Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PENAMBAHAN CMC

(CARBOXYMETHYL CELLULOSE)
SEBAGAI GELLING AGENT DAN PROPILEN
GLIKOL SEBAGAI HUMEKTAN
DALAM SEDIAAN GEL SUNSCREEN EKSTRAK
KERING POLIFENOL TEH HIJAU
(CAMELLIA SINENSIS L)
Rini Dwiastuti

ABSTRACT
The aims of the research were to investigate the effect among
CMC, propylene glycol, and the interaction between CMC and
propylene glycol on the gel physical properties and stability of
green tea-polyphenol-dry extract sunscreen gel formulas. This
research was a pure experimental study based on factorial design
application. Four formulas were investigated, i.e. (1): CMC and
propylene glycol both in low level, (a): CMC in high level and
propylene glycol in low level, (b): CMC in low level and propylene
glycol in high level, (ab): CMC and propylene glycol both in high
level. They were evaluated for their physical properties parameter,
i. e. spreadability, viscosity, and viscosity shift of gel over 1 month
storage. Statistic analysis used was Yate’s treatment with 95% level
of confidence.
The result showed that CMC was dominant in determining gel
spreadability, gel viscosity, and viscosity shift of green tea-
polyphenol-dry extract sunscreen gel.
Keyword : extract polyphenol, CMC, propylene glycol, gel,
factorial design, sunscreen.

Rini Dwiastuti dosen Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas


Sanata Dharma. Alamat Korespondensi: Kampus III, Paingan, Maguwoharjo,
Yogyakarta. Email: rini_dwi@staff.usd.ac.id

227
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010

1. PENDAHULUAN
Senyawa yang memiliki sistem kromofor dan gugus auksokrom
mampu menyerap radiasi pada daerah ultra violet (Sastrohamidjodjo,
1991). Teh hijau mengandung senyawa polifenol (Bisset, 2001) yang
memiliki sistem kromofor dan gugus auksokrom, oleh karena itu
polifenol teh hijau dapat menyerap radiasi sinar UV. Pada pemakaian
topikal atau oral, polifenol teh hijau mampu memberikan
perlindungan terhadap sinar UV B yang dapat menyebabkan eritema
dan edema (Svobodova, Psotova, Walterova, 2003).
Dalam penelitian ini, gel sunscreen ekstrak kering polifenol teh
hijau dibuat dengan menggunakan CMC sebagai gelling agent dan
propilen glikol sebagai humektan. Gelling agent untuk kebutuhan
farmasi dan sediaan kosmetik harus bersifat inert, aman dan tidak
reaktif dengan komponen yang lain (Zath and Kushla, 1996). Bahan
aktif yang digunakan dalam sediaan gel sunscreen ekstrak kering
polifenol teh hijau adalah polifenol yang akan teroksidasi pada
suasana basa. Untuk menjaga kestabilan polifenol dibutuhkan kondisi
yang asam, sehingga sediaan gel sunscreen ekstrak kering polifenol
teh hijau harus dalam suasana asam. CMC dapat digunakan sebagai
gelling agent dalam sediaan gel dengan bahan aktif polifenol teh hijau
karena CMC memiliki stabilitas yang baik pada suasana asam
maupun basa (pH 2-10).
Propilenglikol digunakan sebagai humectant yang akan
mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga sifat fisik
dan stabilitas sediaan selama penyimpanan dapat dipertahankan.
Propilen glikol memiliki stabilitas yang baik pada pH 3-6 (Allen, 2002).
Oleh karena itu propilen glikol dapat digunakan sebagai humektan
dalam sediaan gel sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau.
Kualitas fisik sediaan gel dipengaruhi oleh komposisi bahan-
bahan yang digunakan. Gelling agent dan humektan merupakan
bagian yang sangat berpengar uh terhadap kualitas fisik dari
sediaan gel. Gelling agent akan membentuk jaringan struktural
yang merupakan faktor yang sangat penting dalam sistem gel (Zath
and Kushla, 1996). Humektan akan menjaga kestabilan sediaan gel
dengan cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan mengurangi
penguapan air dari sediaan. Selain menjaga kestabilan sediaan, secara
tidak langsung humektan juga dapat mempertahankan kelembaban
kulit sehingga kulit tidak kering (Harr y, 1982). Oleh karena itu
penggunaan gelling agent dan humektan perlu diperhatikan. Untuk

