I. Outline
Aplikasi Enzim
1. Bidang Bioteknologi
2. Bidang Managemen Lingkungan
3. Bidang Tekstil
4. Bidang Makanan
II. Pembahasan
1. Bidang Bioteknologi
1.1 PCR (Polymerase Chain Reaction)
Dalam proses PCR, dibutuhkan enzim DNA polymerase untuk
memperbanyak segmen pendek DNA, menghilangkan kebutuhan untuk
menambahkan enzim setelah setiap siklus denaturasi termal DNA. Enzim
juga dikloning, diurutkan, dimodifikasi, dan diproduksi dalam jumlah besar
untuk dijual secara komersial (Lawyer et al., 1993). Enzim polimerase DNA yang
digunakan untuk proses PCR diisolasi dari bakteri termofilik atau hipertermofilik
yaitu Thermus aquaticus yang merupakan spesies bakteri yang dapat
mentoleransi suhu tinggi.
3. Bidang Tekstil
3.1 Mengurangi Residu Hasil Bleaching
Hidrogen peroksida sebagai agen pemutih dapat menyebabkan degradasi
pewarna reaktif dan dapat meningkatkan hidrolisis pewarna. Residu dari bak
pemutihan harus dihilangkan dari kain dan mesin sebelum ke tahap pewarnaan.
Alternatif untuk mengurangi konsumsi air, energi dan waktu adalah penggunaan
katalase, yang mengkatalisis penguraian hidrogen peroksida dan dengan
demikian menghilangkan residu pada kain katun yang berasal dari proses
pemutihan.
3.2 Desizing
Desizing adalah proses untuk menghilangkan kanji yang terdapat pada
benang lusi yang diberikan pada saat pertenunan, dengan cara memutuskan rantai
polimer kanji dengan oksidator, sehingga larut dalam air (Kuntari,2006). Proses
desizing dapat menggunakan banyak metode, salah satunya menggunakan enzim
amilase. Amilase adalah enzim hidrolitik yang mengkatalisis pemecahan pati
makanan untuk gula rantai pendek, dekstrin dan maltosa. Enzim ini apesifik
menghilangkan pati. Enzim amilase dapat digunakan untuk proses desizing pada
suhu rendah (30-60oC) dan pH optimal adalah 5,5-6,5.
3.3 Biopolishing
Biopolishing adalah proses finishing yang dilakukan sebelum, selama, atau
setelah pewarnaan kain, proses ini dapat meningkatkan keunggulan kain dengan
cara mengurangi hairiness dan pilling pada kain selulosa sehingga menghasilkan
velvety, slicker feel, dan warna yang lebih cerah (Ibrahim et al., 2011). Tujuan
dari proses ini adalah untuk menghilangkan bulu mikro yang menonjol dari kapas
melalui interaksi selulase (Cavaco-Paulo). Enzim selulase digunakan untuk
menghidrolisis mikro-fibril selulosa (rambut atau bulu halus) yang menonjol
keluar dari permukaan benang karena mereka rentan terhadap serangan
enzimatik.
4. Bidang Makanan
4.1 Alkohol
Fermentasi alkohol merupakan suatu proses oksidasi biokimia spontan atau
terinduksi yang bekerja dengan enzim ragi, karbohidrat diubah menjadi etil
alkohol dan CO2 sebagai produk utama serta beberapa produk sampingan.
Fermentasi alkohol adalah proses yang kompleks dimana enzim bertindak
sebagai katalisator untuk reaksi dekomposisi karbohidrat dan pembentukan
senyawa tertentu. Dalam proses fermentasi, enzim berikut terlibat: heksokinase,
aldolase, dehidrogenase, fosfoheksisomerase, fosfoheksokinase, triosa
isomerase, piruvat kinase, piruvat dekarboksilase, aldohidrogenase, dsb.
(Butnariu, 2019).
4.2 Baking Industry
Pengunaan enzim dalam proses baking pada umumnya dilakukan dari tiga
sumber: enzim endogen yang terkandung di dalam dalam tepung, enzim hasil
aktivitas metabolisme mikroorganisme terkandung, dan enzim eksogen yang
ditambahkan ke dalam adonan (Di Cagno et al., 2003). Banyak jenis enzim yang
di gunakan dalam proses baking ini, baik satu jenis enzim maupun kombinasi
beberapa enzim, seperti amilase, xylanase, dan lipase. Campuran spesifik ini
diklaim dapat meningkatkan volume dan umur simpan roti. Penggunaan α-
amilase dan glukosa oksidase juga dapat digunakan untuk menggantikan
bromatel untuk menghasilkan pengembangan adonan yang signifikan dalam
ekstensibilitas adonan dan volume roti.
Selain itu terdapat enzim asparaginase yang diklaim memiliki potensi tinggi
untuk mengurangi pembentukan akrilamida selama pemanggangan (Anese, et al.,
2011). Asparaginase (L-asparagine Duringohydrolases, EC3.5.1.1) mengkatalisis
hidrolisis asparagin menjadi asam aspartat dan amonium, menghilangkan
pembentukan akrilamida yang diklasifikasikan sebagai kemungkinan karsinogen
dalam tubuh manusia (Wriston, 1973).