Di Susun Oleh : Nama : Muhammad Astro Perdana NIM : 018.06.0063 Kelas :A Blok : Urogenital dan Reproduksi 2 FAKULTAS KEDOKTERAN Dosen : dr. Dasti Anditiarina, Sp.KP
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2019 / 2020 Esay tentang Traveller’s Diarrhea Latar belakang masalah Traveling dapat diartikan dengan mengunjungi suatu tempat atau daerah untuk berlibur, akan tetapi traveling tidak hanya berlibur saja tetapi menikmati kuliner didaerah wisata, atau perjalanan bisnis. Biasanya traveler (sebutan untuk orang yang sering melakukan traveling) melakukan perjalanan ke suatu tempat memiliki tujuan lain, yaitu mengenal lebih jauh tempat-tempat yang mereka kunjungi dengan persiapan yang matang. Dimana tidak jarang ada para travellers yang mengalami masalah dengan sistem pencernaannya pada saat melakukan treveling. Sekarang kita akan membahas masalah yang berkaitan dengan sistem pencernaan salah satunya berupa diare. Isi Masalah pada sistem pencernaan yang sering terjadi pada para trevellers yaitu diare. Dimana diare adalah BAB yang onsetnya tiba-tiba yang abnormal atau cair, dengan frekuensi BAB sering 3x atau lebih per hari, dan setidaknya 1 gejala gastrointestinal tambahan seperti muntah. Namun diare tetap mendominasi & kadang disertai demam dan malaise. Biasanya terjadi selama kurang lebih 10 hari sepulang bepergian. Insiden terjadinya diare selama 2 minggu perjalanan tetap 10% hingga 40% tergantung pada tujuan dan karakteristik trevellers. Indonesia merupakan negara dengan resiko tinggi untuk terjadinya diare. Yang dipengaruhi oleh sebagian besar wisatawan yg berasal dari infrastruktur kebersihan dan sanitasi yg sangat maju hingga yg kurang berkembang. Beberapa penyebab diare berupa yaitu terutama bakteri, seperti E.Coli (dan Campylobacter, Shigella, Salonella, dan Clostridium difficile), Virus yang lebih jarang (rotavirus dan norovirus), serta Parasit yang jarang (Giardia, Entamoeba histolytica, dan Cyclospora). Dijelaskan bahwa bakteri yang lebih sering menyebabkan diare. Sehingga para trevellers disarankan untuk makanan dan minuman yang sudah direbus, dimasak, dan dikupas untuk buah-buahan. Gejala yang terjadi berupa tiba-tiba diare, demam, mual dan muntah, kembung, kebutuhan mendesak harus buang air besar, malaise (kelemahan atau ketidaknyamanan), gas yang eksplosif dan menyakitkan, dan kejang. Diagnosis pada kasus Diare yang dilakukan berupa mengirimkan kultur tinja jika demam atau darah dalam tinja indikasi untuk diagnostik evaluasi). Tinja diuji untuk Giardia dan Cryptosporidium jika diare berlanjut selama 10 - 14 hari. Tata laksana yang dilakukan berupa jika Diare berair yang banyak dengan tanda-tanda hipovolemia, diberikan rehidrasi yang diberikan seperti cairan infus berupa ringer laktat dan jika terbetas diberika gula garam atau pedialyte. Baru-baru ini bisa menggunakan antibiotik atau pasien rawat inap. Diare pada lansia (usia 70 tahun) atau immunocompromised. Antibiotik yang diberikan seperti ciprofloxacin 500mg dengan dosis 2x1 sehari untuk 3 hari hanya diberikan pada orang dewasa, anak kecil tidak boleh, pada anak kecil diberikan azytromicin dengan dengan dosis 10mg/kgBB. Pencegahan yang dilakuakn pada Diare yaitu pilih makanan dan minuman dengan bijak seperti menghindari makan berikut Salmonella atau campylobacter dari ayam, Enterohemorrhagie Escherichia coli dari hamburger yang kurang matang, Bacillus aureus dari nasi goreng, S.Aureus rom mayones atau krim, Salmonella dari telur, Spesies vibro, hepatitis A atau B akut dari makanan laut (mentah), pecegahan lain berupa mengambil bismuth subsalicyclate menyediakan 65% perlindungan dosis 2 ons atau 2 tab po qid selama perjalanan, jangan gunakan antibiotik profilaksis, tidak ada bukti untuk probiotik, dan tidak ada vaksin yang efektif. Faktor risiko lingkungan terdiri dari Tujuan (tanggal, durasi, stop overs, pertimbangan musiman), Gaya perjalanan (pedesaan vs perkotaan, anggaran vs mewah, dan Akomodasi (hotel vs berkemah)). Kegiatan (bisnis vs pariwisata, petualangan, safari, Misionaris / kemanusiaan / LSM). Faktor risiko Lainnya yaitu Usia yang lebih muda, Kegiatan yang terorganisir sendiri, Backpacking, Tidak menginap di hotel, dan Tidak tinggal bersama teman dan keluarga. Sehingga disarankan sebelum treveling dilakuakn persiapan yang matang sehingga para trevellers tidak terhambat saat melakukan treveling karena masalah gangguan pada sistem pencernaanya. Referensi : Buku ajar diare, pegangan bagi mahasiswa. Jakarta: Dirjen PPM dan PLP Depkes RI Departemen Kesehatan RI, , Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat.2017. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing.2014