Anda di halaman 1dari 50

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Kegiatan : Pengembangan Materi Perkuliahan


Program Studi : Kebidanan
Semester : II (dua)
Hari/Tanggal : 29 Agustus 2020
Pertemuan : Pertama
Nama Mahasiswa : Arbayah

A. Materi Pokok : Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan


1. Latar belakang Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Dasar hukum Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

B. Pengembangan Materi ;
1. Latar belakang Pendidikan Kewarganegaraan.
Untuk memahami latar belakang perlunya mempelajari Mata Kuliah
Umum Pendidikan Kewagenegaraan di perguruan tinggi dapat diuraikan
sebagai berikut ;

Pentingnya pendidikan Kewarganegaraan karena merupakan


pendidikan nilai dan moral yang mengajarkan akan pentingnya
warganegara yang sadar hak dan kewajibannya sehingga tertanam nilai-
nilai tanggung jawab sebagai warga negara, dan dari segi moral
digolongkan sebagai warganegara yang baik.

pendidikan nilai dan moral yang mengajarkan warga negara sadar


akan tangung jawabnya, mengetahui dan melaksanakan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan serta kedudukan dan peranan warga negara dalam menjalankan
hak dan kewajibannya sesuai dengan konstitusi/UUD.
Negara Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan
pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan yang diproklamasikan itu
berakat dari perjalanan sejarah peperangan yang panjang, berabad-abad
lamanya melawan penjajah dalam suasana perpecahan tidak adanya
semangat persatuan dan kesatuan menyebabkan lamanya penjajahan di
bumi Nusantara, (Zainul Ittihat Amin : 1).

Sungguh sulit mempersatukan Negara seluas Nusantara yang terdiri


dari ± 17.508 pulau, dihuni oleh penduduk berasal dari dua ras besar
(Melayu dan Melanesia), lebih dari 350 shuku bangsa yang berbicara
dalam ± 583 dialek bahasa, memeluk lima agama besar dunia.

Dengan kondisi yang demikian diperlukan pemahaman yang


komprehensif agar dinamika kehidupan yang beranekaragam memiliki visi
dan misi yang sama dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Semangat perjuangan bangsa Indonesia merupa-kan kekuatan mental
spritual yang dapat melahirkan sikap perilaku yang HEROIK dan
PATRIOTIK, sebagai bukti kesungguhan dan kemauan yang luar biasa.

 HEROIK, adalah sikap ke-pahlawanan yang timbul sebagai akibat


rasa cinta tanah air yang luar biasa.

 PATRIOTIK, adalah semangat cinta tanah air yang diwujud-kan


dalam sikap ikhlas me-ngorbankan segala-galanya untuk kejayaan
dan kemakmuran bangsa dan negara.

Membicarakan tentang Pendidikan Kewarganega-raan berarti kita


mendiskusikan bagaimana pola dan tata cara hidup bernegara sesuai
dengan hak dan kewajiban yang diatur oleh konstitusi negara.

2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan :


Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan nilai dan moral
yang mengajarkan akan pentingnya warganegara yang sadar hak dan
kewajibannya sehingga tertanam nilai-nilai tanggung jawab sebagai warga
negara, dan dari segi moral digolongkan sebagai warganegara yang baik.

3. Dasar hukum Pendidikan Kewarganegaraan:


Adapun dasar hukum pelaksanaan mata Pendidikan Kewarganegaraan
yaitu:
a. Undang-Undang Dasar 1945.
1) Undang-Undang Nomor RI 12 Tahun 2006
2) Pembukaan UUD 1945, khusus pada alinea kedua dan keempat
yang memuat cita-cita dan aspirasi bangsa Indonesia tentang
kemerdekaannya.
2) Pasal 27 (1) menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya”.
3) Pasal 30 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”.
4) Pasal 31 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran”.
5) Undang-undang No. 3 tahun 1946
6) Undang-undang No. 6 tahun 1947
7) Undang-undang No. 8 tahun 1947
8) Undang-undang No. 11 tahun 1948
9) Undang-undang No. 62 tahun 1958
10)Undang-undang No. 3 tahun 1976
11)Undang-Undang No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Indonesia.

b. Undang-Undang Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan-


Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik
Indonesia.
1) Dalam Pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara
yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara
diselenggarakan melalui pendidikan Pendahuluan Bela Negara
sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional.
3) Dalam Pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara wajib diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan
secara bertahap. Tahap awal pada tingkat pendidikan dasar sampai
Pendidikan menengah ada dalam Gerakan Pramuka. Tahap lanjutan
pada tingkat pendidikan tinggi ada dalam bentuk Pendidikan
Kewiraan. Undang-Undang Nomor 20 tahun 1982 telah
disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002
tentang Pertahanan Keamanan Negara.

c. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003


Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan
Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa,
dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum
setiap program studi/ kelompok program studi.
d. Adapun pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Nomor
43/DIKTI/ Kep/2006, yang memuat rambu-rambu pelaksanaan
kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi.

C. Penugasan :
Menjelaskan konsep kewarganegaraan dan mencari pasal-pasal yang
mengaturnya dalam UUD 1945. Jika tidak ditemukan dalam UUD 1945 cari
Undang-Undang yang mengaturnya.
1. Bumi Putra
Undang-Undang Ri No. 12 Tahun 2006 Sebagai Pelaksana Pasal 26 Ayat
(3) Undang-Undang Dasar Negara Ri Tahun 1945.
WARGA NEGARA DAN PENDUDUK
PASAL 26
1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga negara.
2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang-orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-
undang
2. Penduduk
Undang-Undang Ri No. 12 Tahun 2006 Sebagai Pelaksana Pasal 26
Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Ri Tahun 1945.
Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang-orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
3. Warganegara
Undang-Undang Ri No. 12 Tahun 2006 Sebagai Pelaksana Pasal 26
Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Ri Tahun 1945.
Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga negara.
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
1945
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
4. Rakyat
Sesuai amandemen III tahun 2001 pasal 1 ayat 2 bahwa kedaulatan
berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar.
5. Orang Asing
Undang-Undang Ri No. 8 Tahun 2006 Sebagai Pelaksana Pasal 26 Ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Ri Tahun 1945.
Terhadap orang asing, pelayanan dan pengawasan di bidang keimigrasian
dilaksanakan berdasarkan prinsip yang bersifat selektif ( selective policy).
Berdasarkan prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan
manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik
Indonesia serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban serta
tidak bermusuhan baik terhadap rakyat, maupun Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 yang diizinkan masuk atau ke luar wilayah Indonesia.
Orang asing karena alasan-alasan tertentu - seperti sikap permusuhan
terhadap rakyat dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 - untuk sementara waktu dapat
ditangkal masuk ke wilayah Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan "selective policy", akan diatur secara selektif izin
tinggal bagi orang asing sesuai dengan maksud dan tujuannya berada di
lndonelia.
6. Orang Indonesia Asli
Pasal 26 (1) UUD 1945 Asli dan Pasal 26 (1) UUD hasil amandemen :
“Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara”. Berarti WNI ada 2 komponen yakni ‘bangsa Indonesia asli’
dan ‘bangsa lain’. Sungguh cerdas dan waskita para pendiri republik ini
dalam membaca situasi.
7. Bangsa
Bangsa merupakan sekelompok orang yang tinggal dalam suatu
wilayah atas dasar adanya kesamaan dan sepakat untuk hidup bersama
kemudian mendirikan negara.
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.

Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.

D. Daftar Pustaka :

1. Tukiran Taniredja, (2010) Pendidikan Kewarganegaraan , Alfabeta :


Bandung.
2. M. Syahri, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, Universitas
3. Noor MS Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014.
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Kegiatan : Pengembangan Materi Perkuliahan
Program Studi : Kebidanan
Semester : II (dua)
Hari/Tanggal : 3 September 2020
Pertemuan : Kedua
Nama Mahasiswa : Arbayah

A. Materi Pokok : Bangsa dan Negara


1. Hakikat kehidupan bagi manusia
2. Manusia sebagai makhluk individu, sosial dan makhluk Tuhan Yang Maha
Esa.
3. Hakikat kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
4. Pancasila sebagai grand norm dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia.

B. Pengembangan Materi ;
1. Hakikat kehidupan bagi manusia
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT. Hakikat manusia adalah
makhluk yang perkembangannya yang dipengaruhi oleh lingkungan, yang
membedakan manusia dengan jenis makhluk lainnya, ialah terletak pada
sifat-sifat rohaninya, yaitu manusia memiliki potensi akal budi, Dengan
adanya potensi ini manusia dapat melahirkan suatu kebudayaan, menjadi
manusia yang bermoral dan menciptakan norma-norma dalam kehidupan
bermasyarakat. 
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia
didudukkan sesuai dengan kodrat dan harkat
 Kodrat manusia
Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau
bakat¬bakat alami yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai
makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia secara pribadi antara lain
sesuai dengan sifat-sifat aslinya, kemampuannya, dan bakat-bakat alami
yang melekat padanya.
 Harkat manusia
Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2. Manusia sebagai makhluk individu, sosial dan makhluk Tuhan Yang Maha
Esa.
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU

Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi,
maka kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk
menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu
bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi,
melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan
mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai
manusia.

Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila


pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola
tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia
yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku
spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia cenderung
menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkannya
hampir identik dengan tingkah laku masa.

- Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.


Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau
perseorangan atau sebagai diri pribadi. Manusia sebagai diri pribadi
merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Disebutkan dalam Kitab Suci Al Quran bahwa Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya “.

Jika kita amati secara seksama benda-benda atau makhluk ciptaan Tuhan
yang ada di sekitar kita, mereka memiliki unsur yang melekat padanya,
yaitu unsur benda, hidup, naluri, dan akal budi.

1). Makhluk Tuhan yang hanya memiliki satu unsur, yaitu benda atau
materi saja. Misalnya, batu, kayu, dan meja.

2). Makhluk Tuhan yang memiliki dua unsur, yaitu benda dan hidup.
Misalnya, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan.

3). Makhluk Tuhan yang memiliki tiga unsur, yaitu benda, hidup, dan naluri/
instink. Misalnya, binatang, temak, kambing, kerbau, sapi, dan ayarn.

4). Makhluk Tuhan yang memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup,
naluri/instink, dan akal budi. Misalnya, manusia merupakan makhluk yang
memiliki keunggulan dibanding dengan makhluk yang lain karena manusia
memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, instink, dan naluri.
Karakteristik Manusia Sebagai Mahluk Individu.

Setiap insan yang dilahirkan tentunya mempunyai pribadi yang berbeda


atau menjadi dirinya sendiri, sekalipun sanak kembar. Itulah uniknya
manusia. Karena dengan adanya individulitas itu setiap orang memiliki
kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, daya tahan yang
berbeda. Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan
ciri yang sangat essensial dari adanya individualitas pada diri setiap insan.

Menurut Oxendine dalam (Tim Dosen TEP, 2005) bahwa perbedaan


individualitas setiap insan nampak secara khusus pada aspek sebagai
berikut:
1. Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin,
pendengaran, penglihatan, kemampuan bertindak.

2. Perbedaan sosial: status ekonomi,agama, hubungan keluarga, suku.

3. Perbedaan kepribadian: watak, motif, minat dan sikap.

4. Perbedaan kecakapan atau kepandaian

 Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu


Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu
organisasi atau kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang
dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala kesadaran terhadap segala
sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita,
self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan
persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi
pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.

Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang


bukan merupakan tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal
dengan Homo sapiens memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk
berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat
mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya,
cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada,
manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu
makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap


yang memakan waktu puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi
dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia semakin
berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang
untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan
berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia
dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya.
Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada
dalam pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari
yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

 Pengertian
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.
Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan
menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui
medium kehidupan sosial.

Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah


kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan
bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam
kebersamaan.

 Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada


yang menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada
individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:

1. Dorongan untuk makan

2. Dorongan untuk mempertahankan diri

3. Dorongan untuk melangsungkan jenis


Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam
perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu
merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan.
Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia
sebagai makhluk sosial.

Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan


sosial untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan
masyarakat yang terdiri dari :

1) penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima


bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri
manusia terbentuk sebuah pengetahuan.

2) penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru


untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga
kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan
kelompok tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas.
Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan
sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui
proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya
konsep sebagai makhluk sosial.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial


adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan
makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan
manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang
mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
1) Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia
berinteraksi satu sama lain.

2) Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam


kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang
tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut
dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain
atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.

3) Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi


dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah
interaksi yang harmonis

Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya.


Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.
Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan
menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui
medium kehidupan sosial.

Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan


bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini
tanpa bantuan orang lain.

 Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga


masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri
atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan
dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia
cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan
manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut
sebagai makhluk sosial.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk
hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok
yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau
organissai harus saling membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya
akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam
kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk
kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.

Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa


tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari
pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan,
baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal
(institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.

 Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian.


Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini
merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan
dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di
dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu
kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam
hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-
konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif.

Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai


sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh
interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak
pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah
perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia
memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga
mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang
lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia
memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai
rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat
diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain
dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.

Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas


yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah
satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan,
"manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika
manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang
sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian
terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa
pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.

Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa


disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah,
manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.

 Interaksi Sosial
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan
saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat
menimbulkan suatu proses interaksi sosial.

Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial


adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons
antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004),
“Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu
proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan
pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial” . “Interaksi
positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai,
menghargai, dan saling mendukung” (Siagian, 2004).

Berdasarkan definisi di atas maka dapat menyimpulkan bahwa interaksi


sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu,
antar kelompok maupun atar individu dan kelompok.
 Macam - Macam Interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga
macam, yaitu :

1. Interaksi antara individu dan individu

Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif.


Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan.
Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau
keduanya (bermusuhan).

2. Interaksi antara individu dan kelompok

Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif.


Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam
sesuai situasi dan kondisinya.

3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok

Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan


bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan
untuk membicarakan suatu proyek.

 Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial


Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial
dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :

1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada


bentuk - bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :

a. Kerja sama

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

b. Akomodasi

Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi


antara pribadi dan kelompok - kelompok manusia untuk meredakan
pertentangan.

c. Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok


masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling
bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun
kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk
kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.

d. Akulturasi

Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok


masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa
sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan
diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada


bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti :

a. Persaingan

Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau


kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil
secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di
pihak lawannya.

b. Kontravensi

Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara


persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara
lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang
- terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau
terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut
dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi
pertentangan atau konflik.

c. Konflik

Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok


masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan
yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap
atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka
yang bertikai tersebut.
Ciri - Ciri Interaksi Sosial

Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara
lain :

a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang

b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial

c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas

d.Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu

 Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat


berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu: :

a. Kontak social

Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain
yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing
pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus
bersentuhan secara fisik.

b. Komunikasi

Komunikasi artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.


 Faktor-faktor interaksi sosial

a. Imitasi

Imitasi adalah mematuhi kaidah-kaidah yang sudah ada, meng-copy dan


meneruskan aturan yang telah berlaku.

b. Sugesti

Sugesti adalah suatu ide yang didasari oleh kepercayaan diri, inisiatif, atas
dasar ilham, egosentris, atau wawasan pengetahuan, kemudian diterima
oleh pihak lain baik secara otoriter ataupun karena berwibawa dan
berpengaruh.

c. Identifikasi

Identidikasi adalah proses pencarian diri dengan melalui penglihatan


terhadap orang lain yang di idealkan-nya, hal tersebut berlangsung secara
tidak sadar disertai adanya keinginan untuk mencontoh.

d. Simpati

Simpati adalah rasa tertarik seseorang terhadap orang lain, hal tersebut
didasari oleh penghormatan karena mempunyai kelebihan, kemampuan,
yang patut dijadikan contoh. Rasa simpati keluar dengan sendirinya tanpa
adanya paksaan, kemudian timbul rasa untuk memahami pihak lain dan
keinginan untuk bekerjasama.

 MANUSIA SEBAGAI MAHLUK RELIGIUS


Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai
makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui
kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa
menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia meyakini
bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada
kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu,
sudah menjadi fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang
Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi.

Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur


Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan
sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah
manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.

Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah


kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk beribadah kepada Tuhan pun
diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan
pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan
pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

Melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk


yang dapat mengerti bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai
seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya
untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan baik yang tersirat
ataupun dengan jelas tersurat dalam lingkungan sehari-hari.

3. Hakikat kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara


kebangsaan modern, pembentukannya didasarkan pada semangat
kebangsaan dan nasionalisme.
Yaitu pada suatu tekad masyarakat untuk membangun masa depan
bersama di bawah satu negara yang sama. Walaupun warga masyarakat
terdiri dari agama, ras, etnik dan golongan yang berbeda-beda.

Negara kesatuan adalah negara yang di dalamnya tidak ada negara.


Jadi, dalam NKRI tidak akan mempunyai bagian di dalamnya ebrsama
negara. Sebagaimana negara federasi atau serikat.

Bentuk NKRI tidak boleh diubah lagi menjadi bentuk lain. Hal ini sesuai
dengan landasan hukum yang berlaku.

Undang-undang Dasar 1945 pasal 37 ayat 5 menegaskan "Khusus


mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan".

4. Pancasila sebagai grand norm dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


Indonesia.
Pancasila itu jika dikaitkan dengan teori-teori besar yang lazim
dipelajari di bangku-bangku kuliah filsafat hukum, menempati posisi yang
mana: (1) sebagai Grundnorm (norma dasar) atau (2) sebagai Volksgeist
(jiwa rakyat)? Karena istilah-istllah ini terlanjur berbau sangat akademis dan
diserap dari bahasa asing, maka posisi-posisi itu harus dimintakan bantuan
jawabannya dari para konseptor utamanya, yaitu posisi pertama melalui
pemikiran Hans Kelsen (1881-1973), sedangkan posisi kedua melalui
pandangan yang lebih lawas, yakni dari Friedrich C. von Savigny (1779-
1861).

Apakah makna dari Grundnorm itu? Untuk itu kita bisa mencuplik
pendapat Kelsen tatkala ia menyatakan, “… the basic norm is the condition
under which the subjective meaning of the constitution-creating act, and
the subjective meaning of the acts performed in accordance with the
constitution, are interpreted as their objective meaning, as valid norms, …”
(Pure Theory of Law, 1992). Di sini Kelsen menempatkan Grundnorm (basic
norm) sebagai “the final standard of legal validity” sehingga tidak ada lagi
tolok ukur validitas lain yang dapat digunakan untuk menilai kesahihan
Grundnorm itu. Sebagai konsekuensinya, Grundnorm harus diletakkan di
luar dan lebih tinggi daripada konstitusi. Ia justru harus menjadi tolok ukur
untuk menilai keabsahan konstitusi. Ia juga sudah berlaku tanpa harus
menunggu proses positivisasi. Ia dipersangkakan dan diasumsikan sudah
ada, mendahului keberadaan hukum positif.

Persoalannya adalah bahwa Kelsen tidak pernah menyebutkan secara


gamblang apa substansi dari Grundnorm itu. Apabila makna objektif dari
Grundnorm itu dipahami sebagai setiap tindakan konstitusional dari para
subjek yang diatur dalam konstitusi itu, maka kita dapat mengatakan
bahwa formulasi dari norma Grundnorm tadi bisa jadi akan sangat
sederhana, yaitu: “Taatilah konsitusi!” Dalam hal ini terbuka peluang
terjadinya kesesatan bernalar yang disebut petitio principii atau argumen
berputar (circular argument). Kita ingin menguji konstitusi dengan
Grundnorm tetapi yang terjadi malah sebaliknya, Grundnorm
mengembalikannya lagi dengan meminta kita agar menaati konstitusi
tersebut.

Pancasila tentu tidak kita kehendaki menjalankan peran untuk menguji


konstitusi dengan argumentasi berputar seperti ini. Dengan demikian,
memposisikan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum (istilah
yang pernah dipakai di dalam Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966)
hakikatnya tidak sama persis dengan mendudukkannya sebagai Grundnorm
sebagaimana dimaksud oleh Kelsen.

Kelsen dengan Teori Jenjang-nya itu berangkat dari filosofi positivisme


hukum, atau lebih tepat lagi legisme. Kaum legistis selalu mendudukkan
hukum sebagai produk (bentukan) penguasa. Setiap produk hukum dari
penguasa yang berwenang, yang dibuat mengikuti format dan prosedur
tertentu adalah produk hukum yang harus dijamin legalitasnya. Ia benar
dengan sendirinya (self-evident). Oleh karena keberadaan dan keberlakuan
konstitusi ditentukan oleh penguasa publik, maka perintah dari Grundnorm
untuk menaati konstitusi itu juga harus dipahami sebagai produk yang
benar dengan sendirinya.

Filosofi dari kehadiran konsep Grundnorm tersebut jelas sangat


berbeda jika kita bandingkan dengan Volksgeist sebagaimana diusung oleh
Mazhab Sejarah dengan von Savigny sebagai eksponen utamanya.
Volksgeist itu lahir melalui pengalaman empiris, sehingga tidak bisa
dipersangkakan ada. Ia secara faktual ada dan dilakoni sebagai tradisi. Ia
tidak apriori, melainkan aposteriori.

Volksgeist lahir melalui proses evolusi hukum. Sama seperti bahasa,


setiap hukum berevolusi tanpa perlu didesain oleh kekuasaan manapun.
Tradisilah yang membentuk hukum. Tradisi ini lahir dari perjalanan historis
berkat adanya kesamaan hidup masyarakat di dalam satu kesatuan ruang
dan waktu, sehingga semua komponen masyarakat menyelami adanya satu
semangat yang sama; satu jiwa rakyat yang diisebut Volksgeist tersebut.

Sekarang kita tinggal merenungi, apakah Pancasila itu ingin kita


labelkan sebagai nilai (atau asas dan norma) yang apriori ada atau
aposteriori di dalam khazanah kehidupan bangsa Indonesia? Apabila Bung
Karno mengatakan ia menggali nilai-nilai Pancasila itu dari sari pati
kehidupan bangsa Indonesia, maka jelas ia maksudkan Pancasila ini lebih
sebagai Volksgeist dan bukan sebagai sesuatu yang apriori ada seperti
konsep Grundnorm ala Kelsen.

Patut dicatat bahwa Grundnorm ini oleh Hans Nawiasky lalu diberi
terminologi baru, yaitu Staatsfundamentalnorm. Apakah Pancasila menjadi
lebih terakomodasi di dalam Staatsfundamentalnorm ini? Saya cenderung
menganggapnya demikian, namun tetap perlu diberikan sejumlah perhatian
khusus terkait konsekuensi filosofisnya. Untuk dapat menjadikan Pancasila
sebagai Staatsfundamentalnorm, pertama-tama Pancasila tersebut harus
terlebih dulu bertransformasi ke dalam suatu format norma hukum tertentu.
Apabila kita berusaha mencari di mana letak format hukum tersebut,
maka tempat yang paling layak baginya adalah Pembukaan UUD 1945. Di
dalam bingkai Pembukaan UUD 1945 inilah terkandung Pancasila, tepatnya
di dalam empat pokok pikirannya. Pembukaan ini ditetapkan oleh badan
pembentuk negara, yakni oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(Dokuritsu Junbi Iinkai) yang kedudukannya lebih tinggi daripada lembaga
tinggi negara manapun. Oleh sebab itu, Pembukaan UUD 1945 ini tidak
dapat diubah karena perubahan Pembukaan UUD sebagai
Staatsfundamentalnorm itu berarti mengubah (membubarkan) negara RI
versi 17 Agustus 1945. Dengan demikian, Staatsfundamentalnorm kita itu
sebenarnya adalah Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung
pokok-pokok pikiran, yang tidak lain adalah Pancasila (harap dibedakan
antara Pancasila dalam rumusan alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945 dan
Pancasila sebagai pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945). Atau,
dengan perkataan lain, Staatsfundamentalnorm tersebut adalah Pancasila
sebagaimana terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945.

Di sisi lain, ada posisi Pancasila yang lain, yang substansinya lebih
abstrak dan tidak bertransformasi ke dalam format norma hukum. Inilah
posisi Pancasila sebagai cita hukum (rechtsidee). Jadi, kita dapat
mencermati ada perbedaan antara norma dasar (Grundnorm) dan norma
fundamental negara (Staatsfundamentalnorm). Kemudian ada pula
perbedaan antara norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm)
dan cita hukum (rechtsidee). Cita hukum ini adalah bagian dari cita negara
(staatsidee). Cita negara ini menekankan tali ikatan batin dari seluruh
rakyat Indonesia untuk bernaung di dalam satu wadah tunggal sebagai satu
bangsa dan satu negara, yang karena faktor kesejarahan rela hidup senasib
sepenanggungan. Jadi, istilah jiwa rakyat (Volksgeist) sangat dekat dengan
konsep cita negara dan cita hukum ini.

Sampai di sini kita juga perlu mempertanyakan tentang konteks


pembicaraan kita tentang posisi Pancasila ini. Apakah kita sedang berbicara
tentang konteks pencarian (context of discovery) Pancasila, atau konteks
justifikasi (context of justification)-nya sebagai bagian dari sistem norma
hukum positif. Kedua konteks ini mempunyai implikasi secara akademis.
Posisi Pancasila sebagai Volksgeist adalah sebuah penempatan untuk
konteks pencarian itu, sementara posisi Pancasila sebagai
Staatsfundamentalnorm adalah penempatan dalam konteks justifikasi.
Rangkaian konklusi saya tersebut di atas tentu sangat spekulatif, dalam
arti terbuka untuk diperiksa dan dikritisi, serta didiskursus lebih jauh. Ada
banyak tesis yang masih mungkin diajukan untuk menjawab persoalan ini
secara lebih jernih. Beberapa disertasi dan buku teks telah ditulis untuk
menjawabnya, namun tetap belum kita temukan jawaban yang
memuaskan. Sayangnya, topik perbincangan seperti ini kerap dinilai terlalu
mengawang (tidak menginjak bumi) dan tidak memiliki kegunaan
pragmatis, bahkan untuk kalangan pengajar filsafat hukum dan/atau
pengajar mata kuliah

Pancasila di perguruan tinggi. Pengalaman saya berinteraksi dengan


rekan-rekan analis dan evaluator hukum di institusi seperti Badan
Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), memperlihatkan bahwa “kebingungan”
ini berdampak sangat signifikan pada kesemrawutan tatanan sumber
hukum positif, khususnya peraturan perundang-undangan di Tanah Air.
Gagasan kami melalui Asosiasi Filsafat Hukum Indonesia (AFHI) untuk
mengangkat tema ini di beberapa kali konferensi, juga belum mampu
menggugah lebih banyak perhatian dari pihak-pihak berkepentingan.

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) memang sangat


diharapkan berminat untuk memfasilitasi diskursus lebih lanjut tentang hal
ini, sehingga secara akademis pilihan labelisasi Pancasila, misalnya saja
apakah sebagai Grundnorm atau sebagai Volksgeist, tidak disematkan
begitu saja secara arbiter.

C. Penugasan :
Mencari dan menuliskannya pasal-pasal dalam UUD 1945 yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban sebagai warganegara.
HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan
warga negara dan negara pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga
negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD
1945.
Hak Warga Negara Indonesia :
– Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara
berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat
2).
– Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”(pasal 28A).
– Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
– Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan Berkembang”
– Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia.
(pasal 28C ayat 1)
– Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal
28C ayat 2).
– Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
– Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).
Kewajiban Warga Negara Indonesia :
– Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
– Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3)
UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya
pembelaan negara”.
– Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
– Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
– Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal
30 ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28,
dan 30, yaitu :
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat
mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan
kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta
dalam pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih
lanjut diatur dengan undang-undang.

D. Dasftar Pustaka :
1. Tukiran Taniredja, (2010) Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta :
Bandung.
2. Sumber: https://nurulhaj19.wordpress.com/hak-dan-kewajiban-warga-
negara-indonesia/
3. Noor MS Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2014.
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Kegiatan : Pengembangan Materi Perkuliahan
Program Studi : Kebidanan
Semester : II (dua)
Hari/Tanggal : 29 Agustus 2020
Pertemuan : Ketiga
Nama Mahasiswa : Arbayah

A. Materi Pokok : HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


Fungsi negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD
1945 bahwa tujuan negara Republik Indonesia sekaligus menjadi fungsi
adalah sebagai berikut ;
1. Melindungi, dst
2. Memajukan, dst
3. Mencerdaskan, dst dan
4. Ikut serta dalam memelihara, dst

Pengertian Hak
Hak adalah segala sesuatu yang harus kita terima, setelah melakukan
kewajiban sesuai konstitusi, ini berjalan secara seimbang (balance).
Artinya, apabila seseorang telah melaksanakan kewajiban maka hak itu akan
melekat kepadanya.
Pasal yang mengatur :
Pasal 27 ayat (2) berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus kita lakukan, sebagai warga
negara untuk mendapatkan hak sesuai dengan konstitusi.
Artinya, seseorang menerima haknya setelah melakukan kewajiban sesuai
dengan ketentuan.

B. Pengembangan Materi ;
Hak dan Kewajiban Warganegara
1. Setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya,
2. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan,
3. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara,
4. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan,
5. Setiap warga negara berhak memperoleh memperoleh kesempatan yang
sama dalam pemerintahan,
6. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara,
7. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan,
8. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar.

C. Penugasan :
Tuliskan pasal berapa dan ayat berapa dari bunyi pasal mengenai
hak dan kewajiban
HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan
warga negara dan negara pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga
negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD
1945.
Hak Warga Negara Indonesia :
– Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara
berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat
2).
– Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”(pasal 28A).
– Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
– Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan Berkembang”
– Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia.
(pasal 28C ayat 1)
– Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal
28C ayat 2).
– Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
– Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).
Kewajiban Warga Negara Indonesia :
– Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
– Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3)
UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya
pembelaan negara”.
– Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
– Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
– Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal
30 ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28,
dan 30, yaitu :
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat
mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan
kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta
dalam pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih
lanjut diatur dengan undang-undang.

D. Daftar Pustaka :

1. Tukiran Taniredja, (2010) Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta :


Bandung.
2. M. Syahri, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, Universitas
3. Noor MS Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014.
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Kegiatan : Pengembangan Materi Perkuliahan
Program Studi : Kebidanan
Semester : II (dua)
Hari/Tanggal : 29 Agustus 2020
Pertemuan : Keempat
Nama Mahasiswa : Arbayah

A. Materi Pokok : PROBLEMA KEWARGANEGARAAN


DASAR HUKUM
1. Undang-undang No. 3 tahun 1946
2. Undang-undang No. 6 tahun 1947
3. Undang-undang No. 8 tahun 1947
4. Undang-undang No. 11 tahun 1948
5. Undang-undang No. 62 tahun 1958
6. Undang-undang No. 3 tahun 1976
7. Undang-Undang No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia.
Menurut Aristoteles, warganegara adalah orang yang secara aktif ikut
ambil bagian dalam kegiatan hidup berbegara. Sedangkan menurut Rousseau
warganegara adalah peserta aktif yang senantiasa mengupayakan kesatuan
komunal.
Kewarganegaraan lebih ditekankan pada segi hukum dalam rangka
memahami kedudukan, hak dan kewajiban, serta peran warga negara yang
diperlukan untuk kehidupan bersama dalam masyarakat.
Perubahan UU tentang Kewarganegaraan
Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya
pergaulan internasional berdampak terhadap mobilitas dan lalu lintas orang
dalam negara dan antar negara.
Misalnya ;

B. Pengembangan Materi ;
Hidup bernegara memerlukan pemahaman yang sama dalam
memahami ideologi sebagai konsensus awal untuk mendirikan negara
merdeka.
Hidup bernegara bertujuan untuk terciptanya lalulintas orang dalam
negara secara teratur dan memahami hak dan kewajibannya secara sadar
sehingga masing-masing warganegara dapat melakukan aktifitas secara legal
aman dan terlindungi.
Cara menentukan kewarnegaraan seseorang digunakan dua pedoman
yaitu ;
1. Berdasarkan Kelahiran
Ius Soli dan
Ius Sanguinis
2. Berdasarkan Perkawinan
Asas Persamaan Derajat
Persamaan Hukum
Secara umum ada tiga cara yang digunakan untuk menentukan
kewarganegaraan seseorang yaitu ;
1. Unsur Keturunan (ius Sanguinis)
2. Unsur Daerah (ius Soli)
3. Unsur pewarganegaraan (naturalisasi)

Naturalisasi terbagi dua 1. Aktif, 2. Pasif


1. Nuralisasi Aktif, Seseorang dapat menjadi warganegara tertentu (yang
dikehendaki) dengan mengajukan permohonan kepada pemerintah negara
yang dituju, dan yang bersangkutan dapat menggunakan hak opsi.
2. Naturalisasi Pasif, Kewarnegaraaan seseorang dapat diperoleh karena diberi
atau negara tertentu meminta seseorang untuk menjadi warganegaranya. Di
sini seseorang dapat mengguna-kan hak refudiasi.

Probelema kewarganegaraan ada tiga yaitu ;


1. Bipatride, seseorang memiliki kewarganegaraan rangkap.
2. Apatride, seseorang tidak memiliki kewargangeraan.
3. Multipatride, seseorang memiliki lebih dari dua (banyak) kewarganegaraan
kewarganegaraan.

Cara memperoleh kewarganeraan yaitu ;


1. Kelahiran
2. Naturalisasi
3. Perkawinan
4. permohonan
5. Ikut ayah ibu
6. Pengangkatan

C. Daftar Pustaka :

1. Tukiran Taniredja, (2010) Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta :


Bandung.
2. M. Syahri, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, Universitas
3. Noor MS Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014.
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Kegiatan : Pengembangan Materi Perkuliahan
Program Studi : Kebidanan
Semester : II (dua)
Hari/Tanggal : 29 Agustus 2020
Pertemuan : Kelima
Nama Mahasiswa : Arbayah

A. Materi Pokok : HAK ASASI MANUSIA


1) Pengertian Hak Asasi Manusia
2) Latar Belakang Hak Asasi Manusia.
3) Tonggok-tonggak Hak Asasi Manusia.
4) Genodisa
5) Perbedaan Antara HAM Barat dan HAM Timur
6) Hak Asasi Manusia di Indonesia

B. Pengembangan Materi ;
Perjuangan HAM, adalah perjuangan sepanjang sejarah umat manusia yang
cenderung berhadapan dengan kekuasaan yang menindas, menggilas hak-hak
individu maupun hak-hak kelompok.
Kekuasaan yang semena-mena, tirani dan kejam merupakan sumber dari
pelang-garan HAM itu sendiri.
Agama-agama besar di dunia dapat ditempatkan sebagai bagian dari tonggak
perjuangan HAM yang membebaskan manusia dari kebodohan dan kezoliman
penguasa dan tirani yang membelenggu dan menindas HAM.
Contoh :
1. Raja Firaun di Mesir
2. Raja Lois XIV di Prancis, dll

Tonggak HAM dunia yang sangat mendasar dan sangat terkenal adalah
konsep HAM yang dirumuskan oleh NABI MUHAMMAD dalam mewujudkan
perdamaian, keadilan untuk hidup bersama dalam perbedaan.
Konsep HAM ISLAM memandang hak setiap orang adalah sama walaupun
berbeda suku dan keyakinan, intinya bagaimana mereka dapat hidup
berdampingan dengan damai.
Para pihak mengikat diri atau terikat dalam Piagam Madinah yang berisi
Perjanjian Masyara-kat Madinah (social contract) tahun 622 M, Ada 13 (tiga
belas) suku (kelompok) komunitas yang secara eksplisit disebut dalam teks
piagam yaitu ;
HAM merupakan hak dasar setiap manusia yang dimiliki sejak lahir yang
merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak tersebut adalah ;
1. Hak hidup, 2. Hak kemerdekaan, dan 3. Hak beragama.
DALAM perjalanan penega-kan HAM menuntut agar adanya kebebasan me-
ngeluarkan pendaHAM merupakan pengakuan akan martabat yang terpadu
dalam diri setiap orang akan ahk-hak yang sama tak teralihkan dari semua
anggota keluarga manusia (UDHR).
Seperti : Hak dasar kebebasan, Keadilan dan
Perdamaian dunia
HAM adalah adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat kodrat
manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah dari Tuhan
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kerhomatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Hak dasar belum terlindungi,
Manusia sebagai makhluk Tuhan YME, belum dihormati,
Penegakan hukum yang belum adil,

C. Penugasan :
 Mengapa HAM diperlukan dalam suatu negara?
HAM adalah adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat kodrat
manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah dari
Tuhan yang wajib dihormati, dijunjung tinggi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kerhomatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.

 Bagaimana caranya agar terwujud persamaan pemahaman tentang Hak


Asasi Manusia?
apabila ada peraturan yang menyeluruh (lengkap) ditaati untuk
mengatur hubungan antar manusia.
 Apa saja yang termasuk pelanggaran HAM berat?. Beri masing-masing
alasan?
Hak dasar belum terlindungi
Manusia sebagai makhluk Tuhan YME, belum dihormati,
Penegakan hukum yang belum adil,

D. Daftar Pustaka :

1. Tukiran Taniredja, (2010) Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta :


Bandung.
2. M. Syahri, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, Universitas
3. Noor MS Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014.
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Kegiatan : Pengembangan Materi Perkuliahan
Program Studi : Kebidanan
Semester : II (dua)
Hari/Tanggal : 29 Agustus 2020
Pertemuan : Keenam
Nama Mahasiswa : Arbayah

A. Materi Pokok : WAWASAN NUSANTARA


Materi Pokok ;
1. Latar belakang wawasan nusantara
2. Pengertian wawasan nusantara
3. Aspek alamiah dan sosial
4. Wawasan nasional bangsa Indonesia.

B. Pengembangan Materi ;
1. Latar belakang wawasan nusantara.
Wilayah Yang Luas Menjadi Salah Satu Faktor Sulitnya Menjaga
Kedaulatan Suatu Negara Sehingga Wilayah Negara Tersebut Bisa Saja
Dicaplok Negara Lain Atau Diambil Hasil Alamnya.
Agar Suatu Negara Tetap Eksis, Pemerintah Negara Tersebut Harus
Mampu Menjaga Kedaulatan Wilayah Negara, Baik Ke Dalam Maupun Ke
Luar.
Kedaulatan (Suoveregnity), Adalah Kukuasaan Yang Tertinggi Dalam
Suatu Negara Dalam Hal Ini Pemeritah Yang Berkuasa. (Hasil Pemilu).
Kedaulatan Ke Dalam, Pemerintah Berhak Mengatur Rakyatnya Sesuai
Dengan Konstitusi Yang Berlaku Dalam Suatu Negara.
Kedaulatan Ke Luar, Pemerintah Berhak Berhubungan Dengan Negara
Manapun Atas Dasar Saling Menghormati.

2. Pengertian wawasan nusantara.


Wilayah dan rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke merupakan
satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain
3. Aspek alamiah dan sosial
Aspek alamiah (Letak geografis, keadaan dan jumlah penduduk, keadaan
dan sumber daya alam) ketiganya disebut tri gatra.
Aspek sosial (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam)
disebut asta gatra.
Merupakan gabungan dari berbagai aspek kehidupan yang yang harus
dikelola, dalam kehidupan berbangsa secara terintegrasi dan
komprehensif berdasarkan Pancasila UUD 1945.

4. Wawasan nasional bangsa Indonesia.


Berada pada posisi silang, Berada pada dua benua dan dua samudera
Kondisi tersebut disebut Indonesia terletak pada posisi silang Kesatuan
wilayah; Wilayah dan rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan
satu sama lain, Wawasan Nasional; Cara pandang bangsa Indonesia
sebagai satu kesatuan antara aspek kehidupan baik alamiah maupun
sosial tanpa mem-beda-bedakan satu sama lain.

C. Penugasan :
1. Jelaskan mengapa perlu bagi Indonesia menjadi sebuah negara
kepulauan?
 Karena wilayah yang luas menjadi salah satu faktor sulitnya
menjaga kedaulatan suatu negara sehingga wilayah negara tersebut
bisa saja dicaplok negara lain atau diambil hasil alamnya.
 Karena Berada pada posisi silang, Berada pada dua benua dan dua
samudera Kondisi tersebut disebut Indonesia terletak pada posisi
silang Kesatuan wilayah; Wilayah dan rakyat Indonesia dari Sabang
sampai Merauke merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak
dapat dipisah-pisahkan satu sama lain
2. Uraikan dengan singkat perjalanan Indonesia mendapatkan pengakuan
sebagai negara kepulauan dari forum internasional?
Dimasukkanya istilah baru ‘negara kepulauan’ dalam Hukum Laut Internasinal
1982 ini merupakan kesuksesan delegasi Indonesia dalam perjuangan diplomasi.
Dengan dasar inilah maka garis pangkal atau base lines untuk memulai
pengukuran Laut Teritorial, ZEE dan extended continental shelf kita diukur dari
titik-titik terluar pulau-pulau terluar. Sehingga dengan begitu wilayah “Tanah”
dan “Air” kita benar-benar menjadi satu di dalam garis pangkal. Akan tetapi
sebagaimana biasanya dalam proses negosiasi, pasti tidak ada pihak yang
mendapatkan “semua keinginan” karena harus memperhatikan keinginan pihak
lain juga. Salah satunya karena  topik inilah maka terjadi proses perundingan yang
alot sehingga konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional yang ketiga yang
menghasilkan UNCLOS 1982 ini merupakan konferensi terlama dalam sejarah
PBB yaitu dimulai tahun 1973 sampai dengan 1982.

3. Cari istilah-istilah yang berhubungan dengan negara kepulauan dan


berikan definisinya atau penjelasan konsepnya.
Indonesia dikenal sebagai ‘negara bahari’, juga dikenal sebagai ‘negara
kepulauan’ atau dalam bahasa asing disebut archipelagic state. Kata ‘kepulauan’
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti suatu gugusan beberapa pulau atau
kumpulan pulau. Sehingga pengertian negara kepulauan sering diartikan sebagai
negara yang terdiri atas pulau-pulau yang dikelilingi oleh laut.

Menurut A.B. Lapian pengertian negara kepulauan tidaklah sama dengan


pengertian negara bahari. Berdasarkan kamus Oxford dan Webster
kata archipelagic yang berasal dari kata ‘archipelago’ berasal dari bahasa Yunani
yang terdiri dari kata arc (besar, utama) dan pelagos (laut) berarti ‘laut utama’.
Dengan demikian archipelagic state harus diartikan sebagai negara laut utama
yang ditaburi pulau-pulau. bukan negara pulau-pulau yang dikelilingi laut (Lapian
2009:2).

Pada Kongres Sejarah Nasional 1996, A.B. Lapian dalam makalahnya yang


berjudul “Laut, Pasar dan Komunikasi Antar-Budaya” menyatakan bahwa
konsep archipelagic state yang mengacu pada ‘negara kepulauan’ harus diganti
dengan konsep ‘negara bahari’. Konsep negara bahari yang dimaksud A.B. Lapian
adalah laut utama yang memiliki banyak pulau (Lapian 1996). Dengan demikian,
berdasarkan fakta geografis dan konsep yang dikemukakan oleh A.B. Lapian,
negara Indonesia dapat dikatakan Negara Bahari.

Maritim adalah bagian dari disiplin ilmu arkeologi yang mengkhususkan kajian
pada persebaran okupasi dan kegiatan manusia, serta hubungannya di dalam
satuan-satuan ruang yang berkaitan dengan lingkungan berperairan/laut terbuka,
dengan tujuan memahami sistem teknologi, sistem sosial dan sistem permukiman
dari masyarakat masa lalu

D. Daftar Pustaka :

1. Tukiran Taniredja, (2010) Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta :


Bandung.
2. M. Syahri, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, Universitas
3. Noor MS Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014.
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Kegiatan : Pengembangan Materi Perkuliahan
Program Studi : Kebidanan
Semester : II (dua)
Hari/Tanggal : 29 Agustus 2020
Pertemuan : Ketujuh
Nama Mahasiswa : Arbayah

A. Materi Pokok : KETAHANAN NASIONAL


1. Dasar Hukum Bela Negara
2. Pengertian Ketahanan Nasional
3. Latar Belakang Ketahanan Nasional Indonesia
4. Pentingnya Ketahanan Nasional bagi Suatu Negara
5. Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan

B. Pengembangan Materi ;
 Dasar Hukum Bela Negara
 Pengertian Ketahanan Nasional
 Latar Belakang Ketahanan Nasional Indonesia
 Pentingnya Ketahanan Nasional bagi Suatu Negara
 Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Ganggan

 Pengertian ketahanan Nasioanal,


Kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap aspek kehidupan
nasional yang teintegrasi, antara aspek alamiah dan aspek sosial. Isinya 1.
Ketangguhan, 2 Keuletan
 Antisipasi ATHG
Antisipasi ATHG, untuk menjamin identitas, integritas demi kelangsungan
hidup bangsa dan negara, serta perjuangan dalam mencapai tujuan nasional.
KETANGGUHAN,
Kekuatan yang membuat seseorang mampu bertahan, kuat menjalani
kehidupan dengan segala tantangan dan hambatan.
IDENTITAS,
Ciri melekat pada bangsa Indonesia yang menyeluruh di dalam kehidupan
nasional baik alamiah maupun sosial yang terintegrasi.

INTEGRITAS,
Kesatuan yang menyeluruh di dalam kehidupan nasional baik alamiah maupun
sosial yang terintegrasi.
ANCAMAN,
Segala usaha yang bersifat mengubah atau merombak secara konsepsional,
kriminal dan politik
GANGGUAN,
Usaha yang berasal dari luar, bertujuan untuk melemahkan atau menghalangi
secara konsepsional
HAMBATAN,
Segala sesuatu yang bersumber dari diri sendiri yang bertujuan untuk
melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.
Contoh, malas, putus asa, menutup diri, malas bertanya, kurang inisiatif,
tidak inovatif, dsb.
TANTANGAN,
Usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan agar terus berusaha
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan.
1. Alasan terjadinya Pemberontakan ; Ingin mendirikan negara baru dengan
ideologi baru
2. Ingin mendirikan negara baru terpisah dengan alasan politik
3. Ingin mendirikan negara baru terpisah dengan alasan sumber daya alam
Ancaman yang datang dari luar
 Agresi
 Invasi
 Infiltrasi
 Intimidasi
 Subversi Ideologi
 Teroris
 Peredaran obat terlarang

C. Penugasan :
1. Jelaskan mengapa perlu bagi Indonesia menjadi sebuah negara
kepulauan?
Karena wilayah yang luas menjadi salah satu faktor sulitnya menjaga
kedaulatan suatu negara sehingga wilayah negara tersebut bisa saja
dicaplok negara lain atau diambil hasil alamnya.
2. Uraikan dengan singkat perjalanan Indonesia mendapatkan pengakuan
sebagai negara kepulauan dari forum internasional?
Dimasukkanya istilah baru ‘negara kepulauan’ dalam Hukum Laut
Internasinal 1982 ini merupakan kesuksesan delegasi Indonesia dalam
perjuangan diplomasi. Dengan dasar inilah maka garis pangkal atau base
lines untuk memulai pengukuran Laut Teritorial, ZEE dan extended
continental shelf kita diukur dari titik-titik terluar pulau-pulau terluar.
Sehingga dengan begitu wilayah “Tanah” dan “Air” kita benar-benar
menjadi satu di dalam garis pangkal. Akan tetapi sebagaimana biasanya
dalam proses negosiasi, pasti tidak ada pihak yang mendapatkan “semua
keinginan” karena harus memperhatikan keinginan pihak lain juga. Salah
satunya karena  topik inilah maka terjadi proses perundingan yang alot
sehingga konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional yang ketiga
yang menghasilkan UNCLOS 1982 ini merupakan konferensi terlama dalam
sejarah PBB yaitu dimulai tahun 1973 sampai dengan 1982.

3. Cari istilah-istilah yang berhubungan dengan negara kepulauan dan


berikan definisinya atau penjelasan konsepnya?.
 Indonesia dikenal sebagai ‘negara bahari’, juga dikenal sebagai ‘negara kepulauan’
atau dalam bahasa asing disebut archipelagic state. Kata ‘kepulauan’ dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti suatu gugusan beberapa pulau atau
kumpulan pulau. Sehingga pengertian negara kepulauan sering diartikan sebagai
negara yang terdiri atas pulau-pulau yang dikelilingi oleh laut.
 Menurut A.B. Lapian pengertian negara kepulauan tidaklah sama dengan
pengertian negara bahari. Berdasarkan kamus Oxford dan Webster
kata archipelagic yang berasal dari kata ‘archipelago’ berasal dari bahasa Yunani
yang terdiri dari kata arc (besar, utama) dan pelagos (laut) berarti ‘laut utama’.
Dengan demikian archipelagic state harus diartikan sebagai negara laut utama
yang ditaburi pulau-pulau. bukan negara pulau-pulau yang dikelilingi laut (Lapian
2009:2).
 Pada Kongres Sejarah Nasional 1996, A.B. Lapian dalam makalahnya yang
berjudul “Laut, Pasar dan Komunikasi Antar-Budaya” menyatakan bahwa
konsep archipelagic state yang mengacu pada ‘negara kepulauan’ harus diganti
dengan konsep ‘negara bahari’. Konsep negara bahari yang dimaksud A.B. Lapian
adalah laut utama yang memiliki banyak pulau (Lapian 1996). Dengan demikian,
berdasarkan fakta geografis dan konsep yang dikemukakan oleh A.B. Lapian,
negara Indonesia dapat dikatakan Negara Bahari.
 Maritim adalah bagian dari disiplin ilmu arkeologi yang mengkhususkan kajian
pada persebaran okupasi dan kegiatan manusia, serta hubungannya di dalam
satuan-satuan ruang yang berkaitan dengan lingkungan berperairan/laut terbuka,
dengan tujuan memahami sistem teknologi, sistem sosial dan sistem permukiman
dari masyarakat masa lalu

D. Daftar Pustaka :

1. Tukiran Taniredja, (2010) Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta :


Bandung.
2. M. Syahri, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, Universitas
3. Noor MS Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014.

Anda mungkin juga menyukai