Anda di halaman 1dari 13

PENUGASAN PRAKTIKUM FORM DAN TEKN

SEDIAAN PADAT
“ARTIKEL PEMBUATAN TABLET VITAMIN C METODE
KEMPA LANGSUNG ’’

Dosen Pengampu :
1. St. Rahmatullah, S.Farm.,M.Si.,Apt
2. Dwi Bagus Pambudi ,S.Farm.,MH(Kes).,Apt

Disusun oleh :
1. Citra Dinda Febrika W ( 18.0337.F )
2. Fajrina Meika Uliandari ( 18.0346.F )
3. Natasya Fauzia Alifiani ( 18.0376.F )
4. Rizki Damayanti (18.0388.F )

PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2019
FORMULASI TABLET VITAMIN C DENGAN
MENGGUNAKAN METODE KEMPA LANGSUNG

Citra Dinda1) , Fajrina Meika2) , Natasya fauzia 3), Rizki Damyanti4)


Program Studi Farmasi Fakultas Ilmun Kesehatan UMPP Pekalongan
Jalan Raya Ambokembang

ABSTRAK

Dalam pembuatan tablet vitamin C dengan menggunakan metode kempa langsung


sangat cocok karena vitamin C memiliki sifat yang tidak tahan terhdap pemanasan
, tidak stabil di udara kering dan dalam larutan mudah teroksidasi. Oleh sebab itu,
diperlukan bahan yang mempunyai kompatibilitas dan sifat alir yang baik. Salah
satu bahan dengan kompaktibilitas dan sifat alir yang baik adalah Avicel pH 102
sebagai filler binder dan Mg stearate sebagai pelincin. Sebelum serbuk di cetak ,
serbuk diuji waktu alir, sudut diam dan kompressibilitas. Setelah dikempa,
kemudian tablet diuji : keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu
hancur tablet serta disolusi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tablet vitamin C
sangat rapuh dan waktu hancur yang relative cepat.

Kata kunci: Tablet vitamin C, kempa langsung, Avicel pH 102, Mg stearat


1. Pendahuluan
Vitamin C dapat digunakan secara umum untuk mengobati defisiensi asam
askorbat, terutama skorbut, yang dikaitkan dengan gangguan sintesis kolagen yang
manifestasinya berupa luka yang sulit sembuh, gangguan pembentukan gigi, dan
robeknya kapiler (Gilman, et al., 1996). Kebutuhan vitamin C seseorang sangat
tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan absorpsi
dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu.
Dalam pembuatan tablet, terdapat 3 metode yang digunakan yaitu metode
granulasi basah, metode granulasi kering dan metode kempa langsung
(Ansel,2008).
Metode kempa langsung merupakan suatu proses pembuatan tablet dengan
mengempa langsung zat aktif dan zat tambahan dan sebelumnya tidak terdapat
proses kecuali penimbangan dan pencampuran (Sulaiman, 2007). Untuk bahan obat
yang tidak tahan panas dan lembab juga yang stabilitasnya terganggu karena proses
granulasi, dapat dibuat menjadi tablet dengan metode kempa langsung (Depkes,
1995).
Namun pada metode kempa langsung hanya dapat menggunakan bahan yang
memiliki kompaktibilitas dan sifat alir yang baik (Habrir, 2012). Selain itu juga
harus memperhatikan tekanan pada saat pengempaan, karena jika tekanan pada saat
pengempaan terlalu besar akan menyebabkan capping atau keretakan dari tablet
(Ansel, 2008).
Menurut Voigt (1984) tekanan pengempaan juga berpengaruh pada
kekompakan tablet dan waktu hancurnya. Jika gaya tekanan pengempaan terlalu
rendah akan mengakibatkan kekompakan tablet kurang memadai dan jika gaya
tekanan pengempaan terlalu tinggi dapat menyebabkan waktu hancur yang tidak
sesuai dengan yang tertulis dalam farmakope. Vitamin C merupakan senyawa
turunan gula yang bersifat higroskopis, karena masalah stabilitasnya yang tidak
tahan panas dan tidak tahan lembab maka kempa langsung adalah metode yang
cocok untuk membuat tablet vitamin C. Namun menurut Armita et al (2012)
vitamin C memiliki sifat alir yang buruk yang tidak memungkinkan untuk kempa
langsung, sehingga harus memilih bahan tambahan dengan sifat alir yang baik Pada
penelitian ini bahan tambahan yang digunakan pada metode cetak langsung adalah
Avicel 102 Mg Stearat. Avicel 102 digunakan sebagai fillerbinder karena Avicel
PH 102 memiliki memiliki kompresibilitas yang baik, namun sifat alirnya kurang
baik (Rowe et al. 2006). Avicel atau selulosa mikrokristal memiliki daya alir yang
kurang baik akibat terbentuknya jembatan hidrogen (Voigt, 1984). Selain itu Avicel
memiliki kekurangan yaitu pada tekanan kompresi yang rendah cenderung
mengalami deformasi elastic sedangkan pada tekanan kompresi yang tinggi
mengalami deformasi plastik yang akan mempengaruhi kompaktibilitasnya
(Bolhuis et al. 1996).
Untuk bahan tambahan pelicin pada penelitian ini digunakan Mg Stearat, namun
dalam kelarutannya Mg Stearat tidak larut dalam air, etanol dan dalam eter (Depkes,
1995). Sifat dari mg stearat yang hidrofobik akan memperlambat disolusi tablet
karena menghalangi jalan masuknya air, sehingga sebaiknya penggunaan Mg
Stearat dalam formulasi pada konsentrasi terendah (Rowe et al. 2006).
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan percobaan apakah vitamin C yang
telah dibuat memenuhi syarat menjadi tablet yang baik .

2. Metode Penelitian
2.1. Alat dan bahan
Alat yang digunakan meliputi: mesin pencetak tablet single punch ,
jangka sorong, hardness tester , disintegration tester ,friability tester ,
termometer, dan alat-alat gelas kimia. Bahan-bahan yang digunakan
meliputi: vitamin C, avicel PH 102, Mg stearate, Talk, dan Amprotab

2.2. Prosedur Penelitian

Dosis yang dibuat dalam formulasi tablet vitamin C adalah 50 mg.


Kemudian untuk rancangan formulasi tablet adalah seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Formulasi Tablet Vitamin C

Bahan Formula
Vitamin C 50 mg

Avicel pH 102 q.s


Talk 3%

Mg stearate 5%

Amprotab 5%

Pembuatan tablet vitamin C dengan metode kempa langsung dengan


cara : Ditimbang semua bahan ( Avicel , Amprotab , Mg stearate , Talk ,
Avicel dan vitamin C ) lalu diayak dengan menggunakan ayakan no 40. Lalu
serbuk dicampur hingga homogeny di toples. Serbuk lalu dilakukan
pengujian seperti uji waktu alir, sudut diam dan uji kompessibilitas. Setelah
dilakukan pengujian , serbuk dimasukan ke dalam mesin pencetak single
punch. Kemudian Tablet yang telah dicetak dilakukan pengujian seperti
keseragaman bobot, keseragaman ukuran , kekerasan, kerapuhan , waktu
hancur dan disolusi.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Evaluasi Serbuk

Pada evaluasi serbuk dilakukan 3 uji diantaranya yaitu uji waktu alir,
sudut diam dan kompressibilitas.

Tabel 2 Uji Serbuk

Uji Hasil

Waktu alir 01,40 detik

Sudut diam α = 26,610°

Kemampatan 12,046 %

Uji Sudut diam, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh gaya
Tarik dan gaya gesek kecil maka akan lebih cepat dan mudah mengalir.
Semakin datar kerucut yang dihasilkan maka sudut kemiringan semakin
kecil dan semakin baik sifat aliran serbuk. Didapattkan hasil sudut diam
kurang dari 50 ° yang artinya memenuhi syarat.
Uji Kemampatan bertujuan untuk mengetahui kemampuan serbuk untuk
saling melekat menjadi massa yang kompak. Didapat kan hasil 12,046 %
yang termasuk dalam kategori serbuk baik.

3.2 . Evaluasi tablet


1. Organoleptis
Bentuk : Bulat pipih
Warna : Putih
Rasa : Pahit asam
Bau : Tidak berbau
Pada vitamin C yang telah dicetak berbentuk bulat
diakibatkan dari mesin pencetak tablet single punch. Warna putih
diperoleh karana semua bahan dasar berwarna putih dan rasa yang
pahit asam karena zak aktifnya sendiri adalah vitlamin C. Tidak ada
penambahan zat pewangi maupun zat perasa

2. Keseragaman Bobot
Uji ini sebagai salah satu indikator homogenitas
pencampuran formula . Alat yang digunakan hanya timbangan
digital . Faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot adalah
waktu alir. Apabila waktu alir baik maka pada saat serbuk memasuki
corong pencetakan dapat menngalir dengan konstan sehingga
menimbulkan bobot yang seragam.

No. Massa Perssentase Penyimpangan


tablet A B (15)
(7,5)
1 183 0,75 % √ √

2 193 4,66 % √ √

3 183 0,75 % √ √

4 190 3,03 % √ √

5 182 1,30 % √ √
6 183 0,75 % √ √
7 178 3,47 % √ √

8 184 0,21 % √ √

9 183 0,75 % √ √

10 187 1,40 % √ √

11 183 0,75 % √ √

12 192 4,12 % √ √

13 184 0,21 % √ √

14 185 0,32 % √ √

15 181 1,84 % √ √

16 180 2,38 % √ √

17 180 2,38 % √ √

18 187 1,40 % √ √

19 186 0,86 % √ √

20 184 0,21 % √ √

Jumlah 3688

Rata – 184,4
rata
Source: Fictitious data, for illustration purposes only

Pengujian dilakukan dengan mengambil 20 tablet secara


acak lalu kemudian diukur masing-masing tablet . Dari 20 tablet
yang diambil memenuhi syarat menurut Farmakope Indonesia edisi
III yaitu untuk tablet lebih dari 300 mg tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih besar dari 5% dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 10%.
3. Keseragaman ukuran
Uji ini bertujuan agar tablet mempunyai lebar dan tinggi
yang sama. Ketebalan berhubungan dengan kekerasan sediaan padat
(tablet), selain pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi
adanya masalah pada aliran massa cetak. Dari 20 tablet diperoleh
memilik ukuran yang seragam karena syarat keseragaman tablet
yang baik adalah tablet memiliki diameter tidak lebih dari 3 kali atau
tidak kurang dari 4/3 tebal tablet.

No Lebar ( mm ) Tinggi ( mm)


4,50 8,1
1
4,50 8,2
2
4,52 8,1
3
4,50 8,1
4
4,50 8,1
5
4,50 8,1
6
4,52 8,1
7
4,50 8,1
8
4,50 8,1
9
4,50 8,1
10
4,50 8,1n
11
4,50 8,1
12
4,50 8,1
13
4,50 8,1
14
4,50 8,1
15
4,50 8,1
16
4,50 8,1
17
4,50 8,1
18
4,50 8,1
19
4,50 8,1
20
90,06 162,1
Jumlah
4,503 8,105
Rata-rata

4. Uji kekerasan tablet


Uji kekerasan tablet adalah suatu pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui kekuatan fisik sediaan tablet terhadap tekanan
mekanik ataupun karena gesekan. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui ketahanan sediaan tablet dalam menghadapi tekanan
yang didapatkan pada saat proses pengemasan, distribusi, ataupun
ketika disimpan. Alat yang digunakan adalah Hardnesstester. Dari
data yang diperoleh rata-rata tablet adalah 2,56 kg. hasil tersebut
tidak memenuhi syarar kekerasan tablet oral yaitu 4-8 kg.

5. Uji Kerapuhan Tablet


Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan
kekuatan permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang
menyebabkan pengikisan pada permukaan tablet (Sulaiman, 2007).
Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam
pengisian dan guncangan. Kerapuhan tablet masih diterima adalah
kurang dari 1,0%. Kerapuhan diatas 1,0% menunjukkan bahwa
tablet rapuh dan dianggap kurang baik (Banker et al., 1986). Uji ini
bertujuan agar tablet tidak rapuh sebelum diminum. Dan juga tablet
tidak rapuh pada saat pendistribusian. Alat yang digunakan yaitu
friability tester. Dihitung hasil kerapuhan dengan rumus persentase
sebagai berikut :

%k= x 100%

Didapatkan hasil 100 % yang artinya tablet rapuh semua


tidak ada yang tersisa-sisa. Hasil tersebut tidak memenuhi syarat
Karena syaratnya tidak lebih dari 0,80 – 0,1 %

6. Uji Waktu Hancur


Uji waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah
tablet untuk hancur menjadi partikel- partikel penyusunggnya yang
mampu melewati ayakan yang terdapat dibawah bagian alat uji.
Tujuannya yaitu untuk melihat seberaoa lama obat ( tablet ) bisa
hancur didalam tubuh atau saliran cerma dengan sediaan menjadi
larut , terdispersi , atau menjadi lunak. Alat yang digunakan adala
disintegration tester. Pengujian ini dilakukan degan cara memasukan
6 tablet ke dalam tabung lalu alat akan bekerja naik turun selama 15
menit. Didapatkan hasil tablet larut semua pada waktu 1 mnenit 10
detik. Hasil tersebut memenuhi syarat karena persyaratan waktu
hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit.

7. Uji Disolusi

Uji disolusi adalah proses dimana suatu zat padat masuk ke


dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Uji disolusi berguna
untuk mengetahui seberapa banyak obat yang melarut dalam
medium asam dan basa (lambung dan usus halus) (Ansel, 1989).
Sampel ABS Nilai x Faktor Koreksi Jumlah
Terdisolusi
Terkoreksi

0 menit 0,212 1.019,84 0 1.019.8

15 menit 0,525 5.060,60 ( x 1.1019 ) + 0 5.066.26


=5,66

30 menit 0,507 4.833,33 ( x 5.060.60 ) + 4.867.104


5.66 = 33.774

45 menit 0,396 3.433,080 ( x 4.833.33 ) + 3.493.705


33.774 = 60.625

60 menit 0,519 4.984,84 ( x 3.433.080 ) 5.064.537


+ 60.625 = 79.697

Source: Fictitious data, for illustration purposes only

Pembacaan absorbansi menunjukan panjang gelombang


maksimum vitamin C dalam aquadest yaitu 233,0 nm. Diperoleh
persamaaan kurva baku y=0,1242 x+0,0000792 dengan nilai R
0,017. Nilai R yang diperoleh pada persamaan terrsebut dikatakan
tidak baik karena jauh atau tidak mendekati 1.

Pada uji ini kurva mengalami penurunan pada menit ke 45


dengan jumlah nilai terdisolusi terkoreksi 3.493.705.

Jumlah Terdisolusi Koreksi


Faktor Koreksi

6000
5000 5060,6 4833,33 4984,84
4000
3433,08
3000
2000
1000 1109,848
0
0' 15' 30' 45' 60'
4. Kesimpulan

a. Tablet vitamin C 50 mg dibuat dengan metode kempa langsung.


b. Pada evaluasi serbuk :
 Waktu lir 25 g serbuk selama 1,40 detik memenuhi syarat baik
karena waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik.
 Pengetapan granul mengalami pengurangan volume 12%,
memenuh syarat karena pengurangan volume maksimum 20%.
 Sudut diam sebesar 26,6100 memenuhi syarat dalam rentang
250 sampai 450 Cartensen (1997)
c. Evaluasi tablet :
 Organoleptis bebrbentuk bulat pipih, berwarna putih, rasa agak
pahit dan tidak berbau.
 Keseragaman bobot memenuhi syarat.
 Keseragaman ukuran memenuhi syarat.
 Kekerasan tablet tidak memenuhi syarat yaitu 2,56 kg dari
rentang syarat 4 – 8 kg.
 Kerapuhan tablet tidak memenuhi syarat karena tablet 100%
rapuh.
 Waktu hacur memenuhi syarat < 15 menit yaitu 1 menit 10
detik.
 Disolusi tablet tidak baik karena nilai jumlah terdisolusi
terkoreksi pada kurvanya tidak stabil.

Daftar Pustaka
Ansel, H. C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,
Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, ED IV, Universitas Indonesia, Jakarta.
Amrita B, Jagtap S, Rina M, Jain D, 2012. Development of directly
compressible ascorbic acid tablets using novel excipients. Journal of
Advanced Scientific Research 3.
Bandelin, F.J., 1980. Compressed Tablets by Wet Granulation.
Dalam Lieberman H.A, Lachman, L., and Schartz, J.B. Pharmecutical
Dosage Form Tablet Vol.I Marcel Dekker, New York.
Banker, G. S., and Anderson, N. R., 1986. Tablet In The Theory
and Practice of Industrial Pharmacy, Ed III, diterjemahkan oleh Siti
Suyatmi, 643-704, UI- Press, Jakarta.
Depkes, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
Gilman, A.G., Hardman, J.G., Limbird, L.E. 1996. Dasar
Farmakologi Terapi. Penerjemah : Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB.
Edisi X. Jakarta : EGC Hal. 1735-1737.
Lachman a, L., Lieberman H.A., Kanig J.B. 1994. Teori dan Pratek
Farmasi Industri edisi III (Siti Suyatmin, Penerjemah). Jakarta : UI Press.
Lieberman, H.A., Lachman, L., Schwartz, J. B. 1990.
Pharmaceutical Dosage Froms Vol I. Marcel Dekker Inc., New York.
Parrot, E.L., 1980. Solid Dosage Form, In : Sprowl, J.B., editor,
Prescription Pharmacy, 2nd ed, J.B Lippincott Company, Philadelpia.
Ramadhana, B., 2005. Analisis Disolusi dan Waktu Hancur Tablet
Salut dan Non Salut Asam Mefenamat 500 , Tugas Akhir, Akademi Kimia
Analisa, Bogor.
Rowe, R.C., Sheskey, P. J., and S.O. Owen., 2006. Handbook Of
Pharmaceutical Excipients Fifth Edition, Pharmaceutical Press, London.
Siregar, C.J.P., & Wikarsa, S., 2010. Teknologi Farmasi Sediaan
Tablet. EGC, Jakarta.
Sulaiman TNS, 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet,
Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Voigt, R., 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed IV,
diterjemahkan oleh Soendani Noerno Soewandhi, R., UGM Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai