Kelas : C
Kelompok : A1
Sub Kelompok : 2
Anggota Kelompok :
DEPARTEMEN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018/2019
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka
STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIF
Struktur Kimia :
BM : 180,16 g/mol
Kemurnian : Mengandung tidak kurang dari 95,5% dan tidak lebih dari
100,5% C9H8O4 dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.
Efek Terapeutik : Antipiretik, antiplatelet, analgesik, antiinflamasi
Dosis Pemakaian : 75-325 mg/hari sebagai antiplatelet, 300-900 mg tiap 4-6
jam (maksimal 4 g sehari) sebagai analgesik dan
antipiretik.
III. ORGANOLEPTIS
1. Warna : Kristal putih atau tidak berwarna
2. Bau : Lemah atau tidak berbau
3. Rasa : Asam
IV. DEFERENTIAL THERMAL ANALYSIS (DTA)
- DTA Asetosal 1
- DTA Asetosal 2
- DTA Asetosal 3
Dari hasil DTA diperoleh : Asetosal memiliki habit kristalin, serta memiliki
titik lebur yang tajam yang berarti asetosal
tersebut murni.
Asetosal 75 gram + Spray Dry Lactose 105 Avicell pH 102 sebanyak 105
gram, dicampur secara geometric dilution gram
dalam mortir
1. Sifat Alir
Kecepatan Alir
Sebelum Penambahan Lubrikan
W T Kec. Alir
NO
(g) (detik) (g/detik)
1 50,01 6 8,335
2 50,01 6,4 7,814
3 50,04 6,9 7,252
4 50,04 6,4 7,819
Rata-rata 7,8±0,44
Sudut Istirahat
Sebelum Penambahan Lubrikan
h r
NO
(cm) (cm)
1 2,4 5,15
2 2,6 5,05
3 2,8 5,15
4 2,9 4,285
- Kekerasan
Kelompok kami melakukan uji kekerasan terhadap tablet yang diuji
keseragaman bobotnya, kekerasan kelima tablet menunjukan hasil sebagai berikut.
No. Kekerasan (kP)
1. 2,15
2. 2,10
3. 2,19
4. 2,12
5. 2,14
G. EVALUASI TABLET
1. Kekerasan Tablet
2. . Kerapuhan Tablet
No. Bobot awal (g) Bobot akhir (g) Kerapuhan (%)
1. 6,42 - HANCUR SEMUA
2. 6,40 - HANCUR SEMUA
3. 6,41 - HANCUR SEMUA
Alat : ERWEKA Friabilator Type Tap
Prosedur : Menimbang sebanyak ± 6,5 g. Set alat dengan 100 putaran dengan
kecepatan 25 rpm
Rata-rata % : Hancur semua (Out of Specification)
Persyaratan : ≤ 1%
Kesimpulan : Kerapuhan tablet Asetosal tidak memenuhi syarat, tablet uji sangat
rapuh.
A1 A2 A3
Evaluasi Tablet
A1a A1b A2a A2b A3a A3b
206,5±8,13 217,5±4,4m 294,055±5,8 286,705±12,
Keseragaman Bobot 203±4,89mg 217±8,01mg
mg g 75mg 93mg
D= D= D= D= D=
D = 11,28
11,22±0,63 11,29±0,01 11,24±0,04 11,03±0,07 11,02±0,03
±0,08mm
mm mm mm mm mm
Keseragaman Ukuran
t= t= t= t=
t= t=
1,82±0,05m 1,86±0,04m 1,41±0,08m 1,47±0,02m
1,8±0,09mm 1,7±0,03mm
m m m m
Waktu Hancur 5 detik 6 detik 4 detik 5 detik 61 detik 60 detik
2,21±0,09 2,18±0,09 2,30±0,25 3,844±0,331 3,994±0,41
Kekerasan Tablet 2,24±0,2 kP
kP kP kP 7 kP kP
Hancur Hancur Hancur Hancur
47,61% 64,12%
semua semua semua semua
(Out of (Out of
Kerapuhan Tablet (Out of (Out of (Out of (Out of
Specificatio Specificatio
Specificatio Specificatio Specificatio Specificatio
n) n)
n) n) n) n)
Sebelum
7,80 g/s 12,49 g/s 23,85 g/s
Kecepatan Lubrikan
Alir Sesudah
7,36 g/s 19,90 g/s 21,29 g/s
Lubrikan
J. PEMBAHASAN
Aspirin atau Asam asetilsalisilat (Asetosal) merupakan bahan aktif obat turunan
dari salisilat yang mempunyai efek analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi. Aspirin juga
dapat digunakan sebagai terapi antiplatelet dan dapat digunakan dalam dosis rendah serta
jangka waktu yang lama untuk mencegah serangan jantung. Kekuatan obat dalam
formulasi yang terpilih sebanyak 75 mg dengan tujuan terapi sebagai antiplatelet (Dosis:
75-325 mg / hari).
Formula dari pembuatan sediaan tablet asetosal yang dipilih oleh kelompok kami
terdiri dari asetosal 25% (75 mg), spray dry lactose (SDL) 35% (105 mg) dan avicell pH
102 35% (105 mg) sebagai bahan pengisi, Primogel 3% (9 mg) sebagai disintegran serta
Mg stearat 2% (6 mg) sebagai lubrikan, total bobot tablet yang diinginkan adalah 300 mg.
Eksipien yang terpilih tentunya harus mempunyai sifat alir yang baik sehingga tidak
memperburuk sifat alir serbuk dan kompaktibilitas yang baik sehingga mampu
meningkatkan kompaktibilitas asetosal. Jumlah bahan tambahan yang diperlukan untuk
meningkatkan kompaktibilitas setidaknya lebih besar 3x dari bobot bahan aktif.
