Anda di halaman 1dari 6

Laporan Tugas Mandiri

Nama : Keisha Nabila Zalfa Z. Dikumpulkan Tanggal:


NPM : 1806150093 Paraf Asisten :
Kelas : Biokatalis

I. Outline
Aplikasi Enzim
1. Bidang Bioteknologi
2. Bidang Managemen Lingkungan
3. Bidang Tekstil
4. Bidang Makanan
II. Pembahasan
1. Bidang Bioteknologi
1.1 PCR (Polymerase Chain Reaction)
Dalam proses PCR, dibutuhkan enzim DNA polymerase untuk
memperbanyak segmen pendek DNA, menghilangkan kebutuhan untuk
menambahkan enzim setelah setiap siklus denaturasi termal DNA. Enzim
juga dikloning, diurutkan, dimodifikasi, dan diproduksi dalam jumlah besar
untuk dijual secara komersial (Lawyer et al., 1993). Enzim polimerase DNA yang
digunakan untuk proses PCR diisolasi dari bakteri termofilik atau hipertermofilik
yaitu Thermus aquaticus yang merupakan spesies bakteri yang dapat
mentoleransi suhu tinggi.

Gambar 1. Proses PCR dengan menggunakan enzim DNA


polymerase
Sumber: (Thermofisher)

2. Bidang Managemen Lingkungan


2.1 Meminimalisir Toksisitas Limbah Minyak Goreng
Limbah minyak goreng dikenal dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi
lingkungan. Terdapat bioremediasi dengan aktivitas enzimatik berbasis lipase
yang dapat meminimalkan potensi sitotoksik yang tinggi ini. Enzim Lipase dapat
digunakan untuk memodifikasi minyak dan limbahnya melalui reaksi hidrolisis
dan transesterifikasi yang secara signifikan dapat memodulasi viabilitas sel
(Delgano et al., 2017)
2.2 Bioremediasi Limbah Biomedik
Enzim yang paling banyak digunakan untuk bioremediasi adalah enzim
kelompok hidrolitik dan oksidoreduktase (Piotrowska, 2005). Contoh enzim
hidrolitik yaitu protease, selulase, esterase, lipase, fosfatase, kutinase, dan
amilase. Enzim protease dan lipase merupakan salah satu enzim yang penting
untuk mendegradasi biomassa dan bahan organik. Enzim protease merupakan
enzim pemecah protein, yang mengkatasisis reaksi hidrolisis polipeptida pada
molekul protein (polipeptida) sehingga menghasilkan peptide dan asam amino.
Pada proses degradasi kasein oleh bakteri, diharapkan enzim protease
ekstraseluler yang disekresi bakteri mampu menghasilkan zona bening di sekitar
koloni.
2.3 Waste Water Treatment
Sebagian besar enzim dari berbagai mikroba memiliki peranan penting dalam
aplikasi pengolahan air limbah. Enzim dapat secara khusus bertindak dan
menghilangkan polutan yang membandel melalui pengendapan dan transformasi
ke produk lain dan juga dapat mengubah karakteristik limbah tertentu sehingga
lebih rentan terhadap pengolahan atau bantuan dalam mengubah bahan limbah
menjadi produk bernilai tambah. Imobilisasi meningkatkan stabilitas mekanik
dan termal enzim sekaligus menurunkan kemungkinan enzim larut ke dalam
larutan.

3. Bidang Tekstil
3.1 Mengurangi Residu Hasil Bleaching
Hidrogen peroksida sebagai agen pemutih dapat menyebabkan degradasi
pewarna reaktif dan dapat meningkatkan hidrolisis pewarna. Residu dari bak
pemutihan harus dihilangkan dari kain dan mesin sebelum ke tahap pewarnaan.
Alternatif untuk mengurangi konsumsi air, energi dan waktu adalah penggunaan
katalase, yang mengkatalisis penguraian hidrogen peroksida dan dengan
demikian menghilangkan residu pada kain katun yang berasal dari proses
pemutihan.

3.2 Desizing
Desizing adalah proses untuk menghilangkan kanji yang terdapat pada
benang lusi yang diberikan pada saat pertenunan, dengan cara memutuskan rantai
polimer kanji dengan oksidator, sehingga larut dalam air (Kuntari,2006). Proses
desizing dapat menggunakan banyak metode, salah satunya menggunakan enzim
amilase. Amilase adalah enzim hidrolitik yang mengkatalisis pemecahan pati
makanan untuk gula rantai pendek, dekstrin dan maltosa. Enzim ini apesifik
menghilangkan pati. Enzim amilase dapat digunakan untuk proses desizing pada
suhu rendah (30-60oC) dan pH optimal adalah 5,5-6,5.
3.3 Biopolishing
Biopolishing adalah proses finishing yang dilakukan sebelum, selama, atau
setelah pewarnaan kain, proses ini dapat meningkatkan keunggulan kain dengan
cara mengurangi hairiness dan pilling pada kain selulosa sehingga menghasilkan
velvety, slicker feel, dan warna yang lebih cerah (Ibrahim et al., 2011). Tujuan
dari proses ini adalah untuk menghilangkan bulu mikro yang menonjol dari kapas
melalui interaksi selulase (Cavaco-Paulo). Enzim selulase digunakan untuk
menghidrolisis mikro-fibril selulosa (rambut atau bulu halus) yang menonjol
keluar dari permukaan benang karena mereka rentan terhadap serangan
enzimatik.

4. Bidang Makanan
4.1 Alkohol
Fermentasi alkohol merupakan suatu proses oksidasi biokimia spontan atau
terinduksi yang bekerja dengan enzim ragi, karbohidrat diubah menjadi etil
alkohol dan CO2 sebagai produk utama serta beberapa produk sampingan.
Fermentasi alkohol adalah proses yang kompleks dimana enzim bertindak
sebagai katalisator untuk reaksi dekomposisi karbohidrat dan pembentukan
senyawa tertentu. Dalam proses fermentasi, enzim berikut terlibat: heksokinase,
aldolase, dehidrogenase, fosfoheksisomerase, fosfoheksokinase, triosa
isomerase, piruvat kinase, piruvat dekarboksilase, aldohidrogenase, dsb.
(Butnariu, 2019).
4.2 Baking Industry
Pengunaan enzim dalam proses baking pada umumnya dilakukan dari tiga
sumber: enzim endogen yang terkandung di dalam dalam tepung, enzim hasil
aktivitas metabolisme mikroorganisme terkandung, dan enzim eksogen yang
ditambahkan ke dalam adonan (Di Cagno et al., 2003). Banyak jenis enzim yang
di gunakan dalam proses baking ini, baik satu jenis enzim maupun kombinasi
beberapa enzim, seperti amilase, xylanase, dan lipase. Campuran spesifik ini
diklaim dapat meningkatkan volume dan umur simpan roti. Penggunaan α-
amilase dan glukosa oksidase juga dapat digunakan untuk menggantikan
bromatel untuk menghasilkan pengembangan adonan yang signifikan dalam
ekstensibilitas adonan dan volume roti.
Selain itu terdapat enzim asparaginase yang diklaim memiliki potensi tinggi
untuk mengurangi pembentukan akrilamida selama pemanggangan (Anese, et al.,
2011). Asparaginase (L-asparagine Duringohydrolases, EC3.5.1.1) mengkatalisis
hidrolisis asparagin menjadi asam aspartat dan amonium, menghilangkan
pembentukan akrilamida yang diklasifikasikan sebagai kemungkinan karsinogen
dalam tubuh manusia (Wriston, 1973).

Gambar 1. Proses penghilangan pembentukan akrilamida oleh


Asparaginase
Sumber: (onlinelibrary.wiley.com, 2019)

4.3 Enzim Papain sebagai Meat Tenderizer


Penginjeksian potongan daging sapi dengan enzim papain dapat
menghasilkan peningkatan penting pada sifat fungsional daging sapi. Papain
sendiri merupakan preparat protease yang kuat, dengan spesifisitas lapisan bawah
yang tinggi, dapat mengkatalis pemutusan ikatan peptida dalam molekul protein
dan produk degradasinya menjadi asam amino. Peningkatan kadar papain, dari
injeksi brine, serta peningkatan waktu penuaan menentukan melemahnya struktur
daging secara signifikan.
Pelunakan daging sapi dengan papain menghasilkan peningkatan sifat dari
segi kelembutan dagin, rasa, dan juiciness. Dianjurkan untuk menggunakan dosis
papain serendah mungkin, untuk menghindari pelunakan lanjutan dan
mendapatkan daging dengan struktur lunak, dengan ketahanan yang sangat
rendah terhadap tekstur pengunyahan dan pasta (Daniela, 2008).
III. Referensi
Lawyer, F.C., et al. (1993). High-level expression, purification, and enzymatic
characterization of full-length Thermus aquaticus DNA polymerase. PCR Methods
Appl. 2 (4): 275–87.
Peter, K. (2015). Enzymes: principles and biotechnological applications. Essays
Biochem. 59 1–41. doi: https://doi.org/10.1042/bse0590001
Peralta, R. (2017). Biotechnology of Microbial Enzymes. Elsevier
Sojimade, N. and Deeni, Y. (2015). Enzymes and Proteins - A Biotechnology Tailoring
Point Of View.
Okino,D., et al. (2017). Bioremediation of cooking oil waste using lipases from wastes.
Plos One 12(10): e0186246. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0186246
Cycoń, M. and Kaczyńska, A., and Piotrowska-Seget, Z. (2005). Soil enzyme activities
as indicator of soil pollution by pesticides. Pestycydy
Sheikh,J. and Bramhecha, I. (2019). The Impact and Prospects of Green Chemistry for
Textile Technology. Elsevier
Butnariu, M. and Butu, A. (2019). Alcoholic Beverages. Elsevier
Di Cagno, R. et al.. (2003). Interactions between sourdough lactic acid bacteria and
exogenousenzymes: effects on the microbial kinetics of acidification and dough
textural proper‐ties. Food Microbiology 20(1) 67–75
Anese,M., Quart, B., and Frias, J. (2011). Modelling the effect of asparaginase in
reducing acryla‐mide formation in biscuits. Food Chemistry;126(2) 435–440.
Wriston Jr.J.C., and Yellin, T.O. (1973). L-asparaginase: a review. Advances in
Enzymology and Related Areas of Molecular Biology. 39 185–248
Miguel, A., Martins, M., Tathiana, Figueiredo, E., Lobo, B., and Dellamora-Ortiz, G.
(2013). Enzymes in Bakery: Current and Future Trends. 10.5772/53168.
Istrati, D. (2008). The influence of enzymatic tenderization with papain on functional
properties of adult beef. Journal of Agroalimentary Processes and Technologies
Journal of Agroalimentary Processes and Technologies. 14. 140-146.

Anda mungkin juga menyukai