Anda di halaman 1dari 6

4.

3 Evaluasi Tablet
A. Uji Organoleptik

Uji organoleptis dilakukan dengan tujuan untuk penerimaan oleh konsumen.


Karena, secara visual tablet yang baik harus memiliki warna yang homogen dan
tidak mengandung pengotor. Evaluasi ini dilakukan dengan cara pemeriksaan secara
organoleptis meliputi warna, bau dan rasa.

Tablet diamati secara visual, apakah terjadi ketidakhomogenan zat warna atau
tidak, bentuk tablet, permukaan cacat atau tidak dan harus bebas dari noda atau
bintik-bintik.

Dari hasil evaluai uji organoleptik, ada beberap tablet yg mengalami cracking
pada bagian tepi tablet. Kerusakan ini biasaya dipengaruhi oleh alat pencetakan
tablet, dan ukuran granul yang terlalu besar.

B. Uji Keseragaman Ukuran

Uji ini untuk mengetahui apakah diameter dan tebal tablet memiliki ukuran
yang sama. Hal ini juga dapat mempengaruhi jumlah zat aktif obat dalam tablet. Uji
ini dilakukan menggunakan jangka sorong digital.

Ambil 20 tablet secara acak, lalu ukur diameter dan ketebalan tablet
menggunakan jangka sorong. Menurut Farmakope Indonesia edisi III diameter tablet
tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebalnya tablet. Setelah
dilakukan pengujian, semua diameter tablet melebihi ketebalan tablet. Namun, rata-
rata diameter tablet asam mefenamat lebih dari 3 kali dari tebalnya tablet. Sehingga
dikatakan bahwa tablet Asam Mefenamat tidak memenuhi memenuhi persyaratam.
Diameter dan ketebalan tablet ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti daya alir
granul dan alat pencetak tablet.

C. Uji Keseragaman Bobot

Uji keseragaman bobot bertujuan agar tablet yang dihasilkan memiliki bobot
yang seragam. Keseragaman bobot tablet dapat menjadi indikator awal keseragaman
kadar atau kandungan zat aktif.
Keseragaman bobot dipengaruhi mesin tablet, kualitas cetakan dan punch, sifat
fisik dan homogenitas granul, keteraturan aliran granul dari corong ke cetakan
(Lachman dkk, 1994). Jumlah bahan yang diisikan dalam cetakan yang akan ditekan
menentukan bobot yang akan dihasilkan (Ansel, 2008).

Pertama timbang sejumlah 20 tablet kemudian hitung bobot rata-ratanya.


Selanjutnya ditimbang 20 tablet satu persatu dan hitung persen penyimpangannya.
Menurut syarat yang ditetapkan pada Farmakope Indonesia Edisi IV, tidak boleh ada
dua tablet yang presentase penyimpangannya lebih besar dari harga yang ditetapkan
pada kolom A, dan tidak boleh ada satupun tablet yang presentase penyimpangannya
lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom B.

Penyimpangan Bobot Rata –

Bobot Rata – Rata Rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15 30

25 mg sampai dengan 150 mg 10 20

151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 15

Lebih dari 300 mg 5 10

Berdasarkan dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, terdapat 7 tablet yang
presntase penyimpangannya lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom A, dan
tidak ada tablet yang menyimpang dari tetapan harga pada kolom B. Jadi semua
formula tersebut tidak memenuhi keseragaman bobot yang ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia edisi IV yaitu untuk tablet yang bobotnya lebih dari 300 mg,
maka persentase penyimpangan bobotnya yaitu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 5%
dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
dari 10%.
Keseragaman bobot tablet sangat dipengaruhi oleh sifat alir massa tablet. Sifat
alir yang baik menyebabkan volume tablet yang masuk dalam die akan seragam
sehingga variasi berat tablet yang dihasilkan tidak terlalu besar.

D. Uji Kekerasan Tablet

Kekerasan tablet menggambarkan kekompakkan tablet, dinyatakan sebagai


daya tahan terhadap tekanan, pukulan, tekukan dan patahan (Voigt, 1995). Uji
kekerasan tablet bertujuan untuk mengetahui seberapa kuat tablet dalam melawan
tekanan mekanik seperti goncangan, benturan dan terjadi keretakan selama
pengemasan, penyimpanan dan transportasi. Tablet yang bagus memiliki kekuatan
kekerasan minimum 4- 8 kg (Ansel, 2008).

Umumnya semakin besar tekanan, semakin keras tablet yang dihasilkan


meskipun sifat dan granul juga menentukan kekerasan tablet. Dapat menggunakan
hardness tester.

Pertam adiambil 20 tablet secara acak dan ukur satu persatu kekerasannya
menggunakan hardness tester, kemudian catat angka yang diperoleh.

Dari hasil pengujian tersebut diperoleh rata-rata kekerasan tablet yaitu 5,87
kg/cm2 dan hanya terdapat 8 tablet dari 20 tablet yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa tablet Asam Mefenamat yang
diujikan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Kekerasan tablet dapat dipengaruhi oleh banyak hal, seperti formulasi dan
proses pengadukan. Kekerasan tablet tidak sesuai kemungkinan karena diformulasi
ini menggunakan Na CMC sebagai pengikat dan Mg stearat sebgai lubricant.
Dimana Na CMC incompatible terhadap Mg stearat dan tidak dapat bercampur. Dan
dari bervariasinya angka kekerasan tablet yang diperoleh, kemungkinan saat proses
pembuatan bahan-bahan tidak terdistribusi secara merata atau tidak homogen.

E. Uji Keregasan Tablet

Uji kerapuhan tablet sangat penting yaitu bertujuan untuk menggambarkan


kekompakan permukaan tablet yang dinyatakan sebagai daya tahan terhadap
guncangan, guliran, gosokan dan jatuhan (Voigt, 1995). Kerapuhan dinyatakan
dalam persen sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan dari tablet akibat
adanya beban penguji mekanis yang mengacu kepada massa tablet awal sebelum
pengujian (Voig, 1995t). Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin
besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
konsentrasi/ kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet. Tablet dianggap baik
jika kerapuhan tidak lebih dari 1%.

Kerapuhan tablet dapat diukur menggunakan friabilator yaitu dengan cara


melepaskan tablet berputar dan jatuh dalam alat penggulir berputar. Tablet
ditimbang sebelum dan sesudah sejumlah sekian kali putaran maka berat yang hilang
pun dihitung. Ketahanan terhadap kehilangan berat, menunjukkan tablet tersebut
untuk bertahan terhadap goresan ringan/kerusakan dalam penanganan, pengemasan,
dan pengapalan (Ansel, 2008)

Tablet Asam Mefenamat yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu
dibebas debukan dan ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam
friabilator, dan diputar pada kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Tablet tersebut
selanjutnya ditimbang kembali, dan dihitung persentase kehilangan bobot sebelum
dan sesudah perlakuan. Persentase kehilangan bobot tablet asam mefenamat adalah
4,74 %. Hasil ini menyimpang jauh dari syarat tidak lebih dari 1% yang telah
ditetapkan. Ini terjadi karena dari 20 tablet yang diuji terdapat 1 tablet yang hancur
menjadi granul.

Kerapuhan tablet dipengaruhi oleh nilai kekerasan tablet. Semakin besar


konsentrasi bahan pengikat yang ditambahkan, maka kekerasannya akan semakin
bertambah dan kerapuhannya akan semakin kecil. Selain itu kerapuhan juga dapat
dipengaruhi oleh kekuatan bahan pengikat yang akan meningkatkan pengikatan
granul sehingga menjadi kuat. Granul yang kuat akan menghasilkan tablet yang
keras. Nilai kerapuhan berbanding terbalik dengan nilai kekerasan tablet yaitu tablet
yang keras memiliki nilai kerapuhan yang kecil.

F. Uji Waktu Hancur

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet dalam
media yang sesuai. Tablet dinyatakan hancur jika tablet terlarut dalam suatu medium
penguji atau hancur menjadi banyak partikel (Voigt, 1995).
Uji waktu hancur tablet bertujuan untuk mengetahui lamanya tablet hancur
dalam cairan tubuh. Tablet dinyatakan hancur jika terlarut dalam suatu medium
penguji atau hancur menjadi banyak partikel. Hancurnya tablet didahului dengan
penetrasi air melalui pori-pori tablet yang terbentuk karena penambahan bahan
penghancur yang mempunyai sifat menyerap air. Adanya penetrasi air ke dalam
tablet menyebabkan tablet pecah menjadi granul dan partikel yang lebih kecil.

Bagi tablet, langkah penting pertama sebelum melarut adalah pecahnya tablet
menjadi partikel kecil atau granul yang disebut disintegrasi. Tablet harus hancur dan
semua patikel harus dapat menembus saringan mesh 10 dalam waktu yang sudah
ditentukan. Bila ada sisa yang tertinggal, maka sisa itu harus mempunyai massa yang
lunak dan tidak boleh ada inti tablet yang tumpah. Tablet tidak bersalut mempunyai
standar waktu hancur paling rendah 5 menit, tapi kebanyakan tablet mempunyai
waktu hancur 30 menit (Lachman dkk, 199). Waktu yang dibutuhkan untuk
menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, dari ke 6 tablet yang lakukan
perlakuan, tidak ada sutupun tablet yang hancur sempurna setelah 15 menit. Hasil ini
tidak sesuai dengan yang sudah ditetapkan bahawa untuk tablet tidak bersalut, waktu
hancur yang dibutuhkan adalah minimal 5 menit tetapi tidak lebih dari 15 menit.

Hancurnya tablet dipengaruhi oleh zat pengahancur yang ditambahkan seperti


amylum yang digunakan dalam formulasi ini. Dari hasil yan tidak memenuhi syarat
ini mungkin karena amylum yang digunkan dalam formulasi kurang atau mungkin
amylum tidak terdistribusi merata saat proses pengadukan bahan.
Ansel, H. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed ke 4. Penerjemah: Farida. Jakarta :
UI Press.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Ed III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Ed ke 4. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Lachman, L., Lieberman, HA. Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Ed ke 3.
Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : UI Press.

Voigt, R. 1995. Pelajaran Teknologi Farmasi. Ed ke 5. Penerjemah: Noerono. Yogyakarta :


UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai