Transistor dan Resistor.
Saat ini, telah banyak jenis Multimeter Digital yang telah mempunyai fungsi untuk mengukur nilai
Kapasitor sehingga kita tidak perlu membeli alat khusus untuk mengukur nilai Kapasitansi Kapasitor dan
tentunya Multimeter sebagai alat ukur gabungan memiliki batas tertentu dalam Mengukur Kapasitansi
sebuah Kapasitor. Kapasitor yang mempunyai Kapasitansi yang besar terutama pada Kapasitor Elektrolit
(ELCO) tidak semuanya dapat diukur nilainya oleh sebuah Multimeter Digital. Seperti contoh pada salah
satu Multimeter dengan merek SANWA yang bertipe CD800a, batas pengukuran Kapasitansi Kapasitor
hanya berkisar antara 50nF sampai 100F.
Untuk menguji apakah Komponen Kapasitor dapat berfungsi dengan baik, kita juga dapat menggunakan
Multimeter Analog dengan Skala Resistansi (Ohm). Multimeter Analog tidak dapat mengetahui dengan pasti
nilai Kapasitansi dari sebuah Kapasitor, tetapi cukup bermanfaat untuk mengetahui apakah Kapasitor
tersebut dalam Kondisi baik ataupun rusak (seperti Bocor ataupun Short (hubungan pendek)).
Untuk lebih akurat, tentunya kita memerlukan alat ukur khusus untuk mengukur Nilai Kapasitansi sebuah
Kapasitor seperti LCR meter dan Capacitance Meter. Cara pengukurannya pun hampir sama dengan cara
menggunakan Multimeter Digital, hanya saja kita perlu menentukan nilai Kapasitansi yang paling dekat
dengan Kapasitor yang akan kita ukur dengan cara mengatur Sakelar Selektor LCR meter dan Kapasitansi
Meter. Dibawah ini adalah gambar bentuk Capacitance Meter, LCR Meter dan Multimeter.
Fungsi Dioda dan Cara Mengukurnya
Fungsi Dioda dan Cara mengukurnya Dioda (Diode) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat
dari bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi
menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Oleh karena itu, Dioda sering dipergunakan sebagai penyearah
dalam Rangkaian Elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu Anoda (+)
dan Katoda (-) dan memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi pertemuan p-n semikonduktor yaitu
dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke sisi tipe-n (Katoda) tetapi tidak dapat
mengalirkan arus ke arah sebaliknya.
Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah arus AC ke
arus DC.
Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil tegangan.
Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan
Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya
Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali
Simbol Dioda
Gambar dibawah ini menunjukan bahwa Dioda merupakan komponen Elektronika aktif yang terdiri dari 2
tipe bahan yaitu bahan tipe-p dan tipe-n :
Pada umumnya Multimeter Digital menyediakan pengukuran untuk Fungsi Dioda, Jika tidak ada, maka kita
juga dapat mengukur Dioda dengan Fungsi Ohm pada Multimeter Digital.
Catatan Penting :
Hal yang perlu diperhatikan disini adalah Cara Mengukur Dioda dengan menggunakan Multimeter Analog
dan Multimeter Digital adalah terbalik. Perhatikan Posisi Probe Merah (+) dan Probe Hitamnya (-).
Cara-cara pengukuran tersebut diatas juga dapat digunakan untuk menentukan Terminal mana yang Katoda
dan mana yang Terminal Anoda jika tanda gelang yang tercetak di Dioda tidak dapat dilihat lagi atau
terhapus (hilang).
Pengertian Photodiode (Dioda Foto) dan Prinsip kerjanya Photodiode atau dalam bahasa Indonesia
disebut dengan Dioda Foto adalah komponen Elektronika yang dapat mengubah cahaya menjadi arus listrik.
Dioda Foto merupakan komponen aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan tergolong dalam
keluarga Dioda. Seperti Dioda pada umumnya, Photodiode atau Dioda Foto ini memiliki dua kaki terminal
yaitu kaki terminal Katoda dan kaki terminal Anoda, namun Dioda Foto memiliki Lensa dan Filter Optik
yang terpasang dipermukaannya sebagai pendeteksi cahaya.
Cahaya yang dapat dideteksi oleh Dioda Foto diantaranya seperti Cahaya Matahari, Cahaya Tampak, Sinar
Inframerah, Sinar Ultra-violet hingga sinar X. Oleh karena itu, Photodiode atau Dioda Foto yang dapat
mendeteksi berbagai Cahaya ini telah banyak diaplikasikan ke berbagai perangkat Elektronika dan listrik
seperti Penghitung Kendaraan, Sensor Cahaya Kamera, Alat-alat medis, Scanner Barcode dan peralatan
keamanan.
Bahan Semikonduktor yang biasanya digunakan sebagai bahan dasar Photodiode adalah Silikon (Si),
Germanium (Ge), Indium gallium arsenide phosphide (InGaAsP), Indium gallium arsenide (InGaAs).
Silikon (Si) : Arus Gelap rendah, berkecepatan tinggi, kepekaan (sensitivitas) baik di jarak sekitar
400nm hingga 1000nm (terbaik di jarak 800nm 900nm)
Germanium (Ge) : Arus Gelap lebih tinggi, berkecepatan rendah, kepekaan (sensitivitas) baik di
jarak sekitar 900nm 1600nm (terbaik di jarak 1400nm 1500nm)
Indium gallium arsenide phosphide (InGaAsP) : Mahal, arus gelap rendah, berkecepatan tinggi,
kepekaan (sensitivitas) baik di jarak sekitar 1000nm 1350nm (terbaik di jarak 1100nm 1300nm)
Indium gallium arsenide (InGaAs) : Mahal, arus gelap rendah, berkecepatan tinggi, kepekaan
(sensitivitas) baik di jarak sekitar 900nm 1700nm (terbaik di jarak 1300nm 1600nm)
Photodiode terdiri dari satu lapisan tipis semikonduktor tipe-N yang memiliki kebanyakan elektron dan satu
lapisan tebal semikonduktor tipe-P yang memiliki kebanyakan hole. Lapisan semikonduktor tipe-N adalah
Katoda sedangkan lapisan semikonduktor tipe-P adalah Anoda.
Saat Photodiode terkena cahaya, Foton yang merupakan partikel terkecil cahaya akan menembus lapisan
semikonduktor tipe-N dan memasuki lapisan semikonduktor tipe-P. Foton-foton tersebut kemudian akan
bertabrakan dengan elektron-elektron yang terikat sehingga elektron tersebut terpisah dari intinya dan
menyebabkan terjadinya hole. Elektron terpisah akibat tabrakan dan berada dekat persimpangan PN (PN
junction) akan menyeberangi persimpangan tersebut ke wilayah semikonduktor tipe-N. Hasilnya, Elektron
akan bertambah di sisi semikonduktor N sedangkan sisi semikonduktor P akan kelebihan Hole. Pemisahan
muatan positif dan negatif ini menyebabkan perbedaan potensial pada persimpangan PN. Ketika kita
hubungkan sebuah beban ataupun kabel ke Katoda (sisi semikonduktor N) dan Anoda (sisi semikonduktor
P), Elektron akan mengalir melalui beban atau kabel tersebut dari Katoda ke Anoda atau biasanya kita sebut
sebagai aliran arus listrik.
Terdapat dua model pengoperasian pada Photodiode, yaitu dengan model Photovoltaic dan model
Photoconductive.
1. Model Photovoltaic
Seperti Sel Surya (Solar Sel), Photodiode juga dapat menghasilkan tegangan yang dapat diukur. Namun
tegangan dan arus listrik yang dihasilkannya sangat kecil dan tidak cukup untuk menyala sebuah lampu
maupun perangkat elektronika.
Baca juga : Pengertian Sel Surya dan Prinsip kerjanya.
2. Model Photoconductive
Karena tidak dapat menghasilkan arus listrik yang cukup untuk kebutuhan rangkaian elektronika, maka
biasanya Photodiode digabungkan dengan sumber tegangan yang dipasangkan secara bias terbalik (reversed
biased voltage). Model Photoconductive ini menggunakan Sumber tegangan lain sebagai penggerak beban
atau rangkaian Elektronika, sedangkan Photodiode sendiri berfungsi sebagai Saklar (Switch) yang
mengalirkan arus listrik ketika dikenakan cahaya.
Untuk lebih jelas mengenai Dioda Zener, mari kita lihat Rangkaian dasar Dioda Zener dibawah ini :
Dalam Rangkaian diatas, Dioda Zener dipasang dengan prinsip Bias Balik (Reverse Bias), Rangkaian
tersebut merupakan cara umum dalam pemasangan Dioda Zener. Dalam Rangkaian tersebut, tegangan Input
(masuk) yang diberikan adalah 12V tetapi Multimeter menunjukan tegangan yang melewati Dioda Zener
adalah 2,8V. Ini artinya tegangan akan turun saat melewati Dioda Zener yang dipasang secara Bias
Balik (Reverse Bias). Sedangkan fungsi Resistor dalam Rangkaian tersebut adalah untuk pembatas arus
listrik. Untuk menghitung Arus Listrik (Ampere) tersebut, kita dapat menggunakan Hukum Ohm seperti
dibawah ini :
(Vinput Vzener) / R = I
(12 2,8) /460 = 19,6mA
Jika menggunakan Tegangan yang lebih tinggi, contohnya 24V. Maka arus listrik yang mengalir dalam
Rangkaian tersebut akan semakin besar :
Akan tetapi, tegangan yang melewati Dioda Zener akan sama yaitu 2,8V. Oleh karena itu, Dioda Zener
merupakan Komponen Elektronika yang cocok untuk digunakan sebagai Voltage Regulator (Pengatur
Tegangan), Dioda Zener akan memberikan tegangan tetap dan sesuai dengan Tegangan Zenernya terhadap
Tegangan Input yang diberikan.
Pada umumnya Tegangan Dioda Zener yang tersedia di pasaran berkisar di antara 2V sampai 70V dengan
daya (power) dari 500mW sampai dengan 5W.
Untuk menghitung disipasi daya Dioda Zener, kita dapat menggunakan rumus :
P = Vz I
Contoh :
P = 2,8 x 19,6
P = 54,9mW
Dioda Zener biasanya diaplikasikan pada Voltage Regulator (Pengatur Tegangan) dan Over Voltage
Protection (Perlindungan terhadap kelebihan Tegangan). Fungsi Dioda Zener dalam rangkaian-rangkaian
tersebut adalah untuk menstabilkan arus dan tegangan.
Pengertian Thermistor (NTC dan PTC) beserta
Karakteristiknya
Dickson Kho Komponen Elektronika
Pengertian Thermistor (NTC dan PTC) beserta Karakteristiknya Thermistor adalah salah satu jenis
Resistor yang nilai resistansi atau nilai hambatannya dipengaruhi oleh Suhu (Temperature). Thermistor
merupakan singkatan dari Thermal Resistor yang artinya adalah Tahanan (Resistor) yang berkaitan
dengan Panas (Thermal). Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature
Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).
Komponen Elektronika yang peka dengan suhu ini pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan inggris
yang bernama Michael Faraday pada 1833. Thermistor yang ditemukannya tersebut merupakan Thermistor
jenis NTC (Negative Temperature Coefficient). Michael Faraday menemukan adanya penurunan Resistansi
(hambatan) yang signifikan pada bahan Silver Sulfide ketika suhu dinaikkan. Namun Thermitor komersil
pertama yang dapat diproduksi secara massal adalah Thermistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun
1930. Samuel Ruben adalah seorang ilmuwan yang berasal dari Amerika Serikat.
Seperti namanya, Nilai Resistansi Thermistor NTC akan turun jika suhu di sekitar Thermistor NTC tersebut
tinggi (berbanding terbalik / Negatif). Sedangkan untuk Thermistor PTC, semakin tinggi suhu disekitarnya,
semakin tinggi pula nilai resistansinya (berbanding lurus / Positif).
Untuk mengetahui cara mengukur/menguji Thermistor (PTC/NTC). Silakan baca artikel : Cara Mengukur
Thermistor PTC dan NTC dengan Multimeter.
Thermistor NTC atau Thermistor PTC merupakan komponen Elektronika yang digolongkan sebagai
Komponen Transduser, yaitu komponen ataupun perangkat yang dapat mengubah suatu energi ke energi
lainnya. Dalam hal ini, Thermistor merupakan komponen yang dapat mengubah energi panas (suhu) menjadi
hambatan listrik. Thermistor juga tergolong dalam kelompok Sensor Suhu. Baca juga : Pengertian Sensor
Suhu dan Jenis-jenisnya.
Pengertian MCB (Miniature Circuit Breaker) dan
Prinsip kerjanya
Dickson Kho Komponen Elektronika
Pengertian MCB (Miniature Circuit Breaker) dan Prinsip kerjanya MCB (Miniature Circuit Breaker)
atau Miniatur Pemutus Sirkuit adalah sebuah perangkat elektromekanikal yang berfungsi sebagai pelindung
rangkaian listrik dari arus yang berlebihan. Dengan kata lain, MCB dapat memutuskan arus listrik secara
otomatis ketika arus listrik yang melewati MCB tesebut melebihi nilai yang ditentukan. Namun saat arus
dalam kondisi normal, MCB dapat berfungsi sebagai saklar yang bisa menghubungkan atau memutuskan
arus listrik secara manual.
MCB pada dasarnya memiliki fungsi yang hampir sama dengan Sekering (FUSE) yaitu memutuskan aliran
arus listrik rangkaian ketika terjadi gangguan kelebihan arus. Terjadinya kelebihan arus listrik ini dapat
dikarenakan adanya hubung singkat (Short Circuit) ataupun adanya beban lebih (Overload). Namun MCB
dapat di-ON-kan kembali ketika rangkaian listrik sudah normal, sedangkan Fuse/Sekering yang terputus
akibat gangguan kelebihan arus tersebut tidak dapat digunakan lagi.
Pada saat kondisi Overload (Kelebihan Beban), Arus yang mengalir melalui Bimetal menyebabkan suhu
Bimetal itu sendiri menjadi tinggi. Suhu panas tersebut mengakibatkan Bimetal melengkung sehingga
memutuskan kontak MCB (Trip).
b. Magnetic Tripping (Pemutusan Hubungan arus listrik secara Magnetik)
Ketika terjadi Hubung Singkat Rangkaian (Short Circuit) secara mendadak ataupun Kelebihan Beban yang
sangat tinggi (Heavy Overload), Magnetic Trippping atau pemutusan hubungan arus listrik secara Magnetik
akan diberlakukan. Pada saat terjadi hubungan singkat ataupun kelebihan beban berat, Medan magnet pada
Solenoid MCB akan menarik Latch (palang) sehingga memutuskan kontak MCB (Trip).
Sebagian besar MCB (Miniature Circuit Breaker) yang digunakan saat ini menggunakan dua mekanisme
pemutusan hubungan arus listrik ini (Thermal Tripping dan Magneting Tripping).
1. MCB Tipe B
MCB Tipe B adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar 3 sampai 5 kali dari arus
maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe B ini umumnya digunakan pada
instalasi listrik di perumahan ataupun di industri ringan.
2. MCB Tipe C
MCB Tipe C adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar 5 sampai 10 kali dari arus
maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe C ini biasanya digunakan pada Industri
yang memerlukan arus yang lebih tinggi seperti pada lampu penerangan gedung dan motor-motor kecil.
3. MCB Tipe D
MCB Tipe C adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar dari 10 hingga 25 kali dari arus
maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe C ini biasanya digunakan pada
peralatan listrik yang menghasilkan lonjakan arus tinggi seperti Mesin Sinar X (X-Ray), Mesin Las, Motor-
motor Besar dan Mesin-mesin produksi lainnya.
Arus Nominal MCB yang umum adalah 6A, 10A, 13A, 16A, 20A, 25A, 32A, 40A, 50A, 63A, 80A, 100A
dan 125A.
Arti Kode pada MCB (Miniature Circuit Breaker) MCB (Miniature Circuit Breaker) atau umumnya
disebut dengan Breaker merupakan salah satu perangkat penting dalam instalasi listrik. MCB yang
digunakan sebagai pelindung rangkaian listrik ini umumnya digunakan sebagai pengaman mesin di pabrik
maupun sebagai pembatas arus di rumah dan gedung.
Untuk melindungi keselamatan kita sendiri maupun keamanan perangkat listrik rumah kita, kita perlu
memilih dan menentukan MCB/Breaker yang sesuai dengan kebutuhan kita. Anda dapat membaca artikel
Cara Menghitung Daya Listrik yang diperlukan Rumah untuk menentukan pilihan MCB sesuai dengan
daya listrik yang digunakan oleh rumah anda.
Untuk mempermudah komunikasi antara produsen dan konsumen, setiap MCB dilengkapi dengan nomor
modelnya. Setiap produsen memiliki penomoran masing-masing. Jika ada keluhan, kita dapat menyebutkan
nomor modelnya sehingga produsen ataupun penjual dapat dengan mudah mengetahui jenis dan nilai MCB
yang bersangkutan.
Seperti gambar contoh diatas, terdapat tulisan C16. C menandakan karakteristik kurvanya yang terdiri dari 3
tipe umum yaitu B, C dan D. Tipe B akan trip apabila terjadi kelebihan arus sebesar 3 hingga 5 kali lipat.
Tipe C akan trip apabila arus yang melewatinya lebih besar 5 hingga 10 kali. Sedangkan tipe D adalah 10
hingga 25 kali.
Pemilihan karakteristik kurva ini harus hati-hati, peralatan yang berbeda memerlukan jenis karakteristik
yang berbeda pula. Contohnya seperti peralatan-peralatan listrik yang memiliki beban resistif (Heater dan
Lampu Penerangan) harus menggunakan MCB tipe B, Peralatan listrik yang memiliki beban induktif seperti
Pompa dan Motor harus menggunakan MCB tipe C sedangkan peralatan listrik yang memiliki beban
induktif dan kapasitif yang sangat tinggi harus menggunakan MCB tipe D.
Bagian Angka di belakang karakteristik kurva adalah batas Arus listrik dalam satuan Ampere. Contoh diatas
menunjukan angka 16 yang artinya adalah 16 Ampere.
Tegangan Operasional
Nilai Tegangan Operasional adalah dalam satuan Volt. Tulisan ini menyatakan nilai Tegangan yang dapat
digunakan. Listrik 3 fase biasanya menggunakan MCB 400V atau 415V sedangkan fase tunggal adalah
230V atau 240V. Pilihlah nilai tegangan operasional sesuai dengan aplikasinya. Ada MCB yang dapat
diaplikasikan untuk listrik fase tunggal dan listrik 3 fase. Ada juga yang hanya salah satunya.
Yang dimaksud dengan Kapasitas Breaking MCB (MCB Breaking Capacity) adalah kemampuan kerja atau
daya tahan MCB. Jika MCB-nya tertulis 6000, ini berarti MCB yang bersangkutan masih baik hingga
maksimal 6000A dan akan rusak jika arus yang mengalirinya melebih 6000A.
Kelas Energi
Kelas Energi atau Energy Class adalah spesifikasi MCB yang menyatakan karakteristik energi maksimum
dari arus listrik yang dapat melalui MCB. Kelas Energi pada MCB diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu
kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Kelas 3 adalah yang terbaik karena memungkinkan energi yang melaluinya
sebesar 1,5L joule/detik.
Indikator Status
Indikator Status terdiri dua yaitu ON dan OFF. Jangan beli MCB yang tidak memiliki indikator status yang
jelas karena akan menyebabkan kebingungan sehingga mengakibatkan kerusakan yang serius atau
berpotensi membahayakan.
Simbol Operasi MCB ini menunjukan jumlah Pole MCB, jika terdapat dua simbol berarti MCB yang
bersangkutan adalah MCB dua pole.
Pengertian Op-Amp (Operational Amplifier) Operational Amplifier atau lebih dikenal dengan istilah
Op-Amp adalah salah satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah Op-
Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi
sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang
luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau Operational Amplifier sering disebut juga dengan Penguat
Operasional.
Op-Amp umumnya dikemas dalam bentuk IC, sebuah IC Op-Amp dapat terdiri dari hanya 1 (satu)
rangkaian Op-Amp atau bisa juga terdiri dari beberapa rangkaian Op-Amp. Jumlah rangkaian Op-Amp
dalam satu kemasan IC dapat dibedakan menjadi Single Op-Amp, dual Op-Amp dan Quad Op-Amp. Ada
juga IC yang didalamnya terdapat rangkaian Op-Amp disamping rangkaian utama lainnya.
Sebuah rangkaian Op-Amp memiliki dua input (masukan) yaitu satu Input Inverting dan satu Input Non-
inverting serta memiliki satu Output (keluaran). Sebuah Op-Amp juga memiliki dua koneksi catu daya yaitu
satu untuk catu daya positif dan satu lagi untuk catu daya negatif. Bentuk Simbol Op-Amp adalah Segitiga
dengan garis-garis Input, Output dan Catu dayanya seperti pada gambar dibawah ini. Salah satu tipe IC Op-
Amp yang populer adalah IC741.
Terminal yang terdapat pada Simbol Op-Amp (Operational Amplifier/penguat operasional) diantaranya
adalah :
Pada dasarnya, kondisi Op-Amp ideal hanya merupakan teoritis dan hampir tidak mungkin dicapai dalam
kondisi praktis. Namun produsen perangkat Op-Amp selalu berusaha untuk memproduksi Op-Amp yang
mendekati kondisi idealnya ini. Oleh karena itu, sebuah Op-Amp yang baik adalah Op-Amp yang memiliki
karakteristik yang hampir mendekati kondisi Op-Amp Ideal
Pengertian Relay dan Fungsinya Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan
merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni
Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip
Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power)
dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang
menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai
saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.
1. Electromagnet (Coil)
2. Armature
3. Switch Contact Point (Saklar)
4. Spring
Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi CLOSE
(tertutup)
Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN
(terbuka)
Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil yang berfungsi
untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya
Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi
baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi
dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat
tidak dialiri arus listrik, Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay
untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif
kecil.
Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay dapat digolongkan
menjadi :
Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2 Terminal untuk Saklar
dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal, 3 Terminal untuk
Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal, diantaranya 4
Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay
DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal sebanyak 8 Terminal,
diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single)
Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil.
Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan Throw-nya melebihi dari 2 (dua).
Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun 4PDT (Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya.
Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan Throw, silakan lihat gambar
dibawah ini :
Cara Mengukur Relay dengan Menggunakan Multimeter Pada artikel sebelumnya telah
menjelaskan Prinsip kerja Relay beserta fungsi-fungsinya. Pada artikel ini kita akan membahas tentang cara
untuk mengukur atau menguji Relay dengan menggunakan Multimeter. Pada dasarnya, Relay merupakan
Komponen Elektromechanical yang terdiri dari sebuah Coil (Lilitan), seperangkat Kontak yang membentuk
Saklar (Switch) dan juga Kaki-kaki Terminal penghubung. Dengan kata lain, Relay adalah saklar yang
dioperasikan secara Elektronik. Baca juga : Pengertian Relay dan Fungsinya.
Terdapat 2 kondisi Kontak pada Relay yaitu Kondisi NO (Normally Open) dan NC (Normally Close).
Kontak yang selalu berada pada posisi OPEN (Terbuka) saat Relay tidak diaktifkan disebut dengan NO
(Normally Open). Sedangkan Kontak yang selalu berada pada posisi CLOSE (Tertutup) saat Relay tidak
diaktifkan disebut dengan NC (Normally Close).
Berikut ini adalah cara untuk Mengukur Relay dengan menggunakan Multimeter Digital :
4. Hubungkan Probe Multimeter ke Terminal Coil (2 Point) untuk mengukur nilai Resistansi Coil
apakah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh pembuat Relay tersebut (spesifikasi
Manufakturer).
1. Sekarang aktifkanlah Relay dengan menghubungkan arus listrik sesuai dengan tegangan Relay-nya.
Misalnya dengan menggunakan baterai 9V untuk meng-aktif-kannya.
2. Akan terdengar suara klik saat Relay tersebut aktif setelah dialiri arus listrik. Suara Klik
menandakan Kontak Poin telah berpindah dari posisi NC ke posisi NO.
3. Pastikan Posisi Saklar Multimeter masih berada di posisi Ohm ()
4. Hubungkan salah satu Probe Multimeter pada Terminal COM dan Probe lainnya di NC (Normally
Close), pastikan nilai yang ditunjukan pada Display adalah Tak terhingga. Kondisi tersebut
menandakan antara Terminal COM dan Terminal NC tidak memiliki hubungan sama sekali pada
saat Relay diaktifkan atau dalam kondisi Open dengan baik.
5. Pindah Probe Multimeter yang berada di Terminal NC ke NO (Normally Open), pastikan nilai yang
ditunjukan pada Display Multimeter adalah 0 Ohm. Kondisi tersebut menandakan antara Terminal
COM dan Terminal NO terhubung dengan baik pada saat Relay diaktifkan.
Pengertian IC (Integrated Circuit) dan Aplikasinya Integrated Circuit atau disingkat dengan IC adalah
Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan ratusan, ribuan bahkan jutaan Transistor, Dioda,
Resistor dan Kapasitor yang diintegrasikan menjadi suatu Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan
kecil. Bahan utama yang membentuk sebuah Integrated Circuit (IC) adalah Bahan Semikonduktor. Silicon
merupakan bahan semikonduktor yang paling sering digunakan dalam Teknologi Fabrikasi Integrated
Circuit (IC). Dalam bahasa Indonesia, Integrated Circuit atau IC ini sering diterjemahkan menjadi Sirkuit
Terpadu.
Sejarah Singkat IC (Integrated Circuit)
Teknologi Integrated Circuit (IC) atau Sirkuit Terpadu ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1958 oleh
Jack Kilby yang bekerja untuk Texas Instrument, setengah tahun kemudian Robert Noyce berhasil
melakukan fabrikasi IC dengan sistem interkoneksi pada sebuah Chip Silikon. Integrated Circuit (IC)
merupakan salah satu perkembangan Teknologi yang paling signifikan pada abad ke 20.
Sebelum ditemukannya IC, peralatan Elektronik saat itu umumnya memakai Tabung Vakum sebagai
komponen utama yang kemudian digantikan oleh Transistor yang memiliki ukuran yang lebih kecil. Tetapi
untuk merangkai sebuah rangkaian Elektronika yang rumit dan kompleks, memerlukan komponen Transistor
dalam jumlah yang banyak sehingga ukuran perangkat Elektronika yang dihasilkannya pun berukuran besar
dan kurang cocok untuk dapat dibawa berpergian (portable).
Teknologi IC (Integrated Circuit) memungkinkan seorang perancang Rangkaian Elektronika untuk membuat
sebuah peralatan Elektronika yang lebih kecil, lebih ringan dengan harga yang lebih terjangkau. Konsumsi
daya listrik sebuah IC juga lebih rendah dibanding dengan Transistor. Oleh karena itu, IC (Integrated
Circuit) telah menjadi komponen Utama pada hampir semua peralatan Elektronika yang kita gunakan saat
ini.
Tanpa adanya Teknologi IC (Integrated Circuit) mungkin saat ini kita tidak dapat menikmati peralatan
Elektronika Portable seperti Handphone, Laptop, MP3 Player, Tablet PC, Konsol Game Portable, Kamera
Digital dan peralatan Elektronika yang bentuknya kecil dan dapat dibawa bepergian kemana-mana.
IC Linear
IC Linear atau disebut juga dengan IC Analog adalah IC yang pada umumnya berfungsi sebagai :
IC Digital
IC Digital pada dasarnya adalah rangkaian switching yang tegangan Input dan Outputnya hanya memiliki 2
(dua) level yaitu Tinggi dan Rendah atau dalam kode binary dilambangkan dengan 1 dan 0.
Flip-flop
Gerbang Logika (Logic Gates)
Timer
Counter
Multiplexer
Calculator
Memory
Clock
Microprocessor (Mikroprosesor)
Microcontroller
Hal yang perlu dingat bahwa IC (Integrated circuit) merupakan Komponen Elektronika Aktif yang sensitif
terhadap pengaruh Electrostatic Discharge (ESD). Jadi, diperlukan penanganan khusus untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada IC tersebut.
Jenis-jenis Pengelompokan IC (Integrated Circuit) Integrated Circuit atau sering disingkat dengan IC
adalah komponen yang sering dijumpai dalam rangkaian elektronika modern dan canggih. Hampir semua
perangkat Elektronik yang kita pergunakan saat ini memakainya. Kepopuleran IC ini dikarenakan
kemampuannya yang dapat meng-integrasikan ratusan bahkan jutaan Transistor, Dioda, Resistor dan
Kapasitor ke dalam suatu kemasan yang cukup kecil. Dalam bahasa Indonesia, Integrated Circuit atau IC ini
sering disebut dengan Sirkuit Terpadu.
Jenis-jenis Pengelompokan IC
Pada dasarnya, ada banyak jenis pengklasifikasian pada IC. Ada yang mengelompokan IC berdasarkan
aplikasinya, ada yang mengelompokannya berdasarkan jumlah komponen yang digunakan, ada yang
mengelompokannya berdasarkan bentuk kemasannya, ada yang mengelompokannya berdasarkan fungsinya
dan juga ada yang mengelompokkannya berdasarkan Teknik Pembuatannya.
Berikut ini adalah Jenis-jenis IC (Integrated Circuit) yang dikelompokkan berdasarkan kriteria-kriteria yang
disebut diatas.
Berdasarkan Aplikasinya, IC dapat dibagikan menjadi 3 jenis, yaitu IC Analog, IC Digital dan IC Campuran
(Mixed Integrated Circuit).
IC Analog
IC Analog adalah IC yang beroperasi pada sinyal yang berbentuk gelombang kontinyu. Contoh IC jenis
Analog ini seperti IC Penguat daya, IC Penguat sinyal, IC Regulator Tegangan, IC Multiplier dan IC Op-
Amp.
IC Digital
IC Digital adalah IC yang beroperasi pada sinyal digital yaitu sinyal yang hanya memiliki 2 level yakni
Tinggi dan Rendah atau dilambangkan dengan kode Binary 1 dan 0. Contoh IC Digital seperti IC
Mikroprosesor, IC Flip-flip, IC Counter, IC Memory, IC Multiplexer dan IC Mikrocontroller.
Yang dimaksud dengan IC Campuran atau Mixed IC adalah IC yang mengkombinasikan fungsi IC Analog
dan IC Digital ke dalam kemasan satu IC. Pada umumnya, IC jenis Kombinasi Digital dan Analog ini
digunakan sebagai IC yang mengkonversikan sinyal Digital menjadi Analog (D/A Converter) ataupun sinyal
Analog menjadi sinyal Digital (A/D Converter). Seiring dengan perkembangan Teknologi IC, IC jenis
Campuran ini memungkinkan untuk mengintegrasikan Sinyal Digital dengan fungsi RF kedalam satu
kemasan IC.
Dibawah ini adalah pengelompokan jenis-jenis IC berdasarkan jumlah komponennya terutama pada jumlah
Komponen Transistor yang terdapat dalam satu kemasan IC.
Small-scale integration atau IC SSI adalah IC yang berskala kecil yaitu hanya terdiri dari beberapa
Transistor didalamnya.
Medium-scale integration (MSI) ini terdiri dari ratusan Transistor dalam sebuah kemasan IC. IC yang
berskala Menengah ini dikembangkan pada tahun 1960-an dan lebih ekonomis jika dibanding dengan IC
Small-scale integration (SSI).
Large-scale integration atau LSI adalah IC yang terdiri dari ribuan Transistor didalamnya. IC Mikroprosesor
pertama yang dikembangkan untuk Kalkulator dikembangkan pada tahun 1970-an memiliki kurang dari
4000 buah Transistor.
Very large-scale integration atau disingkat dengan IC VLSI adalah IC yang terdiri dari puluhan ribu hingga
ratusan ribu transistor didalam kemasannya. IC yang berskala sangat besar ini dikembangkan mulai tahun
1980-an.
Ultra large-scale integration (ULSI) adalah IC yang terdiri dari lebih dari 1 juta Transistor didalammnya.
IC Monolitik merupakan IC yang mengintegrasikan Komponen Pasif dan Komponen Aktif pada satu chip
tunggal Silikon sebagai bahan semikonduktornya. Konsep Manufaktur IC Monolitik ini dapat menghasilkan
IC yang memiliki keandalan yang tinggi dengan biaya produksi yang rendah. IC jenis ini banyak ditemui di
rangkaian Televisi, Amplifier, Regulator Tegangan dan Penerima AM/FM.
Thin Film IC dan Thick Film IC relatif lebih besar dari IC Monolitik. Hal ini dikarenakan hanya komponen
pasif (resistor dan kapasitor) yang dapat diintegrasikan pada wafer IC sedangkan komponen aktif seperti
Transistor dan Dioda tidak dapat diintegrasikan dan harus dihubungkan secara terpisah yang membentuk
rangkaian tersendiri di dalam kemasan IC.
Thin Film IC dan Thick Film IC memiliki karakteristik dan bentuk yang hampir sama, perbedaannya hanya
terletak pada proses pembentukan komponen pasifnya. Thin Film IC menggunakan teknik penguapan atau
teknik katoda-sputtering sedangkan Thick Film IC menggunak teknik Sablon.
Seperti namanya, IC Hybrid atau IC Multi-chip ini terbuat dari sejumlah chip yang dihubungkan menjadi
satu sirkuit terintegrasi. IC jenis ini biasanya digunakan dalam rangkaian Penguat (Amplifier) yang berdaya
tinggi mulai 5W hingga lebih dari 50W. Kinerja IC Hybrid ini lebih baik dibanding dengan IC Monolitik.
Mengenal IC 555 (IC Timer) dan Konfigurasi kakinya IC Timer atau IC Pewaktu adalah jenis IC yang
digunakan untuk berbagai Rangkaian Elektronika yang memerlukan fungsi Pewaktu dan multivibrator
didalamnya. Beberapa rangkaian yang memerlukan IC Timer diantaranya seperti Waveform Generator,
Frequency Meter, Jam Digital, Counter dan lain sebagainya. IC Timer atau IC Pewaktu yang paling populer
saat ini adalah IC 555 yang dikembangkan oleh Hans R. Camenzind yang bekerja untuk Signetic
Corporation pada tahun 1970-an. Pada dasarnya, IC Timer 555 merupakan IC Monolitik pewaktu yang
menghasilkan Osilasi (Oscilation) dan Waktu Penundaan (Delay Time) dengan keakuratan dan kestabilan
tinggi.
IC Timer 555 yang umum digunakan adalah IC Timer 555 yang berbentuk DIP (Dual Inline Package)
dengan 8 kaki terminalnya. Namun seiring dengan perkembangannya, saat ini kita dapat menemui beberapa
versi IC 555, diantaranya seperti IC 556 yang menggabungkan 2 buah IC 555 dalam satu kemasan (14 kaki),
IC 558 yang menggabungkan 4 buah IC555 dalam satu kemasan (16 kaki) serta IC555 yang mengkonsumsi
daya rendah seperti 7555 dan TLC555. Harga sebuah IC 555 yang berbentuk DIP 8 kaki cukup murah, yaitu
sekitar Rp. 2.000 hingga Rp. 5.000 tergantung merek dan tipenya.
Nama IC 555 diambil dari 3 buah resistor yang terdapat dalam kemasan IC dengan nilai masing-masingnya
5k.
Berikut ini adalah susunan dan konfigurasi Kaki IC 555 yang berbentuk DIP 8 kaki.
Kaki 1 (GND) : Terminal Ground atau Terminal Negatif sumber tegangan DC.
Kaki 2 (TRIG) : Terminal Trigger (Pemicu), digunakan untuk memicu Output menjadi High,
kondisi High akan terjadi apabila level tegangan pada kaki Trigger ini berubah dari High menuju ke
<1/3Vcc (Lebih kecil dari 1/3Vcc).
Kaki 3 (OUT) : Terminal Output (Keluaran) yang memiliki 2 keadaan yaitu Tinggi/HIgh dan
Rendah/Low.
Kaki 4 (RESET) : Terminal Reset. Apabila kaki 4 digroundkan, Output IC akan menjadi rendah dan
menyebabkan perangkat ini menjadi OFF. Oleh karena itu, untuk memastikan IC dalam kondisi ON,
Kaki 4 biasanya diberikan sinyal High.
Kaki 5 (CONT) : Terminal Control Voltage (Pengatur Tegangan), memberikan akses terhadap
pembagi tegangan internal. Secara default, tegangan yang ditentukan adalah 2/3 Vcc.
Kaki 6 (THRES) : Terminal Threshold, digunakan untuk membuat Output menjadi Low. Kondisi
Low pada Output ini akan terjadi apabila Kaki 6 atau Kaki Threshold ini berubah dari Low menuju
> 1/3Vcc (lebih besar dari 1/3Vcc).
Kaki 7 (DISCH) : Terminal Discharge. Pada saat Output Low, Impedansi kaki 7 adalah Low.
Sedangkan pada saat Output High, Impedansi kaki 7 adalah High.
Kaki Discharge ini biasanya dihubungkan dengan Kapasitor yang berfungsi sebagai penentu interval
pewaktuan. Kapasitor akan mengisi dan membuang muatan seiring dengan impedansi pada kaki 7.
Waktu pembuangan muatan inilah yang menentukan Interval Pewaktuan dari IC555.
Kaki 8 (Vcc) : Terminal Positif sumber tegangan DC (sekitar 4,5V atau 16V).
Pengertian Saklar Listrik dan Cara Kerjanya Saklar atau lebih tepatnya adalah Saklar listrik adalah
suatu komponen atau perangkat yang digunakan untuk memutuskan atau menghubungkan aliran listrik.
Saklar yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Switch ini merupakan salah satu komponen atau alat
listrik yang paling sering digunakan. Hampir semua peralatan Elektronika dan Listrik memerlukan Saklar
untuk menghidupkan atau mematikan alat listrik yang digunakan.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan saklar di peralatan-peralatan listrik maupun elektronik :
Saklar yang paling sering ditemukan adalah Saklar yang dioperasikan oleh tangan manusia dengan satu atau
lebih pasang kontak listrik. Setiap pasangan kontak umumnya terdiri dari 2 keadaan atau disebut dengan
State. Kedua keadaan tersebut diantaranya adalah Keadaan Close atau Tutup dan Keadaan Open
atau Buka. Close artinya terjadi sambungan aliran listrik sedangkan Open adalah terjadinya pemutusan
aliran listrik.
Berdasarkan dua keadaan tersebut, Saklar pada umumnya menggunakan istilah Normally Open (NO) untuk
Saklar yang berada pada keadaan Terbuka (Open) pada kondisi awal. Ketika ditekan, Saklar yang Normally
Open (NO) tersebut akan berubah menjadi keadaan Tertutup (Close) atau ON. Sedangkan Normally
Close (NC) adalah saklar yang berada pada keadaan Tertutup (Close) pada kondisi awal dan akan beralih ke
keadaan Terbuka (Open) ketika ditekan.
Pole adalah banyaknya Kontak yang dimiliki oleh sebuah saklar sedangkan Throw adalah banyaknya
kondisi yang dimiliki oleh sebuah Saklar.
Berikut ini adalah beberapa contoh jenis Saklar Listrik yang digolongkan berdasarkan Pole dan Throw :
SPST : Single Pole Single Throw, yaitu Saklar ON/OFF yang paling sederhana dengan hanya
memiliki 2 Terminal. Contohnya Saklar Listrik ON/OFF pada lampu.
SPDT : Single Pole Double Throw, yaitu Saklar yang memiliki 3 Terminal. Saklar jenis ini dapat
digunakan sebagai Saklar Pemilih. Contohnya Saklar pemilih Tegangan Input Adaptor yaitu 110V
atau 220V.
DPST : Double Pole Single Throw, yaitu saklar yang memiliki 4 Terminal. DPST dapat diartikan
sebagai 2 Saklar SPST yang dikendalikan dalam satu mekanisme.
DPDT : Double Pole Double Throw, yaitu saklar yang memiliki 6 Terminal. DPDT dapat diartikan
sebagai 2 Saklar SPDT yang dikendalikan dalam satu mekanisme.
SP6T : Single Pole Six Throw, yaitu saklar yang memilki 7 Terminal yang pada umumnya
berfungsi sebagai Saklar pemilih. Jenis Saklar ini banyak ditemui dalam Rangkaian Adaptor yang
dapat memilih berbagai Tegangan Output, misalnya pilihan output 1,5V, 3V, 4,5V, 6V, 9V dan 12V.
Berikut ini adalah Simbol Saklar berdasarkan jumlah Pole dan Throw-nya.
Selain jenis-jenis Pole dan Throw diatas, adanya juga 1P3T, 2P6T, TPST dan masih banyak lagi tergantung
keperluan dan penerapannya.
Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga
Resistor yang tergolong dalam Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki
Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar dibawah ini
menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan Simbolnya.
Jenis-jenis Potensiometer
Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara
menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya.
Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk menggeser wiper-nya.
2. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara
memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk
memutar wiper tersebut. Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan
Thumbwheel Potentiometer.
3. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan harus menggunakan alat
khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya
dipasangkan di PCB dan jarang dilakukan pengaturannya.
Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal (logam) dan Keramik
ataupun Bahan Karbon (Carbon).
Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu
Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).
Fungsi-fungsi Potensiometer
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, Potensiometer sering digunakan dalam
rangkaian atau peralatan Elektronika dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil, DVD
Player.
2. Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
3. Sebagai Pembagi Tegangan
4. Aplikasi Switch TRIAC
5. Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser
6. Sebagai Pengendali Level Sinya
Pengertian LED (Light Emitting Diode) dan Cara
Kerjanya
Dickson Kho Komponen Elektronika
Pengertian LED (Light Emitting Diode) dan Cara Kerjanya Light Emitting Diode atau sering
disingkat dengan LED adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik
ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor.
Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang
dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang
sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.
Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat dipasangkan dengan mudah ke
dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran
filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED
(Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD
TV yang mengganti lampu tube.
LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang
dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian
(impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang
diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K),
Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu
wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan
LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat
digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.
LED
Untuk mengetahui polaritas terminal Anoda (+) dan Katoda (-) pada LED. Kita dapat melihatnya secara fisik
berdasarkan gambar diatas. Ciri-ciri Terminal Anoda pada LED adalah kaki yang lebih panjang dan juga
Lead Frame yang lebih kecil. Sedangkan ciri-ciri Terminal Katoda adalah Kaki yang lebih pendek dengan
Lead Frame yang besar serta terletak di sisi yang Flat.
Tegangan Maju
Warna
@20mA
Infra Merah 1,2V
Merah 1,8V
Jingga 2,0V
Kuning 2,2V
Hijau 3,5V
Biru 3,6V
Putih 4,0V
Pengertian Transformator (Trafo) dan Prinsip kerjanya Hampir setiap rumah di Kota maupun Desa
dialiri listrik yang berarus 220V di Indonesia. Dengan adanya arus 220V ini, kita dapat menikmati serunya
drama Televisi, terangnya Cahaya Lampu Pijar maupun Lampu Neon, mengisi ulang handphone dan juga
menggunakan peralatan dapur lainnya seperti Kulkas, Rice Cooker, Mesin Cuci dan Microwave Oven. Arus
listrik 220V ini merupakan jenis arus bolak-balik (AC atau Alternating Current) yang berasal dari
Perusahaan Listrik yaitu PLN. Tegangan listrik yang dihasilkan oleh PLN pada umumnya dapat mencapai
puluhan hingga ratusan kilo Volt dan kemudian diturunkan menjadi 220V seperti yang kita gunakan
sekarang dengan menggunakan sebuah alat yang dinamakan Transformator. Transformator disebut juga
dengan Transformer.
Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya adalah kumpulan lempengan-lempengan
besi tipis yang terisolasi dan ditempel berlapis-lapis dengan kegunaanya untuk mempermudah jalannya
Fluks Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik kumparan serta untuk mengurangi suhu panas yang
ditimbulkan.
Beberapa bentuk lempengan besi yang membentuk Inti Transformator tersebut diantaranya seperti :
E I Lamination
E E Lamination
L L Lamination
U I Lamination
Jenis-jenis IC Voltage Regulator (IC Pengatur Tegangan) Voltage Regulator atau Pengatur Tegangan
adalah salah satu rangkaian yang sering dipakai dalam peralatan Elektronika. Fungsi Voltage Regulator
adalah untuk mempertahankan atau memastikan Tegangan pada level tertentu secara otomatis. Artinya,
Tegangan Output (Keluaran) DC pada Voltage Regulator tidak dipengaruhi oleh perubahan Tegangan Input
(Masukan), Beban pada Output dan juga Suhu. Tegangan Stabil yang bebas dari segala gangguan seperti
noise ataupun fluktuasi (naik turun) sangat dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan Elektronika
terutama pada peralatan elektronika yang sifatnya digital seperti Mikro Controller ataupun Mikro Prosesor.
Rangkaian Voltage Regulator ini banyak ditemukan pada Adaptor yang bertugas untuk memberikan
Tegangan DC untuk Laptop, Handphone, Konsol Game dan lain sebagainya. Pada Peralatan Elektronika
yang Power Supply atau Catu Dayanya diintegrasi ke dalam unitnya seperti TV, DVD Player dan Komputer
Desktop, Rangkaian Voltage Regulator (Pengatur Tegangan) juga merupakan suatu keharusan agar
Tegangan yang diberikan kepada Rangkaian lainnya Stabil dan bebas dari fluktuasi.
Terdapat berbagai jenis Voltage Regulator atau Pengatur Tegangan, salah satunya adalah Voltage Regulator
dengan Menggunakan IC Voltage Regulator. Salah satu tipe IC Voltage Regulator yang paling sering
ditemukan adalah tipe 7805 yaitu IC Voltage Regulator yang mengatur Tegangan Output stabil pada
Tegangan 5 Volt DC.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai 3 Jenis IC Pengatur Tegangan DC (DC Voltage Regulator) :
IC jenis Pengatur Tegangan Tetap (Fixed Voltage Regulator) ini memiliki nilai tetap yang tidak dapat disetel
(di-adjust) sesuai dengan keinginan Rangkaiannya. Tegangannya telah ditetapkan oleh produsen IC sehingga
Tegangan DC yang diatur juga Tetap sesuai dengan spesifikasi IC-nya. Misalnya IC Voltage Regulator
7805, maka Output Tegangan DC-nya juga hanya 5 Volt DC. Terdapat 2 jenis Pengatur Tegangan Tetap
yaitu Positive Voltage Regulator dan Negative Voltage Regulator.
Jenis IC Voltage Regulator yang paling sering ditemukan di Pasaran adalah tipe 78XX. Tanda XX
dibelakangnya adalah Kode Angka yang menunjukan Tegangan Output DC pada IC Voltage Regulator
tersebut. Contohnya 7805, 7809, 7812 dan lain sebagainya. IC 78XX merupakan IC jenis Positive Voltage
Regulator.
IC yang berjenis Negative Voltage Regulator memiliki desain, konstruksi dan cara kerja yang sama dengan
jenis Positive Voltage Regulator, yang membedakannya hanya polaritas pada Tegangan Outputnya. Contoh
IC jenis Negative Voltage Regulator diantaranya adalah 7905, 7912 atau IC Voltage Regulator berawalan
kode 79XX.
Dibawah ini adalah Rangkaian Dasar untuk IC LM78XX beserta bentuk Komponennya (Fixed Voltage
Regulator).
IC jenis Adjustable Voltage Regulator adalah jenis IC Pengatur Tegangan DC yang memiliki range
Tegangan Output tertentu sehingga dapat disesuaikan kebutuhan Rangkaiannya. IC Adjustable Voltage
Regulator ini juga memiliki 2 jenis yaitu Positive Adjustable Voltage Regulator dan Negative Adjustable
Voltage Regulator. Contoh IC jenis Positive Adjustable Voltage Regulator diantaranya adalah LM317 yang
memiliki range atau rentang tegangan dari 1.2 Volt DC sampai pada 37 Volt DC. Sedangkan contoh IC jenis
Negative Adjustable Voltage Regulator adalah LM337 yang memiliki Range atau Jangkauan Tegangan yang
sama dengan LM317. Pada dasarnya desain, konstruksi dan cara kerja pada kedua jenis IC Adjustable
Voltage Regulator adalah sama. Yang membedakannya adalah Polaritas pada Output Tegangan DC-nya.
Regulator).
Switching Voltage Regulator ini memiliki Desain, Konstruksi dan cara kerja yang berbeda dengan IC Linear
Regulator (Fixed dan Adjustable Voltage Regulator). Switching Voltage Regulator memiliki efisiensi
pemakaian energi yang lebih baik jika dibandingkan dengan IC Linear Regulator. Hal ini dikarenakan
kemampuannya yang dapat mengalihkan penyediaan energi listrik ke medan magnet yang memang
difungsikan sebagai penyimpan energi listrik. Oleh karena itu, untuk merangkai Pengatur Tegangan dengan
sistem Switching Voltage Regulator harus ditambahkan komponen Induktor yang berfungsi sebagai elemen
penyimpan energi listrik
Pengertian Speaker dan Prinsip kerjanya
Dickson Kho Komponen Elektronika
Pengertian Speaker dan Prinsip Kerjanya Kita dapat mendengarkan musik radio, mendengarkan suara
dari drama televisi ataupun suara dari lawan bicara kita di ponsel, semua ini karena adanya komponen
Elektronika yang bernama Loudspeaker yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan Pengeras Suara.
Loudspeaker atau lebih sering disingkat dengan Speaker adalah Transduser yang dapat mengubah sinyal
listrik menjadi Frekuensi Audio (sinyal suara) yang dapat didengar oleh telinga manusia dengan cara
mengetarkan komponen membran pada Speaker tersebut sehingga terjadilah gelombang suara.
Dalam rangka menterjemahkan sinyal listrik menjadi suara yang dapat didengar, Speaker memiliki
komponen Elektromagnetik yang terdiri dari Kumparan yang disebut dengan Voice Coil untuk
membangkitkan medan magnet dan berinteraksi dengan Magnet Permanen sehingga menggerakan Cone
Speaker maju dan mundur. Voice Coil adalah bagian yang bergerak sedangkan Magnet Permanen adalah
bagian Speaker yang tetap pada posisinya. Sinyal listrik yang melewati Voice Coil akan menyebabkan arah
medan magnet berubah secara cepat sehingga terjadi gerakan tarik dan tolak dengan Magnet Permanen.
Dengan demikian, terjadilah getaran yang maju dan mundur pada Cone Speaker.
Cone adalah komponen utama Speaker yang bergerak. Pada prinsipnya, semakin besarnya Cone semakin
besar pula permukaan yang dapat menggerakan udara sehingga suara yang dihasilkan Speaker juga akan
semakin besar.
Suspension yang terdapat dalam Speaker berfungsi untuk menarik Cone ke posisi semulanya setelah
bergerak maju dan mundur. Suspension juga berfungsi sebagai pemegang Cone dan Voice Coil. Kekakuan
(rigidity), komposisi dan desain Suspension sangat mempengaruhi kualitas suara Speaker itu sendiri.
1. Speaker Tweeter, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Tinggi (sekitar 2kHz 20kHz)
2. Speaker Mid-range, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Menengah (sekitar 300Hz 5kHz)
3. Speaker Woofer, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Rendah (sekitar 40Hz 1kHz)
4. Speaker Sub-woofer, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi sangat rendah yaitu sekitar 20Hz
200Hz.
5. Speaker Full Range, yaitu speaker yang dapat menghasilkan Frekuensi Rendah hingga Frekuensi
Tinggi.
1. Speaker Corong
2. Speaker Hi-fi
3. Speaker Handphone
4. Headphone
5. Earphone
6. Speaker Televisi
7. Speaker Sound System (Home Theater)
8. Speaker Laptop
Pengertian
dan Fungsi Induktor beserta jenis-jenisnya Selain Resistor dan Kapasitor, Induktor juga merupakan
komponen Elektronika Pasif yang sering ditemukan dalam Rangkaian Elektronika, terutama pada rangkaian
yang berkaitan dengan Frekuensi Radio. Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen
Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada
dasarnya, Induktor dapat menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet yang
ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor
adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday.
Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan Induktansi yang satuan
unitnya adalah Henry (H). Satuan Henry pada umumnya terlalu besar untuk Komponen Induktor yang
terdapat di Rangkaian Elektronika. Oleh Karena itu, Satuan-satuan yang merupakan turunan dari Henry
digunakan untuk menyatakan kemampuan induktansi sebuah Induktor atau Coil. Satuan-satuan turunan dari
Henry tersebut diantaranya adalah milihenry (mH) dan microhenry (H). Simbol yang digunakan untuk
melambangkan Induktor dalam Rangkaian Elektronika adalah huruf L.
Simbol Induktor
Berikut ini adalah Simbol-simbol Induktor :
Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :
Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil ini pada umumnya diaplikasikan :
Induktor sering disebut juga dengan Coil (Koil), Choke ataupun Reaktor.
1. Rangkaian Amplifier Mini 6 Watt
Skema Rangkaian Pemancar Radio FM Mini Salah satu hal yang digemari oleh para pehobi elektronika
selain membuat amplifier dan speaker adalah membuat pemancar radio FM sendiri. Pastinya anda juga
sudah tahu bahwa rangkaian pemancar FM ini dibuat agar orang lain dapat menerima sinyal FM yang
dipancarkan melalui radio ataupun ponsel.
Perlu anda ketahui bahwa untuk membuat sebuah pemancar FM sendiri sebenarnya tidaklah sulit, karena
komponen-komponen elektronika yang diperlukan tidaklah banyak. Selain itu semua komponen yang
dibutuhkan juga bisa didapatkan dengan mudah di penjual-penjual komponen elektronika sekitar rumah
anda.
Nah, pada kesempatan yang baik ini, Belajar Elektronika akan berbagi sedikit informasi kepada anda semua
mengenai bagaimana cara membuat pemancar radio FM mini yang sederhana. Dengan rangkaian ini anda
bisa mentransmisikan sinyal FM secara mudah ke banyak orang.
Nah, itulah tadi skema rangkaian pemancar FM mini yang sederhana. Rangkaian tersebut hanya
menggunakan beberapa komponen elektronika dasar saja yang mudah didapatkan. Berikut adalah daftar
komponen yang diperlukan untuk membuat rangkaian pemancar radio sederhana tadi.
Transistor BC547
Kapasitor variabel 47 pf
Resistor 330 ohm
Resistor 4,7 k
Microfone
Induktor
Kapasitor 1n
Kapasitor 10 p
Baterai 9 volt
LED warna bebas
Solder beserta timah
Penerima sinyal FM (radio / ponsel)
Yang harus diperhatikan adalah, penggunaan microfone kristal haruslah yang memiliki kualitas terbaik agar
kualitas suara yang dihasilkan dan ditransmisikan juga baik. Microfone harus peka menangkap suara yang
jernih. Untuk antenanya, bisa gunakan kawat 0,5 mm. Gunakan manual tune untuk menemukan dan
mencocokkan frekwensi pemancar FM yang telah anda buat tadi.
Demikian sedikit informasi mengenai skema rangkaian pemancar radio FM mini sederhana yang sangat
mudah dibuat. Semoga informasi yang kami bagikan kali ini dapat bermanfaat, utamanya bagi anda para
pembaca setia belajarelektronika.net. Sampai jumpa di artikel menarik berikutnya, dan bagikan artikel ini
kepada teman-teman anda bila bermanfaat
Rangkaian Alat Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Arduino Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa
perkembangan teknologi saat ini sangat membantu mempermudah pekerjaan manusia. Hadirnya teknologi
selain dapat meringankan pekerjaan, terbukti juga bisa meningkatkan produktivitas baik di sektor sandang,
pangan, dan lain sebagainya.
Tak sedikit orang memanfaatkan teknologi untuk membantu meringankan pekerjaan sehari-hari mulai dari
membersihkan rumah, mengantar barang, hingga menyiram tanaman. Bicara soal teknologi yang dapat
membantu manusia menyiram tanaman, tentu sangat menarik. Pasalnya alat ini dibutuhkan oleh banyak
orang.
Tapi tahukah anda bahwa alat penyiram tanaman otomatis bisa dibuat sendiri di rumah? Ya, anda bisa
memanfaatkan beberapa alat sederhana untuk membuat sebuah alat penyiram tanaman otomatis sederhana.
Pada kesempatan kali ini Belajar Elektronika akan membahasnya secara khusus untuk anda semua.
Setelah semua bahan siap, langkah pertama yang harus anda lakukan adalah merangkai semua komponen
tersebut. Hubungkan Arduino Uni ke power supply. Setelah itu masukkan program pompa air yang kami
sediakan di bawah ke Arduino menggunakan bantuan komputer dan kabel USB.
Setelah itu hubungkan kaki Arduino ke transistor dan motor pompa sesuai gambar rangkaian yang telah
kami buat di bawah ini. Anda bisa menghubungkannya dengan menggunakan alligator clip atau kabel yang
lain. Setelah semua selesai, lakukan uji coba dengan menyalakan rangkaian.
Baca juga : Rangkaian Buka Tutup Pintu Otomatis
Perlu anda ketahui bahwa rangkaian penyiram tanaman otomatis ini akan bekerja berdasarkan waktu yang
telah diprogram dalam Arduino. Jika anda ingin mengubahnya, silahkan ubah nilai pada program di int
watertime. Sesuaikan nilainya dengan kebutuhan anda. Saat program aktif, pompa akan mengalirkan air
menuju ke tanaman.
Bagaimana, cukup sederhana bukan? Semoga dengan adanya rangkaian penyiram tanaman otomatis
dengan Arduino sederhana ini dapat membantu pekerjaan anda dalam menyiram tanaman. Anda bisa
memodifikasi rangkaian tersebut sesuai dengan kebutuhan. Semoga bermanfaat dan selamat mencobanya
Cara Merakit Speaker Aktif Sederhana dengan Subwoofer Speaker aktif adalah sebuah alat yang
dapat digunakan untuk memperkeras suara. Biasanya sebuah speaker aktif juga dilengkapi dengan sebuah
subwoofer guna membertebal nada bass sehingga lebih enak didengar.
Pada umumnya telinga orang Indonesia lebih suka mendengar musik dengan nada bass yang tinggi
dibanding dengan trebel dan echo. Oleh sebab itu kebanyakan orang yang hobi merakit speaker biasanya
mencari rangkaian speaker aktif dengan subwoofer. Dengan begitu nada yang dihasilkan akan sesuai dengan
keinginan.
Berbicara soal rangkaian speaker aktif, pada kesempatan kali ini Belajar Elektronika akan mengajak kalian
semua untuk melihat sedikit informasi anyar mengenai cara meraktif speaker aktif sederhana dengan
subwoofer. Rangkaian yang akan kami share kali ini terdiri dari dua bagian utama, yakni bagian power
amplifier subwoofer dan juga low pass filter.
Cara Merakit Speaker Aktif Subwoofer
Perly diketahui bahwa rangkaian berikut ini memiliki daya 40 Watt untuk speaker aktif 8 Ohm, dan juga 60
Watt untuk speaker aktif 4 Ohm. Daripada terus penasaran dan menerka-nerka, langsung saja simak baik-
baik ulasan lengkap yang akan kami sampaikan berikut ini.
Rangkaian power amplifier subwoofer berfungsi untuk menguatkan sinyal audio sehingga dapat memiliki
daya untuk menggerakkan speaker. Rangkaian ini terbukti dapat mendorong loudspeaker 4 Ohm sampai
dengan 8 Ohm. Sedangkan tegangan yang diperlukan juga tak terlalu besar, hanya 60 VDC saja.
R1 6K8
R2,R4 470R
R3 2K Trimmer
R5,R6 4K7
R7 220R
R8 2K2
R9 50K Trimmer
R10 68K
R11,R12 0,47R 4W
C1,C2,C4,C5 47F/63V
C3 100F/25V
C6 33pF
C7 1000F/50V
C8 2200F/63V
D1 LED
D2 bridge 6A
Q1,Q2 BD139
Q3 MJ11016
Q4 MJ11015
SW1 SPST
F1 4A Fuse
Rangkaian pre amp low pass filter subwoofer digunakan untuk menguatkan sinyal audio sebelum masuk ke
filter. Dalam rangkaian inilah didapatkan sinyal audio dengan nada yang rendah (bass). Frekwensi center
serta level sinyal nada bass dapat diatur menggunakan dua potensiometer yang ada.
P1, P2 10K
R1,R2 68K
R3 680K
R4 220K
R5 33K
R6 2K2
R7 5K6
R8,R18 330R
R9 47K
R10 18K
R11 4K7
R12 1K
R13 1K5
R14,R15,R16 100K
R17 10K
C1,C4,C8,C9,C10 10F/63V
C2 47F/63V
C3 47pF
C5 220nF
C6 470nF
C7 100nF
C11 220F/63V
Q1,Q3 BC546
Q2 BC556
Demikian artikel singkat mengenai cara membuat speaker aktif sederhana dengan subwoofer. Semoga
artikel tadi dapat menginspirasi pembaca belajarelektronika.net di manapun berada. Sedikit tambahan bahwa
rangkaian tadi menggunakan trafo CT 25 volt 3 ampere. Sedangkan power supplynya menggunakan dioda
bridge 6 ampere.
Rangkaian Lampu Taman Otomatis dengan LDR
Home Aneka Rangkaian Sederhana Lampu Taman Led and Light Rangkaian Lampu Taman Otomatis
dengan LDR
Advertiser
Rangkaian ini banyak yang ngebahas karena begitu simpelnya dan biayanya yang cukup murah dan
komponennya mudah didapatkan. Saya kira alat ini sangat bermanfaat untuk dipakai atau diterapkan di
rumah anda. Dan rangkaian ini bisa menghemat listrik di rumah anda karena suatu saat anda kemungkinan
lupa mematikan lampu taman pada siang hari atau karena anda meninggalkan rumah dalam waktu lama.
Tentunya alat ini sangat membantu sekali dalam penghematan juga pekerjaan anda. Selamat berkreasi.