Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)


ISOLASI SOSIAL (ISOS)

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Keperawatan Jiwa


Dosen pengampu : Ns. Zumrotul Choiriyah, S. Kep., M. Kes

Di susun oleh :
Kelompok 8

Adi Chandra Prasetiawan (071201082)


Agus Elmianto (071201081)
Nizar Heru Ferdiansyah (071201083)
Novia Bella A. (071201080)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL (ISOS)

A. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011). Adapun kerusakan interaksi
sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain
karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan
secara spontan dengan orang lain yang di manifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak
ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2007 dalam Direja
2011).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain mengatakan sikap yang negative dan mengancam (Towsend,1998 dalam
Kusumawati dan Hartono, 2011). Seringkali orang yang mengalami isolasi sosial juga
akan mengalami gangguan/ hambatan komunikasi verbal yaitu penurunan, perlambatan,
atau ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses pesan (stimulus) yang
diterima, dan tidak mampu memberi respons yang sesuai karena kerusakan sistem di
otak.
Pasien memperlihatkan cara berkomunikasi yang tidak sesuai dengan stimulus dari
luar, jawaban tidak sesuai dengan realitas (Keliat, 2011).
2. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (Stuart, 2006).
3. Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping pada strategi
seseorang. Strategi koping yang digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang
lebih luas seperti dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan,
mengguanakan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal seperti kesenian,
musik, atau tulisan (Stuart, 2006).
4. Pengkajian keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa menurut Hartono (2010) berisi
tentang hal-hal dibawah ini :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi.
d. Aspek psikososial menurut Hartono (2010) :
1) Genogram
Merupakan penelusuran genetik untuk mengetahui penyebab gangguan jiwa
dengan tiga generasi.
2) Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
mempengaruhi konsep diri pasien.
3) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, dan
berdiam diri.
4) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran pasien.
e. Status mental menurut Hartono (2010) :
1) Pembicaraan klien meliputi nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.
2) Penampilan diri meliputi pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-
acakan.
3) Aktivitas motorik klien meliputi kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif,
kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya.
4) Emosi klien berupa emosi dangkal (mudah tersinggung)
5) Afek pada klien meliputi dangkal, tak ada ekspresi wajah.
6) Interaksi selama wawancara klien meliputi cenderung tidak kooperatif, kontak
mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara, diam.
7) Persepsi klien meliputi tidak terdapat halusinasi atau waham
8) Proses berpikir klien meliputi gangguan proses berpikir jarang ditemukan.
9) Kesadaran pada klien dapat berubah, tidak sesuai dengan kenyataan.
10) Memori atau ingatan pada klien tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi
tempat, waktu dan orang.
11) Kemampuan penilaian kien dapat berupa tidak dapat mengambil keputusan,
tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan, selalu memberikan alasan meskipun
alasan tidak jelas atau tidak tepat.
12) Tilik diri tak ada yang khas.
f. Kebutuhan sehari-hari
Seperti makan, BAK/BAB, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur.
C. Etiologi
Gangguan ini terjadi karena adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidak- percayaan individu,
menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain, merasa
tertekan, keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin untuk
berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri dan tidak
mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).
Beberapa penyebab isolasi sosial, menurut Stuart (2007):
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respons sosial
madaptif.Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini
adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua.Norma keluarga
mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak luar keluarga.Pesan keluarga
seringkali tidak jelas.
b. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari
transiensi norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang
cacat, dan penderita penyakit ironis dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki
budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor
lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
c. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif.Bukti
terdahulumenunjukkan keterlibatan neurotranmitter dalam perkembangan gangguan
ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.
2. Faktor presipitasi
Beberapa faktor pretisipasi isolasi sosial, menurut Direja (2011)meliputi:
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stresor, sosial budaya, yaitu stres yang di tinggalkan oleh faktor
sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat kecemasan yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu
untuk berpisah untuk mengatasinya. Kecemasan ini dapat terjadi akibat tuntunan
untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
D. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala isolasi sosial menurut Direja (2011) meliputi:
1. Kurang spontan
2. Apatis atau acuh terhadap lingkungan
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5. Tidak ada/kurang sadar terhadap komunikasi verbal
6. Mengisolasi diri
7. Tidak sadar/kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
8. Aktivitas menurun
9. Kurang energi
10. Rendah diri
11. Asupan makanan dan minuman terganggu
E. Rentang Respons
Rentang Respon Sosial

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersaman Ketergantungan Narsisme
Saling
ketergantuganan
Gambar : Rentang respon sosial (Stuart, 2006)
F. Patopsikologi

