2010 Mei - 06 Rini - Dwiastuti PDF
2010 Mei - 06 Rini - Dwiastuti PDF
(CARBOXYMETHYL CELLULOSE)
SEBAGAI GELLING AGENT DAN PROPILEN
GLIKOL SEBAGAI HUMEKTAN
DALAM SEDIAAN GEL SUNSCREEN EKSTRAK
KERING POLIFENOL TEH HIJAU
(CAMELLIA SINENSIS L)
Rini Dwiastuti
ABSTRACT
The aims of the research were to investigate the effect among
CMC, propylene glycol, and the interaction between CMC and
propylene glycol on the gel physical properties and stability of
green tea-polyphenol-dry extract sunscreen gel formulas. This
research was a pure experimental study based on factorial design
application. Four formulas were investigated, i.e. (1): CMC and
propylene glycol both in low level, (a): CMC in high level and
propylene glycol in low level, (b): CMC in low level and propylene
glycol in high level, (ab): CMC and propylene glycol both in high
level. They were evaluated for their physical properties parameter,
i. e. spreadability, viscosity, and viscosity shift of gel over 1 month
storage. Statistic analysis used was Yate’s treatment with 95% level
of confidence.
The result showed that CMC was dominant in determining gel
spreadability, gel viscosity, and viscosity shift of green tea-
polyphenol-dry extract sunscreen gel.
Keyword : extract polyphenol, CMC, propylene glycol, gel,
factorial design, sunscreen.
227
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
1. PENDAHULUAN
Senyawa yang memiliki sistem kromofor dan gugus auksokrom
mampu menyerap radiasi pada daerah ultra violet (Sastrohamidjodjo,
1991). Teh hijau mengandung senyawa polifenol (Bisset, 2001) yang
memiliki sistem kromofor dan gugus auksokrom, oleh karena itu
polifenol teh hijau dapat menyerap radiasi sinar UV. Pada pemakaian
topikal atau oral, polifenol teh hijau mampu memberikan
perlindungan terhadap sinar UV B yang dapat menyebabkan eritema
dan edema (Svobodova, Psotova, Walterova, 2003).
Dalam penelitian ini, gel sunscreen ekstrak kering polifenol teh
hijau dibuat dengan menggunakan CMC sebagai gelling agent dan
propilen glikol sebagai humektan. Gelling agent untuk kebutuhan
farmasi dan sediaan kosmetik harus bersifat inert, aman dan tidak
reaktif dengan komponen yang lain (Zath and Kushla, 1996). Bahan
aktif yang digunakan dalam sediaan gel sunscreen ekstrak kering
polifenol teh hijau adalah polifenol yang akan teroksidasi pada
suasana basa. Untuk menjaga kestabilan polifenol dibutuhkan kondisi
yang asam, sehingga sediaan gel sunscreen ekstrak kering polifenol
teh hijau harus dalam suasana asam. CMC dapat digunakan sebagai
gelling agent dalam sediaan gel dengan bahan aktif polifenol teh hijau
karena CMC memiliki stabilitas yang baik pada suasana asam
maupun basa (pH 2-10).
Propilenglikol digunakan sebagai humectant yang akan
mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga sifat fisik
dan stabilitas sediaan selama penyimpanan dapat dipertahankan.
Propilen glikol memiliki stabilitas yang baik pada pH 3-6 (Allen, 2002).
Oleh karena itu propilen glikol dapat digunakan sebagai humektan
dalam sediaan gel sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau.
Kualitas fisik sediaan gel dipengaruhi oleh komposisi bahan-
bahan yang digunakan. Gelling agent dan humektan merupakan
bagian yang sangat berpengar uh terhadap kualitas fisik dari
sediaan gel. Gelling agent akan membentuk jaringan struktural
yang merupakan faktor yang sangat penting dalam sistem gel (Zath
and Kushla, 1996). Humektan akan menjaga kestabilan sediaan gel
dengan cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan mengurangi
penguapan air dari sediaan. Selain menjaga kestabilan sediaan, secara
tidak langsung humektan juga dapat mempertahankan kelembaban
kulit sehingga kulit tidak kering (Harr y, 1982). Oleh karena itu
penggunaan gelling agent dan humektan perlu diperhatikan. Untuk
228
Rini Dwiastuti, Pengaruh Penambahan CMC ....
2. TINJAUAN PUSTAKA
Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh
(Camellia sinensis L.) melalui proses pengolahan tertentu. Secara
umum berdasarkan cara/proses pengolahannya, teh dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan
teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifasi enzim
oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan
cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas, sehingga
oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh mengandung
senyawa polifenol (Bisset, 2001). Teh juga mengandung sejenis
antioksidan yang bernama katekin yang merupakan flavonoid yang
termasuk dalam kelas flavanol. Pada daun teh segar kadar katekin
bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau mengandung katekin
yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit karena
katekin hilang dalam proses oksidasi (Hartoyo, 2003).
Gel adalah suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 1989).
Gel biasanya digunakan untuk diaplikasikan pada membran mukus
atau jaringan yang luka terbakar, karena gel memiliki kandungan
air yang tinggi yang dapat mengurangi iritasi (Klech, 1997).
Sunscreen mer upakan senyawa kimia yang menyerap atau
memantulkan radiasi sehingga melemahkan energi ultra violet
sebelum berpenetrasi ke kulit. Sunscreen dapat dibagi menjadi dua
yaitu chemical sunscreen dan physical sunscreen. Chemical sunscreen
bekerja dengan cara mengabsorbsi radiasi sinar ultra violet
(Stanfield, 2003).
Ekstraksi merupakan kegiatan menarik suatu zat yang dapat
larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor
yang mempengaruhi kecepatan ekstraksi adalah kecepatan difusi
zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan pengekstrak
dengan bahan yang mengandung zat tersebut (Anonim, 1986).
Senyawa dari golongan polifenol mudah larut dalam air. Untuk
senyawa yang hanya larut sedikit dalam air kepolarannya memadai
229
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
230
Rini Dwiastuti, Pengaruh Penambahan CMC ....
231
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
232
Rini Dwiastuti, Pengaruh Penambahan CMC ....
Gambar 1 a Gambar 1 b
Gambar :
1a. Grafik Hubungan antara CMC dan Daya Sebar Gel;
1b. Grafik Hubungan antara Propilen Glikol dan Daya Sebar Gel
Berdasarkan perhitungan desain faktorial pada daya sebar, efek
CMC lebih dominan dibandingkan propilen glikol dan interaksinya.
Secara kuantitatif, besar efek CMC adalah − 1,42 , efek propilen
glikol 0,13, dan efek interaksi CMC-propilen glikol 0,05 (tabel II).
Efek CMC bernilai negatif, hal ini berarti CMC akan memperkecil
daya sebar. Semakin banyak penggunaan CMC, maka daya sebar
semakin menurun. Efek propilen glikol dan interaksi bernilai positif,
hal ini berar ti propilen glikol akan meningkatkan daya sebar.
Semakin banyak penggunaan propilen glikol, maka daya sebar
semakin meningkat. Efek penur unan daya sebar gel dominan
disebabkan oleh penggunaan CMC, maka perlu perhatian pada
penambahan faktor CMC karena sedikit saja penambahan CMC akan
berakibat pada penurunan daya sebar.
233
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
234
Rini Dwiastuti, Pengaruh Penambahan CMC ....
Gambar 2 a Gambar 2 b
Gambar:
2 a. Grafik Hubungan antara CMC dan viskositas gel;
2.b. Grafik hubungan antara propilen glikol dan viskositas gel
Fenomena pada respon viskositas gel berbanding terbalik
dengan daya sebar, gambar 2a memperlihatkan penambahan CMC
menyebabkan peningkatan viskositas gel, baik pada penggunaan
propilen glikol level rendah maupun tinggi. Sebaliknya tampak pada
gambar 2b, peningkatan jumlah propilen glikol dalam formula
menyebabkan penurunan viskositas gel pada penggunaan CMC level
rendah maupun level tinggi.
Berdasarkan perhitungan desain faktorial, dominasi CMC dalam
menentukan viskositas gel tampak jelas, dibandingkan dengan efek
propilen glikol maupun efek interaksi (Tabel 2). Besar efek CMC
dalam menentukan viskositas gel adalah 376,66, efek propilen glikol
adalah |-73,34|, dan efek interaksi CMC-propilen glikol adalah |-13,34|.
Efek CMC bernilai positif, hal ini berarti CMC akan meningkatkan
viskositas gel. Semakin banyak penggunaan CMC, maka viskositas
gel akan meningkat. Efek propilen glikol bernilai negatif, hal ini
berarti penggunaan propilen glikol akan menurunkan viskositas gel.
Semakin banyak penggunaan propilen glikol, maka viskositas gel
akan menurun. Efek interaksi CMC-propilen glikol juga akan
menurunkan viskositas gel.
235
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
236
Rini Dwiastuti, Pengaruh Penambahan CMC ....
Gambar 3 a Gambar 3 b
Gambar:
3 a. Grafik Hubungan antara CMC dan Pergeseran Viskositas Gel;
3b. Grafik Hubungan antara Propilen Glikol dan Pergeseran Viskositas Gel
Perhitungan harga F yang diperoleh dari Yate’s treatment (tabel
V) untuk respon pergeseran viskositas memperlihatkan bahwa CMC
memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik. F hitung
diterima jika harga F hitung lebih besar dari F tabel. Harga F hitung
CMC lebih besar dari F tabel yaitu 4,5431. Harga F CMC paling
besar, hal ini menegaskan bahwa CMC merupakan faktor yang
dominan dalam menentukan respon pergeseran viskositas.
Viskositas gel dipengaruhi oleh konsentrasi gelling agent. Dalam
sistem gel, gelling agent bertanggung jawab terhadap terbentuknya
matriks gel. Selama penyimpanan matriks gel dapat mengalami
kerusakan yang menyebabkan perubahan viskositas gel. Oleh karena
itu, faktor dominan yang menentukan perubahan viskositas gel
ekstrak kering polifenol teh hijau adalah CMC (sebagai gelling agent).
237
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
5. KESIMPULAN
CMC mempunyai pengaruh yang dominan dalam menentukan
respon daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas.
6. UCAPAN TERIMAKASIH
Tim peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Dirjen DIKTI (melalui Task Force PHK A3 tahun 2007 Fakultas
Farmasi USD) yang telah banyak membantu dalam pembiayaan
penelitian ini.
2. Lucia Resty Wijayanti, yang telah membantu dalam pelaksanaan
proyek penelitian ini.
238
Rini Dwiastuti, Pengaruh Penambahan CMC ....
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V. Jr. 2002. The Ar t, Science, and Technology of
Pharmaceutical Compounding. 2nd Ed, 301-324. Washington,
D.C.: American Pharmaceutical Association.
Anonim, 1986. Sediaan Galenik. P.1-17. Jakar ta: Depar temen
Kesehatan RI.
Ansel, H. C. 1989. Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms.
P.313, Jakar ta: UI-Press.
Ar mstrong, N. A., and James, K. C. 1996. Phar maceutical
Experimental Design and Interpretation: Factorial design of
Experiment. P.131-165. USA: Taylor and Francis.
Bisset, N. G. 2001. Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals a
Handbook for Practice on a Scientific Basic With Reference
to German Commision E Monographs. 2 nd Ed., P.490-491.
London: CRC Press.
Bolton, S. 1997. Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical
Application. 3 rd Ed., P.308-337; P.532-574. New York: Marcel
Dekker, Inc.
Garg, A., Aggar wal, D., Garg, S., and Singla, A.K., 2002. Spreading
of Semisolid Formulation: An Update. Pharmaceutical
Te c h n o l o g y , September 2002. P. 8 4 - 1 0 2 ,
www.pharmtech.com.
Harr y, R. G. 1982. Harry’s Cosmeticology, The Principle and Practice
of Modern Cosmetics. 6 th Ed., P.306-320; P.702-705. London:
Leonard Hill Book.
Har toyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan Sebuah
Tinjauan Ilmiah. P.11-19. Yogyakar ta: Kanisius.
Kelch, C. M. 1997. Gels and Jellies, in Swarbrick, J., and Boylan, J.
C., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Vol. 6, P.424.
New York: Marcel Dekker, Inc.
Robinson, Trevor. 1991. The Organic Constituents of Higher Plants.
6 th edition. diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata,
P.193,208. Bandung: Penerbit ITB.
Sastrohamidjodjo, Hardjono. 1991. Spektroskopi, P.5-8. Yogyakar ta:
Liberty.
239
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
240