Anda di halaman 1dari 68

ANALISA DAN PERENCANAAN PEMBUATAN PAPAN

PETUNJUK INFORMASI JALAN AREA KAMPUS


UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

PERANCANGAN SISTEM KERJA 2

BILLY NUGRAHA 1610631140033


DWI DARMAYANTI 1610631140049
FAHRUL ROZI 1610631140053

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
KARAWANG
2018

1
IDENTITAS KELOMPOK

Nama Dosen Pembimbing : Dene Herwanto, S.T., M.T.

Nama Anggota Kelompok : - Billy Nugraha


(1610631140033)
- Dwi Darmayanti
(1610631140049)
- Fahrul Rozi
(1610631140053)

Kelas : B (R – A . 3 - 23)

Tugas : Penyusunan dan Pembuatan Laporan


Tugas Besar Perancangan Sistem Kerja 2
“Analisa dan Perencanaan Pembuatan
Papan Petunjuk Informasi Jalan Area
Kampus Universitas SIingaperbangsa
Karawang”

2
DAFTAR ISI

Halaman
IDENTITAS KELOMPOK 6....................................................................... ........ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL................................................................................................. vi
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 8
BAB 3 METODE.......................................................................................... ........ 25
BAB 4 PEMBAHASAN....................................................................................... 34
BAB 5 KESIMPULAN................................................................................. ........ 47
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
BIODATA KELOMPOK

3
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1.2.1 Dimensi Papan Petunju…………………………..................... 11
Gambar 2.1.2.4.1 Jarak Posisi Papan Petunju…………………….................... 12
Gambar 2.2.1.1 Proses Kognitif Manusi………………………….................... 14
Gambar 2.2.2.1 Mata Manusi…………………………………….................... 17
Gambar 2.2.2.2 Contoh Heat Maps Fiksas......................................................... 19
Gambar 2.2.2.3 Contoh Heat Maps Fiksasi dan Saccades................................. 19
Gambar 3.1.1 Alur Penelitian............................................................................. 26
Gambar 4.1.1 Wilayah Universitas Singaperbangsa Karawang......................... 34
Gambar 4.1.2 Universitas Singaperbangsa Karawang Tampak Depan .............. 37
Gambar 4.1.3 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 1............................ 38
Gambar 4.1.4 Visual Display Pada Keteragan Nomor 1................................... 38
Gambar 4.1.5 Universitas Singaperbangsa Karawang Tampak Kanan .............. 39
Gambar 4.1.6 Universitas Singaperbangsa Karawang Tampak Kiri .................. 39
Gambar 4.1.7 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 2 .......................... 39
Gambar 4.1.8 Visual Display Pada Keteragan Nomor 2 ……………................ 40
Gambar 4.1.9 Universitas Singaperbangsa Karawang Tampak Kanan ............... 41
Gambar 4.1.10 Universitas Singaperbangsa Karawang Tampak Kiri ................ 41
Gambar 4.1.11 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 3 ......................... 41
Gambar 4.1.12 Visual Display Pada Keteragan Nomor 3 ……………............... 42
Gambar 4.1.13 Universitas Singaperbangsa Karawang Tampak Kanan ............. 43
Gambar 4.1.14 Universitas Singaperbangsa Karawang Tampak Kiri ................ 43
Gambar 4.1.15 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 4 ......................... 43
Gambar 4.1.16 Visual Display Pada Keteragan Nomor 4 …………….............. 44
Gambar 4.1.17 Universitas Singaperbangsa Karawang Tampak Kanan .............
Gambar 4.1.18 Universitas Singaperbangsa Karawang Tampak Kiri ................. 45
Gambar 4.1.19 Petunjuk Display ……………………………………....……… 45

4
Gambar 5.2.1 Wilayah Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) …….. 50
Gambar 5.2.2 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 1 ………………... 51
Gambar 5.2.3 Visual Display Informasi Lokasi ……………………………..... 51
Gambar 5.2.4 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 2 ……………….. 52
Gambar 5.2.5 Visual Display Informasi Lokasi ………………………………. 52
Gambar 5.2.6 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 3 ………………... 53
Gambar 5.2.7 Visual Display Informasi Lokasi ………………………………. 53
Gambar 5.2.8 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 4 ……………….. 54
Gambar 5.2.9 Visual Display Informasi Lokasi ………………………………. 54

5
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1.2.1 Tabel Jenis Atensi ........................................................................ 15
Tabel 4.1.1 Tabel Keterangan Pada Nomor 1 .................................................... 35
Tabel 4.1.2 Tabel Keterangan Pada Nomor 2 ………………………................... 35-36
Tabel 4.1.3 Tabel Keterangan Pada Nomor 3 .................................................... 36
Tabel 4.1.4 Tabel Keterangan Pada Nomor 4 ..................................................... 37

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia membutuhkan informasi dalam melakukan perjalanannya.


Ketika manusia pertama kali berjalan mengelilingi bumi, perjalanannya
diarahkan dengan bantuan dari alam dan binatanng. Dewasa ini, perubahan
alam yang begitu cepat dan berbeda membuat manusia tidak mungkin lagi
mengikuti alam dan binatang sebagai petunjuk arah bagi dirinya. Manusia
membutuhkan petunjuk lain yang lebih efektif untuk membimbingnya dalam
melakukan perjalanan sehingga dia tidak akan kehilangan arah. (Arthur&
Passini; 1992)

Menyatakan bahwa proses menemukan perjalanan (way finding)


merupakan suatu tindakan dalam mengolah informasi yang diterima,
pembuatan dan pelaksanaan keputusan dari informasi tersebut sehingga tujuan
perjalanan yang diharapakan dapat dicapai, baik dalam lingkungan yang telah
dikenal maupun belum dikenal. Kegagalan dalam proses way finding ini dapat
membuang waktu dan dapat menyebabkan perasaan tidak senang. (Pramanik
2006).

Display (alat peraga) adalah bagian dari lingkungan yang memberi


informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar. (Sutalaksana,
1979)

Oleh karena itu, dibuatlah sebuah media baru yang mampu mengatasi
masalah tersebut. Papan petunjuk merupakan salah satu solusi permasalahan
yang dapat membantu dan membimbing manusia dalam menentukan arah
perjalanannya. Secara umum papan petunjuk dapat didefinisikan sebagai segala
bentuk grafik visual yang diciptakan untuk menampilkan atau menyampaikan

7
pesan ke audiens tertentu sehingga dapat dimengerti dan dilaksanakan dengan
baik oleh audiens tersebut.

Selain itu, papan petunjuk tersebut harus dapat memberikan gambaran


terkini mengenai keadaan lingkungan dimana papan tersebut diletakkan baik
berupa bahaya, kondisi jalan maupun rintangan-rintangan yang terjadi pada
daerah tersebut dan juga memberikan peringatan serta memberikan navigasi
kepada pengendara dan pengguna jalan dengan cara menyediakan informasi
yang tepat dan jelas sehingga membuat pengendara bekendara dengan aman
dan nyaman. Papan petunjuk juga dapat digunakan untuk membentuk perilaku
tertentu kepada pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan dengan
memberikan aturan-aturan tertentu dalam papan petunjuk tersebut. (Fleyeh,
2004)

Seperti yang dijelaskan pada United Nations Economics Commission for


Europe pada tahun 2003 (Castro & Horberry, 2004), secara umum papan
petunjuk dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu;

1. Papan petunjuk bahaya (danger warning sign), digunakan untuk


memperingatkan pengguna jalan akan bahaya dan rintagan yang terdapat
pada jalan tersebu.

2. Papan petunjuk peraturan (regulatory sign), digunakan untuk mengatur sikap


pengguna jalan. Papan petunjuk ini berisikan peraturan yang bersifat
perintah dan atau larangan yang wajib dilaksanakan untuk pengguna jalan.
Karena bersifar perintah dan atau larangan maka penyampaian pesan dalam
petunjuk tipe ini tidak boleh menimbulkan interprestasi makna lain.

3. Papan petunjuk informasi (informative sign), digunakan untuk mengarahkan


pengguna jalan ketika mereka berpergian. Pesan yang terkandung dalam
papan petunjuk jenis ini berupa arah, jarak, keberadaan fasilitas, dan lokasi.

Papan petunjuk sebuah lingkungan memiliki beberapa fungsi, yaitu


sebagai identitas, informasi, navigasi, dan pendidikan. Selain itu, papan

8
petunjuk yang baik harus memenuhi beberapa syarat seperti papan petunjuk
harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna jalan, pesan yang disampaikan
jelas dan mudah dimengerti, papan petunjuk harus dapat dipatuhi dengan baik
oleh pengguna jalan, dan pesan pada papan petunjuk harus terbaca pada waktu
yang cukup sehingga pengguna jalan dapat bertindak pada waktu yang tepat.
Waktu pembacaan yang cukup dan pemberian informasi yang tepat dapat
mencegah terjadinya kecelakaan, meningkatkan performa dalam mengendara,
serta mengurangi polusi yag diakibatkan oleh kendaraan. (Fleyeh, 2004)

Papan petunjuk merupakan salah satu fasilitas perlengkapan jalan yang


mutlak diperlukan sehingga keselamatan, kedisiplinan, dan ketertiban jalan
dapat dicapai. Menurut Traffic Engineering Manual (2008), papan petunjuk
harus tersedia pada tempat-tempatseperti jalan kota, terminal, stasiun, bandara
udara, taman nasional, dan institusi pendidikan. Universitas Singaperbangsa
Karawang (Unsika) merupakan salah satu institusi pendidikan di Indonesia.
Sebagai Universitas Negeri pertama didaerah Kabupaten Karawang atau Kota
Industri terbesar di Indonesia, Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika)
harus dapat menciptakan lingkungan yang tertib, aman, dan disiplin. Dengan
jumlah mahasiswa/mahasiswi yang cukup besar (berdasarkan profil Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika) pada tahun 2014, mahasiswa/mahasiswi
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) berjumlah ± 14.802 dari
program sarjana dan magister) serta lahan yang luas (Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika) menempati lahan seluas ± 30 Ha) membuat
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) harus menciptakan atau
membuat perencanaan papan petunjuk yang sesuai dengan preferensi pengguna
jalan.

Sayangnya, kesesuaian papan tersebut belum dapat diimplementasikan


dengan baik. Hampir semuanya penggunan jalan atau khususnya mahasiswa-
mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) menyatakan bahwa
mereka kesulitan dalam mencari nama fakultas, laboratorium, masjid, aula dan

9
lainnya yang ada disekitar kampus Universitas Singaperbangsa Karawang
(Unsika), terlebih bagi yang mau mendaftar atau baru masuk ke Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika). Papan petunjuk sebagai sarana informasi
bagi pengguna jalan harus memenuhi prinsip-prinsip dasar ergonomic yang
berkaitan dengan rambu-rambu lalu lintas (Ben-Bassat & Shinar, 2006),
sehingga papan tersebut dapat dibaca dan dimengerti dengan mudah oleh
pengguna jalan. Prinsip-prinsip ergonomic tersebut adalah sebagai berikut;

1. Spatial Compability, karakteristik dengan ruang atau posisi yaitu peletakkan


tempat papan petuunjuk sehingga pesan yang diberikan dapat tersampaikan.

2. Conceptual Compability, karakteristik yang berkaitan dengan kode dan


simbol yang terdapat pada papan petunjuk sehingga sesuai dengan persepsi
pengguna jalan.

3. Physical Representation, karakteristik yang berkaitan dengan kemiripan


antara kode dan pesan yangdigunakan pada papan petunjuk dengan
kenyataan yang terjadi pada lingkungan tersebut.

4. Familiar, karakteristik dari atribut-atribut papan petunjuk jalan yang sudah


dikenal atau familiar oleh pengguna jalan sebelumnya.

5. Standardization, prinsip yang berhubungan dengan atribut pada papan


petunjuk jalan yang konsisten diseluruh papan petunju yang ada.

Berdasarkan data dan fakta yang dilakukan, papan petunjuk di Universitas


Singaperbangsa Karawang (Unsika) dapat dikatakan belum lengkap dan
memenuhi prinsip-prinsip ergonomic yang berkaitan dengan rambu lalu lintas
tersebut, terutama prinsip spatial compability dan standardization. Peletakkan
papan petunjuk di Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) tidak sesuai
dengan preferensi pengguna jalan. Papan tersebut diletakkan dilokasi yang
terhalangi oleh pepohonan atau benda lainnya, sehingg papan petunjuk tersebut
sulit untuk dilihat dan pesan yang ada sulit untuk dibaca. Hal tersebut tidak
sejalan dengan prinsip spatial compability yang mengatakan bahwa peletakkan

10
lokasi papan petunjuk haruslah sebagai sehingga papan petunjuk (dan juga
pesan yang terkandung didalamnya) dapat terbaca dan tersampaikan dengan
baik.

Selain itu, variable atau atribut yang terdapat pada setiap papan petunjuk
berbeda-beda (tidak konsisten) dalam satu lingkungan. Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika), baik berupa kombinasi warna papan yang
digunakan, bentuk papan, symbol maupun ukuran tulisan yang digunakan. Hal
tersebut mengakibatkan masih banyaknya pengguna jalan di Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika) yang bingung atau mencari orang lain
untuk bertanya tempat tersebut dimana dan juga bertentangan dengan prinsip
dasar ergonomic mengenai papan petunjuk yaitu standardization yang
mengharuskan keseragaman atribut pada papan petunjuk dalam suatu
lingkungan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atau sesuai dengan fakta yang


didapat dilapangan tersebut, maka akan dilakukan penelitian terhadap papan
petunjuk di Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika). Penelitian ini akan
dikembangkan sesuai dengan fakta dan data yang dapat dirasakan atau dilihat
secara langsung sesuai kondisi ada tidaknya papan petunjuk tersebut di
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), yang dimana hasil dari
penelitian ini akan membuat atau tanggapan atau fakta yang dirasakan oleh
pengguna jalan di Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) atau
khususnya civitas academica disertai dengan teori-teori faktor manusia yang
berkaitan dengan visual manusia. Penelitian ini juga diharapkan akan
menghasilkan rancangan atau usulan standar pembuatan papan petunjuk
dilingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), sehingga
standarisasi papan petunjuk pun dapat tercapai. Dengan seperti itu, maka akan
didapatkan atribut-atribut papan petunjuk seperti dimensi papan, warna papan,
tulisan papan, teks papan, simbol papan, dan lokasi penempatan papan, yang

11
diguankan berdasarkan preferensi pengguna jalan di Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika).

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang diangkat adalah papan petunjuk (terutama


papan petunjuk informasi) yang tidak ada atau atau tidak standar serta tidak
sesuai dengan preferensi pengguna jalan di Universitas Singaperbangsa
Karawang (Unsika). Belum adanya standar atau referensi yang benar untuk
pembuatan papan petunjuk yang erat kaitannya dengan atribut-atribut yang
digunakan seperti kombinasi warna papan dengan tulisan, jenis dan ukuran
tulisan, bentuk papan, lokasi penempatan papan, simbol atau kode, dan ukuran
papan, atribut-atribut inilah yang akan diteliti, yang dimana akan menghasilkan
tanggapan atau fakta bahwa pentingnya papan petunjuk informasi dikampus
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), karena kampus yang cukup
lumayan luas dengan banyaknya tempat yang belum dapat diketahui oleh
mahasiswa-mahasiswi baru khususnya, perlu adanya papan petunjuk informasi
tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah


mendapatkan tanggapan serta rancangan standar pembuatan papan petunjuk
informasi, berdasarakan preferensi pengguna jalan di Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika) sehingga pengguna jalan dapat menerima
pesan yang cepat, tepat dan mampu membimbingnya dalam membuat
keputusan dalam perjalanannya.

1.4 Batasan Masalah

12
Adapun batasan dan asumsi yang timbul dari kasus yang diambil
mengenai tidak adanya papan petunjuk informai di Universitas Singaperbangsa
Karawang (Unsika), apakah akan adanya dukungan seluruh civitas academica
kampus Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) mengenai yang hasil
akhirnya berupa tanggapan atau fakta yang sesuai nyatanya di Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika) serta seberapa penting bagi mereka perlu
adanya pembuatan papan petunjuk informasi jalan di Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika), jika menginginkan tidak kesulitan dalam
mencari tempat.

1.5 Sistematika Penulisan

Secara umum, pembahassan penelitian ini terdiri dari beberapa BAB


dengan Sistematikan Penulisan adalah sebagai berikut:

1. BAB 1 merupakan BAB Pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar


belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan
sistematika penulisan
2. BAB 2 merupakan BAB Landasan Teori atau studi literatur yang
berhubungan dengan penelitian. Landasan teori yang digunakan berkaitan
dengan papan petunjuk informasi jalan dan teori-teori yang berhubungan
dengan faktor-faktor manusia terhadap papan petunjuk (traffic sign)
informasi jalan
3. BAB 3 merupakan BAB Metodologi Penelitian yang menjelaskan mengenai
sebuah rangkaian atau alur penelitian itu dimulai dari awal sampai selesai
4. BAB 4 merupakan BAB Pengumpulan dan Pengolahan Data yang
menjelaskan mengenai sebuah data-data yang diperoleh selama melakukan
penelitian, pembahasan ini juga terkait dengan teori-teori dari studi literatur
yang telah diperoleh.

13
5. BAB 5 merupakan BAB Kesimpulan dan Saran yang menjelaskan
mengenai hasil dari keseluruhan penelitian yang dilakukan. Kesimpulan
yang diambil merupakan garis besar dari keseluruhan hasil penelitian yang
diperoleh serta dapat memberikan saran yang baik untuk pembuatan papan
petunjuk informasi jalan, yang dimana kedepannya memerlukan referensi
mengenai hal ini.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Papan Petunjuk

2.1.1 Definisi papan petunjuk

Papan petunjuk (rambu) adalah salah satu fasilitas perlengkapan


jalan yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan jalan dan
menyediakan pergerakan yang teratur terhadap pengguna jalan. Menurut
Commission on Illumination (1998) papan petunjuk merupakan suatu
media yang menyediakan pesan visual berdasarkan situasi, bentuk, warna,
pola atau terkadang berupa simbol dan karakter dengan tujuan pengguna
jalan mendapatkan informasi dan mengerti pesan yang disampaikan
(Castro & Horberry, 2004, p. 2). Seperti yang dijelaskan pada United
Nations Economic Commission for Europe pada tahun 2003 (Castro &
Horberry, 2004, p. 2) dan Mathew & Rao (2007), secara umum papan
petunjuk dapat dibagi menjadi tiga jenis, diantaranya;

a. Papan Petunjuk Peringatan (Danger Warning Sign)

Digunakan untuk memberikan peringatan kemungkinan akan bahaya


yang terjadi di sekitar lingkungan tersebut.

b. Papan Petunjuk Peraturan (Regulatory Sign)

14
Digunakan untuk memberikan peraturan seperti perintah dan larangan
kepada penggun jalan. Papan petunjuk ini juga digunakan untuk
mengatur sikap pengguna jalan.

c. Papan Petunjuk Informasi (Informative Sign)

Digunakan untuk mengarahkan pengguna jalan ketika berpergian.


Pesan yang terdapat dalam papan petunjuk informasi biasanya berupa
arah, jarak, fasilitas umum, dan lokasi.

Papan petunjuk harus mendapatkan atensi pengguna jalan dan


memberikan pesan yang dibutuhkan pengguna jalan akan kondisi
lingkungan sekitar. Pesan yang terkandung harus dapat tersampaikan
dengan baik tanpa menggangu pengguna jalan terutama pengendara
kendaraan bermotor dari tugas utamanya yaitu menyetir. Pesan yang
terdapat pada papan petunjuk juga harus mudah dibaca dan mudah
dimengerti oleh pengguna jalan pada waktu yang tepat dan cepat sehingga
pengguna jalan tidak membutuhkan usaha yang keras untuk membacanya.
Kemudahan pembacaan dan pemahaman pesan dari papan petunjuk
dipengaruhi oleh atribut-atribut yang ada pada papan tersebut seperti
simbol, tulisan, dan kombinasi warna papan dengan warna tulisan,
kondisi pengguna jalan itu sendiri (kemampuan mata pengguna jalan
tersebut), dan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang bervariasi
seperti kabut, siang/malam hari, pepohonan, ataupun hujan membuat
papan petunjuk akan terlihat berbeda.

Untuk memudahkan dalam melihat dan membaca atribut tersebut,


maka diperlukan standarisasi atribut dalam papan petunjuk. Selain itu,
standarisasi juga dibutuhkan untuk membantu pengguna jalan yang
mengalami kebingungan mengurangi lama waktu yang dibutuhkannya

15
dalam membuat keputusan pada lingkungan yang tidak dikenal dan juga
untuk keamanan lingkungan. Atribut-atribut yang perlu distandarisasi
antara lain bentuk papan, kombinasi warna papan dengan warna tulisan,
dimensi, legenda (tulisan dan simbol), garis tepi, dan iluminasi cahaya.
Standarisasi variabel papan petunjuk juga bergantung kepada tipe jalan
dan lingkungan tempat papan petunjuk tersebut diletakkan yaitu freeway,
expressway, conventional road, dan special purpose road (Manual on
Uniform Traffic Control Devices for Streets and Highways 2003 Edition,
2003)

2.1.2 Pemilihan Variabel

2.1.2.1 Simbol atau Kode

Dalam papan petunjuk, yang dimaksud dengan variabel


tulisan dan simbol atau kode. Simbol yang digunakan haruslah
mempunyai kemiripan dengan arti sebenarnya di kenyataan
(sesuai dengan prinsip ergonomi yang berkaitan dengan rambu
lalu lintas yaitu physical representation). Tulisan menjadi
variabel terpenting karena ia yang membawa pesan dalam papan
petunjuk. Menurut peraturan ADA (Departement of Justice
Federal, 1999) dan Raphael (2006), jenis tulisan yang umum
digunakan adalah sans serif (gill sans dan clearview), helvetica,
frutiger, dan futura.

2.1.2.2 Bentuk

Bentuk papan yang umum digunakan untuk papan


peringatan adalah bujur sangkar, persegi panjang, lingkaran, segi
delapan sama sisi, dan segitiga. Khusus untuk papan petunjuk

16
akan adanya perlintasan rel kereta api, maka papan petunjuk
tersebut berbentuk silang dengan ujung-ujung yang
diruncingkan.

2.1.2.3 Dimensi papan

Dimensi papan adalah ukuran papan, meliputi panjang,


lebar, dan tinggi papan. Menurut standar dari Departemen
Perhubungan, tinggi papan petunjuk minimum adalah 1.75 m
dan maksimum 2.65 m diukur dari permukaan jalan sampai
dengan sisi bagian bawah papan petunjuk. Apabila rambu
tersebut diletakkan di daerah manfaat jalan maka tinggi
minimum rambu tersebut adalah 5 m dari permukaan jalan
sampai dengan sisi bagian bawah papan petunjuk. Selain itu,
ukuran papan petunjuk pun sudah mempunyai ukuran tersendiri
menurut standar dari Departemen Perhubungan (lihat gambar
2.1.2.3.1).

17
Gambar 2.1.2.3.1 Dimensi Papan Petunjuk

(Sumber: Departemen Perhubungan)

2.1.2.4 Lokasi penempatan

Penempatan posisi papan petunjuk menjadi hal yang sangat


penting. Apabila papan petunjuk diletakkan di tempat yang tidak
sesuai dapat menyebabkan kesulitan bagi pengguna jalan dalam
membaca dan memahami pesan yang ada serta dapat
mengakibatkan kecelakaan. Papan petunjuk harus diletakkan
ditempat yang tidak terhalangi oleh bangunan, pepohonan, atau
benda-benda lainnya yang mampu membuat pesan dalam papan
petunjuk tersebut tidak tersampaikan. Papan petunjuk dapat
diletakkan disebelah kiri jalan menurut arah lalu lintas, diluar
jarak tertentu, dan ditepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu
lintas kendaraan dengan jarak minimal 0.6 m (lihat gambar
2.1.2.4.1) dan tidak merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan
kaki (Departemen Perhubungan). Dalam kondisi tertentu, papan
petunjuk dapat diletakkan disebelah kanan jalan menurut arah
lalu lintas. Jarak penempatan sebuah papan petunjuk bergantung
kepada tipe jalan dimana papan tersebut diletakkan terutama
papan petunjuk peringatan dan papan petunjuk peraturan untuk
papan petunjuk informasi, harus diletakkan sedekat mungkin
dengan lokasi yang dimaksud dengan jarak maksimum 50 m.

18
Gambar 2.1.2.4.1 Jarak Posisi Papan Petunjuk

(Sumber: Departemen Perhubungan

2.1.2.5 Warna

Warna adalah persepsi yang dirasakan oleh sistem visual


manusia terhadap panjang gelombang cahaya yang dipantulkan
setiap objek. Setiap jenis papan petunjuk mempunyai warna yang
berbeda. Papan petunjuk peringatan berwarna dasar kuning
dengan lambang atau tulisan berwana hitam. Papan petunjuk
peraturan mempunya jenis warna yang berbeda. Papan petunjuk
larangan mempunyai warna dasar putih dengan lambang atau
tulisan berwarna hitam atau merah sedangkan papan petunjuk
peraturan berwarna dasar biru dengan lambang atau tulisan
berwarna putih dengan garis merah serong sebagai batas akhir
perintah. Papan petunjuk informasi yang menyatakan fasilitas
umum atau tempat-tempat khusus berwarna dasar biru sedangkan
papan petunjuk yang menyatakan lokasi, arah, maupun jarak
berwarna dasar hijau dengan tulisan atau lambang berwarna
putih.

19
2.2 Visual Manusia

2.2.1 Proses Penerimaan Informasi

Sistem saraf dalam tubuh manusia mempunyai banyak fungsi, dan


pada dasarnya sistem tersebut terdiri dari empat fungsi dasar yaitu
menerima informasi, menyimpan informasi yang diterima, mengolahnya,
dan kemudian melakukan tindakan berdasarkan informasi yang telah
didapatnya. Dalam proses IPO (Information-Process-Output) tersebut
terdapat berbagai macam jenis proses penerimaan informasi yang disebut
dengan proses kognitif. Proses kognitif dapat didefinisikan sebagai proses
memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan atau informasi
melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar,
membayangkan, dan berbahasa (Elice, 2009). Proses kognitif ini
berpengaruh terhadap tindakan atau perilaku orang yang menerima
informasi tersebut. Proses kognitif manusia dapat dilihat dari gambar
2.2.1 dibawah. Proses koginitf tersebut terdiri dari sensasi, persepsi,
perhatian, berpikir, mengambil keputusan, memori, dan motivasi.

Gambar 2.2.1.1 Proses Kognitif Manusia

(Sumber: Diyan, 2010)

a. Sensasi

Merupakan tahapan awal dari proses penerimaan informasi. Sensasi


merupakan suatu proses pendeteksian hadirnya stimuli
sederhana/perasaan/kesan yang timbul sebagai akibat dari

20
perangsangan suatu reseptor atau stimuli (Adil). Proses sensasi
berhubungan dengan alat indera yang mengubah informasi menjadi
impuls syaraf yang dipahami oleh otak.

b. Persepsi

Merupakan rangkaian proses mengetahui, mengenali, mengatur, dan


memahami keberadaan informasi, sinyal atau objek yang tersedia.
Persepsi dapat ditentukan oleh beberapa faktor seperti faktor personal,
faktor situasional, dan fakor perhatian.

c. Perhatian (atensi)

Perhatian (atensi) adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil


informasi dari sejumlah besar informasi, sinyal, atau objek yang
tersedia. Atensi dapat terjadi jika manusia memfokuskan diri pada
salah satu stimuli dan stimuli lainnya dikesampingkan. Terdapat empat
jenis atensi yaitu atensi selektif (selective attention), atensi terfokus
(focused attention), atensi terbagi (divided attention), dan atensi
berkesinambungan (sustained attention) lihat pada tabel 2.1.2.1.

Tabel 2.1.2.1 Jenis Atensi

Jenis Atensi Keterangan


Atensi Selektif Memonitor atau merespon
beberapa informasi
Atensi Terfokus Respon terhadap satu informasi
saja dan menolak informasi lain
Atensi Terbagi Respon untuk dua atau lebih
jenis informasi dan
melakukannya secara
bersamaan
Atensi Berkesinambungan Respon terhadap informasi yang

21
berlangsung secara terus
menerus
(Sumber: Sanders & McCormick, 1993)

d. Berpikir

Ruch (1967) mendefinisikan berpikir sebagai manipulasi atau


organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambing-
lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang
tampak (Diyan, 2010). Berpikir dilakukan untuk mengambil
keputusan, menghasilkan suatu hal baru, dan memecahkan persoalan.

e. Pembuatan Keputusan

Sanders & McCormick (1993) mengatakan bahwa pembuatan


keputusan merupakan inti dari proses penerimaan informasi.
Pembuatan keputusan merupakan suatu proses yang diakibatkan oleh
proses penerimaan dan pengolahan informasi yang diterima seseorang
dan proses ini yang mengatur perilaku seseorang dalam melaksanakan
keputusan tersebut. Informasi yang telah didapat dapat disimpan dalam
memori jangka pendek atau memori jangka panjang.

f. Memori

Memori adalah sistem terstruktur yang menyebabkan manusia sanggup


merekam fakta atau informasi tentang lingkungan sekitarnya dan
menggunakannya untuk menentukan perilakunya. Proses penyimpapan
memori melewati tiga tahap yaitu perekaman, penyimpanan (berupa
working memory (short-term memory) dan long term memory), serta
pemanggilan kembali memori yang telah disimpan.

g. Motivasi

22
Motivasi dapat diartikan sebagai tingkah laku dari manusia yang
mengarah kepada tujuan. Tingkah laku ini didasari oleh tujuan dari
kebutuhan manusia tersebut maupun tujuan dari lingkungan dia
berada. Proses penerimaan informasi juga berkaitan dengan harapan
dalam diri seseorang. Apabila informasi yang diterima sesuai dengan
harapan orang tersebut maka tidak akan terjadi konflik. Sebaliknya bila
informasi yang didapatkan berbeda, maka akan timbul ketidakpastian
sehingga dapat menyebabkan tidak terjadinya tindakan atau motivasi
seseorang.

2.2.2 Mata

Mata merupakan panca indera yang berfungsi dalam visual manusia


untuk menangkap sinyal atau objek yang ada di lingkungan sekitarnya.
Mata terdiri dari organ luar (bulu mata, alis mata, dan kelopak mata),
otot-otot penggerak bola mata (otot rektus, otot obliq atas, otot obliq
bawah), dan organ dalam. Organ-organ dalam bekerja sama menerima
dan mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju ke otak untuk dapat
dicerna oleh sistem saraf manusia. Organ-organ tersebut adalah: Saraf
yang memasuki sel batang dan sel kerucut dalam retina untuk menuju
otak menghantarkan cahaya yang diterima sehingga dapat diproses
menjadi informasi. Pergerakan mata pertama kali didefinisikan oleh
Dodge (1900) yakni pergerakan mata manusia pada dasarnya terdiri dari
serangkaian fiksasi dan saccades. Kini, pergerakan mata didefinisikan
sebagai kombinasi dari saccades, smooth pursuit, vergence, vestibular,
dan physiological nystagmus. Kelima tipe pergerakan mata tersebut
adalah, diantaranya;

23
Gambar 2.2.2.1 Mata Manusia

(Sumber: Erickson, 2003)

a. Saccades

Merupakan pergerakan mata secara cepat atau tiba-tiba yang


menggambarkan adanya perubahan fokus atensi. Saccade merupakan
pergerakan tubuh manusia yang paling cepat dengan kecepatan sudut
hingga 1000 derajat per detik. Jumlah saccade yang dibuat oleh mata
manusia berkisar antara 100-70.000 saccades per hari.

b. Smooth pursuits

Pursuit movements terjadi ketika mata manusia menelusuri target yang


bergerak. Berdasarkan jarak dari pergerakan target, mata manusia
mampu untuk menangkap kecepatan yang dihasilkan oleh target yang
bergerak tersebut.

c. Vergence

Vergence movement terjadi ketika kedua mata difokuskan untuk


melihat target yang jauh atau target yang sedang bergerak dari/menuju
pengamat.

24
d. Vestibular

Vestibular movement merupakan gerakan mata yang sangat kecil,


berupa getaran dan biasanya terjadi secara tidak sengaja akibat adanya
pergerakan benda yang sangat cepat sekali.

e. Fiksasi (fixation)

Merupakan kontrol mata agar tetap fokus pada objek yang diam.
Sebenarnya mata manusia tidak pernah benar-benar diam ketika fiksasi
berlangsung. Pergerakan kecil seperti microsaccade, getaran, dan
simpangan masih terjadi sekitar 0,2 derajat. Fiksasi menunjukkan
tingkat ketertarikan seseorang terhadap suatu objek tertentu yang
ditandai dengan tindakan menatap (gaze) objek tersebut. Hasil
pengukuran statistik terhadap fiksasi yang dilakukan oleh Irwin (1992)
menunjukkan bahwa durasi fiksasi berkisar antara 150 milidetik
hingga 600 milidetik dan 90% dari lama waktu seseorang mengamati
suatu objek dicurahkan untuk fiksasi. Persepsi manusia terbentuk
ketika fiksasi terjadi. Contoh heat maps fiksasi dan saccades dapat
dilihat pada gambar 2.2.2.1 dan 2.2.2.2

Gambar 2.2.2.2 Contoh Heat Maps Fiksasi

(Sumber: Breeze, 2009)

25
Gambar 2.2.2.3 Contoh Heat Maps Fiksasi dan Saccades

(Sumber: Al-Khalifa & George, 2010)

2.3 Pejalan Kaki

Pejalan kaki dapat diartikan sebagai salah satu pengguna jalan raya.
Pejalan kaki adalah suatu elemen dari arus lalu lintas yang memiliki
karakteristik sendiri, dimana pergerakannya sangat rendah apabila
dibandingkan dengan kendaraan bermotor. Oleh karena itu pejalan kaki tidak
dapat bergerak bersama dengan kendaraan bermotor. (Andi Rachma, 2004)

Pengertian pejalan kaki adalah pengguna jalan yang pergerakannya tidak


dikendalikan oleh batasan peralatan mekanis dan keberadaanya tidak
terlindungi oleh struktur badan kendaraan seperti halnya pengendara kendaraan
bermotor, tetapi memiliki karakteristik tersendiri yang lebih fleksibel.
(Sayyidah Rumaidha, 2000)

Pedestrian adalah trotoar yang diperuntukan bagi pejalan kaki untuk


menikmati nuansa bangunan perkotaan dan taman-tamn Kota/Kabupaten.
Pedestrian menjadi indikator pokok bagi kemajuan peradaban dan
pembangunan kota masa depan. Faktanya banyak pedestrian menjadi lahan
parkir mobil atau sepeda motor, menjadi lahan pedagang kaki lima berjualan

26
dagangannya. Hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pejalan kaki
maupun wisatawan yang ingin berjalan-jalan menikmati kawasan perkotaan dan
pedesaan. Pedestrian yang salah peruntukan dan fungsinya akan mempersempit
lebar jalan dan akhirnya menambah kemacetan jalan raya. (Satriya Nugraha,
2011)

Jadi pejalan kaki adalah orang-orang yang mengunakan fasilitas yang


telah disediakan sebagaimana menjadi hak berjalan ketika dia sedang pergi dari
suatu tempat ke tempat lain atau menggunakan trotoar untuk pejalan kaki.

2.4 Fasilitas Pejalan Kaki

Menurut UU Lalu Lintas No. 14 Tahun 1992, manajemen pejalan kaki


meliputi pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian arus pejalan kaki agar
terpisah dari arus lalu lintas kendaraan yang mengikuti akan menimbulkan
konflik, jenis fasilitas yang diperlukan didasarkan pada ada atau tidaknya
ruang-ruang antara arus lalu lintas dan waktu tunda yang mungkin ditimbulkan
oleh penyebrangan pejalan kaki. Pada tempat-tempat penyebrangan yang
penting, permukaan jalan perlu dipilih dengan teliti dan untuk pengendara harus
diberi luang lingkup pendang yang baikdan sedapat mungkin tidak ada
pandangan lain yang menyita perhatian mereka. (Suwita, 2006)

Salah satu manajemen pejalan kaki adalah penyediaan fasilitas bagi


pejalan kaki. Fasilitas pejalan kaki berfungsi untuk memberikan kesempatan
bagi lalu lintas manusia, sehingga dapat berpapasan dengan masing-masing
arah dengan rasa aman dan nyaman. (Andi Rachma, 2004)

Oleh karena itu secara umum fasilitas pejalan kaki dibutuhkan pada
(Departemen Perhubungan Darat, 2008), diantaranya;

27
1. Daerah perkotaan secara umum yang jumlah penduduknya padat.

2. Jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap.

3. Daerah yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi, seperti halnya sekolah,
kampus, kantor, pasar dan lainnya.

4. Lokasi yang memiliki permintaan yang tinggi dengan periode yang pendek,
seperti halnya stasiun, terminal, rumah sakit dan lainnya.

5. Lokasi yang memiliki permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu,


misalnya lapangan olahraga, tempat ibadah dan lainnya.

Dan untuk merencanakan suatu fasilitas bagi pejalan kaki, maka yang
harus diperhatikan adalah (Departemen Perhubungan Darat, 2008), diantaranya;

1. Menerus, fasilitas pejalan kaki harus menerus, langsung, dan harus ketujuan.

2. Aman, pejalan kaki harus merasa aman ketika berjalan kaki, baik pada
jalurnya sendiri maupun dalam hubungannya dengan suatu sistem jaringan
lalu lintas lainnya.

3. Nyaman, permukaan fasilitas pejalan kaki harus rata, kering, dan tidak licin
pada waktu hujan, cukup lebar, kemiringan sekecil mungkin, jika diperlukan
boleh diberi tangga yang nyaman.

4. Mudah dan jelas, fasilitas pejalan kaki harus mudah dan cepat dikenal oleh
pejalan kaki tersebut.

Sehingga jenis fasilitas yang harus dimiliki oleh pejalan kaki adalah
(FHWA, 2002), diantaranya;

1. Totoar

Trotoar adalah jalur khusus pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan
dan lebih tinggi dari permukaan jalan untk menjamin keamanan pejalan kaki

28
yang bersangkutan. Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika
mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat
arus lalu lintas. Oleh karena itu salah satu tujuan utama dari manajemen lalu
lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari arus sepeda
motor atau mobil, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar
terhadap aksebilitas dengan pembangunan trotoar. Menurut FHWA dari US
Department Of Transportation, syarat trotoar yang baik adalah sekurang-
kurangnya memiliki lebar 2,5 m tanpa penghalang. Namu jika area tersebut
adalah area komersial, maka lebar trotoar harus mencapai 15’-20’. Memiliki
permukaan yang rata, padat dan terdapat ram yang dilalui oleh berbagai
macam karakteristik fisik manusia.

2. Zebra Cross

Zebra Cross adalah tempat penyebrangan dijalan yang diperuntukan khusu


pejalan kaki yang akan meyebrang dijalan raya. Fasilitas ini dinyatakan
dengan marka jalan membentuk garis membujur berwarna putih dan hitam.
Menurut standar FHWA dari US Department Of Transportation ketebalan
garisnya 600 mm dan dengan celah yang sama dan panjang sekurang-
kurangnya adalah 2,5 m, namun panjang yang idel adalah 3,6 m dan
memiliki stop line didepannya yang berfungsi untuk kendaraan yang
berhenti. Jarak garis pemberhentian kendaraan dengan zebra cross adalah 1
m. Penggunaan zebra cross masih ditambah lagi dengan larangan parkir agar
pejalan kaki yang akan menyebrang dapat terlihat oleh pengemudi kendaraan
dijalan. Pejalan kaki yang berjalan dizebra cross harus mendapatkan
prioritas terlebih dahulu. Penggunaan zebra cross yang terbaik adalah harus
menunggu saat yang tepat untuk menyebrang, jangan berlari atau
menyebrang tetapi harus tetap waspada dan menjaga setiap kemungkinan
kendaraan yang masuk nantinya.

29
3. Halte

Shelter atau halte adalah tempat yang biasa digunakan untuk pemberhentian
kendaraan umum apabila menurunkan atau menaikkan penumpang. Menurut
standar FHWA dari US Department Of Transportation halte sebaiknya
dibangun sedekat mungkin dengan fasilitas penyebrangan pejalan kaki.
Memiliki lebar sekurang-kurangnya adalah 4 m dan ketinggian adalah 2,5 m
dari lantai bawah. Halte harus ditempatkan diatas trotoar dengan jarak
bagian paling depan dari halte sekurang-kurangnya adalah 1 m dari tepi jalur
lalu lintas.

4. Jembatan Penyebrangan

Jembatan penyebrang adalah sarana lainnya bagi pejalan kaki yang


digunakan untuk menyebrang. Fasilitas penyebrangan terletak diatas jalan
raya. Sebenarnya fasilitas ini merupakan fasilitas paling aman untuk
menyebrang dibandingkan dengan zebra cross. Menurut standar FHWA dari
US Department Of Transportation jembatan penyebrangan memiliki lebar
sekurang-kurangnya adalah 5 m dan ketinggian dari jalan raya adalah 3 m.

30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Flow Chart

Mulai

Studi Pustaka Studi Lapangan

Menentukan Tujuan

Display

Pengamatan/Observasi
31

Wawancara
Tidak

Ya

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Perencanaan
Pembuatan
Visual Papan
Petunjuk
Informasi
Jalan

32
Membuat Fakta Berdasarkan
Data

Usulan/Perbaikan

Selesai

Gambar 3.1.1 Alur Penelitian

(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

3.2 Deskripsi Pemecahan Masalah

Setelah data yang diperoleh terkumpul dari hasil penelitian serta


pengolahan data tersebut telah selesai maka dilakukan suatu analisa dalam
penyelesaian masalah. Analisa merupakan kegiatan mencari informasi dengan
tujuan dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah dari segala kegiatan
penelitian ini. Adapun analisa yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari
beberapa hal, diantaranya;

1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
penelitian yang dilakukan. Sehingga studi pendahuluan dilakukan sebelum
penelitian berlangsung untuk digunakan sebagai landasan penelitian.
Dalam studi pendahuluan terdapat dua langkah yang dapat dilakukan yaitu,
diantaranya;
a. Studi Pustaka

33
Studi pustaka adalah usaha yang dilakukan untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang berhubungan
dengan kegiatan penelitian. Informasi dapat diperoleh dari buku-buku,
laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, ensiklopedia, dan
sumber-sumber tertulis baik terletak maupun elektronik lainnya. Dengan
melakukan studi pustaka, penelitian dapat memanfaatkan semua
informasi sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan masalah yang
diidentifikasi serta dapat digunakan sebagai landasan teori yang kuat
sehingga penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
b. Studi Lapangan
Studi lapangan merupakan kegiatan pengungkapan fakta-fakta melalui
observasi/pengamatan dan wawancara dalam proses memperoleh
keterangan atau data yang akurat sesuai dengan program pada praktik
perancangan sistem kerja 2 dengan cara terjun langsung ke lapangan.
Studi lapangan berguna untuk berbagai penelitian dengan rancangan
operasional yang dapat memberikan hasil yang telah akurat dalam
penelitian.
2. Menentukan Tujuan
Dalam menentukan tujuan penelitian dilakukan untuk memfokuskan
indikasi ke arah mana atau data yang akan dicapai melalui penelitian.
Menentukan tujuan digunakan untuk mengungkapkan atau memperoleh
jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan sehingga dalam
menentukan tujuan harus relevan dengan identitas masalah yang
ditemukan. Adapun secara garis besar tujuan dari penelitian ini adalah
perencanaa pembuatan visual papan petunjuk informasi jalan.
3. Display

Display (alat peraga) adalah bagian dari lingkungan yang memberi


informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancer (Sutalaksana,
1979). Oleh karena itu, dibuatlah sebuah media baru yang mampu

34
mengatasi masalah tersebut. Papan petunjuk merupakan salah satu solusi
permasalahan yang dapat membantu dan membimbing manusia dalam
menentukan arah perjalanannya. Secara umum papan petunjuk dapat
didefinisikan sebagai segala bentuk grafik visual yang diciptakan untuk
menampilkan atau menyampaikan pesan ke audiens tertentu sehingga dapat
dimengerti dan dilaksanakan dengan baik oleh audiens tersebut.

4. Pengamatan/Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui pengamatan. Hasil observasi dapat maksimal apabila dilengkapi
dengan format pengamatan sebagai instrumen. Pada saat observasi, peneliti
bukan hanya sekedar mencatat, tetapi juga harus mengadakan
pertimbangan, kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala
bertingkat. Apabila belum terbiasa melakukan pengamatan. Banyak yang
dapat kita amati didunia sekitar kita pun kita berada. Hasil pengamatan
setiap individu akan berbeda. Oleh karena itu, diperlukan sikap kepekaan
calon peneliti tentang realitas yang diamati. Boleh jadi menurut orang lain
realitas yang kita amati memiliki nilai dalam kegiatan penelitian, tetapi
menurut kita hal tersebut adalah masalah yang perlu diteliti.
5. Wawancara
Wawancara adalah sarana komunikasi yang sangat menentukan dalam
proses penelitian. Dengan wawancara, data yang diperoleh akan lebih
mendalam karena mampu menggali pemikiran atau pendapat secara detail.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan wawancara, diperlukan keterampilan
dari seoarang peneliti dalam berkomunikasi dengan respoden. Seorang
peneliti harus memiliki keterampilan dalam mewawancarai, motivasi yang
tinggi dan rasa aman. Artinya, tidak ragu dan takut dalam menyampaikan
wawancara. Seorang peneliti juga harus bersikap netral, sehinggga
responden tidak merasa ada tekanan psikis dalam memberikan jawaban
kepada peneliti. Pada pelaksanaan penelitian dilapangan, wawancara

35
biasanya dilaksanakan dalam bentuk semi structured. Dimana interviewer
menanyakan rentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu
per-satu diperdalam untuk menggali keterangan lebih lanjut. Dengan model
wawancara seperti ini, maka semua variabel yang ingin digali dalam
penelitian akan dapat diperoleh secara lengkap dan mendalam.
6. Pengumpulan Data
Ketika tema sudah ditentukan, maka kita harus melakukan mengumpulkan
data awal dengan cara mencari informasi yang berupa pendapat, fakta dana
atau data argumentasi mengenai objek yang akan kita teliti dan kita tulis
dalam karya ilmiah. Untuk mendapatkan informasi, bisa didapat dari tiga
sumber, yaitu berdasarkan sumber kertas (tulisan, paper, jurnal, dan lain-
lain), sumber manusia dan sumber tempat. Informasi yang didapat itu
kemudian diuji validitasnya agar menjadi informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.

7. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dan divalidasi, maka data yang valid tersebut
dikategorikan. Ada dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang berupa fakta atau fenomena yang didapat
langsung darii lapangan. Data sekunder adalah data yang telah diolah. Data
yang telah diolah ini dapat berupa dokumen-dokumen resmi, buku, laporan
penelitian, dan buku harian maupun dokumen pribadi. Ketika selesai
pengkategorian, maka data yang ada dianalisis. Analisis dapat dilakukan
dengan memperbandingkan, mencari hubungan atau kolerasii yang didapat.
Analisis dilakukan dengan penalaran deduktif atau induktif, tergantung
objek yang dikaji. Setelah langkah pertama dilakukan dan analisis
menghasilkan kesimpulan, maka akan mempermudah kita menulis latar
belakang mengapa sebuah permasalahan harus kita kaji dan teliti. Dengan

36
demikian, motivasi untuk melakukan langkah-langkah selanjutnya akan
lebih kuat, karena kita sudah memahami apa yang akan kita kerjakan.
8. Perencanaan Pembuatan Visual Papan Petunjuk Informasi Jalan
Perencanaan mempunyai beberapa definisi rumusan yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Perencanaan adalah menyelekasi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa
yang akan dating dengan tujuann memvisualisasi dan asumsi untuk masa
yang akan dating dengan ttujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil
yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam
batas-batas yang dapat diterima dan digunakan dalam penyelesaian.
9. Fakta dan Data
Dalam keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulkan untuk menjadi data. Data
kemudian diolah sehingga dapat diutarakan secara jelas dan tepat sehingga
dapat diutarakan secara jelas dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh
orang lain yang tidak langsung mengalaminya sendiri, hal ini dinamakan
deskripsi. Pemilahan banyak data sesuai dengan persamaan atau perbedaan
yang dikandungnya dinamakan klasifikasi.
10. Usulan/Perbaikan
Usulan memiliki satu arti, usulan berasal dari kata usul. Usulan memiliki
arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga usulan dapat menyatakan
nama seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibedakan.

3.3 Kerangka Berpikir

Pada penelitian perencanaan pembuatan visual papan petunjuk informasi


jalan ini memerlukan kerangka berpikir dari berbagai referensi yang lengkap,
diantaranya sebagai berikut ini, diantaranya;

1. Menetapkan Variabel yang Detail

37
Langkah awal yang harus dilakukan oleh peneliti untuk membuat kerangka
berfikir yaitu menentukan variabel secara detail. Jadi untuk mendapatkan
teori apa saja yang nanti akan dicari guna mendukung terbentuknya
kerangka berfikir yang jelas. Peneliti harus menentukan variabel terlebih
dahulu. Caranya yaitu perhatikan judul yang telah kamu buat, didalam judul
tersebut tentukan variabel-variabel didalamnya. Apakah hanya ada satu
variabel atau lebih dari satu. Tuliskan semua variabel yang kamu temukan.
Dari situ maka peneliti akan menemukan jumlah variabel dan nama dari
variabelnya. Dari variabel tersebut menjadi titik tolak dalam pengembangan
teori.

2. Bacalah Buku dan Hasil-Hasil Penelitian

Ini adalah langkah yang umum dalam setiap mempelajari suatu hal.
begitupun dalam penelitian kita harus membelaki diri kita dengan berbagai
pengetahuan yang relevan dengan penelitian kita. Sehingga langkah
selanjutnya setelah menentukan variabel yaitu membaca buku-buku yang
relevan dengan penelitian (variabel). Bacaan-bacaan tersebut dapat kita
peroleh dari buku teks, buku online, ensiklopedia, jurnal, dan hasil-hasil
penelitian seperti skripsi, tessis, dan disertasi.

3. Memberikan Penjelasan Teori-Teori yang ada pada kerangka berfikir

Pada tahap satu, kita sudah menentukan variabel-variabel secara detail. Dari
variabel tersebut ditentukan pula teori-teori yang mendukung varibel
tersebut. Berdasarkan hal tersebut pada tahap ketiga peneliti diminta untuk
menjelaskan teori-teori yang ada pada kerangka berfikir. Memberikan
penjelasan secara deduktif mengenai hubungan antarvariabel penelitian.
Tahapan berpikir deduktif meliputi tiga hal yaitu: Tahap penelaahan konsep
(conceptioning), yaitu tahapan menyusun konsepsi-konsepsi (mencari
konsep-konsep atau variabel dari proposisi yang telah ada, yang telah
dinyatakan benar). Tahap pertimbangan atau putusan (judgement), yaitu

38
tahapan penyusunan ketentuan-ketentuan (mendukung atau menentukan
masalah akibat pada konsep atau variabel dependen). Tahapan penyimpulan
(reasoning), yaitu pemikiran yang menyatakan hal-hal yang berlaku pada
teori, berlaku pula bagi hal-hal yang khusus.

4. Memberikan argumen teoritis mengenai hubungan antar variabel yang


diteliti.

Argumen teoritis dalam kerangka pemikiran merupakan sebuah upaya untuk


memperoleh jawaban atas rumusan masalah. Dalam prakteknya, membuat
argumen teoritis memerlukan kajian teoretis atau hasil-hasil penelitian yang
relavan. Hal ini dilakukan sebagai petunjuk atau arah bagi pelaksanaan
penelitian. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, oleh karena argumen
teoritis sebagai upaya untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah,
maka hasil dari argumen teoritis ini adalah sebuah jawaban sementara atas
rumusan masalah penelitian. Sehingga pada akhirnya produk dari kerangka
pemikiran adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah
(hipotesis).

5. Merumuskan model penelitian.

Model adalah konstruksi kerangka pemikiran atau konstruksi kerangka


teoretis yang diragakan dalam bentuk diagram dan atau persamaan-
persamaan matematik tertentu. Esensinya menyatakan hipotesis penelitian.
Sebagai suatu kontruksi kerangka pemikiran, suatu model akan
menampilkan: (a) jumlah variabel yang diteliti, (b) prediksi tentang pola
hubungan antar variabel, (c) dekomposisi hubungan antar variabel, dan (d)
jumlah parameter yang diestimasi.

39
BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang dimaksud disini mengenai lokasi yang ada dikampus


Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), diantaranya;

40
3

2
4

Gambar 4.1.1 Wilayah Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika)

(Sumber: Google Maps, 2018)

Dari aplikasi gadget yang bernama google maps merupakan aplikasi


untuk melihat wilayah kampus Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika)
dari atas menggunakan satelit yang ada diangkasa lepas. Dibawah ini dijelaskan
lebih detail mengenai lokasi, yang dimana dimulai dari nomor 1 dan seterusnya,
dan ditunjukkan pada bagian kiri-kanan ketika masuk atau berhadapan dengan
display tersebut, diantaranya;

Tabel 4.1.1 Keterangan Pada Nomor 1

41
No Keterangan Pada Nomor 1
. Bagian Kiri Bagian Kanan
1. Fakultas Hukum Fakultas Teknik
2. Fakultas Agama Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis
3. Masjid Kantin
4. Aula Lapangan
5. Squash Fakultas Kebidanan
6. ATM Pintu Keluar Gerbang Timur
7. Tempat Parkir
8. Pintu Keluar Gerbang Barat
(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Tabel 4.1.2 Keterangan Pada Nomor 2

No Keterangan Pada Nomor 2


. Bagian Kiri Bagian Kanan
1. Ruang Alumni Tempat Pembuangan Sampah
2. Ruang Gudang Klinik
3. Bengkel Fakultas Kebidanan
4. Komisariat BEM Pintu Keluar Gerbang Timur
5. Rektor
6. Biro
7. Musholla
8. F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan
9. Fakultas Pertanian
10. Fakultas Ilmu Komputer
(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Tabel 4.1.3 Keterangan Pada Nomor 3

No Keterangan Pada Nomor 3


. Bagian Kiri Bagian Kanan
1. Komisariat BEM Fakultas Ilmu Komputer
2. Tempat Parkir Fakultas Pertanian
3. Laboratorium Komputer Musholla
4. Laboratorium Produksi F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan
5. Masjid Fakultas Ekonomi
6. Squash Rektor

42
7. Aula Biro
8. Komisariat BEM
9. Bengkel
10. Ruang Gudang
11. Ruang Alumni
12. Kantin
(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Tabel 4.1.4 Keterangan Pada Nomor 4

No Keterangan Pada Nomor 4


. Bagian Kiri Bagian Kanan
1. Pintu Keluar Gerbang Barat Aula
2. Squash
3. Masjid
4. Laboratorium Produksi
5. Laboratorium Komputer
6. Tempat Parkir
7. Komisariat BEM
(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Dan lebih jelasnya mengenai peletakkan untuk display tersebut sesuai


dengan ke ergonomisan mata manusia ketika melihatnya dikampus Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika), diantaranya;

43
Gambar 4.1.2 Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Tampak Depan

(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Gambar 4.1.3 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 1


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Lebih jelasnya visual atau gambaran dari display itu sendiri akan seperti
gambar dibawah ini serta penunjukkan lokasi tempatnya, diantaranya;

FAKULTAS HUKUM FAKULTAS TEKNIK

FAKULTAS AGAMA ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MASJID KANTIN

AULA LAPANGAN

SQUASH FAKULTAS KEBIDANAN


44
ATM PINTU KELUAR GERBANG TIMUR

TEMPAT PARKIR
Gambar 4.1.4 Visual Display Informasi Lokasi
(Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Gambar 4.1.5 Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Tampak Kanan


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Gambar 4.1.6 Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Tampak Kiri


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

45
2

Gambar 4.1.7 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 2


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Lebih jelasnya visual atau gambaran dari display itu sendiri akan seperti
gambar dibawah ini serta penunjukkan lokasi tempatnya, diantaranya;

RUANG ALUMNI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH

RUANG GUDANG KLINIK

BENGKEL FAKULTAS KEBIDANAN

KOMISARIAT BEM PINTU KELUAR GERBANG TIMUR

REKTOR

BIRO

MUSHOLLA

F. KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS PERTANIAN

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

46
Gambar 4.1.8 Visual Display Informasi Lokasi
(Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Gambar 4.1.9 Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Tampak Kanan


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Gambar 4.1.10 Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Tampak Kiri


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Gambar 4.1.11 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 3

47
(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Lebih jelasnya visual atau gambaran dari display itu sendiri akan seperti
gambar dibawah ini serta penunjukkan lokasi tempatnya, diantaranya;

TEMPAT PARKIR FAKULTAS ILMU KOMPUTER

LABORATORIUM KOMPUTER FAKULTAS PERTANIAN

LABORATORIUM PRODUKSI MUSHOLLA

MASJID F. KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SQUASH FAKULTAS EKONOMI

AULA REKTOR

BIRO

KOMISARIAT BEM

BENGKEL

RUANG GUDANG

RUANG ALUMNI

KANTIN

Gambar 4.1.12 Visual Display Informasi Lokasi


(Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

48
Gambar 4.1.13 Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Tampak Kanan
(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Gambar 4.1.14 Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Tampak Kiri


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Gambar 4.1.15 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 4


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

49
Lebih jelasnya visual atau gambaran dari display itu sendiri akan seperti
gambar dibawah ini serta penunjukkan lokasi tempatnya, diantaranya;

PINTU KELUAR GERBANG BARAT AULA

SQUASH

MASJID

LABORATORIUM PRODUKSI

LABORATORIUM KOMPUTER

TEMPAT PARKIR

KOMISARIAT BEM

Gambar 4.1.16 Visual Display Informasi Lokasi


(Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Gambar 4.1.17 Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Tampak Kanan


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

50
Gambar 4.1.18 Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Tampak Kiri
(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Gambar 4.1.19 Petunjuk Display


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Pada gambar 4.1.19 Petunjuk Display yang banyak kami temukan


disetiap tempat ketika hendak berbelok atau untuk mengarahkan ke pintu keluar
gerbang barat maupun ke pintu keluar gerbang timur, papan petunjuk jalan
seperti itu dirasa kurang ergonomi, dilihat dari keterangannya gambar itu hanya
menunjukkan untuk keluar, tidak menunjukkan pada lokasi atau tempat yang
kita cari. Maka dari itu kami memberikan usulan atau gambarannya mengenai
pembuatan dan peletakkan papan petunjuk informasi jalan itu untuk kampus
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), karena memang dirasa perlu
untuk kampus dengan luas wilayah yang cukup luas dibuatkannya rambu
seperti yang kami maksud, agar orang atau khususnya orang yang baru pertama

51
kali ke kampus Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) tidak bingung
mencari tempat atau lokasi yang dimaksudnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

52
5.1 Kesimpulan

Manusia membutuhkan informasi dalam melakukan perjalanannya.


Ketika manusia pertama kali berjalan mengelilingi bumi, perjalanannya
diarahkan dengan bantuan dari alam dan binatanng. Dewasa ini, perubahan
alam yang begitu cepat dan berbeda membuat manusia tidak mungkin lagi
mengikuti alam dan binatang sebagai petunjuk arah bagi dirinya. Manusia
membutuhkan petunjuk lain yang lebih efektif untuk membimbingnya dalam
melakukan perjalanan sehingga dia tidak akan kehilangan arah. (Arthur&
Passini; 1992)

Oleh karena itu, dibuatlah sebuah media baru yang mampu mengatasi
masalah tersebut. Papan petunjuk merupakan salah satu solusi permasalahan
yang dapat membantu dan membimbing manusia dalam menentukan arah
perjalanannya. Secara umum papan petunjuk dapat didefinisikan sebagai segala
bentuk grafik visual yang diciptakan untuk menampilkan atau menyampaikan
pesan ke audiens tertentu sehingga dapat dimengerti dan dilaksanakan dengan
baik oleh audiens tersebut.

Papan petunjuk merupakan salah satu fasilitas perlengkapan jalan yang


mutlak diperlukan sehingga keselamatan, kedisiplinan, dan ketertiban jalan
dapat dicapai. Menurut Traffic Engineering Manual (2008), papan petunjuk
harus tersedia pada tempat-tempatseperti jalan kota, terminal, stasiun, bandara
udara, taman nasional, dan institusi pendidikan. Universitas Singaperbangsa
Karawang (Unsika) merupakan salah satu institusi pendidikan di Indonesia.
Sebagai Universitas Negeri pertama didaerah Kabupaten Karawang atau Kota
Industri terbesar di Indonesia, Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika)
harus dapat menciptakan lingkungan yang tertib, aman, dan disiplin. Dengan
jumlah mahasiswa/mahasiswi yang cukup besar (berdasarkan profil Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika) pada tahun 2014, mahasiswa/mahasiswi

53
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) berjumlah ± 14.802 dari
program sarjana dan magister) serta lahan yang luas (Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika) menempati lahan seluas ± 30 Ha) membuat
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) harus menciptakan atau
membuat perencanaan papan petunjuk yang sesuai dengan preferensi pengguna
jalan.

Sayangnya, kesesuaian papan tersebut belum dapat diimplementasikan


dengan baik. Hampir semuanya penggunan jalan atau khususnya mahasiswa-
mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) menyatakan bahwa
mereka kesulitan dalam mencari nama fakultas, laboratorium, masjid, aula dan
lainnya yang ada disekitar kampus Universitas Singaperbangsa Karawang
(Unsika), terlebih bagi yang mau mendaftar atau baru masuk ke Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika).

Berdasarkan data dan fakta yang dilakukan, papan petunjuk di Universitas


Singaperbangsa Karawang (Unsika) dapat dikatakan belum lengkap dan
memenuhi prinsip-prinsip ergonomic yang berkaitan dengan rambu lalu lintas
tersebut, terutama prinsip spatial compability dan standardization. Peletakkan
papan petunjuk di Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) tidak sesuai
dengan preferensi pengguna jalan. Papan tersebut diletakkan dilokasi yang
terhalangi oleh pepohonan atau benda lainnya, sehingg papan petunjuk tersebut
sulit untuk dilihat dan pesan yang ada sulit untuk dibaca. Hal tersebut tidak
sejalan dengan prinsip spatial compability yang mengatakan bahwa peletakkan
lokasi papan petunjuk haruslah sebagai sehingga papan petunjuk (dan juga
pesan yang terkandung didalamnya) dapat terbaca dan tersampaikan dengan
baik.

Selain itu, variable atau atribut yang terdapat pada setiap papan petunjuk
berbeda-beda (tidak konsisten) dalam satu lingkungan. Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika), baik berupa kombinasi warna papan yang
digunakan, bentuk papan, symbol maupun ukuran tulisan yang digunakan. Hal

54
tersebut mengakibatkan masih banyaknya pengguna jalan di Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika) yang bingung atau mencari orang lain
untuk bertanya tempat tersebut dimana dan juga bertentangan dengan prinsip
dasar ergonomic mengenai papan petunjuk yaitu standardization yang
mengharuskan keseragaman atribut pada papan petunjuk dalam suatu
lingkungan.

Pada gambar 4.1.19 Petunjuk Display yang banyak kami temukan


disetiap tempat ketika hendak berbelok atau untuk mengarahkan ke pintu keluar
gerbang barat maupun ke pintu keluar gerbang timur, papan petunjuk jalan
seperti itu dirasa kurang ergonomi, dilihat dari keterangannya gambar itu hanya
menunjukkan untuk keluar, tidak menunjukkan pada lokasi atau tempat yang
kita cari. Maka dari itu kami memberikan usulan atau gambarannya mengenai
pembuatan dan peletakkan papan petunjuk informasi jalan itu untuk kampus
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), karena memang dirasa perlu
untuk kampus dengan luas wilayah yang cukup luas dibuatkannya rambu
seperti yang kami maksud, agar orang atau khususnya orang yang baru pertama
kali ke kampus Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) tidak bingung
mencari tempat atau lokasi yang dimaksudnya.

5.2 Saran

Saran disini kami memberikan saran atau usulan mengenai peletakkan


papan petunjuk informasi jalan yang dikhususkan untuk kampus Universitas
Singaperbangsa Karawang (Unsika) tempat kami sebagai mahasiswa-mahasiswi
menimba ilmu. Dengan adanya pembuatan atau peletakkan papan petunjuk
informasi jalan yang baik dan sesuai dengan prosedur, maka akan memudahkan
kita atau khususnya civitas academica kampus Universitas Singaperbangsa
Karawang dalam mencari tempat atau lokasi yang kami maksud, agar
efektivitas waktu dipergunakan dengan baik, terutama bagi orang yang baru

55
masuk ke kampus Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika). Usulan
kami berupa, diantaranya;

2
4

Gambar 5.2.1 Wilayah Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika)

(Sumber: Google Maps, 2018)

Serta memberikan saran atau lokasi yang strategis untuk peletakkan papan
petunjuk informasi jalan itu, sesuai dengan keterangan nomor 1, 2, 3 dan 4 pada
masing-masing titik kampus yang mudah dilihat secara langsung oleh orang
lain, yang dimana keterangan pada nomor 1, 2, 3 dan 4 tersebut, diantaranya;

56
1

Gambar 5.2.2 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 1


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Lebih jelasnya visual atau gambaran dari display itu sendiri akan seperti
gambar dibawah ini serta penunjukkan lokasi tempatnya, diantaranya;

FAKULTAS HUKUM FAKULTAS TEKNIK

FAKULTAS AGAMA ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MASJID KANTIN

AULA LAPANGAN

SQUASH FAKULTAS KEBIDANAN

ATM PINTU KELUAR GERBANG TIMUR

TEMPAT PARKIR

PINTU KELUAR GERBANG BARAT

Gambar 5.2.3 Visual Display Informasi Lokasi


(Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

57
2

Gambar 5.2.4 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 2


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Lebih jelasnya visual atau gambaran dari display itu sendiri akan seperti
gambar dibawah ini serta penunjukkan lokasi tempatnya, diantaranya;

RUANG ALUMNI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH

RUANG GUDANG KLINIK

BENGKEL FAKULTAS KEBIDANAN

KOMISARIAT BEM PINTU KELUAR GERBANG TIMUR

REKTOR

BIRO

MUSHOLLA

F. KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS PERTANIAN

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Gambar 5.2.5 Visual Display Informasi Lokasi


(Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

58
3

Gambar 5.2.6 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 3


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Lebih jelasnya visual atau gambaran dari display itu sendiri akan seperti
gambar dibawah ini serta penunjukkan lokasi tempatnya, diantaranya;

TEMPAT PARKIR FAKULTAS ILMU KOMPUTER

LABORATORIUM KOMPUTER FAKULTAS PERTANIAN

LABORATORIUM PRODUKSI MUSHOLLA

MASJID F. KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SQUASH FAKULTAS EKONOMI

AULA REKTOR

BIRO

KOMISARIAT BEM

BENGKEL

RUANG GUDANG

RUANG ALUMNI

KANTIN

Gambar 5.2.7 Visual Display Informasi Lokasi


(Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

59
4

Gambar 5.2.8 Peletakkan Display Pada Keterangan Nomor 4


(Sumber: Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

Lebih jelasnya visual atau gambaran dari display itu sendiri akan seperti
gambar dibawah ini serta penunjukkan lokasi tempatnya, diantaranya;

PINTU KELUAR GERBANG BARAT AULA

SQUASH

MASJID

LABORATORIUM PRODUKSI

LABORATORIUM KOMPUTER

TEMPAT PARKIR

KOMISARIAT BEM

Gambar 5.2.9 Visual Display Informasi Lokasi


(Billy Nugraha & Dwi Darmayanti, 2018)

60
Maka dari itu kami memberikan usulan atau gambarannya mengenai
pembuatan dan peletakkan papan petunjuk informasi jalan itu untuk kampus
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), karena memang dirasa perlu
untuk kampus dengan luas wilayah yang cukup luas dibuatkannya rambu
seperti yang kami maksud, agar orang atau khususnya orang yang baru pertama
kali ke kampus Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) tidak bingung
mencari tempat atau lokasi yang dimaksudnya. Usulan atau gambaran tersebut
belum begitu dapat dikatakan sempurna, karena masih banyak perlu
mendapatkan bimbingan dari Dosen Pembimbing kami, khususnya Dosen yang
mengampu mata kuliah Perancangan Sistem Kerja 2 ini, sekaligus penelitian ini
merupakan laporan Tugas Besar mata kuliah Perancangan Sistem Kerja 2.

61
DAFTAR PUSTAKA

Israel, G. D. (1992). Determining Sample Size. Fact Sheet PEOD-6 , 1-5.


Manual on Uniform Traffic Control Devices for Streets and Highways 2003 Edition.
(2003). US. Department of Transportation.
Mathew, T. V., & Rao, K. K. (2007). Introduction to Transportation Engineering.
Muslim, E. (2010). Diktat Perancangan Produk. Depok: Teknik Industri UI. (2011,
Februari). Penelitian terhadap pengguna jalan di Universitas Indonesia Depok.
Pernice, K., & Nielsen, J. (2009). Eye Tracking methodology; How to Conduct and
Evaluate Usability Studies Using Eyetracking. California: Nielsen Norman
Group.
Pramanik, A. (2006). The Use of a Virtual Environment as a Method of Wayfinding
Research in Architecture. Texas: Texas Tech University.
Profil Universitas Indonesia. (2009). Diakses 28 Februari 2011. Universitas
Indonesia: http://www.ui.ac.id/id/profile/page/facts/staf-dan-mahasiswa
(Diakses pada 02 Maret 2018, 21:00 WIB)
Raphael, D. (2006). Wayfinding Principles & Practice. Washington D.C: American
Society of Landscape Architects.
Salim, S. (2010). Perancangan Standar Petunjuk Papan Petunjuk Lokasi Bandara
Udara dengan Metode Conjoint Analysis yang Diaplikasikan pada QFD. Depok:
Teknik Industri UI.
Sanders, M. S., & McCormick, E. J. (1993). Human Factors in Engineering and
Design. 7th ed. Singapore: McGraw-Hill. Inc.
SR Reseacrh Ltd. (2005). EyeLink II User Manual Version 2.11. Mississauga: SR
Reseacrh Ltd.
SR Research Ltd. (2008). EyeLink Data Viewer User's Manual. Mississauga: SR
Research Ltd.
Surjandari, I. (2009). Conjoint Analysis: Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit
Universitas Trisakti.
Willan, N. M. (2005). Eye Gaze Behavior and the Conspicuity of Fluorescent
Colored Highway Signs: Discriminating Between Bottom-Up versus Top-
Down Mechanisms of Attention in Visual Research. Dakota: University of
South Dakota.

62
Adil, E. I. (n.d.). Sensasi & Persepsi. Diakses 01 Juni 2011.
repository.ui.ac.id/.../1fc1564ee526e8570e28ae37f7f958d99f0ec41a.pdf
Al-Khalifa, H. S., & George, R. (2010, Juni 24). Eye Tracking and e-Learning.
Diakses 06 April 2011. eLearn Magazine: http://www.elearnmag.org
Ben-Bassat, T., & Shinar, D. (2006). Ergonomic Guidelines for Traffic Sign Design
Increase Sign Comprehension. Human Factors , 182.
Borowsky, A., Shinar, D., & Parmet, Y. (2008). Sign location, sign recognition, and
driver expectancies. Transportation Research Part F , 459-465.
Breeze, J. (16 Maret 2009). You look where they look. Diakses 06 April 2011,
.UsableWorld.com.au: http://usableworld.com.au/
Carta, M. G. (2008). Lo studio dell'affaticamento e gli effetti sulla percezione visiva
di un conducente alla guida attraverso applicazioni sul campo e con l'utilizzo
del simulatore. Palermo: Universita degli Studi di Palermo.
Castro, C., & Horberry, T. (2004). The Human Factors of Transport Signs. Florida:
CRC Press LLC.
Departemen Perhubungan. Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan.
Departement of Justice Federal. (1999). ADA Rules & Regulations. Accent Signage
Systems Inc.
Diyan. (04 Maret 2010). Industrial Engineering Blog. Diakses 01 Juni 2011.
http://diyan.staff.umm.ac.id/2010/03/04/proses-kognitif/
Duchowski, A. T. (2007). Eye Tracking Methodology: Theory and Practice Second
Edition. London: Springer.
Elice. (2009). Pengembangan Rancangan Penelitian Planogram Rak Supermarket
yang Menarik Atensi Pembelanja Berbasis Eye Tracking, Studi Kasus pada
Kemasan Shampo. Depok: Teknik Industri UI.
Fleyeh, H. (2004). Color Detection and Segmentation for Road and Traffic Signs.
Confrrence on Cybernetics and Intelligent Systems (pp. 1-6). Singapore: IEEE.
Hair, J. F., et.al. (2006). Multivariate Data Analysis Sixth Edition. New Jersey:
Pearson Education International.

63
DOKUMENTASI

64
65
66
67

Anda mungkin juga menyukai