Anda di halaman 1dari 4

Yang saya muliakan para alim ulama, para kyai, bunyai, gus-gus,

ustadz-utazd serta keluarga Pondok Pesantren ….. Dan juga tak lupa
yang saya sayangi saudara-saudari santri putra dan juga santri putri,
yang mana santri putra ini pasti ganteng yang santri putri pasti cantik,
tolong kodrat itu jangan dibalik.

Pertama-tama dan yang paling utama sebelum yang kedua, marilah


kita ucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberi nikmat kepada kita semua berupa kesehatan jasmani dan
rohani, sehingga kita dapat berkumpul pada hari ini.

Allah memang benar-benar maha adil sehingga kita diciptakan


berpasang-pasangan. Allah memang maha pintar, hingga perempuan,
Allah jadikan terlihat romantis alis matanya bagaikan semut yang
berbaris-baris, senyumannya yang manis membuat iman semakin tipis,
hingga bikin dompet menipis.

Kedua kalinya tak lupa shalawat serta salam marilah kita panjatkan
kepada junjungan kita, seorang pahlawan yang tak pernah makan
bakwan, seorang proklamator yang tak pernah naiki motor yakni Nabi
Muhammad Saw. Berkat beliaulah kita dapat hidup tenang tanpa
perang, hidup rukun tanpa pentungan.
Para hadirin yang dirahmati Allah SWT

Hari ini kita sudah sama-sama tahu bahwa hidup sekarang berbeda
dengan kehidupan di zaman dulu. Kalau dulu ceritanya, orang mau
nonton tv saja susahnya minta ampun, sekarang tv malah dapat kita
tonton di kamar mandi. Ia kan? Yang bilang ia berarti pengalaman.
Allahumma sholli ala Muhammad.

Sekarang sudah eranya revolusi industri khususnya industri teknologi.


Santri Millennial sekarang bila kangen pada kekasihnya sudah tidak
seperti dulu. Kalau ceritanya santri dulu bila kangen kepada
kekasihnya, dia nulis surat, kertasnya warna ping, tulisannya warna
ungu, “Dik sudah lama kita tidak jumpa, karena jarak antara engkau
dan aku terlampau jarak dan waktu, aku di desa engkau di kota. Tapi
yakinlah kalau kau tetap satu-satunya wanita yang mampu mengisi
relung hatiku.

Dik, cobalah tatapkan wajahmu ke langit, begitu banyak bintang-


gemintang yang sinar cahanya begitu indah, tapi itu semua tidak ada
artinya bila dibanding satu sinar rembulan yang menerangi malam kita
berdua. Dan kaulah rembulan itu.” Itu kata-kata santri zaman dulu bila
rindu kepada kekasihnya. Kemudian dikirim lewat Pak Pos yang harus
menunggu balasan berminggu, itupun kalau dibalas. Jadi rindu zaman
dulu itu berat.

Beda dengan santri zaman sekarang. Ketika sudah rindu tinggal selfie
kirim lewat watsapp beri tanda emoji “emah.. emah…emah”, selesai.
Kata-katanya pun beda, “dik, bapakmu sipir penjara ya, pantesan kamu
memenjarakan aku di hatimu”.

Allahumma Sholli ala Muhammad.

Hadirin yang dirahmati Allah

Kalau santri dulu ditanya tentang cita-cita, “kamu cita-tanya jadi apa,
dijawab, PNS, Polisi, Tentara, dan sebagainya”. Kalau santri zaman
sekarang sudah beda, bila ditanya tentang cita-cita, “cita-citamu ingin
jadi apa, dijawab, youtubers, editing, programer dan sejenisnya”. Kok
beda? ya karena jamannya sudah beda. Orang dulu tidak mengenal Ojol
sekarang sudah biasa kemana-kemana naik ojek online. Makanya kita
sebagai generasi millennial jangan ketinggalan untuk segera belajar
apa yang dibutuhkan orang sekarang. Dan ini sesui dengan apa yang
diterangkan dalam kitab taklimulmutaalim:

Bagi pelajar, dalam masalah ilmu hendaklah belajar sesuatu yang


dianggap paling baik serta dibutuhkan dalam kehidupan agamanya
hari ini, kemudian pelajari juga tentang apa-apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang.

Allahumma sholli ala Muhammad

Makanya tak jarang kita jumpai di internet, tentang kata-kata rayuan


cinta tapi menggunakan ilmu tajwid, contohnya:
“Bila cinta ibarat Ilmu al-Qur’an, maka keabadian cintaku padamu tak
akan lekang oleh waktu dan tak kan bergeser sedikit pun oleh
perubahan zaman, layaknya otentikasi dan keabadian isi al-Qur’an.”

“Kau dan aku layaknya Idgham Mutajanisain, perjumpaan dua huruf


yang sama makhroj-nya namun berbeda bentuknya.”

“Sesudah kau terima cintaku, hatiku rasanya seperti Qolqolah Kubro


bergetar dengan dahsyat.”

“Dan harapan akhir setelah lama kita bersama, semoga cinta kita
seperti Iqlab terus menyatu seakan tak ada nun yang memisahkan .”.
Itu contoh saja, jadi kalian buat sendirilah banyak di media sosial dan
website.

Allahumma Sholli ala Muhammad

Terakhir, saya punya pantun:

Orang dahulu hidup di goa


Sementara Biawak hidup dalam rawa
Ikuti perintah orang tua
Setiap selesai sholat jangan lupa doakan mereka

Semoga apa yang kami tuliskan ini bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca. Kalau ada yang salah tolong jangan dicerca silahkan
komentari di bawah saja. Akhiron

Anda mungkin juga menyukai