Anda di halaman 1dari 19

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai manusia sebagai makhluk berbudaya dan beradab. Akhirnya
kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan
semoga karya tulis ini bermanfaat untuk kami dan untuk pembaca.

                                                                                                                                                    
                                                                
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
2.1 Hakekat Manusia dan Budaya............................................................................. 2
2.2 Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan...................................... 5
2.3 Substansi (isi) Utama Budaya ............................................................................ 6
2.4 Manusia Sebagai Makhluk Budaya .................................................................... 7
2.5 Nilai-nilai Kebudayaan ....................................................................................... 8
2.6 Problematika Kebudayaan .................................................................................. 12
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 14
3.2 Saran ................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang


senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya
manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang
berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi
ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Dengan
berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Manusia
berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia menjalani hidup sesuai dengan adab-adab yang
diterapkan di lingkungan sekitar. Oleh karenanya, manusia harus bersosialisasi dan
memenuhi adab-adab yang telah disosialisasikan oleh orang-orang sebelumnya. Seiring
dengan perkembangan pengetahuan dan peradaban, terjadilah evolusi budaya yang
menyebabkan beberapa problematika yang harus kita kaji dan pikirkan bersama solusinya. 

1.2     Rumusan Masalah

1. Apa hakekat manusia dan budaya?


2.   Bagaimana hubungan manusia dan kebudayaan?
3. Adakah problematika dalam konteks hidup manusia sebagai makhluk berbudaya dan
beradab?

1.3    Tujuan Penulisan

Tujuan pembelajaran agar kita mampu memahami konsep-konsep dasar tentang


konsep manusia sebagai makhluk budaya, serta pemahaman konsep tersebut dijadikan dasar
pengetahuan dalam mempertimbangkan dan menyikapi berbagai problematika budaya yang
berkembang dalam masyarakat.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1      Hakekat Manusia dan Budaya

........................................... Sebelum kami memaparkan hubungan antara manusia dan budaya terlebih d
di paparkan pengertian atau defenisi dari manusia dan budaya itu sendiri.
a.        Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan
atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup
(living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan
secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan
vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala
seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia
menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana
timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk
membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia
membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan. Oleh
karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri

b.        Pengertian Budaya


..............................................Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta,
rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal
dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam
bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian
pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia
untuk mengolah dan mengubah alam. Budaya mempunyai tiga unsur yang berada dalam diri
manusia dan saling melengkapi satu sama lain dalam satu kesatuan kebudayaan seutuhnya.
Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.
a.      Cipta, adalah akal pikiran yang di milik oleh manusia, sehingga dengan akal pikiran tersebut
manusia dapat berkreasi menuangkan segala ide yang non kebendaan. Namun cipta yang ada
dalam diri manusia bersifat tidak universal dalam hal karya. Artinya dalam hal keterampilan
berkarya manusia tentu saja memiliki keahlian yang berbeda-beda satu sama lain, seseorang
yang terampil mengelola kayu menjadi barang-barang meubel belum tentu terampil dalam hal
olah vocal, begitupun seorang penyanyi yang mahir melantunkan lagu-lagu belum tentu
dalam hal merancang busana dan sebagainya.
b.      Rasa, adalah tanggapan atau reaksi perasaan ketiak melihat ataupun mendengar sesuatu satu
bentuk karya, tanggapan ini dapat berupa kepuasan, keterangan, kekaguman, kesedihan,
ketidakpuasan dan sebagainya. Selain di bekali kekuatan menciptakan manusia juga di
lengkapi dengan perasaan hingga hasil karya yang dibuatnya dapat bernilai seni tinggi.
Dengan adanya rasa yang di miliki oleh manusia maka sudah tentu ia dapat membedakan
mutu suatu karya cipta satu dengan yang lain.
c.       Karsa, adalah kehendak, dorongan atau motivasi yang lahir dari hasrat seseorang. Seseorang
yang memiliki keterampilan luar bisa dan perasaan yang begitu peka tidak akan berbuah apa-
apa jika tidak didasari keinginan dari orang tersebut. Karsa biasa saja berasal dari diri,
tersendiri atau bahkan dari orang lain yaitu berupa rangsangan atau pengaruh yang diterima
oleh daya nalar kita.

Ketiga unsur inilah yang mendasari manusia berbudaya, dengan adanya unsur-unsur
tersebut dalam diri manusia maka dapat di katakan bahwa manusia adalah makhluk yang
senantiasa memiliki kebudayaan. Antara manusia dan masyarakat serta kebudayaan ada
hubungan erat. Tanpa masyarakat, manusia dan kebudayaan tidak mungkin berkembang
layak. Tanpa manusia tidak mungkin ada kebudayaan, tanpa manusia tidak mungkin ada
masyarakat. Dalam diri manusia wujud kebudayaan ada yang rohani misalnya adat istiadat
dan ilmu pengetahuan. Ada yang jasmani misalnya rumah dan pakaian. Buku adalah
kebudayaan jasmani, akan tetapi isi buku adalah kebudayaan rohani. Ilmu pengetahuan
merupakan unsur kebudayaan universal yang rohani.
Sebagai insan yang berkebudayaan maka sepatutnya manusia menjaga citra di muka
bumi ini bahkan budaya telah menjadikan manusia sebagai makhluk beradab sekaligus telah
mengantar manusia ke kasta tertinggi makhluk-makhluk penghuni bumi yang lain yaitu
sebagai yang paling sempurna di bandingkan dengan yang lainnya.
Akan tetapi manusia sebagai makhluk budaya, budaya bukan berarti bahwa manusia
dibebaskan untuk berkarya apapun itu tanpa menilainya dari segi norma maupun hukum.
Budaya yang seperti ini adalah kebudayaan yang bersifat merusak dan sangat berbahaya bagi
keutuhan bangsa dan negara. Untuk itu diperlukan kesadaran manusia sebagai makhluk
budaya agar dalam berbudaya memang teguh norma-norma yang berlaku agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
Budaya bahkan dapat menambah rasa rasionalisme seseorang warga negara Indonesia
misalnya, memiliki kebudayaan yang amat sangat beraneka ragam bentuk dan ciri khasnya
yang tidak semua bangsa memilikinya. Hal ini tentu saja merupakan kebanggaan tersendiri
bangsa Indonesia yang akhirnya berimbas pada tingginya nasionalisme para warga negara.
Berikut pengertian budaya adalah kebudayaan dari beberapa ahli:
a.          E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain
serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat

b.         R. Linton, Kebudayaan dapat sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil
tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diterapkan oleh
anggota masyarakat lainnya.

c.          Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik
diri manusia dengan belajar.

d.         Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat

e.          Herkovitas, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.

Dengan demikian, kebudayaan menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia


baik material maupun non material. Sebagian besar ahli mengatakan kebudayaan seperti ini
kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang
mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju
tahapan yang lebih kompleks.
2.2      Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan

Tercipta adalah terwujudnya suatu kebudayaan sebagai hasil interaksi antara manusia
dengan segala isi alam raya ini. Manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan
pikirannya menjadikan mereka khalifah di muka bumi dan diberikan kemampuan yang
disebutkan oleh Supartono (dalam Rafael Raga Maran, 1999:36) sebagai daya manusia,
manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensi dan intuisi perasaan dan
emosi kemauan, fantasi dan perilaku.
Dengan sumber-sumber kemampuan daya manusia tersebut, nyatalah bahwa manusia
menciptakan kebudayaan ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan.
Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan.
Dengan kata lain, kebudayaan ada karena ada manusia penciptanya dan manusia dapat hidup
ditengah kebudayaan yang sebagai pendukungnya. Dialektika ini didasarkan pada pendapat
Peter dan Berger yang menyebutkan sebagai dialektika fundamental. Dialektika fundamental
ini terdiri dari tiga tahap; tahap eksternalisasi, tahap objektivasi, dan tahap internalisasi.
Tahap eksternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia secara terus menerus ke
dalam dunia melalui aktivitas fisik dan mental. Tahap objektivasi adalah tahap aktivitas
manusia menghasilkan suatu realita objektif, yang berada di luar diri manusia
Tahap internalisasi adalah tahap dimana realitas objektif hasil ciptaan manusia diserap
oleh manusia kembali, jadi adanya hubungan berkelanjutan antara realitas internal dengan
realitas eksternal.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia, bermacam-macam
kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun
kekuatan lain yang tidak selalu baik. Kecuali manusia yang memerlukan kepuasan baik di
bidang spiritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam
melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya sehingga kebudayaan memiliki peran
sebagai berikut:
a.      Suatu hubungan pedoman antara manusia atau kelompoknya
b.      Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain
c.       Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
d.     Pembeda manusia dengan binatang
e.      Sebagai modal dasar pembangunan

Manusia merupakan makhluk berbudaya, melalui akalnya manusia dapat


mengembangkan kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan
sebagai hasil ciptaannya.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai
macam kekuatan harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan
lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spritual maupun
materil.

2.3      Substansi (isi) Utama Budaya

Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide
dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada
masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan
hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
a.       Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, merupakan suatu
akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:
  Alam sekitar
  Alam flora di daerah tempat tinggal
  Alan fauna di daerah tempat tinggal
  Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya
  Tubuh manusia
  Sifat dan tingkah laku sesama manusia
  Ruang dan waktu

b.         Nilai
Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Keputusan nilai dapat menentukan sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik
atau buruk, religius atau sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa dan karsa manusia.Sesuatu
dikatakan mempunyai nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai
estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama). Prof. Dr. Notonagoro membagi
nilai menjadi tiga bagian yaitu:
- Nilai material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi manusia.
- Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan dan aktivitas
- Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang bisa berguna bagi rohani manusia.

c. Pandangan Hidup
Pandangan hidup adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipilih
secara selektif oleh individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup suatu bangsa
adalah kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya, dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.

2.4       Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya menciptakan kebudayaan mereka sendiri
dan melestarikannya secara turun menurun. Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu
ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Budaya tercipta dari kegiatan sehari
hari dan kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan
panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa dan arsitektur merupakan salah satu bentuk
kebudayaan yang dapat kita rasakan. Untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus
memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi
(tata nilai budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi.
Hommes mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu
masyarakat lain tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi
tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat budaya
masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena perbedaan-perbedaan tata
nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat asal teknologinya, isyarat-isyarat
tersebut dapat diartikan lain oleh masyarakat penerimanya.
Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal,
untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini.
Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang
bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digaris bawahi bahwa setiap kebudayaan akan
bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada
sesuai dengan tata aturan agama. JJ. Hoeningman membagi kebudayaan dalam 3 wujud :
1      Gagasan : Kebudayaan yang berbentuk kumpulan, ide, gagasan,nilai,norma, peraturan yang
sifatnya abstrak.
2      Aktivitas (tindakan) :  Wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat., sering disebut sebagai system sosial, yaitu aktivitas-aktivitas manusia
yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-
pola tertentu.sifatnya konkret dapat diamati.
3      Artefak ( karya) : Wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda yang dapat diraba dan dilihat.

2.5 Nilai-Nilai Kebudayaan

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu
kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat
dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi
atau sedang terjadi.
a.      Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ‘ethos’ yang berarti adat kebiasaan
atau akhlak yang baik. Etika adalah ilmu tentang kebiasaan perilaku yang baik . Kebudayaan
merupakan induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia dalam hidup
bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari kompleksitas unsur-unsur kebudayaan. Ukuran
etis dan tidak etis merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan
kebudayaan, yang didalamnya terdapat unsur etika, untuk bisa menjaga kelangsungan hidup.
Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjaga tata aturan hidup.

Etika dapat diciptakan, tetapi masyarakat yang beretika dan berbudaya hanya dapat
diciptakan dengan beberapa persyaratan dasar, yang membutuhkan dukungan-dukungan,
seperti dukungan politik, kebijakan, kepemimpinan dan keberanian mengambil keputusan,
serta pelaksanaan secara konsekuen. Selain itu dibutuhkan pula ruang akomodasi, baik lokal
maupun nasional di mana etika diterapkan, pengawasan, pengamatan, dan adanya pihak-
pihak yang memelihara kehidupan etika. Kesadaran etis bisa tumbuh karena disertai
akomodasi.

Etika (kesusilaaan) lahir karena kesadaraan akan adannya naluri-solidaritas sejenis pada
makhluk hidup untuk melestarikan kehidupannya,kemudian pada manusia etika ini menjadi
kesadaran sosial ,memberi rasa tanggungjawab dan bila terpenuhi akan menjelma menjadi
rasa bahagia.(A.A Djelantik,Estetika Sebuah Pengantar.hal-4).

Pada manusia yang bermasyarakat etika ini berfungsi untuk mempertahankan kehidupan
kelompok dan individu.Pada awalnya Etika dikenal pada sekelompok manusia yang sudah
memiliki peradaban lebih tinggi.Terdapat proses indrawi yang diperoleh secara visual dan
akustik(instrumental).

Keduanya (proses indrawivisual dan akustik) mengambil peran tambahan melakukan fungsi-
fungsi yang jauh lebih tinggi,bukan hanya melakukan fungsi vital , tetapi telah melibatkan
proses-proses yang terjadi dalam budi dan intelektualitas dan lebih bertujuan untuk memberi
pengetahuan dan kebahagiaan jasmani dan ruhani. .(A.A Djelantik,Estetika Sebuah
Pengantar.hal-3).

b.      Estetika

Estetika adalah ilmu yang menelaah dan membahas aspek-aspek keindahan sesuatu, yaitu
mengenai rasa, sifat, norma, cara menanggapi, dan cara membandingkannya dengan
menggunakan penilaian perasaan.

Istilah Estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 – 1762) melalui
beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.(Encarta Encyclopedia
2001, 1999) Baumgarten menggunakan istilah estetika untuk membedakan antara
pengetahuan intelektual dan pengetahuan indrawi. Dengan melihat bahwa istilah estetika baru
muncul pada abad 18, maka pemahaman tentang keindahan sendiri harus dibedakan dengan
pengertian estetik.

Berbudaya, selain didasarkan pada etika juga terkandung estetika di dalamnya. Jika etika
menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab, estetika membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang
bisa merasakannya .

Manfaat nilai etika dan estetika kebudayaan bagi kehidupan masyarakat adalah menyadari
bahwa mempertahankan dan menyelamatkan kebudayaan suatu daerah atau bangsa harus
diletakkan di paling awal . Dan menjadikan nilai kebudayaan sebagai acuan untuk menempuh
kehidupan masa depan masyarakat, dengan terus melakukan kontekstualisasi dan aktualisasi
pada berbagai dinamika zaman. Masyarakat harus bisa menyaring kebudayaan baru dengan
tetap memprioritaskan kebudayaan asal mereka jangan samapai kebudayaan kita hilang hanya
dikarenakan adanya budaya baru yang kita anggap lebih maju di banding budaya kita sendiri
dan agar menjadi masyarakat yang berbudaya.

c.       Moral

Moral adalah kebiasaan berbuat baik. Orang dikatakan bermoral apabila dapat
mewujudkan kodratnya untuk berbuat baik, jujur, dan adil dalam tindakannya.

Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki dua macam sistem budaya yang
sama-sama harus dipelihara dan dikembangkan, yakni sistem budaya nasional dan sistem
budaya etnik lokal. Sistem budaya nasional adalah sesuatu yang relatif baru dan sedang
berada dalam proses pembentukannya. Sistem ini berlaku secara umum untuk seluruh bangsa
Indonesia, tetapi sekaligus berada di luar ikatan budaya etnik lokal.

Nilai-nilai budaya yang terbentuk dalam sistem budaya nasional bersifat prospektif,
misalnya kepercayaan religius kepada Tuhan Yang Maha Esa; pencarian kebenaran duniawi
melalui jalan ilmiah; penghargaan yang tinggi atas kreativitas dan inovasi, efisiensi tindakan
dan waktu; penghargaan terhadap sesama atas dasar prestasinya lebih daripada atas dasar
kedudukannya; penghargaan yang tinggi kepada kedaulatan rakyat; serta toleransi dan
simpati terhadap budaya suku bangsa yang bukan suku bangsanya sendiri.

Nilai-nilai tersebut menjadi bercitra Indonesia karena dipadu dengan nilai-nilai lain dari
nilai-nilai budaya lama yang terdapat dalam berbagai sistem budaya etnik lokal. Kearifan-
kearifan lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pernbentukan jatidiri
bangsa secara nasional. Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya bangsa
memiliki akar. Budaya etnik lokal seringkali berfungsi sebagai sumber atau acuan bagi
penciptaan-penciptaan baru, seperti dalam bahasa, seni, tata masyarakat, dan teknologi, yang
kemudian ditampilkan dalam perikehidupan lintas budaya.

Kebudayaan di Indonesia sangat beragam karena memiliki banyak perbedaan antar


manusia yang berada di tanah inonesia, namun Indonesia mempunyai semboyan Bhineka
Tunggal Ika yang diartikan walaupun berbeda – beda tetapi tetap satu . pada setiap daerah
memiliki adat istiadat yang berbeda – beda pula, itulah yang membedakan aturan – aturan di
tiap daerah . seperti suku asmat di papua dengan pakaian khas bagi kaum laki laki yang
menggunakan koteka dan bahkan penduduknya  ada juga yang tidak memakai busana, tetapi
hal itu tidak di langgar karena sudah menjadi tradisi disana . apabila hal seperti itu ada di
daerah Jakarta sudah dapat dipastikan sudah melanggar  aturan hukum yang berlaku . Seperti
itulah mengapa peraturan di setiap daerah di Indonesia cukup beragam . budaya di Indonesia
sangat kuat karena adanya budaya yang turun – temurun dari nenek moyang hingga sekarang.
dan masih banyak acara adat di berbagai daerah untuk melestarikan budayanya masing –
masing daerah.

Perilaku manusia berbudaya adalah perilaku yang dijalankan sesuai dengan moral, norma-
norma yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah di setiap agama yang diyakini, Dan
sesuai dengan hukum Negara yang berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya
tidak menjalankan sikap-sikap atau tindakan yang menyinpang dari peraturan-peraturan baik
berupa norma- norma yang ada di masyarakat maupun hokum yang berlaku.

Oleh karena itu sifat manusia yang berbudaya itu yang harus dimiliki setiap manusia
khususnya bangsa Indonesia yang dikenali sebagai Negara yang besar dengan banyaknya
budaya yang dimiliki. Jadilah manusia yang memiliki budaya yang tinggi yang menjadikan
manusia tersebut sebagai manusia yang berbudaya dan tentu manusia yang berbudaya itu
pasti juga manusia yang berpendidikan, akan tetapi sebaliknya manusia yang berpendidikan
itu belum tentu dia manusia yang berbudaya. Banyak contoh di negara ini manusia yang
pintar atau berpendidikan yang melakukan banyak tindak kejahatan atau menyimpang
contohnya seperti korupsi. Itu semua terjadi karena mereka tidak menjadi manusia yang
berbudaya Dan akibatnya mereka tidak memiliki moral, kejujuran, Dan rasa tanggung jawab. 

Karena itu jadilah manusia yang berbudaya. Dengan menjadi manusia yang berbudaya
maka masyarakat akan memiliki sikap yang berakal budi, bermoral, sopan dan santun dalam
menjalani kehidupan diri sendiri ataupun berbangsa dan bernegara. Sikap Dan sifat manusia
yang berbudaya itu juga yang akan menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang besar yang
memiliki jati diri sendiri sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat.
2.6              Problematika Kebudayaan

Kebudayaan mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia


sebagai pemilik kebudayaan, dan adanya budaya dari luar yang teradang kita langsung
menerima dan menerapkan pada diri dan kehidupan kita tanpa berfikir panjang dengan resiko
efek ke kebudayan kita sendiri. Ini lah beberapa contoh problematika kebudayaan:

1.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Dalam hal ini, kebudayaan tidak dapat bergerak atau berubah karena adanya pandangan
hidup dan sistem kepercayaan yang sangat kental, karena kuatnya kepercayaan sekelompok
orang dengan kebudayaannya mengakibatkan mereka tertutup pada dunia luar dan tidak mau
menerima pemikiran-pemikiran dari luar walaupun pemikiran yang baru ini lebih baik
daripada pemikiran mereka. Sebagai contoh dapat kita lihat bahwa orang jawa tidak mau
meninggalkan kampung halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup
mereka umumnya miskin.
2.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang.
Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi dan sudut pandang ini
dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh dapat kita
lihat banyak masyarakat yang tidak setuju dengan program KB yang dicanangkan pemerintah
yang salah satu tujuannya untuk mengatasi kemiskinan dan kepadatan penduduk, karena
masyarakat beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
3.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.

Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam
sering mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk
bahwa ditempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup
mereka ditempat yang lama.

4.      Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.

Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan


masyarakat luar cendrung memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas, mereka seolah-olah
tertutup untuk menerima program-program pembangunan.

5.      Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.

Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa sehingga


menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki
secara turun-temurun.
6.      Sikap etnosentrisme.

Sikap etnosentris adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsa sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap seperti ini akan memicu timbulnya
pertentangan-pertentangan suku, ras, agama, dan antar golongan. Kebudayaan yang beraneka
ragam yang berkembang disuatu wilayah seperti Indonesia terkadang menimbulkan sikap
etnosentris yang dapat menimbulkan perpecahan.
BAB 3
PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka kami dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu:
     Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain
adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik,
benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran
dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Manusia sebagai
pencipta dan pengguna kebudayaan yaitu manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan
akal dan pikirannya menjadikan Khalifah di muka bumi dan diberikan kemampuan. Manusia
memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensi, intuisi, perasaan, emosi, kemauan,
fantasi, dan perilaku. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dan seiring dinamika
pergaulan manusia sebagai makhluk budaya tentunya akan menimbulkan berbagai problema
dalam kehidupan manusia

3.2      Saran


Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk menambah wawasan
dan sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
sebagai mana manusia yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah-makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, 2006. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. Kencana. Jakarta

Mustofa Ahmad, 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV. Pustaka Setia. Bandung

http://nadillaikaputri.wordpress.com/2012/10/21/manusia-sebagai-makhluk-budaya-3/

http://fandhy20.wordpress.com/2012/10/22/manusia-sebagai-makhluk-budaya/
TUGAS INDIVIDU TENTANG

Manusia sebagai makhluk budaya

DI SUSUN OLEH

Nadia kartika

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN (STIKes) AL- INSYIRAH PEKANBARU

Anda mungkin juga menyukai