PVP 2%
Amilum 10%
Laktosa q.s
Aerosil 0.1%
Perhitungan Larutan Baku
Diketahui :
Kadar Larutan Stok Parasetamol (N1) = 200 bpj
Kadar Larutan Baku Parasetamol (N2) = 2,4,6,8,10,12 bpj
Volume Larutan Stok Parasetamol (V2) = 100 mL
Rumus :
V1 x N1 = V2 x N2
V1 = V2 x N2/N1
Perhitungan Larutan Baku
2 bpj => N1 = V2 x N2 / V1 8 bpj => N1 = V2 x N2 / V1
= 1 mL ad 100 mL = 4 mL ad 100 mL
= 2 mL ad 100 mL = 5 mL ad 100 mL
= 3 mL ad 100 mL = 6 mL ad 100 mL
Tabulasi Data
A. Serapan Baku Zat Aktif
8 0,405
10 0,510
12 0,615
B. Uji Disolusi Tablet
TABLET 1
5 1,553 10 82,54%
15 1,687 10 89,59%
30 1,689 10 89,69%
45 1,656 10 87,83%
60 1,639 10 86,93%
B. Uji Disolusi Tablet
TABLET 2
Menit
Menit ke-(x)
ke- (x) Serapan (A) Pengenceran %
5 1.412 10 75.32%
15 1.501 10 80.65%
30 1.514 10 81.42%
45 1.517 10 83.3%
60 1.489 10 83.45%
B. Uji Disolusi Tablet
TABLET 3
5 1,609 10 85,49%
15 2,008 10 106,46%
30 2,036 10 107,93%
45 2,040 10 108,14%
60 2,061 10 109,24%
Perhitungan Kurva Kalibrasi Tablet 1
SERAPAN (A)
● 5’
X = (Y+0,0179)/0,0527
= 268274,7 µg
= 268,2747 mg
X = (Y+0,0179)/0,0527
X = (1,687+0,0179)/0,0527
X = 32,3510 µg/ml
= 291161,98 µg
= 291,1619 mg
X = (Y+0,0179)/0,0527
X = (1,689+0,0179)/0,0527
X = 32,3889 µg/ml
𝚺 terdisolusi dalam 900 ml = 900 ml x 323,889 µg/ml + (10/900 x (268,2747 µg + 291,1619 µg))
= 291506,31 µg
= 291,5063 mg
X = (Y + 0,0154)/0,0527
X = (1,656+0,0154)/0,0527
X = 31,7154 µg/ml
𝚺 terdisolusi dalam 900 ml = 900 ml x 317,154 µg/ml + (10/900 x (268,2747 µg + 291,1619 µg + 291,5063 µg ))
= 285448,05 µg
= 285,4480 mg
X = (Y + 0,0154)/0,0527
X = (1,639+0,0154)/0,0527
X = 31,3928 µg/ml
𝚺 terdisolusi dalam 900 ml = 900 ml x 313,928 µg/ml + (10/900 x (268,2747 µg + 291,1619 µg + 291,5063 µg 285,4480 µg))
= 282547,83 µg/ml
= 282,5478 mg
● 5’
y = -0,0179 + 0,0527x
= 244195.2 µg
= 244.1952 mg
X = (Y + 0,0179)/ 0,0527
X = (1.501 + 0.0179)/0.0527
X = 28.8216 µg/ml
= 262107.68 µg
= 262.1077mg
X = (Y + 0,0179)/ 0,0527
X = (1.514 + 0.0179)/0.0527
X = 29.0683 µg/ml
= 264618.0653 µg
= 264.6181mg
X = (Y + 0,0179)/ 0,0527
X = (1.517 + 0.0179)/0.0527
X = 29.1252 µg/ml
𝚺 terdisolusi dalam 900 ml = 900 ml x 291.252µg/ml + (10/900 x (244195.2 µg +262107.68µg + 264618.0653 µg))
= 270692.5883 µg
= 270.6926 mg
X = (Y + 0,0179)/ 0,0527
X = (1.489 + 0.0179)/0.0527
X = 28.594 µg/ml
𝚺 terdisolusi dalam 900 ml = 900 ml x 289.54 µg/ml + (10/900 x (244195.2 µg+262107.68 µg+ 264618.0653
µg+270692.5883µg ))
=272159.4837 µg
= 271.216 mg
● 5’
X = (Y+0,0179)/0,0527
Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis
sebagai berikut: X = (1,609+0,0179)/0,0527
y = -0,0179 + 0,0527x
X = 30,8710 µg/ml x 10 (pengenceran) = 308,71 µg/ml
X = (Y+0,0179)/0,0527 𝚺 terdisolusi dalam 900 ml = 900 ml x 308,71 µg/ml
= 277839 µg
= 277,839 mg
X = (Y+0,0179)/0,0527
X = (2,008+0,0179)/0,0527
X = 38,4421 µg/ml
= 345981,99 µg
= 345,9820 mg
X = (Y+0,0179)/0,0527
X = (2,036+0,0179)/0,0527
X = 38,9734 µg/ml
= 350767,53 µg
= 350,7675 mg
X = (Y+0,0179)/0,0527
X = (2,040+0,0179)/0,0527
X = 39,0493 µg/ml
𝚺 terdisolusi dalam 900 ml = 900 ml x 390,493 µg/ml + (10/900 x (277,839 µg+345,9820 µg+350,7675 µg))
= 351454,53 µg
= 351,4545 mg
X = (Y+0,0179)/0,0527
X = (2,061+0,0179)/0,0527
X = 39,4478 µg/ml
𝚺 terdisolusi dalam 900 ml = 900 ml x 394,478 µg/ml + (10/900 x (277,839 µg+345,9820 µg+350,7675 µg+
351,4545 µg))
= 355044,93 µg
= 355,0449 mg
Persyaratan: Jika > 85 % dari jumlah zat aktif yang tertera di label melarut dalam waktu < 15
menit dengan menggunakan alat basket pada 100 rpm atau alat paddle pada 50 rpm (atau
75 rpm jika terjadi coning) dalam volume < 900 ml masing-masing media.
Evaluasi
3. Uji Disolusi (menurut Lachman hal. 660&662)
Cara : Sebuah tablet diletakan dalam keranjang saringan kawat kecil yang diikat pada
bagian bawah suatu tongkat yang dihubungkan pada sebuah motor yang kecepatannya
dapat diatur. Keranjang itu dicelupkan ke dalam medium disolusi (seperti dinyatakan pada
monografinya) yang terdapat didalam labu 100 ml. Labu itu berbentuk silindris dengan
dasar berbentuk hemisferik. Suhu labu dipertahankan 37ºC ± 0,5ºC dengan penangas
bersuhu tetap. Motor diatur pada kecepatan yang ditentukan, kemudian cairan sampel
diambil pada selang waktu tertentu untuk menentukan jumlah obat didalam cairan
tertentu.
Persyaratan : Hasilnya dapat diterima apabila hasil rata rata dari tablet lebih besar atau
sama dengan Q, dan tidak ada satu pun yang lebih kecil dari Q-15%.
Pembahasan Sediaan Tablet
1. Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun tanpa bahan
pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan yang merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan.
2. Pembuatan tablet dengan metode Granulasi Basah digunakan untuk membuat tablet
dengan zat aktif yang mempunyai karaketerisik tidak kompaktibel, mempunyai waktu alir
(fluiditas) yang cukup buruk, tidak tahan panas, dan tahan lembab/pembasahan.
3. Granulasi basah dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi, dan zat
penghancur sampai homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, jika perlu
ditambahkan bahan pewarna.
4. Metode pembuatan tablet yang cocok adalah granulasi basah. Metode tersebut bisa
meningkatkan sifat alir sehingga dapat dihasilkan granul yang baik dan mempermudah
pada saat pencetakan tablet (Anzhari et al., 2017). Paracetamol pun diketahui memiliki sifat
kelarutan yang kurang baik terhadap air.
5. Keuntungan dari metode granulasi basah adalah sifat-sifat mengalir lebih baik, pemadatan,
pengempaan baik, distribusi zat pewarna merata (Siregar dan Wikarsa, 2010).
6. Sehingga Metode Granulasi Basah ini dalam pembuatan Tablet sangat cocok digunakan
untuk Uji Disolusi karena uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah tablet bisa
melarutkan/melepaskan zat aktif didalam tubuh dengan baik atau tidak. (JPSCR: Journal of
Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2019, 02, 95-108)
KESIMPULAN
Uji Disolusi pada sampel 3 tablet paracetamol yang
digunakan memenuhi syarat yaitu kadar zat aktif yang
terlarut tidak kurang dari 80% pada menit ke 30
Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia
Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. h.
135
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia
Edisi V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
3. JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2019, 02,
95-108, DOI: 10.20961/jpscr.v4i2.33622 “Perbedaan Metode Penambahan
Bahan Penghancur secar IntragranularEkstragranular terhadap Sifat Fisik
serta Profil Disolusi Tablet Ibuprofen”
4. Devia Permata Sari, T.N. Saifullah Sulaiman dan Okti Ratna Mafruhah,
Majalah Farmasuetik, Vol. 9 No. 1 Tahun 2013 254. UJI DISOLUSI
TERBANDING TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA GENERIK BERLOGO
DAN BERMEREK
5. ELIS SURYANI NASUTION. UJI DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN
METODE DAYUNG : TUGAS AKHIR.2014
6. Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press,
London. p.1985
7. Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C.,
Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Pressand American Pharmacists
Assosiation,p.135,404-405,688-689,728-729.
8. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. 448, 515, 771, 1000.h.39,107,772.
9. Nawangsari, Desi. 2019. Pengaruh Bahan Pengisi Terhadap Massa Cetak Tablet Vitamin C.
Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan, Vol 11, No 2. h. 38
10. Jayanti, Nanda Dwi. 2018. Pengaruh Tekanan Kompresi pada Tablet Vitamin C dengan
Avicel Ph 102 dan Dikalsium Fosfat Anhidrat sebagai Filler-Binder dan Disintegran. Prosiding APC
(Annual Pharmacy Conference) Vol 3. h. 60
12. Parrott, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3th, Burgess
Publishing Company, Minneapolis.
13. Kibbe, A. H., 2000, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Third Edition, Pharmaceutical
Press London, United Kingdom and American Pharmaceutical Association, Washington, D.C.