Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF

“KONSEP FRAUD DETERRENCE”

KELOMPOK 4:

1. Ni Kadek Ayu Seriani 1733121008


2. Ni Luh Gede Sintya Ningsih 1733121009
3. Ni Kadek Lina Prismayanti 1733121013
4. Ni Kadek Ayu Sri Purwati 1733121019
5. Ni Nyoman Novita Dewi 1733121027
6. Ni Made Dika Wati 1733121044

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WARMADEWA

2020
KONSEP FRAUD DETERRENCE
A. Definisi Fraud Deterrence
Fraud deterrence (pencegahan penipuan) adalah identifikasi proaktif dan penghapusan
kausal dan factor-faktor yang memungkinkan fraud. Pencegahan fraud didasarkan pada
premis bahwa fraud bukan kejadian acak, fraud terjadi dimana kondisinya tepat untuk
terjadi. Pencegahan fraud menyerang akar dari penyebab dan memungkinkan terjadi
fraud, analisis ini dapat mengungkapkan peluang fraud potensial dalam proses, tetapi
dilakukan pada premis bahwameningkatkan prosedur organisasi untuk mengurangi atau
menghilangkan faktor penyebabfraud adalah pertahanan terbaik terhadap fraud tunggal.
Pencegahan fraud melibatkan baik jangka pendek ( prosedural ) dan jangka panjang
inisiatif ( budaya ) .
Pencegahan fraud tidak mendeteksi fraud sebelumnya, dan ini seringmembingungkan.
Deteksi fraud melibatkan penelaahan transaksi historis untukmengidentifikasi indikator
transaksi yang tidak sesuai. Pencegahan melibatkan analisiskondisi dan prosedur yang
mempengaruhi kemungkinan terjadi fraud. Pada dasarnya, melihatapa yang bisa terjadi di
masa depan mengingat definisi proses di tempat dan orang-orang yang beroperasi adalah
proses. Pencegahan adalah tindakan pencegahan untuk mengurangi factor-faktor input.
Sebuah analogi ilustratif akan pencegahan api dan respon. Pengukuranuntuk pencegahan
yaitu:
1. Fire Extinguisher = Remediation
a. Kejadiannya telah terjadi.
b. Meminimalkan kerusakan dengan cepat mengendalikan api.
c. Semakin lama waktu respon, semakin besar kerusakan yang akan terjadi.
2. Smoke Detector = Early detection
a. Dirancang untuk menjadi deteksi dini.
b. Tidak mendeteksi apapun sampai benar-benar terjadi.
c. Pada saat detektor diaktifkan, telah timbul api.
3. Removal of Causal Factor = Deterrence
a. Penghapusan bahan yang mudah terbakar.
b. Penghapusan sumber api (misalnya, tidak mengizinkan merokok, mudah terbakar
jauh dari sumber api seperti pemanas air).
c. Meningkatkan kesadaran risiko kebakaran (misalnya, Smokey Bear).

Terdapat 3 faktor yang selalu muncul pada setiap terjadinya fraud yang biasa
digambarkan dengan segitiga fraud yaitu:
1. Motive. Kebutuhan untuk menyalahgunakan asset.
2. Rationalization. Pola piker pelaku yang memungkinkan untuk melakukan Tindakan
yang salah.
3. Opportunity. Situasi (biasanya kelemahan pengendalian) yang memungkinkan
terjadinya fraud.

Prosedur pemeriksaan pencegahan fraud dan terkait fraud secara inheren, seperti
yang dijelaskan, analisis pencegahan akan mengarah langsung ke prosedur pemeriksaan
ketika peluang fraud diidentifikasi. Demikian juga, dimana fraud telah ditemukan,
prosedur pencegahan yang sesuai untuk mengidentifikasi kelemahan pengendalian
tambahan dalam sebuah organisasi dikenal dengan kegagalan pengendalian. Pada intinya,
kegiatan diskrit tetapi terkait menjawab pertanyaan yang sering diajukan oleh manajemen
Ketika fraud ditemukan: “Apa pelaku lolos dengan (pemeriksaan), dan siapa lagi dalam
organisasi bisa melakukan ini (pencegahan)?” Tentu saja, kegiatan pencegahan fraud
akan menyediakan peta organisasi yang jelas yang akan memprioritaskan proses untuk
kegiatan deteksi berdasarkan hasil evaluasi kelemahan pengendalian.
Sementara pencegahan bersifat preventif, ada masalah semantik dengan mengacu
pada “pencegahan fraud”. Pencegahan bisa berarti penghapusan lengkap risiko, yang
tidak mungkin dalam kasusu fraud. Risiko fraud tidak dapat sepenuhnya dihilangkan,
untuk mencoba melakukannya membutuhkan biaya yang mahal, karena biaya
penambahan pengendalian internal untuk mengurangi risiko fraud akan secara dramatis
lebih besar daripada pengurangan tambahan dalam potensi kerugian fraud. Selain itu,
penerapan penambahan pengendalian internal cenderung menurunkan proses fungsi dan
efisiensi.
B. Aktivitas Pengendalian Akan Mempengaruhi Budaya Pengendalian
Kegiatan pencegahan fraud secara langsung mempengaruhi prosedur
pengendalian internal, tetapi proses pencegahan fraud secara tidak langsung akan
meningkatkan budaya pengendalian organisasi. Sebagai tindakan yang diambil untuk
mengidentifikasi kelemahan pengendalian dan kesempatan untuk fraud, karyawan
organisasi akan menjadi kurang mungkin untuk melakukan fraud. Hal ini sulit untuk
merasionalisasi fraud itu “bukan masalah besar” Ketika jelas pencegahan fraud
merupakan keharusan manajemen. Selain itu, kegiatan pencegahan akan menghasilkan
kesadaran yang lebih besar bahwa manajemen melihat proses bisnis untuk meningkatkan
struktur pengendalian, termasuk proses pengawasan pengendalian, sehingga ada
kemungkinan bahwa setiap kegiatan akan terdeteksi adanya Tindakan fraud.

C. Pencegahan Fraud Sebagai Alat Manajemen Bisnis


Banyak manajemen saat ini percaya bahwa pencegahan fraud bukanlah alat
manajemen melainkan pendekatan yang hanya berfokus pada pengamanan asset.
Sementara praktek semacam ini merupakan ajaran utama pencegahan fraud hanyalah
sebuah alat untuk menilai keamanan asset dalam suatu perusahaan, melainkan
menyediakan sarana yang efisiensi dan efektivitas organisasi dapat ditingkatkan.
Pencegahan fraud, pada intinya merupakan perbaikan proses dan alat monitoring. Ketika
diimplementasikan dengan sukses dalam sebuah perusahaan, karyawan, pelanggan, dan
pemegang saham dapat menuai keuntungan bahwa tersedianya pencegahan fraud.
Prosedur pencegahan fraud menyediakan peta komprehensif arsitektur
pengendalian internal organisasi, termasuk penilaian efektivitas operasi. Perangkat
kebijakan, prosedur, standar komunikasi, system, dan harapan prilaku memastikan bahwa
proses beroperasi secara efisien dan efektif dalam organisasi, dan bahwa tujuan organisai
tercapai. Sementara menjaga asset dan mencapai laporan keuangan yang akurat tentu dua
tujuan utama, ada sejumlah tambahan manfaat besar yang diberikan kepada organisasi
melalui prosedur pencegahan fraud.
Kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi dapat dicegah dengan cara-cara berikut:
1. Membangun struktur pengendalian internal yang baik
Dalam memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO (The Committee of
Sponsoring Organizations of The Treadyway Commission) pada bulan September
1992 memperkenalkan suatu rerangka pengendalian yang lebih luas daripada model
pengendalian akuntansi yang tradisional dan mencakup manajemen risiko, yaitu
pengendalian intern terdiri atas 5 (lima) komponen yang saling terkait yaitu:
a. Lingkungan pengendalian (control environment) menetapkan corak suatu
organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern,
menyediakan disiplin dan struktur.
Lingkungan pengendalian mencakup:
1) Integritas dan nilai etika
2) Komitmen terhadap kompetensi
3) Partisipasi dewan komosaris atau komite audit
4) Filosofi dan gaya operasi manajemen
5) Struktur organisasi
6) Pemberian wewenang dan tanggungjawab
7) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
b. Penaksiran risiko (risk assessment) adalah identifikasi entitas dan analisis
terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar
untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut:
1) Perubahan dalam lingkungan operasi
2) Personel baru
3) System informasi yang baru atau diperbaiki
4) Teknologi baru
5) Lini produk, produk atau aktivitas baru
6) Operasi luar negeri
7) Standar akuntansi baru
c. Standar pengendalian (control activities) adalah kebijakan dari prosedur yang
membantu mnjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
Kebijakan dan prosedur yang dimaksud berkaitan dengan:
1) Penelaahan terhadap kinerja
2) Pengolahan informasi
3) Pengendalian fisik
4) Pemisahan tugas
d. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan
pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu yang memungkinkan orang
melaksanakan tanggungjawab mereka. System informasi mencakup system
akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat,
mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas dan untuk memelihara
akuntabilitas bagi aktiva, utang dan ekuitas. Komunikasi mencakup penyediaan
suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan
pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.
e. Pemantauan (monitoring) adalah proses menentukan mutu kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi
pengendalian yang tepat waktu dan pengendalian Tindakan koreksi.
2. Mengevektifkan aktivitas pengendalian
a. Review kinerja
b. Pengolahan informasi
c. Pengendalian fisik
Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamana fisik aktiva, penjagaan
yang memadai terhadap fasilitas yang terlindungi dari akses terhadap aktiva dan
catatan; otorisasi untuk akses ke program computer dan data files; dan
perhitungan secara periodic dan pembandingan dengan jumlah yang tercantum
dalam catatan pengendali.
d. Pemisahan tugas
Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk memberikaan
otorisasi, pencatatan transaksi, menyelenggrakan penyimpanan aktiva ditujukan
untuk mengurangi kesempatan bagi seseorang dalam posisi baik untuk berbuat
kecurangan dan sekaligus menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam
menjalankan tugasnya dalam keadaan normal.
3. Meningkatkan budaya organisasi
a. Keadilan
b. Transparansi
c. Akuntabilitas
d. Tanggungjawab
e. Moralitas
f. Kehandalan
g. Komitmen
4. Mengefektifkan fungsi audit internal
Walaupun internal auditor tidak dapat menjamin bahwa kecurangan tidak akan
terjadi, namun ia harus menggunakan kemahiran jabatannya dengan seksama
sehingga diharapkan mampu mendeteksi terjadinya kecurangan dan dapat
memberikan saran-saran yang bermanfaat kepada manajemen untuk mencegah
terjadinya kecurangan.

D. Kasus Fraud Deterrence


Berikut adalah contoh-contoh kasus penipuan dengan modus investasi bodong yaitu
sebagai berikut:
1. Kedok Investasi Dengan Mengatasnamakan Badan Usaha
Jenis penipuan berkedok investasi ini boleh jadi merupakan penipuan yang lebih
elit dan lihai, dikarenakan penipu yang menggunakan cara ini meminjam nama
perusahaan. Sekarang ini, banyak penipu-penipu berkedok investasi yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT) dan memiliki alamat dan nomor telepon kantor yang sesuai
dengan catatan di Google Maps. Agar lebih meyakinkan, para penipu ini
“membonceng” nama otoritas pemerintah, semacam menempel stiker atau gambar
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada nama perusahaannya, sehingga kita yang tidak
mengerti akan tergiring untuk masuk ke dalam perangkapnya.
Berikutnya, mereka akan menawarkan investasi dengan jumlah return yang tidak
biasa, biasanya lebih dari 200% return. Agar lebih lancar dalam melaksanakan aksi
brutalnya, biasanya penipu akan membumbui kata-kata yang membuat kita harus
“segera” berinvestasi pada mereka. Lagipula, mereka memiliki label PT dan
“meminjam” otoritas pemerintah yang (kelihatannya) terkait, bagaimana mungkin
kita tidak memercayainya? Namun, justru dari sinilah kita mengalami kebohongan
yang sebenarnya. Begitu kita setorkan biaya investasi, tanpa sadar mereka menyedot
uang kita rupiah demi rupiah. Ketika kita tanya mengenai imbal hasil atau return yang
mereka janjikan, alasannya bermacam-macam dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Ada pula beberapa PT penipu yang begitu sampai pada
jangka waktu yang mereka janjikan, mereka justru menyatakan diri bangkrut. Lebih
lanjut, mereka membuat para korban investasi bodong mereka gigit jari dengan
menutup sekalian perusahaan mereka.
2. Penipuan “Teman Berjalan”
Kasus penipuan dengan modus investasi satu ini merupakan kasus penipuan yang
sering terjadi di lingkungan kita selama kurang lebih 5-7 tahun terakhir ini. Yang
dimaksud dengan “teman berjalan” adalah promosi menyebar promosi, di mana
korban akan dipaksa menyetor uang kepada korban, dan korban lagi, dan korban lagi.
Sampai benar-benar kapok. Dalam menjalankan penipuan semacam ini, penipu akan
menyamarkan lewat berbagai macam cara. Mengingat saat ini sedang demam kerja
online yang menghasilkan uang, maka ini akan menjadi celah untuk penipu yang
hendak menjalankan penipuan berkedok investasi “teman berjalan”.
Misalnya, bisa saja penipu mengatakan sesuatu seperti “Kerja gampang,” atau
“Kerja online mudah” dengan janji menghasilkan uang yang tidak masuk akal, seperti
9 juta rupiah per hari. Di lain kesempatan dan media, tanpa sepengetahuan kita,
penipu akan “memasarkan” investasi bodongnya dengan janji nominal rupiah yang
berbeda namun sama tidak masuk akalnya, misalnya 15 juta rupiah per jam atau 10
juta rupiah per hari. Kita yang tidak mengerti akan mudah terjerat oleh betapa
mudahnya syarat yang diberikan dan pendaftaran yang seolah-olah mudah. Ternyata
pada akhirnya, kita yang harus membayar sejumlah uang untuk si penipu yang
“katanya” untuk tujuan investasi brosur, pelatihan, dan lain-lain, yang ternyata setelah
kita “investasikan” uang kita, penipu malah kabur. Kita pun dijadikan umpan dengan
dipaksa menyebarkan hal ini kepada teman-teman di sekitar kita, hingga penipu
melahirkan sesama penipu berkedok investasi dengan cara ini.

Anda mungkin juga menyukai