Anda di halaman 1dari 5

Nama : Indah Nur Isnaeni

NIM : 041711333056
SUMMARY CHAPTER 6
AUDIT FORENSIC: FRAUD PREVENTION
Prevention Environment
Kunci kesuksesan mencegah fraud adalah dengan melihat budaya perusahaan dan
mencoba untuk mengubahnya jika diperlukan.
Corporate Governance Structure 
Penelitian menunjukkan lemahnya ​corporate governance ​menyebabkan banyak
terjadinya fraud. Tujuh puluh dua persen kasus mengidentifikasi chief executive officer
(CEO), dan 43 persen menyebut chief financial officer (CFO) terlibat dengan penipuan.
Kelemahan dari laporan yang telah dirangkum sebagai berikut : 
● Board members yang tidak independen. 
● Board yang didominasi dari pihak dalam. 

● Board members dengan pemegang saham terbanyak. 


● Board members dengan pengalaman yang sedikit. 
● Board dan komite audit yang tidak bertemu. 
● Anggota komite audit yang mengetahui sedikit tentang keuangan dan auditing. 
● Dan lain-lain. 
Komite audit bertanggung jawab mengimplementasikan sistem ​whistleblower​. SOX
juga memerlukan komite audit untuk meng-​hire​ perusahaan audit eksternal. 
Tone at the Top
Jika manajer utama, dan dewan direksi di mana terus berbicara tentang penipuan,
mengkomunikasikan kebijakan penipuan, dan mendorong semua orang untuk terlibat dalam
mencegah dan mendeteksi penipuan, maka perusahaan pada akhirnya akan mengembangkan
budaya anti fraud. Tanpa penekanan dan dukungan kunci manajemen, hampir tidak mungkin
memiliki budaya seperti itu. Dengan kata lain, gaya kepemimpinan juga berpengaruh dalam
mengatur organisasi. Hal tersebut berguna untuk mencegah fraud.
Realistic Financial Goals
Elemen umum lain dari penipuan utama adalah tujuan yang terlalu optimal yang
ditetapkan untuk kinerja perusahaan. Tekanan dan tujuan keuangan yang tidak realistik dapat
menciptakan salah satu fraud triangle.
Policies and Procedures
Budaya anti-fraud dalam mencegah fraud dapat diciptakan dengan kebijakan fraud
dan prosedur berdasarkan kebijakan tersebut. Tetapi kebijakan tersebut tidak dapat berjalan
sendiri melainkan harus ada komunikasi tentang kebijakan tersebut. Untuk mencapai
kesuksesan kebijakan tersebut perlu adanya monitoring dan ​compliance​. Memiliki budaya
anti fraud yang efektif, perusahaan harus memiliki kebijakan dan prosedur yang:
● Bisa menentukan penipuan
● Menjelaskan publikasi dan komunikasi kebijakan
● Menjelaskan implementasi kontrol untuk anti fraud
● Jelaskan pelatihan
● Menjelaskan langkah-langkah audit penipuan proaktif
● Menjelaskan pengujian kontrol anti fraud
● Tentukan kebijakan dan prosedur investigasi
● Jelaskan tindakan yang diambil dalam audit penipuan
● Jelaskan analisis bukti
● Jelaskan resolusi untuk penipuan
● Menjelaskan prosedur pelaporan insiden
Perception of Detection
Persepsi deteksi adalah pengalaman peradilan pidana, ahli kejahatan mengatakan
pencegahan terbaik untuk kejahatan, termasuk penipuan. Cara untuk meminimalkan fraud
adalah dengan menemukan manfaat dan biaya. Beberapa cara untuk meningkatkan persepsi
deteksi meliputi: 
1. Surveillance.​ ​Dengan adanya bukti cek yang masuk lewat email atau dengan adanya
kamera. 
​ nonymous Tips​. ​Sistem ini berguna ketika ada sesuatu yang mencurigakan. 
2. A
​ urprise Audit​. Surprise audit​ dapat menciptakan persepsi deteksi. 
3. S
​ rosecution.​ ​Menuntut seseorang mengirimkan pesan yang kuat tentang persepsi
4. P
deteksi. 
5. Enforcement of Ethics and Fraud Policies.​ F
​ ilosofi yang sama berlaku untuk
kepatuhan terhadap kebijakan fraud, kebijakan etika, dan kebijakan perusahaan dalam
menangani fraud. 
6. C
​ atch Me If You Can!​ ​Pengukuran deteksi dengan menangkap pencuri,
menghakiminya, dan mempublikasi perbuatannya.
Classic Approach
Review dari pendekatan klasik untuk pengurangan pencurian pada karyawan, fraud,
dan penggelapan membantu dalam mengembangkan pencegahan dan pengendalian fraud
yang efektif program. Berikut adalah pendekatan klasiknya : 
1. Pendekatan direktif. Pendekatan direktif bersifat konfrontatif dan otoriter. ‘‘Don’t
steal. If you do, and we catch you, you’ll be fired.’’ Jika penipuan terjadi dan
terdeteksi, manajemen akan mungkin memecat karyawan — dan mungkin tidak akan
menuntut penipu.
2. Pendekatan pencegahan. Dalam pendekatan pencegahan, penipu potensial dilihat
menggunakan berbagai cara, termasuk pemeriksaan latar belakang catatan kriminal.
Kontrol internal dapat digunakan dalam pendekatan pencegahan. Yaitu, pemisahan
tugas dapat meminimalisir risiko penipuan setidaknya ke titik di mana manajemen
harus mengesampingkan kontrol atau orang harus berkolusi untuk melakukan
penipuan, yang selalu merupakan kemungkinan.
3. P
​ endekatan detektif. Dalam pendekatan detektif, manajemen mengatur kontrol

akuntansi dan fungsi audit internal untuk memantau potensi fraud. Fungsi audit
internal secara berkala memverifikasi legitimasi transaksi dan menegaskan
keberadaan aset.
4. Pendekatan observasi. Pendekatan observasi bergantung pada pengamatan fisik aset
dan karyawan. Manajemen memantau perilaku karyawan untuk perilaku atau aktivitas
yang mencurigakan.
5. P
​ endekatan investigasi. Berdasarkan hasil investigasi dan menindaklanjuti
ketidaksesuaian. Misalnya, entitas akan menindaklanjuti dugaan pencurian. Untuk
yang tidak menguntungkan, atau varians tertentu yang menguntungkan dalam
persediaan, barang, bahan, persediaan, dan biaya produk, entitas akan menindaklanjuti
untuk menentukan sifat dan tingkat kerugian dan siapa pelakunya mungkin.
6. Pendekatan asuransi. Pendekatan ini tergantung pada cakupan asuransi yang memadai
untuk menutupi kerugian yang mungkin terjadi karena fraud.
Other Prevention Measures
Di luar pengukuran pencegahan umum (lingkungan, budaya, dan perusahaan),
pengukuran pencegahan khusus dapat digunakan untuk meminimalkan fraud. Karyawan
kunci — mereka yang memiliki kendali atau akses atas aset berharga seperti uang tunai atau
cek-perlu menjadi objek pengukuran pencegahan dan pencegahan fraud. Suatu entitas harus
mempertimbangkan pengukuran pencegahan yang sesuai yang akan membuat karyawan
bertanggung jawab atas penanganan aset berharga. 
● Background Checks.​ Salah satu langkah pencegahan yang berpotensi efektif adalah
menggunakan pemeriksaan latar belakang untuk karyawan utama. Pemeriksaan latar
belakang dapat mengungkapkan catatan kriminal dan/atau utang yang tinggi. Salah
satu dari mereka bisa menjadi pembenaran untuk tidak mempekerjakan orang
tersebut.
● Regular Audits.​ Fakta bahwa auditor melakukan pemeriksaan secara teratur dapat
berfungsi sebagai langkah pencegahan. Meskipun secara alami audit reguler adalah
detektif, mereka dapat meningkatkan persepsi deteksi dan dengan demikian berfungsi
sebagai tindakan pencegahan. 
● Pengendalian Internal. Other Internal controls include:
a. Prosedur otorisasi yang tepat
b. Dokumentasi, rekaman, dan jejak audit yang memadai
c. Kontrol fisik atas aset dan rekaman
d. Pemeriksaan independen pada kinerja
e. Pemantauan kontrol
● Invigilation

Accounting Cycles
Salah satu cara untuk mengatasi langkah-langkah pencegahan adalah memeriksa
siklus akuntansi. Beberapa contoh untuk mengilustrasikan langkah-langkah pencegahan yang
mungkin terpengaruh sebagai berikut: 
1. Generalizations 

Ukuran organisasi adalah salah satu faktor penting yang harus


dipertimbangkan dalam pengendalian fraud. Ukuran sangat mempengaruhi pemisahan
tugas, area penting untuk pencegahan dan deteksi fraud. 
2. Siklus Penjualan 
Salah satu skema umum dalam siklus penjualan adalah ​lapping​. Dua langkah
pencegahan ​lapping​ adalah: (1) rotasi tugas dan (2) pengambilan cuti liburan.
Pemisahan tugas dapat membantu mencegah penipuan seperti pencurian dan
penghapusan skema. 
3. Siklus Pembelian 
Dalam siklus pembelian, persentase penipuan tertinggi seperti ​fraudulent
disbursements. 
4. Siklus Penggajian 
Dalam siklus penggajian, skema umum yang perlu dipertimbangkan
termasuk​ ghost employees​. Sebuah pihak independen dapat digunakan untuk
menambah karyawan ke file penggajian resmi padahal tidak ada di file HR. Rotasi
tugas dan cuti liburan pada manajer penggajian merupakan ukuran pencegahan yang
baik.

Anda mungkin juga menyukai