Anda di halaman 1dari 15

“ HADITS, UNSUR-UNSURNYA, DAN KEHUJJAHAN SERTA

FUNGSINYA ”

DOSEN MATA KULIAH


A. Napis Qurtubi, SHI., LC., MA.

DISUSUN OLEH
Abdullah Rosyid M. (193106700077)
Ibaadiyasy Syakuur (193106700037)
Miftahur Rohmah (193106700050)
Vina Febrianti (193106700089)

Program Studi Pendidikan Agama Islam


Fakultas Agama Islam
Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul “ HADITS, UNSUR-UNSURNYA,
DAN KEHUJJAHAN SERTA FUNGSINYA ” tepat pada waktunya.

Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabiullah


Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam terang
benderang seperti sekarang ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat diharapkan oleh penulis dkk. agar penulisan makalah selanjutnya jauh lebih
baik lagi.

Jakarta, 7 Oktober 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar................................................................2
1. Pengertian Hadits.........................................................................................................2
2. Pengertian sunnah........................................................................................................2
3. Pengertian Khabar.......................................................................................................3
4. Pengertian Atsar..........................................................................................................3
B. Hadits Qudsi..................................................................................................................4
1. Pengertian Hadits Qudsi..............................................................................................4
2. Perbedaan Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi...............................................................4
C. Bentuk – Bentuk Hadits dan Unsur-Unsur Hadits....................................................4
1. Bentuk – Bentuk Hadits...............................................................................................4
2. Unsur – Unsur Hadits..................................................................................................6
D. Kehijjahan Hadits dan Fungsinya...............................................................................7
1. Kehujjahan dan Argumentasi......................................................................................7
2. Kedudukannya terhadap Al-Qur’an............................................................................8
3. Fungsi hadits terhadap Al-Quran.................................................................................9
4. Perkataan dan Perbuatan Rasul yang Bukan Syari'at..................................................9
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

‫ َو ُسنّةَ َرسُوْ لِ ِه‬، ‫هللا‬


ِ ‫ب‬ َ َ ‫ ِكتا‬: ‫َضلُّوا ما تَم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما‬ ْ ‫ت في ُك ْم أَ ْم َر ْي ِن‬
ِ ‫لن ت‬ ُ ‫تَر ْك‬
“Aku tinggalkan bagi kamu dua perkara yang mana kamu tidak akan sesat
selagimana kamu berpegang teguh kepadanya : Kitab Allah dan Sunnah RasulNya”.
(Hadis riwayat Imam Malik & Tirmizi).

Hadist merupakan dasar ajaran umat Islam setelah al-Qur’an. Meskipun demikian,
Hadist tidak dapat dipisahkan dengan Al Qur’an, karena hadist secara fungsioanal
merupakan ekspansi terhadap kandungan isi Al Qur’an. Sesuai dengan ayat Allah dalam
surat an nahl ayat 44 :

ِ َّ‫… َوأَنز َْلنَا إِلَ ْيكَ ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬


َ‫اس َما نُ ِّز َل إِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُون‬
…Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.

Sebagai sumber hukum kedua, kita sebagai umat Islam wajib mempelajarinya.
Terkhusus kepada para pelajar Muslim, kita harus mengetahui pula pengertian hadits dan
istilah ilmu hadits lainnya, agar kita dapat mengetahui isi dari hadits dengan baik,
sehingga untuk menularkannya kepada masyarakat pun bisa dilakukan dengan benar.

Di sini penulis dkk. akan memaparkan sedikit hasil dari beberapa buku yang telah
penulis baca, berupa pengertian hadits, sunnah, khabar, dan atsar serta hadits qudsi dan
bentuk-bentuk hadits, unsur-unsur hadits dan Kehujjahan hadits dan fungsinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar dan Atsar?


2. Apa Pengertian Hadits Qudsi ?
3. Sebutkan Bentuk-Bentuk Hadits beserta Unsur-Unsurnya?
4. Apa Kehujjahan Hadits dan jelaskan beserta Fungsinya?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar

1. Pengertian Hadits
a. Pengertian hadist secara etimologi
Hadist berasal dari akar kata ً‫حدَاثَة‬ َ ‫ ُحدُو ثًا – َو‬- ‫ُث‬
ُ ‫ يَحْ د‬- ‫َث‬
َ ‫َحد‬
Hadist dari arti kata diatas memiliki beberapa makna , antara lain sebagai
berikut :
- ُ‫الج َّدة‬
ِ yang artinya baru , dalam arti sesuatu yang ada setelah tidak ada atau
sesuatu wujud yang tidak ada.
- ُّ‫ري‬ ِ َّ‫ الط‬yang artinya lunak , lembut dan baru.
- ‫ الخَ بَ ُر َوالكَاَل ُم‬yang artinya ( berita , pembicaraan , perkataan )

Ketiga makna etimologis diatas lebih tepat dalam konteks istilah ulumul hadits
karena yang dimaksud hadist disini adalah berita yang datang dari Nabi
‫ﷺ‬, sedangkan makna pertama secara teologis bukan konteks Ilmu
Hadits. Menurut Al-Farra , al-hadist adalah bentuk jama’ plural dari kata uhdutsah
kemudian dijadikan plural bagi kata hadist.

b. Dari segi terminologi , banyak para ahli hadist memberikan yang berbeda
redaksi , tetapi maknanya sama. Diantaranya Mahmud ath-thahan
mendefinisikan : sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan.

2. Pengertian sunnah
a. Sunnah menurut Bahasa banyak artinya , diantaranya ُ‫يرةُ ال ُم ْتبَ َع• ة‬ َ • ‫الس‬
ِ (suatu
perjalanan yang diikuti) , baik dinilai perjalanan baik atau perjalanan buruk.
Makna sunnah yang lainnya adalah ُ‫ستَ ِم َّرة‬
ْ ‫ ال َعا َدةُ ال ُم‬yang artinya tradisi yang
berlanjut.

b. Sunnah menurut istilah antara lain :


- Menurut ulama ahli hadis (muhadditsin) , sunnah merupakan sinonim
hadits.
- Menurut ulama ushul fiqih , sunnah merupakan perbuatan yang dapat
dijadikan dasar hukum islam.
- Menurut ulama fiqih (fuqaha) sunnah dilihat dari segi hukum sesuatu yang
dating dari Nabi , tetapi hukumnya tidak wajib . diberi pahala bagi yang
mengerjakannya , dan tidak di siksa bagi yang mneninggalkannya.
- Menurut ulama mau’izhah , sunnah merupakan segala sesuatu yang datang
dari Nabi dan sahabat.

2
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sunnah menurut ulama
hadits lebih bersifat umum , yaitu meliputi segala sesuatu yang datang dari Nabi
dalam bentuk apapun , baik berkaitan dengan hukum ataupun tidak.

3. Pengertian Khabar
a. Menurut Bahasa Khabar artinya an-naba atau berita. Dari segi istilah khabar
identic dengan hadist, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi ,
baik berupa perkataan , perbuatan , persetujuan , dan sifat.

Khabar lebih umum daripada hadits , dan dapat dikatakan bahwa setiap hadits
adalah khabar dan tidak sebaliknya. , khabar tidak mesti hadist.

4. Pengertian Atsar
a. Dari segi Bahasa atsar diartikan (peninggalan atau bekas sesuatu) , maksudnya
peninggalan karena bekas Nabi karena hadist itu peninggalan beliau.

b. Pengertian menurut istilah , atsar merupakan suatu yang di sandarkan kepada


para sahabat dan tabi’in baik berupa perkataan maupun perbuatan.

Menurut ahli hadist Atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad , para sahabat , dan ulama salaf. Sementara fuqaha khurrasan
membedakan antara atsar dan khabar , atsar adalah berita mawquf , sedangkan
khabar adalah berita marfu’.

Rankuman Perbedaan Hadits dan Sinonimnya

Hadits dan Sandaran Aspek Spesifikasinya Sifatnya


Sinonimnya

Hadits Nabi Perkataan, Perbuatan Lebih Khusus dan


dan Persetujuan sekalipun
dilakukan sekali

Sunnah Nabi dan para sahabat Perbuatan Menjadi Tradisi


Khabar Nabi dan selainnya Perkataan dan Lebih Umum
Perbuatan

Atsar Sahabat dan tabi’in Perkataan dan Umum


Perbuatan

3
B. Hadits Qudsi

1. Pengertian Hadits Qudsi


Pengertian Hadits Qudsi secara etimologi merupakan nisbah kepada kata
Quds , nisbah ini mengesankan rasa hormat , karena materi kata itu menunjukan
kebersihan dan kesucian dalam arti bahasa . maka kata taqdis berarti
menyucikan allah sedangkan secara terminologis , pengertian Hadits Qudsi ialah
hadits yang oleh nabi ‫ ﷺ‬, disandarkan kepada allah maksudnya nabi
meriwayatkan bahwa itu adalah kalam allah , maka rasul ‫ ﷺ‬menjadi
perawi kalam Allah ini dari lafal Nabi sendiri.

Contoh hadits qudsi :

: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ي هَّللا ُ َع ْنه‬ •َ ‫ض‬ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
” ‫ بِيَ ِدي اللَّ ْي ُل َوالنَّهَا ُر‬،ُ‫ َوأَنَا ال َّد ْهر‬،‫ يَسُبُّ بَنِي بَنُو آ َد َم ال َّد ْه َر‬:ُ ‫”قَا َل هَّللا‬
(‫رواه البخاري (وكذلك مسلم‬
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah
‫ ﷺ‬, “Allah Telah Berfirman,’anak – anak adam (umat manusia)
mengecam waktu; dan aku adalah (Pemilik) Waktu; dalam kekuasaanku malam dan
siang’. "
(HR. Bukhori dan Muslim)

2. Perbedaan Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi


Perbedaan Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi diantaranya yaitu :
a. Pada Hadits Nabawi, Rasul ‫ ﷺ‬menjadi sandaran sumber
pemberitaan sedangkan pada hadits qudsi beliau menyandarkan kepada Allah.
b. Pada Hadits Qudsi Nabi memeberitakan perkataan. Sedangkan, hadits nabawi
perkataan, perbuatan dan persetujuan.
c. Hadits Nabawi lafadz dan maknanya dari Nabi menurut sebagian pendapat
sedangkan hadits qudsi maknanya dari Allah readsinya disusun dari nabi.
d. Hadits Qudsi selalu menggunakan ungkapan orang pertama : Aku (Allah)…
Hai Hamba-Ku… sedangkan hadits nabawi tidak menggunakan ungkapan
tersebut.

C. Bentuk – Bentuk Hadits dan Unsur-Unsur Hadits

1. Bentuk – Bentuk Hadits


Ada beberapa bentuk hadist antara lain :
a. Hadits Qauli (Perkataan)
Hadits Qauli adalah segala sesuatu yg disandarkan kepada nabi Muhammad
‫ ﷺ‬, baik berupa perkataan , ucapan ataupun sabda yg memuat

4
berbagai maksud syara peristiwa dan keadaan yg berkaitan dengan akidah ,
syariah akhlak , atau lainya

Contoh hadist qauli

ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل خَ ْي ُر ُك ْ•م َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُرْ آنَ َو َعلَّ َمه‬ ِ ‫ع َْن ع ُْث َمانَ َر‬
َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي‬
Dari Utsman ra, dari Nabi saw., beliau bersabda: “Orang yang paling baik di
antara kalian ialah orang yang belajar al-Qur`an dan mengajarkannya.”. (HR.
al-Bukhari)

b. Hadits fi’li (Perbuatan)


Hadits fi’li ialah hadist yang menyebutkan perbuatan nabi Muhammad
‫ ﷺ‬yang sampai kepada kita.

Contoh hadist fi'li

َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ي‬


ِ ‫ُصلِّي َعلَى َر‬
ُ ‫احلَتِ ِه َحي‬
‫ْث‬ َ ِ ‫ال َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ع َْن َجابِ ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ ق‬
َ‫يضةَ نَ َز َل فَا ْستَ ْقبَ َل ْالقِ ْبلَة‬
َ ‫ت فَإِ َذا أَ َرا َد ْالفَ ِر‬ ْ َ‫تَ َو َّجه‬
Dari Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Rasulullah melaksanakan shalat di atas
tunggangannya menghadap ke mana arah tunggangannya menghadap. Jika
Beliau hendak melaksanakan shalat yang wajib, maka beliau turun lalu shalat
menghadap kiblat. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

c. Hadits taqriri (Persetujuan)


Hadits taqriri ialah penetapan ( taqririyyah ) yaitu perkataan atau perbuatan
tertentu yang dilakukan oleh sahabat dihadapan nabi Muhammad
‫ ﷺ‬atau sepengetahuan beliau, namun beliau diam dan tidak
menyanggahnya dan tidak pula menampakan persetujuanya atau malahan
menyongkongnya hal semacam ini dianggap sebagai penetapan dari nabi
Muhammad walaupun beliau dalam hal ini hanya bersifat pasif atau diam.

Contoh hadist taqriri

َ ‫صاَل ةُ َولَي‬
‫ْس َم َعهُ َما َما ٌء‬ َّ ‫ض َر ْتهُ َما• ال‬ َ ‫ع َْن أَبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِريِّ قَا َل َخ َر َج َر ُجاَل ِن فِي َسفَ ٍر فَ َح‬
‫صاَل ةَ بِ ُوضُو ٍ•ء َولَ ْم‬ َّ ‫ت فَأَعَا َد أَ َح ُدهُ َما ال‬ ِ ‫صلَّيَا ثُ َّم َو َجدَا ْال َما َء بَ ْع ُد فِي ْال َو ْق‬
َ َ‫ص ِعيدًا طَيِّبًا ف‬ َ •‫فَتَيَ َّم َما‬
َ‫صبْتَ ال ُّسنَّة‬ َ َ‫ال لِلَّ ِذي لَ ْم ي ُِع ْد أ‬
َ َ‫ك فَق‬ َ ِ ‫يُ ِع ْد اآْل َخ ُر ثُ َّم أَتَيَا َرسُو َل هَّللا‬
َ ِ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َذ َك َرا َذل‬
‫ك َوقَا َل لِلَّ ِذي تَ َوضَّأَ• َوأَعَا َد لَكَ اأْل َجْ ُر َم َّرتَ ْي ِن‬ َ ُ‫صاَل ت‬
َ ‫ك‬ •َ ‫َوأَجْ َز ْت‬
Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu ia berkata: "Pernah ada dua
orang berpergian jauh dan waktu shalat telah tiba, sedang mereka tidak
membawa air, kemudian mereka berdua bertayamum dengan debu yang bersih
dan melakukan shalat, lalu keduanya mendapati air (dan waktu shalat masih
ada), kemudian salah seorang dari keduanya mengulangi shalatnya dengan
air wudhu dan yang satunya tidak mengulangi. Mereka menemui Rasulullah

5
shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan hal itu. Maka beliau bersabda
kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya: 'Kamu sesuai dengan sunnah
dan shalatmu sudah cukup'. Dan beliau juga berkata kepada yang berwudhu
dan mengulangi shalatnya: 'Bagimu pahala dua kali' ". (HR. ad-Darimi).

2. Unsur – Unsur Hadits


a. Sanad
- Kata Sanad menurut bahasa yaitu sandaran atau sesuatu yang kita jadikan
sandaran.
- Menurut Istilah Al-Badru bin Jam'ah dan at-Tiby menyatakan bahwa sanad
adalah Berita tentang jalan matan
- Muhammad 'Ajjaj al Khatib dalam bukunya menyatakan bahwa sanad adalah
silsilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama.
Dari Definisi Dapat Disimpulkan bahwa sanad adalah para perawi sebelum matan
hadits.

b. Matan
- Matan memiliki arti tanah yang tinggi.
- menurut istilah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad adapun istilah lainnya
lafaz-lafaz hadits yang didalamnya terkandung makna-maknanya.
Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa teks atau isi hadits itu sendiri.

c. Rawi
- bentuk jamaknya adalah "ruwah" yang berarti orang yang memberitakan atau
meriwayatkan hadits. baik itu ia meriwayatkan melalui lisan maupun tulisan
yang ia dengar langsung dari gurunya.

Contoh :

‫ اخبرنا حنظلة بن ابى سفيان عن اكرمة بن خالد عن ابن عمر‬: ‫حدثنا عبيدهللا بن موسى قال‬
‫ بني االسالم على خمس شهادة ان الاله االهللا‬.‫م‬.‫ قال رسول هللا ص‬: ‫رضي• هللا عنهما قال‬
•‫ “رواه البخارى‬.‫”وان محمد رسول هللا واقام• الصالة وايتاء الزكاة والحج وصوم• رمضان‬
“telah menceritakan kepada kami ubaidullah bin musa, ia berkata : telah
mengabarkan kepada kami handhalah bin abi sufyan dari ikrimah bin khalid dari
ikrimah bin khalid dari ibnu umar radhiyallahu ‘anhuma berkata : telah
bersabda rasulullah saw : didirikan islam itu atas lima perkara : syahadat bahwa
tidak ada tuhan selain allah dan muhammad rasulullah, mendirikan solat,
membayar zakat, berhaji dan puasa dalam bulan ramadhan”.(Riwayat Bukhari)

yang dimaksud sanad


Ubaidullah bin Musa sebagai sanad pertama atau awal sanad.
Handhalah bin Abi Sufyan sebagai sanad kedua.

6
Ikrimah bin Khalid sebagai sanad ketiga.
Ibnu Umar ra. Sebagai sanad keempat atau akhir sanad.

didirikan islam itu atas lima perkara : syahadat bahwa tidak ada tuhan selain
allah dan muhammad rasulullah, mendirikan solat, membayar zakat, berhaji
dan puasa dalam bulan ramadhan”
disebut Matan

sedangkan, Rawi
Ibnu Umar ra. ………………………sebagai rawi pertama
Ikrimah bin Khalid …………………sebagai rawi kedua
Handhalah bin Abi Sufyan ………….sebagai rawi ketiga
Ubaidullah bin Musa ……………….sebagai rawi keempat
Imam Bukhari ………………………sebagai rawi kelima atau rawi terakhir.

Sanad dan Rawi akan terlihat sama. Akan tetapi yang membedakannya yaitu
terletak pada pembukuan atau pentadwinan hadits. Orang yang menerima
hadits dan menghimpunnya dalam suatu kitab disebut perawi. Dengan
demikian perawi dapat disebut mudawwin (orang yang membukukan dan
menghimpun hadits).

D. Kehujjahan Hadits dan Fungsinya

1. Kehujjahan dan Argumentasi


Kata “kehujjahan” merupakan kata berimbuhan yang berasal dari hujjah. Secara
etimologi, hujjah berarti “alasan atau dasar”. Sedangkan secara terminologi hujjah
berarti alasan yang harus dikemukakan untuk menetapkan atau mempertahankan
pandangan yang diajukan. Kata “hujjah” disebut juga dasar penetapan hukum.

Seluruh kaum muslimin telah sepakat bahwa sabda, perbuatan dan taqrir
rasulullah ‫ﷺ‬. Yang dimaksudkan sebagai undang-undang atau pedoman
hidup ummat yang harus diikuti, dan yang sampai kepada kita dengan sanad
(sandaran) yang sahih, sehingga memberikan keyakinan yang pasti atau dugaan yang
kuat bahw a hal itu datang dari rasulullah, adalah sebagai hujjah bagi kaum
muslimin dan sebagai sumber sya’at tempat para mujahid mengeluarkan hukum-
hukum syarah.

Untuk membuktikan kebenaran hadist sebagai sumber hukum Islam, para ulama
hadist mengemukakan beberapa argumentasi baik dilihat dari
rasional,teologis,alquran,sunnah,dan ijma.

a. Argumentasi Rasional/teologis
Beriman kepeda rosulullah merupakan salah satu dari rukun iman yang enam
yang harus diyakini oleh setiap muslim. Keimanan diperintahkan oleh Allah

7
dalam alquran agar manusia beriman dan taat kepada nabi baik perkataab maupun
perbuatan.

b. Argumentasi Al-Qur’an
Didalam alquran dijelaskan bahwa nabi muhammad memiliki peran yang
sangat penting dalam kaitanya dengan agama. Beliau diberikan tugas untuk
menjelaskan alquran, sebagai suri tauladan yang wajib dikuti oleh Islam.
Diantaranya firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 136 :
‫هّٰلل‬
•ْْٓ ‫ب الَّ ِذ‬
‫ٓي اَ ْن َز َل ِم ْن‬ ِ ‫ب الَّ ِذيْ نَ َّز َل ع َٰلى َرسُوْ لِ ٖه َو ْال ِك ٰت‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا ٰا ِمنُوْ ا بِا ِ َو َرسُوْ لِ ٖه َو ْال ِك ٰت‬
ۤ ‫هّٰلل‬
‫ض ٰلاًل ۢ بَ ِع ْيدًا‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫قَ ْب ُل َۗو َم ْن يَّ ْكفُرْ بِا ِ َو َم ٰل ِٕٕىِ• َكتِ ٖه َو ُكتُبِ ٖه َو ُر ُسلِ ٖه َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر فَقَ ْد‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-
Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.”

c. Argumentasi Hadist/Sunnah
Banyak hadist yang menggambarkan tenytang pentingnya taat kepada nabi
muhammad saw. diantaranya adalah pesan rosul agara menjadikan hadist sebagai
pedoman hidup disamping alquran. Bila ummat islam berpegang teguh kepada
dua sumber hukum ini, maka mereka akan selamat mereka akan selamat. Nabi
Bersabda :
“Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya
selama kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah (Alquran) dan
Sunahku.” (HR Al-Hakim)

2. Kedudukannya terhadap Al-Qur’an


Seluruh ummat Islam sepakat bahwa hadist merupakan salah satu sumber hukum
Islam dimana ummat islam diwajibkan mengikutinya sebagaimana wajibnya
mengikuti Al-Qur’an. Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib
Dalam bukunya usul al-hadits ulumuhu wa mustalahuh mengakatakan :
“Al-qur’an dan Sunnah merupakan dua sumber hokum syari’at at islam yang tepat,
dimana orang islam tidak mungkin mempu memahaminya syari’at islam tanpa
kembali kepada kedua sumber hokum islam tersebut. Ulama mujtahid dan orang
alimpun tidak dibolehkan hanya mencukupkan diri dengan salah satu keduanya.”
Menurut jumhur ulama, kedudukan hadist bila ditinjau dari segi statusnya sebagai
dalil dan sumber ajaran Islam adalah menempati posisi kedua setelah al-Qur’an. Hal
tersebut terutama ditinjau dari segi wurud dan subutnya al-qur’an adalah qat’i
sementara hadits kecuali yang berstatus mutawatir adalah zanni al-wurud. Oleh
karenannya, yang bersifat qat’i (pasti) didahulukan daripada zanni (relatif).
Argumentasi lain yang dikemukakan para ulama dalam memposisikan hadits
pada posisi kedua setelah al-qur’an adalah melihat fungsi hadits yang menjadi
penjelas dan penjabar al-qur’an. Sudah nyata bahwa sesuatu yang dijelaskan yaitu

8
al-quran kedudukannya lebih tinggi dari hadits. Karena penjelas tidak perlu ada jika
sesuatu yang di jelaskan tidak ada, tetapi tidak sebaliknya.

3. Fungsi hadits terhadap Al-Quran


Al-quran sebagai sumber pertama memuat ajaran-ajaran bersifat umum dan
global yang perlu dijelaskan lebih lanjut dan diperinci. Oleh karena itu, disinilah
perlunya hadits sebagai penjelas terhadap al-quran.

Fungsi Hadits dalam Al-Qur-an diantaranya yaitu :


a. Bayan at-Taqrir
Yaitu menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan dalam al-
quran. Mengungkapan kembali apa yang telah dimuat dan terdapat dalam Al-
quran, tanpa menambah atau menjelaskan apa yang terdapat dalam ayat tersebut.
Fungsi hadits ini hanya memeperkuat dan memeperkokoh isi kandungan al-quran.

b. Bayan at-Tafsir
Yang dimaksud dengan bayan at-tafsir adalah menjelaskan dan menafsirkan
ayat-ayat al-quran yang dating secara mujmal , ‘am dan mutlaq. Fungsi hadits
sebagai penagsir Al-quran dapat dibagi tiga, yaitu:

- menafsirkan serta merinci ayat-ayat yang mujmal


- mengkhususkan ayat-ayat yang bersifat umum
- memeberikan batasan terhadap ayat ayat al quran yang bersifat mutlaq.

c. Bayan Tasyri
adalah penjelasan yang berupa penetapan suatu hukum atau syar’i yang tidak
didapati nashnya dalam al-qur’an bayan ini juga disebut juga bayan za’id ‘ala al-
kitab al-karim.

d. Bayan an-Nasakh
adalah penjelasan hadis yang menghapus ketentuan hokum yang terdapat
dalam al-quran. Hadist yang datang setelah alqur’an menghapus ketentuan-
ketentuan dalam alqur’an. Dalil syar’i(alqur’an) yang datang lebih dahulu dan
telah dihapus hokum yang ditunjukanya disebut Mansukh.

4. Perkataan dan Perbuatan Rasul yang Bukan Syari'at


Perkataan, perbuatan, dan Taqrir Rasulullah ‫ﷺ‬. merupakan syari'at
yang harus ditaati oleh kaum muslimin selama perkataan, perbuatan, dan (aqn‘r
tersebut muncul dari beliau dalam kafasitasnya sebagai Rasulullah dan memang
dimaksudkan sebagai undang-undang umum yang wajib ditaati. Tetapi perlu disadari
bahwa di sisi lain beliau juga sebagai manusia biasa yang sudah barang tentu ada
beberapa perkataan dan perbuatannya yang bukan termasuk syari'at yang harus
ditaati dan diikuti.

9
Perkataan-perkataan maupun perbuatan-perbuatan beliau yang bukan merupakan
syari'at yang harus diatati dan diikuti adalah sebagai berikut:

a. Segala sesuatu yang keluar dari beliau dalam fungsinya sebagai manusia biasa,
seperti berdiri, duduk, berjalan, tidur, makan, dan lain-lain. Perbuatan-perbuatan
tersebut muncul dari beliau bukan dalam kafasitasnya sebagai Rasulullah, tetapi
sebagai manusia biasa. Namun perlu diperhatikan, apabila perbuatan
kemanusiaan tersebut didukung oleh dalil yang menunjukkan bahwa yang
dimaksud dengan perbuatan itu adalah tuntunan, maka perbuatan tersebut
termasuk hukum syari'at (Islam) berdasarkan petunjuk dalil tersebut.

b. Segala sesuatu yang keluar dari beliau yang semata-mata hanya sebagai
kebijaksanaan dalam masalah keduniaan, misalnya tindakan Rasulullah
‫ ﷺ‬pada waktu perang Badar. Beliau menempatkan satu divisi
angkatan perang di suatu tempat yang menurut beliau adalah tempat yang
strategis. Tetapi tiba-tiba salah seorang sahabat bertanya kepada beliau tentang
penempatan angkatan perang tersebut. Apakah penempatan tersebut atas petunjuk
Tuhan ataukah hanya semata-mata ijtihad beliau sendiri. Kalau hanya
berdasarkan ijtihad beliau sendiri, si penanya mengusulkan agar dipindahkan ke
tempat lain yang lebih strategis. Oleh karena penempatan itu hanya menurut
ijtihad beliau sendiri. yang dalam hal ini beliau kurang mengenal tempat itu jika
dibandingkan dengan si pengusul yang sudah menguasai liku-liku daerah
tersebut, maka usul sahabat itu diterima oleh Rasulullah ‫ﷺ‬.

c. Contoh lain adalah diperbolehkannya beliau menikah lebih dari empat istri.
Perbuatan ini berlaku khusus bagi Nabi, bukan untuk umatnya. Adapun umat
Islam diperbolehkan maksimal memiliki empat orang istri, itupun apabila
memenuhi persyaratan tertentu. Hal ini dijelaskan dalam Alquran surat an-Nisa'
ayat 3:

َ ‫اب لَـ ُكمۡ ِّمنَ النِّ َسٓا ِء َم ۡث ٰنى َوثُ ٰل‬


ۡ‫ث َور ُٰب َ‌ع‌ۚ فَاِ ۡن ِخ ۡفتُم‬ َ َ‫َواِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ اَاَّل تُ ۡق ِسطُ ۡوا• فِى ۡاليَ ٰتمٰ ى فَا ْن ِكح ُۡوا• َما ط‬
‫ك اَ ۡد ٰنٓى اَاَّل تَع ُۡولُ ۡوا‬
َ ِ‫اَاَّل ت َۡع ِدلُ ۡوا فَ َوا ِح َدةً اَ ۡو َما َملَـ َك ۡت اَ ۡي َمانُ ُكمۡ‌ ؕ ٰذ ل‬
“Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan
(lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak
akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya
perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak
berbuat zhalim.”
.
Ucapan dan perbuatan Rasulullah Saw. seperti yang telah dijelaskan diatas adalah
termasuk sunnahnya, tetapi bukan hukum syari'at (Islam) atau undang-undang yang
harus diikuti. Adapun ucapan atau perbuatan beliau dalam kafasitasnya sebagai
Rasul, dan dimaksudkan sebagai pembentukan hukum Islam secara umum serta
tuntunan bagi umat Islam, maka perkataan dan perbuatannya tersebut merupakan
hujjah dan undang-undang (aturan) yang harus diikuti.

10
BAB III
KESIMPULAN

Dari apa yang ditulis dapat disimpulkan bahwa, Hadits adalah sesuatu yang datang dari
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau
persetujuan. Sunnah yaitu meliputi segala sesuatu yang datang dari Nabi dalam bentuk
apapun , baik berkaitan dengan hukum ataupun tidak. Khabar yaitu segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi , baik berupa perkataan , perbuatan , persetujuan , dan sifat. Dan
Atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad , para sahabat , dan ulama
salaf. Hadits Qudsi ialah hadist yang oleh nabi ‫ ﷺ‬, disandarkan kepada allah
maksudnya nabi meriwayatkan bahwa itu adalah kalam Allah , maka rasul ‫ﷺ‬
menjadi perawi kalam Allah ini dari lafal nabi sendiri.

Bentuk-Bentuk Hadits terdiri dari Hadits Qauli (perkataan), Fi’li (perbuatan), dan taqriri
(persetujuan). Sedangkan, unsur-unsur hadits terdiri dari Sanad, Matan, dan Rawi. sanad
adalah para perawi sebelum matan hadits. Matan adalah lafaz-lafaz hadits yang didalamnya
terkandung makna-maknanya. sedangkan, rawi adalah orang yang memberitakan atau
meriwayatkan hadits.

Kehujjahan Hadits dan fungsinya yaitu Kehujjahan dan argumentasi yang terdiri dari
argumentasi rasional, argumentasi al-quran, dan argumentasi hadits. Sedangkan,
kedudukan hadits terhadap al-quran yaitu sebagai penjelas dan penjabar al-quran. Fungsi
Hadits terhadap al-quran yaitu sebagai penjelas al-quran, sebagai penafsir al-quran, sebagai
penetap suatu hokum yang tidak terdapat dalam al-quran dan sebagai penjelasan hadis
yang menghapus ketentuan hukum yang terdapat dalam al-quran.

Perkataan dan perbutan rasul ‫ ﷺ‬yang bukan syariat yaitu. Segala sesuatu
yang keluar dari beliau dalam fungsinya sebagai manusia biasa. Segala sesuatu yang keluar
dari beliau yang semata-mata hanya sebagai kebijaksanaan dalam masalah keduniaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Khon, Abdul Majid 2015. Ulumul Hadis. Jakarta : Amzah

Yuslem, Nawir. 2001. Ulumul Hadis. Jakarta : Mutiara Sumber Widya

Zuhri, Ahmad dkk. 2014. Ulumul Hadis. Medan : Manhaji

12

Anda mungkin juga menyukai