Dipilih metode pembuatan dengan pembentukan granul (untuk memperbaiki sifat alir)
namun karena kompaktibilitasnya sudah baik, maka dibuat slugging dahulu, baru kemudian
digranul yaitu dengan metode Granulasi Kering.
B. FORMULA
a. Formula Baku
Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation : Compressed Solid
Product 2th P. 212)
Aspirin Tablets
Bill of Materials
Asetosal
150 g
+ Starch 1500
Tumbling
96,75 g
+ Avicel pH 102
Tumbling
37,5 g
`
+ Primogel
Tumbling
10,5 g
`
IPC : Sifat Alir
+ Mg Stearat
2,25 g Tumbling
`
IPC : Sifat Alir
Slugging
Reduksi ukuran
partikel
IPC : Sifat Alir
Pengayakan
IPC : Distribusi
ukuran partikel
+ Mg Stearat
Tumbling
3g
`
Tabletasi
D. IN PROCESS CONTROL
1. SIFAT ALIR DAN SUDUT ISTIRAHAT
SEBELUM SLUGGING
h r h r
No. () ()
( cm ) ( cm ) ( cm ) ( cm )
h r h r
No. () ()
( cm ) ( cm ) ( cm ) ( cm )
Dicafos - 88 mg -
Mg Stearat 8 mg 8 mg 8 mg
Primogel 14 mg 16 mg 16 mg
1. Kelompok A2
SEBELUM SLUGGING
h r h r
No. () ()
( cm ) ( cm ) ( cm ) ( cm )
SETELAH SLUGGING
No. h ( cm ) r ( cm ) ()
2. Kelompok A3
(g/detik) (g/detik)
h r h r
No. () ()
( cm ) ( cm ) ( cm ) ( cm )
Granulasi kering merupakan salah satu metode untuk proses tabletasi. Metode ini
dipilih ketika bahan aktif mempunyai karakter kompaktibilitas yang baik akan tetapi
mempunyai masalah terkait sifat alirnya. Pembuatan granul bertujuan untuk memperbaiki sifat
alir bahan tersebut. Seperti namanya, “kering” itu berarti tidak perlu adanya tambahan larutan
pengikat juga proses pemanasan karena beberapa bahan aktif rusak akibat kelembaban dan
degradasinya meningkat akibat kenaikan suhu. Ikatan yang terbentuk untuk menjadikan granul
disebabkan adanya mechanical interlocking antara bahan setelah dilakukan tahap slugging.
Bahan aktif yang digunakan saat praktikum kali ini adalah asetosal. Berdasarkan studi
praformulasi, asetosal mempunyai sifat alir dan kompaktibilitas yang cukup hingga baik
sehingga metode cetak langsung dapat dipilih. Akan tetapi, pada praktikum kali ini kita akan
membandingkan terkait efektifitas dan efisiensi pemilihan metode terhadap hasil akhir
serbuk/granul.
Perlu menjadi perhatian adalah pembagian jumlah lubrikan. Dikarenakan pada proses
granulasi kering dilakukan 2x proses tabletasi yakni pembentukan pelet dan kemudian tabletasi
akhir jumlah lubrikan harus dibagi menjadi dua pula. Oleh sebab itu, penentuan jumlah
lubrikan yang digunakan saat tahap formulasi harus mempertimbangkan jumlah minimal
lubrikan yang dibutuhkan menyesuaikan kondisi alat pula sehingga tidak terjadi penambahan
lubrikan diluar formula yang telah ditetapkan. Pada praktikum kali ini, terjadi kesalahan
tersebut sehingga kelompok A1 yang sebelumnya menuliskan 1,75% mg stearat menambahkan
lagi (terjadi pengenceran)seanyak 0,25% lubrikan sehingga bobot khir tablet secara teoritis
berubah menjadi 401 mg.
Pada saat proses slugging pelet yang terbntuk dari hasil formula A1 memiliki kekerasan
yang kurang dan cukup rapuh (IPC kekerasan tablet : 2,64 -3,27 kP) meskipun demikian, proses
pencetakan pelet masih dapat dilanjutkan dan tidak terjadi capping selama proses slug.
Berdasarkan analisis, bahan pengisi yang menyebabkan peningkatan kerapuhan dan penurunan
kekerasan tablet adalah starch 1500 karena amilum juga dapat berfungsi sebagai penghancur,
amilum menunjukkan isotherm tipe II dan mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi.
Selanjutnya, setelah pelet terbentuk dilakukan reduksi ukuran partikel yang akan
menghasilkan serbuk granul. Granul yang terbentuk ditambahkan lubrikan kedua dan diukur
sifat alirnya. Terjadi peningkatan yang signifikan antara sebelum proses granulasi kering dan
setelahnya (sebelum: (7,33 ± 0,34) g/s dan setelah: (24,91 ± 0,52 g/s)). Hasil yang diperoleh
formula A1 berbeda dengan formula A2 dan A3, setelah adanya proses granulasi kering justru
mengalami penurunan sifat alir, hal ini dapat disebabkan kurang tepatnya formulasi saat
pemilihan bahan atau penentuan komposisi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode
granulasi kering tidak selalu dapat memperbaiki sifat alir dari serbuk yang akan dilakukan
tabletasi. Studi fisiko-kimia dan fisiko-mekanik perlu untuk dilakukan secara komprehensif
tidak hanya untuk bahan aktif tetapi juga untuk bahan tambahannya supaya kemungkinan
kegagalan atau masalah selama proses dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA