Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN SOLIDA

PEMBUATAN TABLET ASETOSAL METODE CETAK LANGSUNG DAN


GRANULASI KERING

Kelas : C

Kelompok : A1
Sub Kelompok : 2

Anggota Kelompok :

1) Favian Rafif F. 051611133012


2) Erika Lailia K. 051611133016
3) Fathnin Ulya N. 051611133020
4) Farah Mahdiyyah 051611133024
5) Andreas Bayu E.W. 051611133026

DEPARTEMEN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018/2019
DAFTAR ISI

Studi Praformulasi Bahan Aktif


1. Tinjauan Bahan Aktif
2. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
3. Organoleptis
4. Deferential Thermal Analysis
5. Spektra Infrared
6. Sifat Alir
7. Kompaktibilitas

METODE CETAK LANGSUNG


A. Target Product Profile
1. Bentuk Sediaan
2. Pelepasan
3. Dimensi
4. Bobot
5. Kekuatan
6. etc
B. Metode Pembuatan Tablet Terpilih
C. Formula
D. Flow Chart Manufaktur
E. Evaluasi Granul
1. Sifat Alir
F. In Process Control
1. Bobot Sampling
2. Kekerasan
G. Evaluasi Produk
1. Kekerasan
2. Kerapuhan
3. Waktu Hancur
4. Keseragaman Bobot
5. Keseragaman Ukuran
6. Disolusi
H. Kemasan
I. Komparasi Hasil
J. Pembahasan
K. Saran
METODE GRANULASI KERING
A. Metode Pembuatan Terpilih
B. Formulasi
C. Flow Chart Manufaktur
D. Evaluasi Granul (Tidak Dilakukan)
E. In Process Control
Sifat Alir dan Sudut Istirahat
F. Komparasi Hasil
G. Pembahasan

Daftar Pustaka
STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIF

I. TINJAUAN BAHAN AKTIF


Nama Bahan Obat : Asetosal
Nama Kimia : Asam 2-asetoksi benzoat (C9H8O4)

Struktur Kimia :
BM : 180,16 g/mol
Kemurnian : Mengandung tidak kurang dari 95,5% dan tidak lebih dari
100,5% C9H8O4 dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.
Efek Terapeutik : Antipiretik, antiplatelet, analgesik, antiinflamasi
Dosis Pemakaian : 75-325 mg/hari sebagai antiplatelet, 300-900 mg tiap 4-6
jam (maksimal 4 g sehari) sebagai analgesik dan
antipiretik.

II. TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT


Aspirin dan turunan asam salisilat lainnya memiliki fungsi analgesik,
antiinflamasi, dan antipiretik. Seperti NSAID lain, mereka merupakan inhibitor
enzim siklooksigenase yang menghambat biosintesis prostaglandin dan tromboksan
dari asam arakhidonat. Aspirin juga berfungsi untuk menghambat platelet, sebagai
pereda nyeri ringan hingga menengah seperti sakit kepala, sakit gigi, dysmenorrhea,
dll. Efek samping aspirin antara lain, gangguan GI Tract seperti mual, muntah, dan
dyspepsia.

III. ORGANOLEPTIS
1. Warna : Kristal putih atau tidak berwarna
2. Bau : Lemah atau tidak berbau
3. Rasa : Asam
IV. DEFERENTIAL THERMAL ANALYSIS (DTA)
- DTA Asetosal 1

- DTA Asetosal 2

- DTA Asetosal 3
Dari hasil DTA diperoleh : Asetosal memiliki habit kristalin, serta memiliki
titik lebur yang tajam yang berarti asetosal
tersebut murni.

V. SPEKTRA INFRARED (Spektra IR)

VI. SIFAT ALIR


Berdasarkan percobaan, dengan menimbang serbuk parasetamol sebanyak ± 50
gram kemudian dilakukan uji menggunakan corong disimpulkan bahwa asetosal
memiliki sifat alir yang sangat baik (excellent)
VII. KOMPAKTIBILITAS
Dari grafik di bawah dapat disimpulkan bahwa asetosal memiliki
kompaktibilitas yang lebih buruk dibandingkan dengan MCC.
METODE CETAK LANGSUNG

A. TARGET PRODUCT PROFILE (TPP)


- Bentuk Sediaan : Tablet
- Pelepasan : Immediate release
- Dimensi : Diameter 10-11 mm; ketebalan 3,5-4 mm
- Bobot : 300 mg
- Kekuatan : 75 mg
- Penentuan Waktu Kadaluarsa
a. Real Time Stability
Dilakukan untuk waktu yang panjang sehingga memungkinkan terjadinya
perubahan produk dalam jumlah bermakna sesuai rekomendasi kondisi
penyimpanan.
Suhu : 30 ± 2 °C
Humidity : 75% ± 5% RH
Waktu : Minimal 12 bulan
b. Accelerated Stability
Pengujian dilakukan dengan menyimpan produk di luar kondisi yang
direkomendasikan sehingga dapat mempercepat peruraian yaitu menggunakan
suhu dan kelembaban ekstrem.
Suhu : 40 ± 2 °C
Humidity : 75% ± 5% RH
Waktu : Minimal 6 bulan

B. METODE PEMBUATAN TABLET TERPILIH


Metode pembuatan tablet terpilih adalah cetak langsung. Asetosal diketahui
merupakan bahan yang tidak tahan dengan kelembaban (mudah terhidrolisis menjadi
asam salisilat dan asam asetat), tidak tahan panas, dan memiliki kompaktibilitas yang
buruk sehingga perlu dipilih metode pembuatan tablet yang tidak melibatkan air dan
pemanasan. Selain itu untuk mengatasi permasalahan yang mungkin terjadi dalam cetak
langsung tablet asetosal ini, dapat digunakan eksipien yang tidak bersifat higroskopis,
memiliki kompaktibilitas yang baik, bersifat porous, dan memiliki muatan yang
berlawanan.
C. FORMULA

No Formula A1 Kadar Formula A2 Kadar Formula A3 Kadar


1 Asetosal 25% Asetosal 25% Asetosal 25%
2 Avicell pH 102 Dicafos Spray Dry
35% 35% 35%
Lactose
3 Spray Dry Avicell pH Dicafos
35% 35% 35%
Lactose 102
4 Mg Stearat 2% Mg Stearat 2% Mg Stearat 2%
5 Primogel 3% Primogel 3% Primogel 3%

D. FLOW CHART MANUFAKTUR

Asetosal 75 gram + Spray Dry Lactose 105 Avicell pH 102 sebanyak 105
gram, dicampur secara geometric dilution gram
dalam mortir

Semua bahan ditumbling


ad homgen

Tambahkan primogel (disintegran)


sebanyak 9 gram dalam campuran
bahan aktif dan pengisi

Semua bahan ditumbling


ad homogen

Tambahkan mg stearat (lubrikan)


sebanyak 6 gram dalam campuran
yang sudah diberi primogel

Tumbling semua bahan ad


homogen

Masukkan bahan ke dalam mesin


tabletasi untuk proses pencetakan
tablet
E. EVALUASI GRANUL

1. Sifat Alir
 Kecepatan Alir
 Sebelum Penambahan Lubrikan
W T Kec. Alir
NO
(g) (detik) (g/detik)
1 50,01 6 8,335
2 50,01 6,4 7,814
3 50,04 6,9 7,252
4 50,04 6,4 7,819
Rata-rata 7,8±0,44

 Setelah Penambahan Lubrikan


W T Kec. Alir
NO
(g) (detik) (g/detik)
1 50,06 7,03 7,12
2 50,06 7,00 7,15
3 50,06 6,4 7,82
Rata-rata 7,36±0,4

 Sudut Istirahat
 Sebelum Penambahan Lubrikan
h r
NO
(cm) (cm)
1 2,4 5,15
2 2,6 5,05
3 2,8 5,15
4 2,9 4,285

 Setelah Penambahan Lubrikan


h r
NO
(cm) (cm)
1 2,2 5,05
2 2,3 4,70
3 2,0 4,90
F. IN PROCESS CONTROL
- Bobot Sampling
Kelompok kami A1 sub 2 melakukan sampling terhadap lima tablet pada saat
proses tabletasi, hasil pengukuran bobot sampling lima tablet yang kami ambil
menunjukkan hasil :
Bobot Sampling
No.
(mg)
1. 207
2. 208
3. 205
4. 206
5. 206

- Kekerasan
Kelompok kami melakukan uji kekerasan terhadap tablet yang diuji
keseragaman bobotnya, kekerasan kelima tablet menunjukan hasil sebagai berikut.
No. Kekerasan (kP)
1. 2,15
2. 2,10
3. 2,19
4. 2,12
5. 2,14

G. EVALUASI TABLET

1. Kekerasan Tablet

No. Kekerasan (kP) No. Kekerasan (kP)


1. 2,22 6. 2,10
2. 2,10 7. 2,16
3. 2,16 8. 2,29
4. 2,16 9. 2,22
5. 2,04 10. 2,35
Alat : ERWEKA TBH 220 Hardness Tester
Rata-rata : 2,18 ± 0,0930 kP
Persyaratan : 4-8 kP
Kesimpulan : Kekerasan tablet Asetosal yang dibuat tidak memenuhi syarat
kekerasan tablet.

2. . Kerapuhan Tablet
No. Bobot awal (g) Bobot akhir (g) Kerapuhan (%)
1. 6,42 - HANCUR SEMUA
2. 6,40 - HANCUR SEMUA
3. 6,41 - HANCUR SEMUA
Alat : ERWEKA Friabilator Type Tap
Prosedur : Menimbang sebanyak ± 6,5 g. Set alat dengan 100 putaran dengan
kecepatan 25 rpm
Rata-rata % : Hancur semua (Out of Specification)
Persyaratan : ≤ 1%
Kesimpulan : Kerapuhan tablet Asetosal tidak memenuhi syarat, tablet uji sangat
rapuh.

3. Waktu Hancur Tablet

Alat : ERWEKA Disintegrator


Prosedur : Masukkan satu tablet pada masing-masing tabung disintegrator,
masukkan tiap satu cakram pada tiap tabung, dan jalankan alat. Gunakan air bersuhu
37±2ºC sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi,
angkat keranjang dan amati semua tablet.
Waktu hancur : 6 detik
Persyaratan : Tablet Asetosal harus hancur <30 menit
Kesimpulan : Tablet Asetosal telah memenuhi persyratan waktu hancur <30 menit

4. Keseragaman Bobot Tablet

No. Bobot Tablet (g) No. Bobot Tablet (g)


1. 0,21 11. 0,23
2. 0,21 12. 0,21
3. 0,21 13. 0,21
4. 0,20 14. 0,20
5. 0,20 15. 0,22
6. 0,20 16. 0,21
7. 0,20 17. 0,21
8. 0,20 18. 0,20
9. 0,20 19. 0,21
10. 0,20 20. 0,20
Alat : Neraca analitik
Bobot tablet yang direncanakan : 300 mg
Prosedur/Persyaratan : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tidak
lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata dan tidak lebih dari
7,5% dan tidak satupun tablet yang menyimpang lebih dari 15%
Rentang bobot : 7,5% (277,5 mg – 322,5 mg)
Rata-rata bobot tablet : 0,2065 g (206,50 mg)
Kesimpulan : Bobot tablet Asetosal seragam tetapi tidak memenuhi rentang
persyaratan, bobot tablet melebihi rentang 7,5%.

5. Keseragaman Ukuran Tablet

No. Diameter (mm) Tebal (mm) D/T


1. 11,22 1,8 6,23
2. 11,20 1,78 6,29
3. 11,20 1,9 5,89
4. 11,20 1,8 6,22
5. 11,28 1,8 6,27

Alat : Jangka sorong


Prosedur : Dengan jangka sorong mengukur diameter dan ketebalan masing-
masing 5 tablet uji Asetosal dan dihitung rata-ratanya.
Rerata Hasil : Diameter tablet = 11,22 ± 0,0346 mm
Tebal tablet = 1,82 ± 0,0477 mm
D/T = 6,18 ± 0,1646 mm
Persyaratan : Diameter = 10-11 mm ; Tebal = 3,5-4 mm
Kesimpulan : Diameter tablet Asetosal memenuhi syarat sedangkan ketebalan tablet
Asetosal tidak memenuhi syarat.
6. Uji Disolusi
Media : 500 ml dapar asetat 0,05 M yang dibuat dengan mencampur 2,99
g natrium asetat trihidrat dan 1,66 mg asam asetat glasial P
dengan air hingga 1 L (pH 4,5 ± 0,05)
Tipe Alat : Tipe 1 (kecepatan 50 rpm)
Waktu : 30 menit
Prosedur : Lakukan penetapan jumlah C9H8O4 yang terlarut dengan
mengukur serapan alikuot yang jika perlu diencerkan dengan
media disolusi dan serapan larutan baku Asam Asetilsalisilat
BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang dari titik
isobestik asam asetilsalisilat dan asam salisilat dan pada 265 ± 2
nm
Toleransi : Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q)
C9H8O4, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Tahap Jumlah tablet yang Kriteria Penerimaan
diuji
S1 6 Tiap unit tidak kurang dari Q+5%
S2 6 Rata-rata dari 12 unit (S1+S2) ≥ Q dan tidak
ada satu sediaan < Q–15%
S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) ≥ Q dan
tidak lebih dari 2 unit sediaan < Q-15%;
tidak satupun < Q-25%

Kesimpulan : Uji disolusi tidak dilakukan karena keterbatasan waktu praktikum.


H. KEMASAN
I. KOMPARASI HASIL

A1 A2 A3
Evaluasi Tablet
A1a A1b A2a A2b A3a A3b
206,5±8,13 217,5±4,4m 294,055±5,8 286,705±12,
Keseragaman Bobot 203±4,89mg 217±8,01mg
mg g 75mg 93mg
D= D= D= D= D=
D = 11,28
11,22±0,63 11,29±0,01 11,24±0,04 11,03±0,07 11,02±0,03
±0,08mm
mm mm mm mm mm
Keseragaman Ukuran
t= t= t= t=
t= t=
1,82±0,05m 1,86±0,04m 1,41±0,08m 1,47±0,02m
1,8±0,09mm 1,7±0,03mm
m m m m
Waktu Hancur 5 detik 6 detik 4 detik 5 detik 61 detik 60 detik
2,21±0,09 2,18±0,09 2,30±0,25 3,844±0,331 3,994±0,41
Kekerasan Tablet 2,24±0,2 kP
kP kP kP 7 kP kP
Hancur Hancur Hancur Hancur
47,61% 64,12%
semua semua semua semua
(Out of (Out of
Kerapuhan Tablet (Out of (Out of (Out of (Out of
Specificatio Specificatio
Specificatio Specificatio Specificatio Specificatio
n) n)
n) n) n) n)
Sebelum
7,80 g/s 12,49 g/s 23,85 g/s
Kecepatan Lubrikan
Alir Sesudah
7,36 g/s 19,90 g/s 21,29 g/s
Lubrikan

J. PEMBAHASAN

Aspirin atau Asam asetilsalisilat (Asetosal) merupakan bahan aktif obat turunan
dari salisilat yang mempunyai efek analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi. Aspirin juga
dapat digunakan sebagai terapi antiplatelet dan dapat digunakan dalam dosis rendah serta
jangka waktu yang lama untuk mencegah serangan jantung. Kekuatan obat dalam
formulasi yang terpilih sebanyak 75 mg dengan tujuan terapi sebagai antiplatelet (Dosis:
75-325 mg / hari).

Langkah pertama dalam proses pembuatan sediaan dilakukan studi praformulasi


yakni peninjauan bahan aktif serta eksipien meliputi sifat fisiko-kimia, fisiko-mekanik,
dan stabilitas bahan tersebut. Dengan adanya tahapan praformulasi diharapkan produsen
dapat memilih metode yang tepat untuk proses produksi tablet sehingga target sediaan obat
dengan prinsip aman, efektif, stabil, dan akseptabel dapat diperoleh. Berdasarkan literatur
yang kemudian disertai uji coba oleh praktikan, asetosal memiliki sifat alir yang baik akan
tetapi kompaktibilitasnya cukup buruk. Selain itu, berdasarkan data stabilitas asetosal
tergolong bahan yang tidak tahan terhadap kelembaban karena dapat terhidrolisis oleh
adanya air menjadi asam salisilat dan asam asetat. Asetosal juga tidak tahan dengan proses
pemanasan karena akan mempercepat proses degradasi bahan aktif. Dengan demikian,
praktikan harus memilih metode pembuatan tablet yang menghindari adanya kontak
dengan air, mencegah pemilihan eksipien bersifat higroskopis, dan menhindari adanya
proses pemanasan. Dari permasalahan yang telah disebutkan, metode pembuatan tablet
yang dirasa paling sesuai adalah cetak langsung.

Formula dari pembuatan sediaan tablet asetosal yang dipilih oleh kelompok kami
terdiri dari asetosal 25% (75 mg), spray dry lactose (SDL) 35% (105 mg) dan avicell pH
102 35% (105 mg) sebagai bahan pengisi, Primogel 3% (9 mg) sebagai disintegran serta
Mg stearat 2% (6 mg) sebagai lubrikan, total bobot tablet yang diinginkan adalah 300 mg.
Eksipien yang terpilih tentunya harus mempunyai sifat alir yang baik sehingga tidak
memperburuk sifat alir serbuk dan kompaktibilitas yang baik sehingga mampu
meningkatkan kompaktibilitas asetosal. Jumlah bahan tambahan yang diperlukan untuk
meningkatkan kompaktibilitas setidaknya lebih besar 3x dari bobot bahan aktif.

Proses produksi tablet cetak langsung meliputi penimbangan, pengayakan (untuk


bahan menggumpal), pencampuran, milling bahan, kompresi, dan evaluasi. Asetosal dalam
formula memiliki dosis relatif kecil sehingga pada proses pembuatan diperlukan metode
geometric dillution dan/atau pemilihan eksipien yang tepat dengan tujuan mampu
meningkatkan homogenitas dosis. Proses pencampuran dalam skala laboratorium yang
kami lakukan masih tergolong konvensional dengan menggunakan bantuan toples untuk
tumbling. Parameter kritis yang dapat diterapkan pada proses ini adalah waktu (total 35
menit) dan suhu pencampuran (± 25◦ C), pada skala industri kecepatan pencampuran juga
dijadikan parameter kritis untuk mencega terjadinya over mixing. Bahan aktif pada
mulanya dicampur dengan SDL, hal ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
homogenitas dosis yakni dengan penambahan eksipien dengan sifat porus sehingga bahan
aktif diharapkan mampu menempati ruang (menempel) pada permukaan bahan aktif
tersebut sehingga dispersi bahan aktif lebih merata. Selanjutnya, dicampurkan dengan
avicell pH 102, primogel, dan terakhir ditambahkan Mg Stearat. In process control yang
dilakukan pada tahap ini adalah pengecekan sifat alir sebelum (7,80 ± 0,44 g/s) dan setelah
ditambahkan Mg stearat sebagai lubrikan (7,36 ± 0,4 g/s). Penurunan sifat alir ini
diakibatkan adanya penambahan fines yakni Mg stearat kedalam campuran serbuk.
Dengan jumlah fines yang bertambah tentunya akan meningkatkan gaya elektrostatis
sehingga bahan cenderung melekat pada permukaan yang kemudian berakibat pada
penurunan sifat alir. Data sifat alir sangat diperlukan karena digunakan untuk setting
kecepatan alat saat dilakukan proses milling bahan.

Setelah proses pencampuran selesai, selanjutnya dilakukan proses tabletasi.


Sebagai variabel kontrol untuk membandingkan antar formula terpilih dari tiga kelompok
besar yakni A1, A2, dan A3 selain waktu dan suhu pencampuran setting alat dibuat
seragam (digunakan setting alat dari formula A3) dengan diameter tablet yang terpilih
untuk bobot 300 mg adalah 11 mm. Berdasarkan tabel komparasi hasil dapat diperoleh
beberapa kesimpulan yang pertama pengaruh sifat alir. Formula A3 memiliki sifat alir
akhir yang terbesar dengan demikian bobot tablet yang tercetak juga paling besar diantara
formula lainnya berturut-turut A3>A2>A1 pengaruh ini dapat diberikan akiat adanya
penambahan bahan pengisi dicafos yang mampu meningkatkan sifat alir paling besar
dibandingkan pengisi lainnya selanjutnya SDL dan terakhir avicell pH 102. Kedua,
hubungan antara kekerasan tablet dan waktu hancur, formula kami (A1) memiliki waktu
hancur yang tergolong cepat yakni 5-6 detik setelah dievaluasi oleh masing-masing sub
kelompok A1.1 dan A1.2 mirip dengan waktu hancur formula A2 karena data kekerasan
yang dihasilkan juga hampir sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kekerasan
berpengaruh terhadap waktu hancur tablet. Selain faktor kekearasan tablet adanya pengisi
yang juga berfungsi sebagai disintegran yakni avicell pH 102 juga terbukti meningkatkan
waktu hancur tablet, hal ini terlihat dari formula A3 yang mempunyai waktu hancur cukup
berbeda (lebih lama) sekitar 60-61 detik karena tidak menggunakan avicell pH 102 sebagai
bahan pengisi. Terakhir, hubungan antara kekerasan dengan kerapuhan. Setelah dilakukan
evaluasi tidak ada satupun formula yang mempunyai nilai kekerasan memenuhi
persyaratan pada rentang 4-8 kP, hal terbukti berpengaruh pada uji kerapuhan dimana dari
keseluruhan formula tidak ada satupun yang memenuhi spesifikasi dikarenakan bobot
tablet yang hilang ≥1% untuk formula A3 atau tablet hancur secara keseluruhan (formula
A1 dan A2) meskipun telah dilakukan replikasi.

Kesimpulannya, berdasarkan hasil evaluasi sediaan tablet asetosal 75 mg


keseragaman bobot dan keseragaman ukuran tablet memenuhi persyaratan sedangkan
untuk hasil kekerasan, uji waktu hancur, dan kerapuhan tablet tidak sesuai yang
dipersyaratkan. Hal ini tentunya dapat dipengaruhi oleh komposisi formula ataupun
setting-an alat yang tidak sesuai dengan formula terpilih.
K. SARAN
Untuk pembuatan tablet selanjutnya terkait komposisi, jumlah disintegran bisa
dikurangi atau bahkan dihilangkan karena bahan pengisi ada yang berfungsi sebagai
disintegran sehingga meningkatkan efisiensi dan menurunkan cost akibat bahan. Selain
itu, tablet dinilai terlalu tipis sehinga untuk ukuran diameter disarankan diperkecil atau
bobot tablet sedikit ditambah lebih dari 300 mg. Terakhir, setting alat dibuat menyesuaikan
dengan sifat alir serbuk dengan formula terpilih dengan demikian bobot yang diharapkan
sesuai dengan spesifikasi dapat diperoleh.
METODE GRANULASI KERING

A. METODE PEMBUATAN TABLET TERPILIH


Permasalahan Bahan Obat dan Cara Pengatasan Permasalahan
- Bahan tidak tahan kelembaban (mudah terhidrolisis), sehingga
 Dipilih metode yang tidak melibatkan air (Granulasi kering)
 Dipilih eksipien yang tidak higroskopis
- Bahan tidak tahan panas
 Diplih metode pembuatan tanpa proses pemanasan (Granulasi kering)
- Bahan aktif susah mengalir

Dipilih metode pembuatan dengan pembentukan granul (untuk memperbaiki sifat alir)
namun karena kompaktibilitasnya sudah baik, maka dibuat slugging dahulu, baru kemudian
digranul yaitu dengan metode Granulasi Kering.

B. FORMULA
a. Formula Baku
Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation : Compressed Solid
Product 2th P. 212)
Aspirin Tablets

Bill of Materials

Scale (mg/tablet) Item Material name Quantity/1000


tablet(g)

325.00 1 Aspirin 325.00

25.52 2 Starch 1500 25.52

21.33 3 Microcrystalline cellulose (50 um) 21.33

6.33 4 Powdered Cellulose 6.33


Manufacturing Directions :
1. Blend in a twin – shell blender.
2. Compress into 378.00-mg tablets.

b. Formula yang di buat

% rentang % yang Jumlah Jumlah


Nama Bahan Fungsi pemakaian dibuat tiap tablet 750 Tablet
No
(mg) (gr)
1. Asetosal Bahan aktif - 50% 200 150
2. Avicel PH 102 Pengisi 12.5% 50 37,5
3. Starch 1500 Pengisi 32,35% 129 96,75
4. Mg stearat Lubrikan 1,75% 7 5,25
5. Primogel Desintegran 3,5% 14 10,5
C. FLOWCHART MANUFAKTUR

Diagram alir proses produksi dan tabletasi

Asetosal

150 g

+ Starch 1500
Tumbling
96,75 g

+ Avicel pH 102
Tumbling
37,5 g
`

+ Primogel
Tumbling
10,5 g
`
IPC : Sifat Alir
+ Mg Stearat

2,25 g Tumbling

`
IPC : Sifat Alir
Slugging

Reduksi ukuran
partikel
IPC : Sifat Alir

Pengayakan
IPC : Distribusi
ukuran partikel
+ Mg Stearat
Tumbling
3g
`

Tabletasi
D. IN PROCESS CONTROL
1. SIFAT ALIR DAN SUDUT ISTIRAHAT

SEBELUM SLUGGING

Hasil pengamatan kecepatan alir:


Sebelum Penambahan Lubrikan Sesudah Penambahan Lubrikan

W t Kec. alir W t Kec. alir


No.
(g) (detik) (g/detik) (g) (detik) (g/detik)

1. 50,110 6 8,35 50,065 6,6 7,58

2. 50,110 6,1 8,22 50,065 6,7 7,47

3. 50,110 5,9 8,49 50,065 7,2 6,95

Rata - rata 8,35 ± 0,14 Rata – rata 7,33 ± 0,34

Hasil pengamatan sudut istirahat:

Sebelum Penambahan Lubrikan Sesudah Penambahan Lubrikan

h r h r
No. () ()
( cm ) ( cm ) ( cm ) ( cm )

1. 2,2 5 23,75 2,1 4,4 25,51

2. 2,2 5,1 23,33 2,1 4,45 25,26

3. 2,2 4,95 23,96 2,1 4,55 24,78

Rata - rata 23,68 ± 0,32 Rata – rata 25,18 ± 0,37


SETELAH SLUGGING

Hasil pengamatan kecepatan alir:

Sebelum Penambahan Lubrikan Sesudah Penambahan Lubrikan

W t Kec. alir W t Kec. alir


No.
(g) (detik) (g/detik) (g) (detik) (g/detik)

1. 50,18 4,5 11,15 50,00 4,4 11,36

2. 50,18 4,7 10,68 50,00 4,2 11,90

3. 50,18 4,3 11,67 50,00 4,2 11,90

Rata - rata 11,17 ± 0,50 Rata – rata 11,72 ± 0,31

Hasil pengamatan sudut istirahat:

Sebelum Penambahan Lubrikan Sesudah Penambahan Lubrikan

h r h r
No. () ()
( cm ) ( cm ) ( cm ) ( cm )

1. 2,3 4,4 27,60 2,1 4,4 25,51

2. 2,3 4,6 26,56 2,0 4,35 24,69

3. 2,3 4,5 27,07 2,1 4,6 24,54

Rata - rata 28,08 ± 0,52 Rata – rata 24,91 ± 0,52

E. EVALUASI PRODUK (TIDAK DILAKUKAN)


F. KOMPARASI HASIL

BAHAN FORMULA A1 FORMULA A2 FORMULA A3

Asetosal 200 mg 200 mg 200 mg

Starch 1500 129 mg - -

Dicafos - 88 mg -

Avicel Ph 102 50 mg 88 mg 176 mg

Mg Stearat 8 mg 8 mg 8 mg

Primogel 14 mg 16 mg 16 mg

HASIL IN PROCESS CONTROL KELOMPOK A2-A3

SIFAT ALIR DAN SUDUT ISTIRAHAT

1. Kelompok A2

SEBELUM SLUGGING

Sebelum Penambahan Lubrikan Sesudah Penambahan Lubrikan

W t Kec. alir W t Kec. alir


No.
(g) (detik) (g/detik) (g) (detik) (g/detik)

1. 50,003 3,35 14,93 50,05 4,07 12,30

2. 50,003 3,34 14,97 50,05 4,20 11,92

3. 50,003 3,14 15,92 50,05 4,19 11,94

Rata - rata 15,27 ± 0,56 Rata – rata 12,03 ± 0,22


Hasil pengamatan sudut istirahat

Sebelum Penambahan Lubrikan Sesudah Penambahan Lubrikan

h r h r
No. () ()
( cm ) ( cm ) ( cm ) ( cm )

1. 4,3 1,4 17,28 1,7 4,5 20,69

2. 4,5 1,4 17,28 1,8 5,0 19,80

3. 4,5 1,4 17,28 2,1 4,5 25,02

Rata - rata 17,28 ± 0,0 Rata – rata 21,84 ± 2,79

SETELAH SLUGGING

Hasil pengamatan kecepatan alir :

No. W(g) t ( cm ) Kec. Alir (g/detik)

1. 50,03 4,71 10,62

2. 50,03 4,50 11,12

3. 50,03 4,37 11,45

Rata – rata 11,06 ± 0,42

Hasil pengamatan sudut istirahat :

No. h ( cm ) r ( cm ) ()

1. 2,4 4,5 28,07

2. 2,5 4,5 29,05

3. 2,5 4,5 29,05


Rata – rata 28,72 ± 0,57

2. Kelompok A3

Hasil pengamatan sifat alir :

No. Sebelum Penambahan Lubrikan Sesudah Penambahan Lubrikan

W (g) T (detik) Kec. alir W (g) T(detik) Kec. alir

(g/detik) (g/detik)

1. 50,02 2,62 19,09 50,03 3,6 13,90

2. 50,02 2,70 18,52 50,03 3,5 14,29

3. 50,02 2,59 19,31 50,03 3,6 13,90

Rata – rata 18,97 ± 0,41 Rata – rata 14,03 ± 0,73

Hasil pengamatan sudut istirahat :

Sebelum Penambahan Lubrikan Sesudah Penambahan Lubrikan

h r h r
No. () ()
( cm ) ( cm ) ( cm ) ( cm )

1. 1,9 4,2 24,34 2,3 5,0 24,70

2. 1,9 4,2 24,34 2,3 5,0 24,70

3. 1,9 4,2 24,34 2,3 5,0 24,70

Rata - rata 24,34 ± 0,0 Rata – rata 24,70 ± 0,0


G. PEMBAHASAN GRANULASI KERING

Granulasi kering merupakan salah satu metode untuk proses tabletasi. Metode ini
dipilih ketika bahan aktif mempunyai karakter kompaktibilitas yang baik akan tetapi
mempunyai masalah terkait sifat alirnya. Pembuatan granul bertujuan untuk memperbaiki sifat
alir bahan tersebut. Seperti namanya, “kering” itu berarti tidak perlu adanya tambahan larutan
pengikat juga proses pemanasan karena beberapa bahan aktif rusak akibat kelembaban dan
degradasinya meningkat akibat kenaikan suhu. Ikatan yang terbentuk untuk menjadikan granul
disebabkan adanya mechanical interlocking antara bahan setelah dilakukan tahap slugging.
Bahan aktif yang digunakan saat praktikum kali ini adalah asetosal. Berdasarkan studi
praformulasi, asetosal mempunyai sifat alir dan kompaktibilitas yang cukup hingga baik
sehingga metode cetak langsung dapat dipilih. Akan tetapi, pada praktikum kali ini kita akan
membandingkan terkait efektifitas dan efisiensi pemilihan metode terhadap hasil akhir
serbuk/granul.

Langkah kedua setelah dilakukan studi praformulasi adalah formulasi bahan.


Kelompok A1, A2, dan A3 membedakan formulanya dari bahan pengisi. Kelompok kami (A1)
memilih formula dengan komposisi asetosal (50%), avicell 102 (22%) dan starch 1500 (22%)
sebagai pengisi, primogel (4%) sebagai disintegran, dan mg stearat (1,75% + 0,25%) sebagai
lubrikan dengan bobot per tablet 400 mg. Semua bahan dicampur dengan proses tumbling
menggunakan toples sebagai pengganti tumbling machine dengan indikator waktu sebagai
parameter kritis yakni 5 menit setiap kali penambahan bahan. In process control yang
dilakukan adalah pengecekan sifat alir setiap sebelum penambahan lubrikan dan setelah
penambahan lubrikan. Berdasarkan percobaan, penambahan lubrikan akan menurunkan sifat
alir sediaan dan meningkatkan sudut istirahatnya. Hal ini dikarenakan mg stearat merupakan
serbuk sangat halus sehingga dengan adanya penambahan mg stearat akan meningkatkan
jumlah fines. Semakin banyak persen fines dalam suatu sediaan akan meningkatkan gaya
elektrostatis sehingga serbuk tersebut cemderung menempel (kohesivitas meningkat) dan
semakin sukar mengalir.

Perlu menjadi perhatian adalah pembagian jumlah lubrikan. Dikarenakan pada proses
granulasi kering dilakukan 2x proses tabletasi yakni pembentukan pelet dan kemudian tabletasi
akhir jumlah lubrikan harus dibagi menjadi dua pula. Oleh sebab itu, penentuan jumlah
lubrikan yang digunakan saat tahap formulasi harus mempertimbangkan jumlah minimal
lubrikan yang dibutuhkan menyesuaikan kondisi alat pula sehingga tidak terjadi penambahan
lubrikan diluar formula yang telah ditetapkan. Pada praktikum kali ini, terjadi kesalahan
tersebut sehingga kelompok A1 yang sebelumnya menuliskan 1,75% mg stearat menambahkan
lagi (terjadi pengenceran)seanyak 0,25% lubrikan sehingga bobot khir tablet secara teoritis
berubah menjadi 401 mg.

Pada saat proses slugging pelet yang terbntuk dari hasil formula A1 memiliki kekerasan
yang kurang dan cukup rapuh (IPC kekerasan tablet : 2,64 -3,27 kP) meskipun demikian, proses
pencetakan pelet masih dapat dilanjutkan dan tidak terjadi capping selama proses slug.
Berdasarkan analisis, bahan pengisi yang menyebabkan peningkatan kerapuhan dan penurunan
kekerasan tablet adalah starch 1500 karena amilum juga dapat berfungsi sebagai penghancur,
amilum menunjukkan isotherm tipe II dan mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi.

Selanjutnya, setelah pelet terbentuk dilakukan reduksi ukuran partikel yang akan
menghasilkan serbuk granul. Granul yang terbentuk ditambahkan lubrikan kedua dan diukur
sifat alirnya. Terjadi peningkatan yang signifikan antara sebelum proses granulasi kering dan
setelahnya (sebelum: (7,33 ± 0,34) g/s dan setelah: (24,91 ± 0,52 g/s)). Hasil yang diperoleh
formula A1 berbeda dengan formula A2 dan A3, setelah adanya proses granulasi kering justru
mengalami penurunan sifat alir, hal ini dapat disebabkan kurang tepatnya formulasi saat
pemilihan bahan atau penentuan komposisi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode
granulasi kering tidak selalu dapat memperbaiki sifat alir dari serbuk yang akan dilakukan
tabletasi. Studi fisiko-kimia dan fisiko-mekanik perlu untuk dilakukan secara komprehensif
tidak hanya untuk bahan aktif tetapi juga untuk bahan tambahannya supaya kemungkinan
kegagalan atau masalah selama proses dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 4. Jakarta


: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi 5. Jakarta
: Departemen Kesehatan.
Ganiswarna, S., et al. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Goskonda, S. R. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition. London :
Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
Windhoir, M. 2001. The Merck Index. Thirteenth Edition. USA : Merck & Co. Inc.
Sweetman, S. C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. Thirty Sixth Edition.
New York : Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai