Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Geohistori merupakan suatu proses struktural di sejarah yang berlangsung amat

panjang dan mengalami perubahan yang akan nampak pada beberapa abad ke depan.

Mengenai geohistori untuk tema makalah ini adalah Geohistori Lembah Sungai Huang

Ho atau Sungai Kuning, Tiongkok. Maka fokus kajian atau penelitian pada makalah ini

adalah adanya hasil-hasil kebudayaan yang ditemukan di sekitar lembah Sungai Huang

Ho dan mengaitkannya dengan kondisi alam dan perilaku Sungai Huang Ho. Untuk

teori yang digunakan pada kajian atau penelitian makalah ini yaitu menggunakan teori

Determinisme Lingkungan.

Mengenai kajian pustaka yang digunakan pada makalah ini adalah berasal dari

sumber-sumber pustaka seperti buku karya Rhoads Murphey, Golfram Eberhard, dan

buku-buku revelan yang sesuai dengan kajian atau penelitian pada makalah ini.

Mengenai hasil-hasil kebudayaan inilah yang akan dijelaskan secara geohistori dengan

melihat kondisi alam dan perilaku sungai Huang Ho, lalu dihubungkan dengan

peradaban yang terbentuk di sekitar lembah sungai Huang Ho. Peneliti berharap semoga

makalah ini bisa bermanfaat untuk pembaca dan semoga ada peneliti-peneliti lain yang

bisa mengembangkan penelitian ini menajdi jauh lebih baik daripada peneliti lakukan

ini.

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
DAFTAR FOTO...............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................
DAFTAR PETA...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................
BAB II ISI.........................................................................................................................
2.1 Kajian Pustaka................................................................................................
2.2 Teori Determinisme Lingkungan...................................................................
BAB III PAPARAN DATA DAN ANALISIS.................................................................
3.1 Pola Pesebaran Hasil-Hasil Budaya Peradaban Tiongkok Kuno
di Sekitar Lembah Sungai Huang Ho............................................................
3.2 Kondisi Alam dan Perilaku Sungai Huang Ho..............................................
3.3 Hubungan Pola Pesebaran Hasil-Hasil Budaya Peradaban Tiongkok Kuno
dengan Kondisi Alam dan Perilaku Sungai Huang Ho..................................
BAB IV PENUTUP..........................................................................................................
4.1 Simpulan........................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................................

2
DAFTAR FOTO

Foto 1. Perunggu yang berbentuk seperti hewan............................................................

Foto 2. Tembok besar yang berada di sebelah utara sungai Huang Ho..........................

Foto 3. Tentara Terakota pada makam pemimpin Dinasti Qin/Ch’in............................

Foto 4. Patung kuda yang terbuat dari perunggu............................................................

Foto 5. Tembikar yang berbentuk manusia dan keramik bergambar..............................

Foto 6. Mangkok yang terbuat dari emas........................................................................

Foto 7. Sungai Huang Ho ketika banjir..........................................................................

3
DAFTAR PETA
Peta 1. Letak Sungai Huangho di China.........................................................................
Peta 2. Persebaran Peradaban Sekitar Sungai Huangho.................................................
Peta 3. Persebaran Hasil Budaya Sungai Huangho.........................................................
Peta 4. Sungai Huangho Banjir.......................................................................................
Peta 5. Sungai Huangho Banjir dan Peradaban Disekitarnya.........................................
Peta 6. Sungai Huangho Kering......................................................................................
Peta 7. Sungai Huangho Kering dan Peradaban Disekitarnya........................................

4
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

Geohistori, suatu cabang ilmu dengan kajian relasi antara peristiwa

sejarah dengan latar belakang geografi. “History is not intelligible without

geography” adalah kalimat awal yang dilontarkan H. B. George pada bab awal

yang menjelaskan bagaimana hubungan antara sejarah dengan geografi (George,

1901:1). Geohistori juga bisa disebut sebagai salah satu sarana yang digunakan

untuk meninjau kembali sejarah yang tentunya dengan latar belakang geografi.

Meskipun tidak semua geografi bisa dihubungkan dengan sejarah ataupun

sebaliknya, tidak semua sejarah dapat dihubungkan dengan geografi. Geohistori

mengantarkan pengguna untuk mengetahui bentang alam, kondisi geografis,

pesebaran hasil-hasil budaya dan juga bentuk dari kebudayaan masa lalu.

Sungai dimaknai sebagai suatu aliran air yang mengarah dari hulu

menuju ke hilir dengan jumlah aliran yang besar dan memanjang. Sungai Huang

Ho adalah salah satu sungai terpanjang di dunia, yang berada di China. Adalah

sungai terpanjang kedua di China setelah Sungai Panjang atau Sungai Yangtse.

Kedua sungai mata airnya berasal dari Pegunungan Tibet, adapun panjang

Sungai Huang Ho bila ditarik dari hulu sampai hilirnya yaitu 4.700 km. Hilir

dari Sungai Huang Ho sendiri berada di Laut Kuning, utamanya adalah Teluk

Chihli atau Pohai. Keberadaan dari Sungai Huang Ho sendiri memberikan

pengaruh kepada kehidupan masyarakat yang berada di sekitar sungai.

5
Sungai Huang Ho ini dikenal pula dengan sebutan sebagai penderitaan

China, karena banyak korban berjatuhan yang meninggal karena tinggal di

lembah sungai Huang Ho ini. Namun dibalik pemberian nama tersebut lembah

Sungai Huang Ho juga telah melahirkan suatu peradaban bagi bangsa China.

Karena konsekuensi apabila tinggal di sekitar lembah sungai Huang Hoa adalah

menyetorkan nyawa, maka tak banyak kota yang berada di sekitar lembah

sungai Huang Ho. Lanchow, Kaifeng, Chengchow, dan Tsinan adalah kota besar

yang berada di sekitar lembah sungai Huang Ho (Daldjoeni, 1987: 124).

Sungai tentu akrab dengan banjir dan keringnya, sama halnya dengan

sungai Huang Ho ini, ada kalanya banjir yang sampai memberikan air bah yang

berpegaruh pada kehidupan masyarkat di sekitarnya. Terkadang pula tidak

banjir, namun mengalami pemberkuan sehingga mempengaruhi aktivitas

warganya yang biasanya memanfaatkan air sungai untuk pertanian.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas dan juga

pertimbangan akan kurangnya sumber tertulis yang menampilkan bahwa

mengapa lahir sebuah peradaban di sekitar sungai Huang Ho menjadikan

kelompok empat pada matakuliah Geohistori tertarik untuk melakukan

penelitian maupun menulis historiografi mengenai geohistori Sungai Kuning

dengan peradaban di sekitarnya.

6
b. Rumusan Masalah Penelitian

1. Bagaimanakah Pola Pesebaran Hasil-Hasil Budaya Peradaban Tiongkok

Kuno di Sekitar Lembah Sungai Huang Ho?

2. Bagaimanakah Kondisi Alam dan Perilaku Sungai Huang Ho?

3. Bagaimanakah Hubungan Pola Pesebaran Hasil-Hasil Budaya Peradaban

Tiongkok Kuno dengan Kondisi Alam dan Perilaku Sungai Huang Ho?

c. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Pola Pesebaran Hasil-Hasil Budaya Peradaban Tiongkok

Kuni di Sekitar Lembah Sungai Huang Ho

2. Untuk Mengetahui Kondisi Fisik dan Perilaku Sungai Huang Ho

3. Untuk Mengetahui Pola Pesebaran Hasil-Hasil Budaya Peradaban Tiongkok

Kuno dengan Kondisi Alam dan Perilaku Sungai Huang Ho

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Dalam kajian atau penelitian kali ini menggunakan sumber-sumber baik

sumber tertulis maupun sumber tidak tertulis. Penelitian ini juga tidak hanya

menggunakan sumber primer saja, namun ada sumber sekunder dan sumber

tersier untuk mendukung dalam penulisan sejarah ini. Penggunaaan kajian

pustaka ini dimaksudkan untuk memperkaya bahan rujukan peneliti dalam

menulis sehingga diperoleh hasil yang baik. Dengan kajian pustaka ini

peneliti berusaha untuk menjelaskan mengenai Geohistori Lembah Sungai

Huang Ho atau Sungai Kuning, Tiongkok.

Beberapa hal yang perlu dikaji adalah pola pesebaran hasil-hasil budaya

peradaban Tiongkok kuno di sekitar lembah sungai Huang Ho, kondisi fisik

dan perilaku sungai Huang Ho, dan hubungan pola pesebaran hasil-hasil

budaya peradaban Tiongkok kuno di sekitar lembah sungai Huang Ho

dengan kondisi fisik dan perilaku sungai Huang Ho. Disini peneliti

menggunakan buku karya Rhoads Murhey yang berjudul “A History of

Asia” lalu bukunya Wolfram Eberhard yang berjudul “A History of China”

dan juga buku-buku yang relevan, sesuai dengan kajian penelitian yang ada.

Selain itu ada juga foto-foto dari sungai Huang Ho beserta foto peninggalan-

peninggalan hasil-hasil budaya peradaban Tiongkok kuno yang tersebar

disekitar lembah sungai Huang Ho

8
2.2 Teori Determinisme Lingkungan

Mengenai hubungan antara lingkungan dengan kebudayaan terdapat

beberapa konsepsi, antara lain sebagai berikut:

a. Model determinisme lingkungan atau environmental determinism,

Lahir dari pemikiran para ahli geografi (1920) yang menyarakan

bahwa kebudayaan adalah produk dari lingkungan fisik yang terdiri

dari topografi, lokasi geografis, iklim dan sumber daya alam (Rambo,

Preston-Whyte. Dimana lingkungan fisik menjadi pendorong utama

dalam seluk beluk dari kehidupan manusia. Pun menitik beratkan

bahwa cuaca dan iklim merupakan pengaruh pada sejarah umat

manusia.

b. Posibilisme lingkungan atau environmental posibilism,

Teori ini menggeser teori determinisme lingkungan sekitar abad ke

20 (Daljdjoeni, 1987:28). Teori ini memandang bahwa lingkungan

tidak bisa menciptakan fenomena-fenomena sosiobudaya.

Lingkungan alamiah secara tidak langsung menyebabkan

perkembangan-perkembangan kebudayaan spesifik (Preston-Whyte).

c. Ekologi kebudayaan atau cultural ecology,

Faktor-faktor lingkungan memberi potensi positif dan kreatif dalam

proses kebudayaan. Lingkungan jua memengaruhi unsur-unsur

tertentu dai kebudayaan. Inti kebudayaan terdiri dari teknologi,

ekonomi, populasi dan organisme sosial.

9
d. Model ekosistem atau ecosystem-based model,

Model ekosistem ini memandang bahwa organisasi sosial dan

kebudayaan spesifik sebagai adaptasi fungsional yangmemungkinkan

populasi-populasi yang mengeksploitir lingkungan dengan

memandang ekosistem sebagai system yang terintegrasi dengan

ketat-terkait erat dengan teori system arus energy ekosistem.

e. Model aktor atau actor based model,

Pada teori ini menekankan bahwa adaptasi terjadi pada tingkat

individu dari pada tingkat kebudayaan dan populasi, hasil dari proses

adaptasi dipandang sebagai hasil dari sejumlah besar keputusan

individu dalam menentukan bagaimana eksploitasi lingkungan atau

sumber daya alam dengan cara yang terbaik.

f. Terakhir adalah model multisistem atau system models

Teori ini dipelopori oleh Rambo, beranggapan bahwa adaptasi bisa

terjadi pada tingkat sistem sosial.

Diantara beberapa konsepsi mengenai hubungan antara lingkungan dan

kebudayaan, mengenai kasus yang terjadi antara lingkungan sekitar lembah

Sungai Huang ho dengan kebudayaan dari peradaban Tiongkok Kuno konsepsi

yang cocok untuk mendeskripsikan hubungan tersebut adalah teori determinisme

lingkungan. Teori determinisme lingkungan menyatakan bahwa kebudayaan

adalah produk lingkungan fisik yang terdiri dari topografi, lokasi geografis,

iklim dan sumber daya alam. Lingkungan fisik menjadi pendorong utama dalam

seluk beluk kehidupan manusia, dengan menitik beratkan pada cuaca dan iklim

merupakan pengaruh pada sejarah umat manusia.

10
Diantara beberapa konsepsi mengenai hubungan antara lingkungan dan

kebudayaan, mengenai kasus yang terjadi antara lingkungan sekitar lembah

Sungai Huang ho dengan kebudayaan dari peradaban Tiongkok Kuno konsepsi

yang cocok untuk mendeskripsikan hubungan tersebut adalah teori determinisme

lingkungan. Teori determinisme lingkungan menyatakan bahwa kebudayaan

adalah produk lingkungan fisik yang terdiri dari topografi, lokasi geografis,

iklim dan sumber daya alam. Lingkungan fisik menjadi pendorong utama dalam

seluk beluk kehidupan manusia, dengan menitik beratkan pada cuaca dan iklim

merupakan pengaruh pada sejarah umat manusia. Pernyataan ini sama dengan

artian bahwa suatu iklim juga bisa memunculkan suatu peradaban.

Selain konsepsi dari hubungan lingkunga dengan kebudayaan, adapula

dimensi dari suatu peradaban. Bebera dimenai peradaban tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Dimensi kebentukan

Apabila sebuah kebudayaan terkait oleh suatu bahasa, agama, ideologi

kemasyarakatan, rasisme dan etnisisme

2. Dimensi keruangan

Ketika sebuah peradaban dibedakan menurut spasial terjadinya peradaban.

Adapun pembagian dimensi tersebut adalah a). Skala makro; b). Skala semi

makro; c). Skala mikro

3. Dimensi waktu

Dimensi ini berkaitan dengan umur peradaban –siklus dimulai dari lahir-

berkembang-punah. Berkaitan pula dengan sulksesi peradaban juga

berkaitan dengan umur dari sebuah peradaban.

11
4. Dimensi structural

Menurut Toynbee, peradaban merupakan keseluruhan yang terdiri atas

bagian-bagian, yang terdiri atas aspek politik, ekonomi dan agama.

Sedangkan menurut Brandel, peradaban dalam dimensi ini dilihat dalam

skala yang paling kecil ke paling besar.

Dalam pembahasan Sungai Huang Ho ini menggunakan salah satu dimensi

peradaban yaitu dimensi struktural. Karena di dalam dimensi ini terdiri atas beberapa

aspek, mulai dari aspek politik, ekonomi dan agama.

Sungai Huang Ho
Determinisme lingkungan

Sungai Huang Ho Banjir Sungai Huang Ho Membeku

Berakibat pada daerah


sekitar lembah Sungai
Huang Ho

Muncul peradaban di sekitar Sungai Huangho dan setiap


kali terjadi banjir atau pembekuan (kering) akan berdampak
langsung pada peradaban disekitar Sungai Huangho

12
BAB III

PAPARAN DATA DAN ANALISIS

3.1 Pola Pesebaran Hasil-Hasil Budaya Peradaban Tiongkok Kuno di Sekitar Lembah

Sungai Huang Ho

Diketahui bahwa Huang Ho adalah salah satu sungai yang berada di Tiongkok

China, yang mana sumber airnya berasal dari Pegunungan Tibet, menjadi salah satu

sungai terpanjang di dunia dan menjadi nomor dua terpanjang di China setelah Sungai

Panjang. Keberadaan Sungai Huang Ho ini membawa keberuntungan dengan ditengarai

adanya suatu peradaban disekitar lembah Sungai Huang Ho. Mengenai keberadaan

Sungai Huang Ho ini lihat peta 1. Dalam peta 1 akan memperlihatkan dimana Sungai

Huang Ho berasal hingga dimana Sungai Huang Ho ini bermuara. Yaitu dari

Pegunungan Tibet dan alirannya bermuara di Laut Kuning. Keberadaan Sungai Huang

Ho ini menghasilkan suatu hasil-hasil budaya yang telah diciptakan oleh masyarakat

yang meninggali sekitar sungai.

Hasil-hasil budaya peradaban Tiongkok Kuno di sekitar lembah sungai Huang Ho

yang paling menonjol adalah sistem pemerintahan yang berdinasti dan beberapa

kemajuan di bidang pertanian, teknologi, ilmu pengetahuan dan kepercayaan. Peradaban

Tiongkok Kuno di sekitar lembah sungai Huang Ho terbentuk di bagian hilir sungai

karena tanahnya yang subur dan cocok untuk pertanian. Dari sini peradaban Tiongkok

kuno terbentuk. Dalam peradaban Tiongkok Kuno di sekitar lembah sungai Huang, ada

beberapa dinasti yang menguasai daerah sekitar lembah sungai Huang Ho, yaitu Dinasti

Shang, Dinasti Chou, Dinasti Qin/Ch’in, Dinasti Han dan Dinasti Tang.

13
14
(Sumber: Goodrich, 1948) Peta 1. LetakSungai Huang Ho di China
Berikut ini adalah peta yang memuat letar peradaban Tiongkok Kuno yang di

dominasi oleh dinasti-dinasti yang telah disebutkan sebelumnya. (Lihat Peta 2.)

1. Dinasti Shang (sekitar 1450-1050 SM)

Dinasti Shang terletak di lembah sungai Huang Ho bagian utara. Hasil-hasil

kebudayaan dari dinasti Shang ini berupa perunggu yang bentuknya seperti hewan.

Bentuk seperti itu masih digunakan orang nomaden antara wilayah Ordos dan Siberia

sampai awal Kristen. Kapal-kapal perunggu juga ditemukan pada masa Dinasti Shang

yang digunakan dalam aktiviats keagamaan. Lalu ada juga bejana tembikar yang

digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Seperti halnya peta berikut ini yang akan

menjelaskan bahwasannya di sekitar peradaban Dinasti Shang terdapat banyak situs

tembikar hitam yang ditemukan. Meskipun belum ada dugaan pasti kapan terjadinya

pembuatan tembikar tersebut hingga akhirnya ditemukan situs pesebarannya. Adanya

kemungkinan bahwa situs temsebut merupakan kelanjutan dari Dinasti Xia sebagai

dinasti yang paling awal di catatan peradaban Tiongkok Kuno. Namun penulis tidak

mencantumkan Dinasti Xia karena kurangnya sumber terkait yang membahas tentang

Xia. Kembali ke pembahasan bahwa telah adanya situs tembikar yang ditemukan, yang

menandakan bahwa telah ada peradaban yang sudah berlangsung di sekitar hilir sungai

Huang Ho. (Lihat Peta. 3)

Dalam peta tersebut telah ditunjukkan bagaimana situs dari hasil budaya berupa

tembikar hitam telah ditemukan yang berada di hilir Sungai Huang Ho. Dengan peta

tersebut pula diketahui bahwa pesebaran budaya berupa situs tembikar berada di hilir

dengan penjelasan geografi adalah sebagai berikut:

15
16
(Sumber: Goodrich, 1948) Peta 2. Pesebaran peradaban sekitar sungai Huang Ho
17
(Sumber: Goodrich, 1948:7) Peta 3 Pesebaran hasil budaya tembikar di sungai Huang Ho
-Aliran air yang dibawa oleh sungai Huang Ho atau Sungai Kuning adalah lumpur, yang

dibawanya dari hulu sungai yangberasal dari Pegunungan Tibet. Karena aliran air yang

membawa lumpur, di sekitar muara Sungai Huang Ho telah tertimbun banyaknya

lumpur. Dan besar kemungkinan lumpuryang bermuara di Laut Kuning tersebut

dimanfaatkan untuk membuat kerajinan berupatembikar hitam-.

Bahkan sutra juga sudah digunakan pada masa ini. Hal ini menunjukkan bahwa

teknik menenun sudah canggih. Lalu ada juga serat tanaman yang digunakan seperti

rami. (Eberhard, 1950: 16-18)

Foto 1. Perunggu yang berbentuk seperti hewan


(Sumber: Murphey, 1992: 46)

Pada masa dinasti Shang juga sudah ada peninggalan dalam hal tulis-menulis, yaitu

ditemukannya tulisan bergambar yang juga digunakan sebagai tanda. Fragmen

penulisan seperti ini juga ditemukan pada permukaan tulang. Budaya pada dinasti

Shang ini disebut dengan “oracle bones” atau tulang ramalan yang berasal dari tulang

binatang (terutama tulang belikat) dan kulit penyu. Mengenai sistem kepercayaan,

mereka menggunakan kapal perunggu untuk aktivitas keagamaan dengan pengenalan

dewa alam, terutama dewa kesuburan. Dewa tertinggi pada ritual pemujaan disebut

Dewa Shang Ti dengan ritualnya berupa pengorbanan manusia yaitu para tahanan

perang. Masyarakat pada masa dinasti Shang memilik matapencaharian sebagai petani

yang menanam padi, gandum, millet dan tanaman lainnya, yang akrab dengan irigasi

18
dan memelihara ternak babi, anjing, domba, dan kuda (Eberhard, 1950: 18-21).

Mengenai matapencaharian pertanian disini didukung dengan tanah loess yang sangat

subur (alluvium) dan mudah untuk digarap (Harianseajarah.id). Apalagi iklim atau

cuaca semi kering dan rentan terhadap kekeringan juga banjir sungai, maka terjadi

banjir karena luapan air sungai Huang Ho ini dimanfaatkan oleh masyarakatnya sebagai

pengairan pertanian mereka (Murphey, 1992: 47).

2. Dinasti Chou (sekitar 1050-247 SM)

Runtuhnya dinasti Shang sebagai penanda dari awal mula berdirinya dinasti Chou

pada 1050 SM. Dinasti Chou berada di sebelah selatan lembah sungai Huang Ho. Hasil-

hasil kebudayaan dari dinasti Chou tetap perunggu dan bejana besar yang digunakan

untuk ritual keagamaan. Mengenai budaya tulis menulis mengalami peningkatan pada

dinasti Chou yaitu sudah menggunakan kuas dan tinta pada sutra atau bamboo. Bahkan

masa dinasti Chou ini sudah ada buku seperti Book of Changes (I-ching, sebuah buku

pengangan untuk para peramal), the Book of Songs, the Book of Rituals, dan koleksi

buku dokumen sejarah, diantaranya teks-teks yang memberikan kisah tentang lima

pahlawan-pahlawan budaya dan dinasti Hsia, serta penaklukan dinasti Shang.

(Murphey, 1992: 48)

Lalu besi menjadi bahan yang digunakan pada masa dinasti Chou, buktinya yaitu

ditemukannya bajak (alat untuk mengolah tanah) berujung besi dengan ditarik oleh

seekor binatang besar dan dengan bantuan alat yang lebih baik, irigasi mulai menyebar

dan semakin banyak tanah yang ditanami untuk pertanian. Dalam hal ini juga muncul

koin besi dan perunggu sebagai alat untuk transaksi perdagangan (Murphey, 1992: 50).

Maka dari sini paling banyak ahsil kebudayaan terbuat dari perunggu (Sullivan,

1993:17-23)

19
Kemudian juga berkembang tembikar yang dicat dan senjata perunggu terutama

kereta perang. Lalu ajaran Confucius dan Lao Tzii adalah subangsih pemikiran paling

terkenal pada masa Dinasti Chou (Puspitasari, 2016:5). Hal ini akan menjadi sebuah

kepercayaan sampai pada beberapa dinasti yang akan datang (terutama ajaran

Confucius). (Eberhard, 1950: 37-49).

3. Dinasti Qin atau Ch’in (sekitar 256-207 SM)

Dinati Qin ada ketika masa dimana dinasti Chou berada di ambang kehancuran

karena perlawanan yang dilakukan oleh rakyat atau masyarakatnya sendiri. Dinasti Qin

atau Ch’in adalah dinasti letaknya berada di sebelah utara sungai Huang Ho. Dinasti

Qin memiliki beberapa peninggalan yaitu penggunaan celana sebagai pakaian tentara

yang menaiki kuda yang dipengaruhi oleh orang-orang nomad ketika mendapat serbuan

atau serangan. Selain itu peninggalan dalam bidang pertanian yaitu penanaman masih

ada pada masa ini dengan penggunaan bajak yang tarik oleh hewan yang berukuran

besar. Selain itu nilai tukar perdagangan berupa koin yang terbuat dari tembaga atau

logam digunakan pada masa dinasti Qin. Bangunan tembok besar yang membentang di

sebelah utara sungai kuning adalah sebagai penghalang sekaligus pengawas kepada

sekelompok orang nomad dan orang-orang Mongol yang mencoba mengekspansi

dinasti Qin. Namun usaha itu gagal disebabkan oleh orang-orang nomad atau orang

Mongol begitu cerdik dengan menyusuri tembok besar sampai mengetahui ujung

tembok besar tersebut lalu melakukan serangan. Bahkan bentuk makam dari pemimpin

dinasti Qin dibuat dengan penjagaan cukup ketat. Banyak jebakan-jebakan yang dibuat

untuk melindungi makam pemimpin dinasti Qin. (Murphey, 1992: 52-53)

20
Foto 2. Tembok besar yang berada di sebelah utara sungai Huang Ho
(sumber: merdeka.com)

Dinasti Qin/Ch’in juga membangun istana dan makam yang megah. Sistem

pertanian juga ditekankan dalam dasar ekonomi dan Negara. Namun kebijakan yang

diambil dari penguasa Qin/Ch’in membuat beberapa dokumen seperti buku-buku

peninggalan masa sebelumnya dihilangkan atau dimusnahkan terutama buku-buku yang

ditulis oleh para pemikir atau filsuf. Disini juga muncul pemikir baru yang bernama

Han Fei-tzu mengenai legalisme. Akan tetapi tidak lama kemudian Han Fei-tzu

meninggal karena masa dinasti Qin para pemerintahannya tidak menyukai para pemikir

atau yang disebut dengan para filsuf. Pada masa dinasti Qin/Ch’in ini juga telah ada

solusi untuk menanggulangi banjir yang ada di sungai kuning ketika kemarau yaitu

dengan menggali lumpur yang dibawah oleh sungai kuning untuk mencegah

penumpukan yang terjadi di dasar sungai juga pembangunan tanggul di sepanjang

sungai Huang Ho (Mhurpey, 1992: 54-56). Maka dari sini nantinya sebutan untuk orang

yang hidup di Tiongkok yaitu China diambil karena pada masa dinasti Chin adalah yang

pertama menguasai daerah Tiongkok hamper secara keseluruhan (Gondomoni,

2002:35).

21
Foto 3. Tentara Terakota pada makam pemimpin Dinasti Qin/Ch’in
(Sumber: images.google.com)

4. Dinasti Han (sekitar 206 SM-220 M)

Setelah dinasti Qin ditaklukan oleh pendiri dinasti Han, maka sistem pemerintahan

baru dimulai (Mukhti, 2017). Dinasti Han merupakan dinasti yang mewarisi

peninggalan masa dinasti Qin dan diolah lagi menjadi lebih baik, seperti halnya dengan

sistem pertanian yang menggunakan gandum sebagai pasokan utama. Peninggalan masa

dinasti Han berupa patung kuda yang terbuat dari perunggu dengan teknik dan teknologi

yang sudah canggih. Pada masa dinasti Han juga telah dibuka jalur perdagangan yang

dinamakan Jalur Sutra yang ada di darat. Jalur sutra yang ada di darat ini

menghubungkan Negara Tiongkok kuno dengan Negara yang ada di Timur Tengah

maupun Negara yang ada di bagian tenggara sampai bagian selatan seperti Arab, India,

Gujarat, dsb. (Murphey, 1992: 56-59).

Foto 4. Patung kuda yang terbuat dari perunggu


(Sumber: images.google.com)

Hasil-hasil kebudayaan masa dinasti Han adalah ditemukannya tembikar yang

berbentuk manusia dengan penggambaran bahagia sebagai dari penggambaran kualitas

manusia dari budaya rakyat Han. Lalu juga ditemukan sebuah keramik bergambar yang

didalamnya menampilkan adegan bermain sulap, menari, dan musisi. Peninggalan ini

ditemukan di makam dari pemimpin dinasti Han. (Murphey, 1992:60-63) Pada masa

dinasti Han perdagangan jalur laut juga dibuka dengan peninggalan berupa kapal-kapal

yang kedap air, banyak tiang, kemudi dan kompas juga telah menunjukkan bahwa

22
teknologi masa dinasti Han berkembang cukup baik. Ini bisa disimpulkan bahwa jalur

perdagangan laut sudah ada atau sudah terbentuk. (Mhurphey, 1992: 64)

Foto 5. Tembikar yang berbentuk manusia dan keramik bergambar


(Sumber: Murphey, 1992: 61 dan 63)
Pada masa setelah dinasti Han, peradaban di Tiongkok kuno mulai mengalami

pasang surut akibat seringnya terjadi serbuan atau serangan dari orang-orang nomad.

Bahkan mereka mengekspansi peradaban Tiongkok kuno yang berada di lembah sungai

Huang Ho mengingat letak dari sungai Huang Ho yang berada di sebelah utara yang

berbatasan dengan Mongolia dan di daerah Mongolia dulu masyarakatnya masih

berbentuk kesukuan dan nomaden. Maka dalam sejarah Tiongkok selalu dihadapkan

masalah serangan dari orang Mongol atau orang nomad. Tembok besar yang dibangun

di sebelah utara sungai Huang Ho juga masih belum mampu membendung kekuatan

sekaligus serangan dari orang-orang nomad atau orang Mongol.

5. Dinasti Tang ( Sekitar 618-906 M)

Dinasti Tang merupakan dinasti terakhir dari peradaban Tiongkok Kuno karena

dinasti Tang memiliki luas wilayah yang cukup besar dalam hal ekspansi yang berada di

sebelah selatan sungai Huang Ho. Peninggalan-peninggalan masa dinati Tang adalah

berupa lukisan-lukisan dan puisi Tiongkok (Waworuntu, 2012: 143-144). Dari sini

dapat disimpulkan bahwa pada masa dinasti Tang perkembangan seni dan sastra

semakin meningkat dengan lahirnya para penyair terkenal Tiongkok seperti Li Bai, Du

23
Fu lalu pelukis terkenal seperti Zhou Fang, Han Gan, dan Zhang Zuan. Selain itu

terdapat historiografi yang disusun oleh para ahli dan eksiklopedia juga karya geografi.

Lalu perkembangan dalam bidang teknologi yaitu inovasi percetakan kayu.

(Wikipedia.org)

Foto 6. Mangkok yang terbuat dari emas


(sumber: images.google.com)

Sistem pemerintahan pada masa dinasti Tang juga semakin berkembang pesat

dengan undang-undang untuk mengatur sebuah daerah kekuasaan secara keseluruhan.

Undang-undnag yang dibuat diperuntukan kepada orang-orang yang melakukan

kejahatan atau tindakan kriminal. Peninggalan lain pada masa dinati Tang adalah

mangkuk yang terbuatd ari emas dengan motif teratai dan hewan. Selain itu sistem

pertanian masih digunakan sebagai mata pencaharian masyarakat pada masa dinasti

Tang. Pada masa dinasti Tang juga masyarakatnya sudah mengerti mengenai huruf dan

tulisan sehingga membuat mereka lebih mudah untuk mengurus surat menyurat

mengenai kepemilikan tanah. (Wikipedia.org).

3.2 Kondisi Alam dan Perilaku Sungai Huang Ho

Sungai Huang Ho merupakan sungai yang berada di daerah pegunungan Tibet,

tepatnya di Kwen-Lun. Sampai bermuara di laut Kuning Sungai Huang Ho melewati

pegunungan Cina yang berada di bagian utara. Nama lain sungai Huang Ho adalah

sungai Kuning karena aliran airnya berwarna kuning dan membawa lumpur kuning.

24
Disepanjang lembah sungai Huang Ho merupakan tanah yang subur, apalagi lembah

sungai yang berada di hilir memiliki tanah loess yang sangat subur dan gampang diolah

sebagai pertanian.

Foto 7. Sungai Huang Ho ketika banjir


(sumber: images.google.com)

Ketika musim dingin, maka terjadi pembekuan es yang berada di bagian hulu sungai

Huang Ho, namun ketika musim panas atau kemarau es yang berada di hulu sungai

mencair yang pada akhirnya membuat banjir air bah sampai ke hilir sungai. (Lihat Peta

4.) Terlihat bagaimana kondisi dari Sungai Huang Ho ketika sedang banjir. Kemudian

untuk memperjelas bagaimana keadaan sungai yang membeku karena terjadinya

pembekuan es. (Lihat Peta 5.)

Sungai Huang Ho sendiri mengalami pembekuan selama musim dingin dan

belum pernah tercatat bahwa Sungai Huang Ho mengalami kekeringan. Dari peristiwa

ini peradaban manusia yang berada di sekitar lembah sungai Huaang Ho membangun

sebuah tanggul besar disepanjang aliran sungai tersebut. Peradaban manusia pada

lembah sungai Huang Ho yang ketika musim panas atau musim kemarau terjadi banjir

air bah, mereka sudah sedikit demi sedikit mulai berpikir cara menanggulanginya. Salah

satunya yaitu penggalian air lumpur yanga da di dasar sungai

25
26
(Sumber: L. Carnington) Peta 4 Kondisi sungai Huang Ho Ketika Banjir
27
(Sumber: L. Colington) Peta 4. Kondisi sungai Huang Ho Ketika Membeku
Huang Ho atau sungai Kuning agar tidak mengalami pengendapan sebagai akibat dari

aliran air sungai Huang Ho yang membawa lumpur kuning. Akibatnya

3.3 Hubungan Pola Pesebaran Hasil-Hasil Budaya Peradaban Tiongkok Kuno dengan

Kondisi Alam dan Perilaku Sungai Huang Ho

Masyarakat yang hidup di sepanjang lembah sungai Huang Ho mayoritasnya

bekerja atau matapencaharian sebagai petani. Pertanian lebih banyak dilakukan di

lembah sungai Huang Ho kanan-kiri. Peradaban yang terbentuk sebagian besar berada

di bagina hilir sungai Huang Ho karena tanahnya yang subur dan cocok untuk

digunakan pertanian. Apalagi aliran sungai Huang Ho yang berwara kuning ternyata

membawa lumpur sekaligus tanah loess yang subur (alluvium yang terbawa aliran

sungai). Sistem pertanian ini ternyata sudah ada sejaka masa dinasti Shang dengan

gandum, millet, padi sebagai tanaman utama yang ditanam di sekitar lembah sungai

Huang Ho.

Dalam hal irigasi atau pengairan, peradaban manusia yang berada disekitar

sungai Huang Ho memanfaatkan banjir disaat mencairnya es yang ada di Tibet dan

mengalir sampai membentuk bah di hilir sungai sebagai pengairan pertanian mereka.

Apalagi iklim atau cuaca semi kering dan rentan terhadap kekeringan juga banjir sungai,

maka jika terjadi banjir karena luapan air sungai Huang Ho ini dimanfaatkan oleh

masyarakatnya sebagai pengairan pertanian mereka. Sistem pertanian ini terus berlanjut

sampai masa dinasti Han dengan teknologi yang sudah modern. Bahkan sebelumnya,

ketika masa dinasti Chou sudah menggunakan bajak dari besi dengan bantuan hewan

untuk menggarap tanah pertanian tadi.

Awal mula peradaban yang terbentuk di lembah sungai Huang Ho bagian utara

lalu berpindah atau beralih ke lembah sungai Huang Ho bagian selatan. Hal ini terjadi
28
karena letakatau posisi sungai Huang Ho yang berada di sebelah utara Tiongkok Kuno

dan berbatasan dengan daerah atau wilayah Mongolia atau Mongol yanga rata-rata

masyarakatnya adalah orang-orang nomaden (berpindah-pindah tempat). Dibeberapa

cacatan dari masa diansti Chou sampai dinasti Tang orang Mongol atau orang-orang

nomad sering melakukan penyerbuan atau serangan kepada diansti yang berkuasa kala

itu. Bahkan pada masa dinasti Qin/Ch’in dibangun sebuah tembok besar dibagian utara

untuk membendung kekuatan yang ada di sebelah Utara. Namun upaya tersebut ternyata

masih gagal. Maka pada akhirnya peradaban Tiongkok kuno yang awalnya berada di

sebelah utara lembah sungai Huang Ho kemudian berpindah ke sebelah selatan lembah

sungai Huang Ho.

29
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Sungai Huang Ho
Determinisme lingkungan

Sungai Huang Ho Banjir Sungai Huang Ho Membeku

Berakibat pada daerah


sekitar lembah Sungai
Huang Ho

Banyaknya peradaban yang muncul di sekitar Sungai


Huang Ho, diantaranya adalah Dinasti Shang, Dinasti
Chou, Dinasti Qin, Dinasti Han, Dinasti Tang. Adanya
peradaban ini menandakan bahwa daerah sekitar lembah
Sungai Huang Ho memiliki tanah yang subur dengan mata
pencaharian yang dominan adalah pertanian dan hasil
kebudayaan berupa alat yang terbuat dari tanah liat yang
dibawa oleh aliran Sungai Huang Ho

30
Pola pesebaran hasil-hasil budaya dan peradaban Tiongkok Kuno yang ada di

sekitar lembah sungai Huang Ho menunjukkan bahwa perabadan pertama terbentuk di

sekitar aliran sungai, salah satunya yaitu sungai Huang Ho. Beberapa dinasti yang ada

di sekitar lembah sungai Huang Ho adalah Dinasti Shang, Dinasti Chou, Dinasti

Qin/Ch’in, Dinasti Han, dan Dinasti Tang. Setiap dinasti mengalami perkembangan

baik dibidang ekonomi, sosial budaya, agama, maupun pemerintahan. Pada kondisi

alam dan perilaku sungai Huang Ho juga mempengaruhi perabadan yang ada di sekitar

sungai. Seperti ketika kondisi iklim dan cuaca panas (yaitu pada musim kemarau) yang

ada di Tiongkok Kuno membuat es yang ada di pegunungan Tibet mencair, lalu es

tadinya mencair terbawa aliran sungai Huang Ho dan menyebabkan banjir air bah. Dari

peristiwa ini dimanfaatkan oleh masyarakat yang ada di sekitar lembah sungai Huang

Ho untuk melakukan kegiatan pertanian dalam hal pengairan atau irigasi mengingat

ketika iklim dan cuaca dingin yang ada di tiongkok kuno membuat masyarakatnya

kesulitan dalam hal irigasi pertanian mereka. Selain itu kondisi tanah yang berada di

sekitar sungai Huang Ho, terutama yang ada di bagian hilir sungai merupakan tanah

yang subur atau disebut juga dengan tanah loess (alluvium yang terbawa aliran sungai).

Maka tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan masyarakat yang ada di sekitar lembah

sungai Huang Ho adalah pertanian atau bercocok tanam. Dari hubungan pola pesebaran

hasil-hasil budaya dan peradaban Tiongkok kuno yang ada di sekitar lembah sungai

Huang Ho dengan kondisi alam dan perilaku sungai Huang Ho menggunakan teori

determinisme lingkungan yaitu kebudayaan sebagai produk lingkungan fisik yang

terdiri dari topografi, lokasi geografis, iklim dan sumber daya alam. Lingkungan fisik

yaitu sungai Huang Ho sendiri menjadi pendorong utama dalam seluk beluk kehidupan

31
manusia seperti dalam hal matapencaharian masyarakat di sekitar lembah sungai Huang

Ho yaitu bercocok tanam atau sistem pertanian yang menitikberatkan pada iklim dan

cuaca yang menjadi pengaruh dalam kehidupan manusia.

32
DAFTAR RUJUKAN

Catatan Penulis pada matakuliah Geohistori tahun 2019

Daldjoeni. 1987. Geografi Kesejarahan I: Peradaban Dunia. Penerbit Alumni 1982:

Bandung

Eberhard, Wolfram. 1950. A History of China. Routledge & Kegan Paul Ltd: London.

Goodrich, L. 1948. A Short History of the Chinese People. Great Britain: London.

Hariansejarah.id. 2017. Sejarah Cina Kuno: Peradaban Sungai Kuning, (online),

(https://www.haroansejarah.id/2017/Sejarah-Peradaban-Kuno/Sejarah-Cina-Kuno-

Peradaban-Sungai-Kuning) diakses pada 10 November 2019

Images.google.com/yellow-river

Mukhti, M.F. 2017. Petani Gulingkan Dinasti,Historia.id, (online) diakses pada 10

November 2019

Murphey, Rhoads. 1922. A History of Asia. Harper Collin Publisher: USA.

Wikipedia.org. Sejarah Cina Kuno

Sullivan, Michael. 1993. The Book of Art: Chinese and Japanese Art. Inc. Italia

Gondomono. 2002. Masyarakat dan Kebudayaan Cina. Jurnal WACANA UI: Jakarta

Waworuntu. L.G Andrianus. 2012. Shienshi atau Gentry Cina: Sekilas Sejarah dan

Profil Kaum Aristrokat Cina Zaman Kekaisaran. Jurnal Paradigma UI: Jakarta

Puspitasari, Ratna. 2016. Peradaban Asia Timur: Cina, (online),

(https://sc.syekhnurjati.ac.id) diakses pada 10 November 2019

33

Anda mungkin juga menyukai