PENDAHULUAN
menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain
kimia, radiasi, panas, dan berperan dalam regulasi suhu tubuh (Florence dan
Siepmann, 2009) dan mendeteksi adanya rangsangan dari luar serta untuk
Kerusakan pada kulit dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satu di
antaranya adalah kontak antara kulit dengan panas. Kontak antara kulit dengan
panas dalam batas-batas temperatur dan waktu kontak tertentu masih dapat
ditoleransi, tetapi panas yang tinggi dan waktu kontak yang cukup lama dapat
jaringan kulit (Suratman, dkk., 1996). Luka bakar adalah suatu bentuk
panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Moenadjat, 2003).
bawah kulit tercakup masuk ke dalam aliran darah (Ansel, 1989). Absorpsi
perkutan meliputi: (a) disolusi obat dalam pembawanya, (b) difusi obat terlarut
dari pembawa ke permukaan kulit, dan (c) penetrasi obat melalui lapisan-
lapisan kulit, terutama lapisan stratum corneum. Tahap yang paling lambat
oleh karena itu, ini merupakan laju yang membatasi atau mengontrol permeasi.
kulit adalah: (1) konsentrasi obat terlarut, karena laju penetrasi sebanding
dengan konsentrasi; (2) koefisien partisi antara kulit dan pembawa, yang
merupakan ukuran afinitas relatif dari obat tersebut untuk kulit dan pembawa;
dan (3) koefisien difusi yang menggambarkan tahanan pergerakan obat melalui
molekul obat melalui barier pembawa dan pembatas kulit (Martin, dkk, 1993).
Pada umumnya, absorpsi perkutan dari bahan obat terdapat pada preparat
dermatologi seperti salep, krim, pasta, atau gel (Ansel, 1989). Salep adalah
sediaan setengah padat yang yang digunakan sebagai obat luar dan bahan obat
harus terdispersi homogen dalam dasar yang cocok (Ditjen POM, 1979). Krim
didefenisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe a/m
atau m/a yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terdispersi merata
dalam bahan dasar yang sesuai (Syamsuni, 2005). Pasta adalah dispersi bahan-
bahan serbuk yang tidak larut dengan konsentrasi tinggi (20 sampai 50%)
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi
oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari partikel kecil yang terpisah, maka
gel digolongkan sebagai sistem dua fasa. Gel fase tunggal terdiri dari
sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Ditjen POM, 1995). Gel
mengandung cairan dalam proporsi yang tinggi, biasanya air. Oleh karena itu,
gel cocok digunakan untuk luka bakar. Pada pemakaian obat secara topikal,
obat berdifusi dari pembawanya dan kontak dengan permukaan kulit (stratum
penampilan fisik, warna, bau, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut (Ansel,
1989). Penyimpanan gel baik dilakukan pada wadah yang tertutup baik, dalam
banyak tumbuh di seluruh Pasifik dan merupakan salah satu sumber obat
yang selalu hijau ini asli dari Asia (Indonesia) sampai Australia. Mengkudu
Mengkudu ditemukan tumbuh alami pada tanah kering atau dataran rendah
yang hampir mendekati garis pantai, atau sebagai spesies penting di hutan
maupun modern, termasuk akar dan kulit batang (pewarna, obat), batang (kayu
api, perkakas), dan daun dan buah (makanan, obat). Penggunaan sebagai obat
walaupun kebanyakan dari manfaat ini belum didukung secara ilmiah (Nelson,
2006).
polar yang memiliki sifat seperti sabun. Hal ini dibuktikan dengan
kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka
antioksidan (Nelson, 2006) dan sebagainya, yang diperoleh dari sari mengkudu
maupun ekstrak daun mengkudu. Sehingga dalam hal ini, peneliti mencoba
mengkudu.
sediaan gel yang baik yang mengandung ekstrak buah mengkudu dan meneliti
1.3 Hipotesis
yang baik.