228
Rini Dwiastuti, Pengaruh Penambahan CMC ....

menentukan efek yang dominan antara CMC, propilen glikol dan


interaksi keduanya dalam menentukan respon yang diharapkan dapat
dilakukan dengan metode desain faktorial.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh
(Camellia sinensis L.) melalui proses pengolahan tertentu. Secara
umum berdasarkan cara/proses pengolahannya, teh dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan
teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifasi enzim
oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan
cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas, sehingga
oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh mengandung
senyawa polifenol (Bisset, 2001). Teh juga mengandung sejenis
antioksidan yang bernama katekin yang merupakan flavonoid yang
termasuk dalam kelas flavanol. Pada daun teh segar kadar katekin
bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau mengandung katekin
yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit karena
katekin hilang dalam proses oksidasi (Hartoyo, 2003).
Gel adalah suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 1989).
Gel biasanya digunakan untuk diaplikasikan pada membran mukus
atau jaringan yang luka terbakar, karena gel memiliki kandungan
air yang tinggi yang dapat mengurangi iritasi (Klech, 1997).
Sunscreen mer upakan senyawa kimia yang menyerap atau
memantulkan radiasi sehingga melemahkan energi ultra violet
sebelum berpenetrasi ke kulit. Sunscreen dapat dibagi menjadi dua
yaitu chemical sunscreen dan physical sunscreen. Chemical sunscreen
bekerja dengan cara mengabsorbsi radiasi sinar ultra violet
(Stanfield, 2003).
Ekstraksi merupakan kegiatan menarik suatu zat yang dapat
larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor
yang mempengaruhi kecepatan ekstraksi adalah kecepatan difusi
zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan pengekstrak
dengan bahan yang mengandung zat tersebut (Anonim, 1986).
Senyawa dari golongan polifenol mudah larut dalam air. Untuk
senyawa yang hanya larut sedikit dalam air kepolarannya memadai

229
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010

untuk diekstrak dengan baik menggunakan metanol, etanol, atau


aseton; dan metanol 80% merupakan pelarut yang sering dipakai
untuk ekstraksi flavonoid. Ekstraksi kembali larutan dalam air
dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air tetapi agak
polar bermanfaat untuk memisahkan golongan flavonoid dari
senyawa yang lebih polar seperti karbohidarat. Etil asetat merupakan
pelarut yang baik untuk menangani katekin dan protoantosianidin
(Robinson, 1991).
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu
teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon
dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari
analisis tersebut berupa persamaan matematika (Bolton, 1997).
Desain faktorial mer upakan desain yang digunakan untuk
mengevaluasi efek dari faktor yang dipelajari secara simultan dan
efek yang relatif penting dapat dinilai (Armstrong and James, 1996).
Desain faktorial digunakan dalam penelitian di mana efek dari faktor
atau kondisi yang berbeda dalam penelitian ingin diketahui (Bolton,
1997). Penelitian desain faktorial dimulai dengan menentukan faktor
dan level yang akan diteliti, serta respon yang akan diukur. Respon
yang diukur harus dapat diekspresikan secara numerik. Deskripsi
sifat (seperti besar, lebih besar, terbesar) dan nomor urut (seperti
menunjukan respon terbesar adalah 1, selanjutnya 2, dan seterusnya)
tidak dapat digunakan (Armstrong and James, 1996). Respon yang
diukur harus dapat dikuantitatifkan (Bolton, 1997). Penelitian desain
faktorial yang paling sederhana adalah penelitian dengan 2 faktor
dan 2 level (Armstrong and James, 1996). Desain faktorial dua level
berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor
diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi.
Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk
mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan
terhadap respon. Juga memungkinkan kita mengetahui interaksi di
antara faktor-faktor tersebut (Bolton, 1997; Voigt, 1995).
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat
percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan
jumlah faktor).

230
Rini Dwiastuti, Pengaruh Penambahan CMC ....

Rumusan yang berlaku:


Y = b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12 (XA)(XB) ................................. (8)
Dengan:
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
(XA)(XB) = level faktor A dan faktor B
b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
Dari rumus dan data yang diperoleh dapat dibuat contour plot suatu
respon tertentu yang sangat berguna dalam memilih komposisi
campuran yang optimum. Besarnya efek dapat dicari dengan
menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-
rata respon pada level rendah (Bolton, 1997).
CMC dengan konsentrasi 4% sampai 6% dapat digunakan
sebagai gelling agent. Gliserin dapat ditambahkan untuk mencegah
gel mengering. Presipitasi dapat terjadi pada pH kurang dari 2; stabil
pada pH antara 2-10, dengan stabilitas maksimum pada pH 7-9 (Allen,
2002). CMC larut dalam air dan campur dalam air dengan sedikit
alkohol dan gliserin. Gel basis air ini mudah untuk ditumbuhi
mikroba (Kelch, 1997). Propilen glikol dapat berfungsi sebagai
desinfektan, dan stabilizer. Propilen glikol stabil pada pH 3-6. Propilen
glikol secara umum merupakan material yang nontoksik, biasanya
digunakan dalam makanan, obat dan kosmetik. Penggunaan propilen
glikol yang melebihi batas maksimal dalam sediaan topikal dapat
menyebabkan iritasi (Allen and Emeritus, 1999).

3. BAHAN DAN METODE


Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah serbuk
teh hijau yang berasal dari salah satu produsen teh hijau di
Wonosobo, metanol (teknis), kloroform (teknis), etil asetat (teknis),
etanol (teknis), aquadest, CMC (farmasetis), propilen glikol
(farmasetis), metil paraben, asam sitrat (farmasetis), aseton p.a.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rancangan percobaan desain faktorial. Data yang diperoleh
dari uji sifat fisik gel yang meliputi daya sebar, viskositas, dan
perubahan viskositas dianalisis menggunakananalisis statistik Anova
Yates treatment.

231
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010

4. HASIL DAN DISKUSI


Untuk memenuhi syarat sediaan gel yang baik dan dapat
diterima masyarakat dapat dilihat dari sifat fisik dan stabilitas
fisiknya. Sifat fisik yang diukur adalah daya sebar gel dan viskositas
gel. Untuk stabilitas fisik bisa dilihat dari perubahan viskositas
gel selama penyimpanan satu bulan. Perubahan profil kekentalan
setelah satu bulan merupakan indikator ketidakstabilan sediaan
selama penyimpanan. Daya sebar gel diukur dengan cara mengukur
diameter paling panjang pada skala kaca bulat. Daya sebar yang baik
menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan pada kulit. Pengukuran
viskositas digunakan untuk melihat profil kekentalan gel dan
dilakukan dua kali, yaitu 48 jam setelah dibuat dan satu bulan setelah
pembuatan. Hasil pengukuran sifat fisis gel sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengukuran Sifat Fisik Gel
Formula Daya Sebar (cm) Viskositas (d Pa.s) Pergeseran Viskositas (%)
1 4,94 ± 0,15 196,67 ± 5,16 2,83 ± 1,58
a 3,47 ± 0,15 391,67 ± 7,53 1,99 ± 0,84
b 5,02 ± 0,07 166,67 ± 6,06 3,99 ± 2,45
ab 3,65 ± 0,04 348,33 ± 4,08 0,96 ± 1,17

Hasil perhitungan desain faktorial sifat fisik gel sebagai berikut:


Tabel 2. Efek CMC, Propilen Glikol, dan Interaksi
dalam Menentukan Sifat Fisik Gel
Efek Daya sebar Viskositas Pergeseran Viskositas
CMC |-1,42| 376,66 |-1,935|
Propilen glikol 0,13 l -73,34 l 0,13
Interaksi 0,05 l -13,34 l l – 1,095 l

4.1 Daya Sebar Gel


Pada respon daya sebar penambahan CMC menyebabkan
penurunan daya sebar gel yang diformulasikan dengan propilen
glikol level rendah maupun level tinggi (Gambar 1a). Respon

232
Rini Dwiastuti, Pengaruh Penambahan CMC ....

sebaliknya tampak pada gambar 1b di mana peningkatan jumlah


propilen glikol dalam formula menyebabkan peningkatan daya sebar
pada penggunaan CMC level rendah maupun level tinggi.

Gambar 1 a Gambar 1 b

Gambar :
1a. Grafik Hubungan antara CMC dan Daya Sebar Gel;
1b. Grafik Hubungan antara Propilen Glikol dan Daya Sebar Gel
Berdasarkan perhitungan desain faktorial pada daya sebar, efek
CMC lebih dominan dibandingkan propilen glikol dan interaksinya.
Secara kuantitatif, besar efek CMC adalah − 1,42 , efek propilen
glikol 0,13, dan efek interaksi CMC-propilen glikol 0,05 (tabel II).
Efek CMC bernilai negatif, hal ini berarti CMC akan memperkecil
daya sebar. Semakin banyak penggunaan CMC, maka daya sebar
semakin menurun. Efek propilen glikol dan interaksi bernilai positif,
hal ini berar ti propilen glikol akan meningkatkan daya sebar.
Semakin banyak penggunaan propilen glikol, maka daya sebar
semakin meningkat. Efek penur unan daya sebar gel dominan
disebabkan oleh penggunaan CMC, maka perlu perhatian pada
penambahan faktor CMC karena sedikit saja penambahan CMC akan
berakibat pada penurunan daya sebar.

233
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010

Tabel 3. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment pada Respon Daya Sebar


Source Degrees Sum Mean F
of Variation of Freedom of Squares Squares
Replicates 5 0,091 0,0182
Treatment 3 12,2304 4,0768
CMC 1 12,1126 12,1126 1081,4821
Propilen glikol 1 0,1001 0,1001 8,9375
Interaksi 1 0,0177 0,0177 1,5804
Experimental error 15 0,1677 0,0112
Total 23

Dari hasil perhitungan harga F yang diperoleh dari Yate’s


treatment (tabel lll) untuk respon daya sebar memperlihatkan bahwa
CMC dan propilen glikol mempunyai harga F hitung yang lebih besar
dari F tabel yaitu 4,5431. Oleh karena itu CMC dan propilen glikol
memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik. Harga F
hitung CMC paling besar, hal ini menegaskan bahwa CMC
merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon daya
sebar.
Salah satu faktor yang mempengaruhi daya sebar gel adalah
jumlah dan kekuatan matriks gel. Semakin banyak dan kuat matriks
gel maka daya sebar gel akan menurun. Dalam sistem gel yang
bertanggung jawab terhadap terbentuknya matriks gel adalah gelling
agent. Dengan kenaikan konsentrasi gelling agent akan menambah
dan memperkuat matriks gel (Zats and Kushla, 1996). Oleh karena
itu faktor dominan yang menentukan respon daya sebar adalah CMC.

4.2 Viskositas Gel


Pengar uh penambahan CMC dan propilenglikol terhadap
viskositas gel digambarkan pada gambar berikut:

234
Rini Dwiastuti, Pengaruh Penambahan CMC ....

Gambar 2 a Gambar 2 b
Gambar:
2 a. Grafik Hubungan antara CMC dan viskositas gel;
2.b. Grafik hubungan antara propilen glikol dan viskositas gel
Fenomena pada respon viskositas gel berbanding terbalik
dengan daya sebar, gambar 2a memperlihatkan penambahan CMC
menyebabkan peningkatan viskositas gel, baik pada penggunaan
propilen glikol level rendah maupun tinggi. Sebaliknya tampak pada
gambar 2b, peningkatan jumlah propilen glikol dalam formula
menyebabkan penurunan viskositas gel pada penggunaan CMC level
rendah maupun level tinggi.
Berdasarkan perhitungan desain faktorial, dominasi CMC dalam
menentukan viskositas gel tampak jelas, dibandingkan dengan efek
propilen glikol maupun efek interaksi (Tabel 2). Besar efek CMC
dalam menentukan viskositas gel adalah 376,66, efek propilen glikol
adalah |-73,34|, dan efek interaksi CMC-propilen glikol adalah |-13,34|.
Efek CMC bernilai positif, hal ini berarti CMC akan meningkatkan
viskositas gel. Semakin banyak penggunaan CMC, maka viskositas
gel akan meningkat. Efek propilen glikol bernilai negatif, hal ini
berarti penggunaan propilen glikol akan menurunkan viskositas gel.
Semakin banyak penggunaan propilen glikol, maka viskositas gel
akan menurun. Efek interaksi CMC-propilen glikol juga akan
menurunkan viskositas gel.

235
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010

Tabel 4. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment pada Respons Viskositas


Source Degrees Sum Mean F
of Variation of freedom of Squares Squares
Replicates 5 108 21,6
Treatment 3 221150 73716,6667
CMC 1 212816 212816 5551,726567
Propilen glikol 1 8066 8066 210,417574
Interaksi 1 268 268 6,932229
Experimental error 15 575 38,3333
Total 23

Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari Yate’s treatment


(tabel IV) untuk respon viskositas memperlihatkan bahwa CMC,
propilen glikol dan interaksi mempunyai harga F hitung yang lebih
besar dari F tabel yaitu 4,5431. Oleh karena itu CMC, propilen glikol
dan interaksi memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik.
Harga F hitung CMC paling besar, hal ini menegaskan bahwa CMC
mer upakan faktor yang dominan dalam menentukan respon
viskositas.
Viskositas gel dipengaruhi oleh konsentrasi dari gelling agent.
Peningkatan jumlah gelling agent dapat memperkuat matriks gel
sehingga menyebabkan kenaikan viskositas (Zats and Kushla, 1996).
Oleh karena itu dalam formula ini CMC dominant dalam menentukan
respon viskositas gel.

4.3 Perubahan Viskositas Gel


Penambahan CMC yang digunakan dalam formula, menyebabkan
perubahan viskositas gel kecil. Efek CMC|-1,96| paling besar jika
dibandingkan dengan efek propilen glikol (0,37) dan efek interaksi
CMC-propilen glikol |-1,13|. Efek CMC bernilai negatif, hal ini berarti
CMC akan menurunkan perubahan viskositas gel. Efek propilen
glikol bernilai positif, hal ini berarti propilen glikol akan meningkatkan
perubahan viskositas gel. Berdasarkan nilai efek tersebut maka CMC
merupakan faktor yang dominan dalam menentukan perubahan
viskositas gel.
Kur va yang terbentuk pada grafik hubungan pergeseran
viskositas - CMC saling berpotongan (gambar 3 a) menunjukkan

236
Rini Dwiastuti, Pengaruh Penambahan CMC ....

adanya interaksi antara CMC dan propilen glikol. Adanya sedikit


perubahan level pada CMC atau propilen glikol maupun keduanya
akan menyebabkan perubahan terhadap efek interaksi yang akan
menyebabkan mempengaruhi pergeseran viskositas gel.

Gambar 3 a Gambar 3 b
Gambar:
3 a. Grafik Hubungan antara CMC dan Pergeseran Viskositas Gel;
3b. Grafik Hubungan antara Propilen Glikol dan Pergeseran Viskositas Gel
Perhitungan harga F yang diperoleh dari Yate’s treatment (tabel
V) untuk respon pergeseran viskositas memperlihatkan bahwa CMC
memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik. F hitung
diterima jika harga F hitung lebih besar dari F tabel. Harga F hitung
CMC lebih besar dari F tabel yaitu 4,5431. Harga F CMC paling
besar, hal ini menegaskan bahwa CMC merupakan faktor yang
dominan dalam menentukan respon pergeseran viskositas.
Viskositas gel dipengaruhi oleh konsentrasi gelling agent. Dalam
sistem gel, gelling agent bertanggung jawab terhadap terbentuknya
matriks gel. Selama penyimpanan matriks gel dapat mengalami
kerusakan yang menyebabkan perubahan viskositas gel. Oleh karena
itu, faktor dominan yang menentukan perubahan viskositas gel
ekstrak kering polifenol teh hijau adalah CMC (sebagai gelling agent).

237
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010

Tabel 5. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment pada


Respons Pergeseran Viskositas
Source Degrees Sum Mean F
of Variation of freedom of Squares Squares
Replicates 5 14,9242 2,9848
Treatment 3 29,7004 9,9001
CMC 1 22,446 22,446 8,8800
Propilen glikol 1 0,0273 0,0273 0,0108
Interaksi 1 7,2271 7,2271 2,8592
Experimental error 15 37,9157 2,5277
Total 23

5. KESIMPULAN
CMC mempunyai pengaruh yang dominan dalam menentukan
respon daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas.

6. UCAPAN TERIMAKASIH
Tim peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Dirjen DIKTI (melalui Task Force PHK A3 tahun 2007 Fakultas
Farmasi USD) yang telah banyak membantu dalam pembiayaan
penelitian ini.
2. Lucia Resty Wijayanti, yang telah membantu dalam pelaksanaan
proyek penelitian ini.

238
Rini Dwiastuti, Pengaruh Penambahan CMC ....

DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V. Jr. 2002. The Ar t, Science, and Technology of
Pharmaceutical Compounding. 2nd Ed, 301-324. Washington,
D.C.: American Pharmaceutical Association.
Anonim, 1986. Sediaan Galenik. P.1-17. Jakar ta: Depar temen
Kesehatan RI.
Ansel, H. C. 1989. Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms.
P.313, Jakar ta: UI-Press.
Ar mstrong, N. A., and James, K. C. 1996. Phar maceutical
Experimental Design and Interpretation: Factorial design of
Experiment. P.131-165. USA: Taylor and Francis.
Bisset, N. G. 2001. Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals a
Handbook for Practice on a Scientific Basic With Reference
to German Commision E Monographs. 2 nd Ed., P.490-491.
London: CRC Press.
Bolton, S. 1997. Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical
Application. 3 rd Ed., P.308-337; P.532-574. New York: Marcel
Dekker, Inc.
Garg, A., Aggar wal, D., Garg, S., and Singla, A.K., 2002. Spreading
of Semisolid Formulation: An Update. Pharmaceutical
Te c h n o l o g y , September 2002. P. 8 4 - 1 0 2 ,
www.pharmtech.com.
Harr y, R. G. 1982. Harry’s Cosmeticology, The Principle and Practice
of Modern Cosmetics. 6 th Ed., P.306-320; P.702-705. London:
Leonard Hill Book.
Har toyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan Sebuah
Tinjauan Ilmiah. P.11-19. Yogyakar ta: Kanisius.
Kelch, C. M. 1997. Gels and Jellies, in Swarbrick, J., and Boylan, J.
C., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Vol. 6, P.424.
New York: Marcel Dekker, Inc.
Robinson, Trevor. 1991. The Organic Constituents of Higher Plants.
6 th edition. diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata,
P.193,208. Bandung: Penerbit ITB.
Sastrohamidjodjo, Hardjono. 1991. Spektroskopi, P.5-8. Yogyakar ta:
Liberty.

239
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010

Stanfield, Joseph W. 2003. Sun Protectans: Enhancing Product


F u n c t i o n a l i t y w i t h S u n s c r e e n s. I n S c h u e l l e r, R . ,
Romanowski, P., (Eds.), Multifunctional Cosmetics, P.145-
148. New York: Marcel Dekker Inc.
Svobodova, A., Psotova, J., dan Walternova, D. 2003. Natural
Phenolics in Prevention of UV-Induced Skin Damage (A
review), Biomed. Papers, P.147(2), P.137-145.
Voigt, R. 1995. Lehrbruch der Pharmazeutischen Tecnologie (Buku
Pelajaran Teknologi Far masi). Diterjemahkan oleh
S o e w a n d h i , S . N . d a n W i d i a n t o M . B . , P. 1 4 1 - 1 4 5 .
Yogyakar ta: Gadjah Mada University Press.
Zath, J. L., and Kushla, G. P., Gels, in Lieberman, H. A., Lachman,
L., and Schwatz, J. B. Pharmaceutical Dosage For m:
Dysperse System Vol. 2. 2 nd Ed, P.399-417. New York: Marcell
Dekker, Inc.

240

Anda mungkin juga menyukai