Faktor Penyebab :
- Kegagalan
- Tidak percaya diri
- Tidak percaya kepada orang lain
- Ragu
- Faktor genetik

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi


Faktor pengembangan - Faktor eksternal
Faktor sosiokultural - Faktor internal
Faktor biologis

Mekanisme koping

Rentang respon sosial

Adaptif Maladaptif

- Menyendiri
- Otonomi Kesepian
- Kebersamaan -
- Saling - Tergantung
ketergantungan - Menarik diri
Manipulasi
-
- Impulsif
- Narsisisme
- Curiga
(Stuart, 2007, Direja, 2011)
G. Pohon Masalah
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


H. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
I. INTERVENSI
Diagnosa I : Isolasi sosial
Tum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tuk I : klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
 Beri salam terapeutik
 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berkenalan
 Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
 Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
 Buat kontak interaksi yang jelas
Tuk II : klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi :
 Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri
 Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan yang
menyebabkan klien tidak mau bergaul.
 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
Tuk III : klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian berinteraksi dengan orang lain
Intervensi :
 Mengkaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman
 Memberi kesempatan klien untuk berinteraksi dengan orang lain
 Mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
 Memberi pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain tentan kerugian apabila tidak
 Mengkaji pengetahuan klien berinteraksi dengan orang lain
Tuk IV : klien Dapat Melaksanakan Interaksi Sosial secara bertahap.
Intervensi :
 Mengkaji kemapuan klien membina hubungan dengan orang lain
 Memperagakan cara berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain
 Mendorong klien untuk berinteraksi dengan orang lain
 Memberi pujian klien terhadap keberhasilan yang telah dicapai
 Membantu klien mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial
 Mendiskusikan jadwal harian dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu,
yaitu berinteraksi dengan orang lain
Tuk V : klien Dapat Mengungkapkan Perasaannya setelah berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi :
 Mendorong klien mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi dengan orang lain
 Mendiskusikan bersama klien tentang perasaannya setelah berinteraksi dengan orang
lain
 Memberi pujian atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan keuntungan
berinteraksi dengan orang lain

Tuk VI : klien dapat menggunakan system pendukung atau keluarga.


Intervensi :
 Membina hubungan saling percaya kepada keluarga
 Mendiskusikan tentang :
1. Perilaku menarik diri
2. Penyebab perilaku menarik diri
3. Akibat yang terjadi apabila perilaku menarik diri tidak ditanggapi
4. Cara keluarga menghadapi perilaku menarik diri
5. Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam
berkomunikasi dengan orang lain
Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
Tum : klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal dan mampu
meningkatkan harga dirinya.
Tuk I : klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
 Bersalaman panggil nama
 Menyebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
 Menjelaskan maksud hubungan interaksi
 Menjelaskan kontrak yang akan dibahas
 Melakukan kontak singkat tapi sering
Tuk II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi :
 Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
 Setiap bertemu hindarkan diri memberi penilaian negatif
 Mengutamakan memberi pujian positif
Tuk III : klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Intervensi :
 Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dimiliki dapat digunakan
sebelum sakit
 Mendiskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
Tuk IV : klien dapat menetapkan, merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Intervensi :
 Merencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
dengan kemampuan
 Mengingatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Memberi contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan
Tuk V : klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi klien dan kemampuannya.
Intervensi :
 Merencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
dengan kemampuan
 Memberi kesempatan pada klien untuk melakukan kegiatan yang direncanakan.
 Memberi pujian atas keberhasilan klien
Tuk V I : klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Intervensi :
 Mendiskusikan mengenai tanda-tanda harga diri rendah
 Menganjurkan keluarga klien mengenal tanda-tanda dan cara menghargai klien
 Keluarga tidak membedakan dengan anggota keluarga yang lain
Diagnosa 3 : Gangguan persepsi sensori :Halusinasi
Tum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
Tuk :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasi
4. Klien memiliki cara mengatasi seperti yang telah didiskusi
5. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
6. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Intervensi :
 Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik
 Menyapa dengan ramah klien
 mempererkenalkan diri dengan sopan
 Bertanya nama lengkap klien
 Menjelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan tepat janji
 Menunjunjukkan sikap empati
 Memberi perhatian pada klien
 Membantu antu klien mengenal halusinasi
 Mendiiskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi
 Mengidentifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
 Memberi beri pujian pada klien
 Mendiiskusikan cara lain untuk memutus halusinasi
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati, F dan Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Balitbang, Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar : Riskesdas. Jakarta : Balitbang
Kemenkes RI
Stuart, Gail, W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Keliat, B, A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai