Anda di halaman 1dari 2

1

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

‫بسم هللا الرحمن الرحيم الحمد هلل رب العالمين و الصالة والسالم على نبين ا وحبيبن ا وش فيعنا ومولن ا محم د وعلى ال ه‬
‫وصحبه اجمعين أما بعد‬

Yang kami muliakan para alim ulama, para kyai, bunyai, gus-gus, ustadz-utazd serta
keluarga Pondok Pesantren ….. Dan juga tak lupa yang kami muliakan para bapak
dan juga ibuk, yang mana bapak-bapak ini pasti ganteng yang ibuk-ibuk pasti cantik,
tolong kodrat itu jangan dibalik. Serta yang kami hormati segenap aparat desa yang
juga hadir di tengah-tengah kita.

Pertama-tama dan yang paling utama sebelum yang kedua, marilah kita ucapkan
puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi nikmat kepada kita
semua berupa kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kita dapat berkumpul pada
lailatul muhadasah ini. Allah memang benar-benar maha adil sehingga kita
diciptakan berpasang-pasangan. Allah memang maha pintar, hingga perempuan,
Allah jadikan terlihat romantis alis matanya bagaikan semut yang berbaris-baris,
senyumannya yang manis membuat iman semakin tipis, hingga bikin dompet
menipis.

Kedua kalinya tak lupa sekelumit shalawat serta salam marilah kita panjatkan
kepada junjungan alam, seorang pahlawan yang tak pernah makan bakwan,
seorang proklamator yang tak pernah naiki motor yakni Nabi  Muhammad Saw.
Berkat beliaulah kita dapat hidup tenang tanpa perang, hidup rukun tanpa
pentungan.

Para hadirin yang dirahmati Allah SWT

Hari ini kita sudah sama-sama tahu bahwa hidup sekarang berbeda dengan
kehidupan di zaman dulu. Kalau dulu ceritanya, orang mau nonton tv saja susahnya
minta ampun, sekarang tv malah dapat kita tonton di kamar mandi. Ia kan? Yang
bilang ia berarti pengalaman. Allahumma sholli ala Muhammad.

Sekarang sudah eranya revolusi industri khususnya industri teknologi. Santri


Millennial sekarang bila kangen pada kekasihnya sudah tidak seperti dulu. Kalau
ceritanya santri dulu bila kangen kepada kekasihnya, dia nulis surat, kertasnya
warna ping, tulisannya warna ungu, “Dik sudah lama kita tidak jumpa, karena jarak
antara engkau dan aku terlampau jarak dan waktu, aku di desa engkau di kota. Tapi
yakinlah kalau kau tetap satu-satunya wanita yang mampu mengisi relung hatiku.

Dik, cobalah tatapkan wajahmu ke langit, begitu banyak bintang-gemintang yang


sinar cahanya begitu indah, tapi itu semua tidak ada artinya bila dibanding satu sinar
rembulan yang menerangi malam kita berdua. Dan kaulah rembulan itu.” Itu kata-
kata santri zaman dulu bila rindu kepada kekasihnya. Kemudian dikirim lewat Pak
2

Pos yang harus menunggu balasan berminggu, itupun kalau dibalas. Jadi rindu
zaman dulu itu berat.

Beda dengan santri zaman sekarang. Ketika sudah rindu tinggal selfie kirim lewat
watsapp beri tanda emoji “emah.. emah…emah”, selesai. Kata-katanya pun beda,
“dik, bapakmu sipir penjara ya, pantesan kamu memenjarakan aku di hatimu”.
Allahumma Sholli ala Muhammad.

Hadirin yang dirahmati Allah

Kalau santri dulu ditanya tentang cita-cita, “kamu cita-tanya jadi apa, dijawab, PNS,
Polisi, Tentara, dan sebagainya”. Kalau santri zaman sekarang sudah beda, bila
ditanya tentang cita-cita, “cita-citamu ingin jadi apa, dijawab, youtubers, editing,
programer dan sejenisnya”. Kok beda ya karena jamannya sudah beda. Orang dulu
tidak mengenal Ojol sekarang sudah biasa kemana-kemana naik ojek online.
Makanya kita sebagai generasi millennial jangan ketinggalan untuk segera belajar
apa yang dibutuhkan orang sekarang. Dan ini sesui dengan apa yang diterangkan
dalam kitab taklimulmutaalim:

‫ ثم ما يحتاج إليه فى المآل‬،‫وينبغى لطالب العلم أن يختار من كل علم أحسنه وما يحتاج إليه فى أمر دينه فى الحال‬

Bagi pelajar, dalam masalah ilmu hendaklah belajar sesuatu yang dianggap paling
baik serta dibutuhkan dalam kehidupan agamanya hari ini, kemudian pelajari juga
tentang apa-apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Allahumma sholli ala Muhammad
Makanya tak jarang kita jumpai di internet, tentang kata-kata rayuan cinta tapi
menggunakan ilmu tajwid, contohnya:
“Bila cinta ibarat Ilmu al-Qur’an, maka keabadian cintaku padamu tak akan lekang
oleh waktu dan tak kan bergeser sedikit pun oleh perubahan zaman, layaknya
otentikasi dan keabadian isi al-Qur’an.”
“Kau dan aku layaknya Idgham Mutajanisain, perjumpaan dua huruf yang sama
makhroj-nya namun berbeda bentuknya.”
“Sesudah kau terima cintaku, hatiku rasanya seperti Qolqolah Kubro bergetar
dengan dahsyat.”
“Dan harapan akhir setelah lama kita bersama, semoga cinta kita seperti Iqlab terus
menyatu seakan tak ada nun yang memisahkan
Allahumma Sholli ala Muhammad
Terakhir, saya punya pantun:
Orang dahulu hidup di goa Sementara Biawak hidup dalam rawa
Ikuti perintah orang tua Setiap selesai sholat jangan lupa doakan mereka

‫وهللا الموفق الى اقوام الطريق ثم السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Anda mungkin juga menyukai