Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

“KONSEP RECOVERY DAN SUPPORTIVE ENVIRONMENT DALAM


PERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWA”

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Keperawatan Kesehatan


Jiwa II
Dosen pengampu : Ns. Abdul Wahid S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. Jiwa

Disusun Oleh

Kelompok 9 :

1. Adi Chandra Prasetiawan (010218A018)

2. Bambang supriyanto (010218A020)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat
diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi serta diselesaikan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisis dan unik bagi individu klien. Proses
keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes dan
terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan
jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya
interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan dan interaksinya
dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien
bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk
mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya
klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam
menghadapi berbagai masalah.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep recovery ?
2. Bagaimana supportive therapy itu ?
3. Bagaimana manfaat dan peran perawat pada pemberian terapi pada proses
penyembuhan ?
4. Apa saja terapi generalis itu ?
5. Apa saja terapi spesialis itu ?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui konsep recovery

2
2. Mengetahui supportive therapy
3. Mengetahui manfaat dan peran perawat pada pemberian terapi pada proses
penyembuhan
4. Mengetahui terapi generalis
5. Mengetahui terapi spesialis

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep recovery
Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan
secara individual dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang
memuaskan serta produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan
mencapai kesembuhan dan transformasi yang memampukan seseorang dengan
gangguan jiwa untuk hidup bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk
mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam Stuart, 2013).
Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup,
bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery
berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan
(Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013).
Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang
berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery
didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan
kesehatan jiwa dan orang-orang yang sangat penting dalam kehidupannya
(Stuart, 2010). Individu menerima dukungan pemulihan melalui aktivitas yang
didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang
kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan
jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan
kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan
kecukupan diri (Stuart, 2013).
Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan
meliputi : tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen
dan pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian
berulang gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga,
manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan dalam asuhan keperawatan jiwa
meliputi bekerja dengan tim tritmen multidisiplin yang meliputi psikiater,
psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis okupasi, pakar konsumen dan teman
sejawat, manajer kasus, pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan.

4
Dukungan ini juga membutuhkan perawat untuk berfokus pda tiga elemen
yaitu : individu, keluarga dan komunitas (Stuart, 2013).

B. Supportive therapy (Wermon, Rockland)


Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial
dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti:
sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami
banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah,
ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul,
menarik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan,
dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan
jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi
pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan
masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif,
individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada
pada dirinya, kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan
masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping
yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin
hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping
klien yang adaptif.

C. Manfaat dan peran perawat pada pemberian terapi pada proses


penyembuhan
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan
jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan
gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.
Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik
tolak terapi atau penyembuhan dengan memberikan berbagai macam terapi
Generalis maupun Spesialis. Dalam pemberian terapi perawat seabagai terapis

5
senantiasa berdasarkan pada kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien
yang menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan.
Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak
dibuktikan oleh klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi
tunggal ataupu terapi tambahan dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat
memberi dampak penting dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi
alternatif telah banyak dirasakan bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah
dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa. Terapi alternatif komplementer (CAM)
dapat dilakukan oleh perawat (Stuart, 2013).
Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan
perawatan dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala
yang dialami oleh klien dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM
yang memberdayakan klien dapat memperkuat hubungan antar perawat dan
klien dalam meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013).

D. Terapi generalis
1. Terapi psikofarmakologi
Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan
dalam menangani penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak dpat
berjalan sendiri dalam menangani masalah personal, social atau komponen
lingkungan klien atau respon terhadap penyakit. Kondisi-kondisi tersebut
membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan komperensif dalam
merawat individudan gangguan jiwa.
 Peran perawat dalam psikofarmakologi
a. Pengkajian klien
Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting melakukan
pengkajian dasar klien termvsuk riwayat, kondisi fisik dan asil
laboratorium , evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian social budaya dan
yang paling utama adalah riwayat pengobatan untuk dilengkapi pada
setiap klien sebelum diberikan pengobatan.

6
b. Kordinasi tritmen modalitas
Perawat memiliki peran penting dalam merancang program tritmen
yang komprehensif. Pilihan tritmen yang paling tepat pada setiap klien
bersifat individu dan merupakan gambaran dari rencana tritmen.
Kordinasi dalam melakukan perawatan merupakan tanggung jawab
utama perawat yang bersama-sama dengan klien dalam membina
hubungan terapiutik sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan.
c. Pemberian obat
Perawat memiliki peran penting terhadap pengealaman klien dalam
mendapatkan pengobatan psikofarmakologi. Pada beberapa pelayanan
perawat bertugas menentukan jadwal dosis berdasarkan dosis
kebutuhan obat seta kebutuhan klien, mengatur pemberian obat dan
selalu waspada terhadap efek serta penanganan efek obat.
d. Monitor efek obat
Perawat berperan penting dalam memantau efek obat psikofarmaka.
Peran dalam memantau efek obat seperti membuat standarisasi
pengukuran efek obat terhadap target gejala, mengevaluasi dan
meminimalisasi efek samping, mengatasi reaksi berlawanan dan
mencatat efek obat terhadap konsep diri klien, kepercayaan serta
keyakinannya terhadap perawatan. Obat harus diberikan sesuai dengan
dosis yang direnkomendasikan dan dalam jumlah yang tepat sebelum
menentukan apakah memiliki dampak terapiutik yang adekuat pada
klien.
e. Edukasi pengobatan
Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan edukasi
pada klien dan keluarga tentang pengobatan. Edukasi meliputi
pemberian informasi lengkap kepada klien dan keluarga sehingga
mereka dapat memahami, mendiskusikan dan menerimanya. Edukasi
tentang obat merupakan kunci penting agar efektif dan aman dalam
mengonsumsi obat-obat psikotropika, kolaborasi klien dalam

7
merencanakan tritmen dan kepatuhan klien terhadap regimen terapi
obat.
2. Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis)
Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis/ECT) pertama kali
dilakukan pada tahun 1938 sbagai tritmen untuk klien skizofrenia, ketika
diyakini bahwa klien epilepsy jarang mengalami skizofrenia dan dianggap
bahwa pemberian kejang biasa menyembuhkan skizofrenia.
Terapi kejang listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang yang
cukup berat melalui alat yang diinduksi pada klien yang yang dibius dengan
memeberikan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien
(Manked et al,2010).
ECT merupakan tritmen gangguan jiwa yang efektif dan umumnya
dapat ditoleransi dengan baik oleh klien. Dalam beberapa kasus, setelah
program awal tritmen sukses, pemiliharaan ECT ditambah dengan
pemberian obat antridepresan : untuk bulan pertama setelah remisi program
remisi tritmen dilakukan seminggu sekali, kemudian berkurang secara
bertahap menjadi sebulan sekali (perbulan) (APA, 2001).
Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan Falcone,2011).
Beberapa ahli menganggap terapi ini digunakan sebagai standar emas untuk
mengatasi kodisi depresi yang bertahan (Nahas dan Anderson,2011).
Tingkat respon terhadap ECT 80% atau lebih untuk sebagian besar klien
lebih baik daripada tingkat respon terhadap obat antidepresan, sehingga
terapi dianggap sebagai antidepresan yang paling efektif (Keltner dan
Boschini,2009).
 Peran perawat
Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam melakukan
ECT. Peran ini meliputi tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi.
Dukungan Emosi dan Pendidikan. Asuhan keperawatan diberikan kepada
klien dan keluarga setelah dijelaskan bahwa ECT merupakan pilihan
program tritmen. Peran paling penting perawat adalah memberikan
kesempatan bagi klien untuk untuk mengespresikan perasaan, termasuk

8
masalah yang terkait dengan mitos atau yang berkaitan dengan ECT.
Perawat dapat mengajarkan klien dan keluarga, mempertimbangkan
ansietas, kesiapan untuk belajar dan kemampuan untuk memahami
penjelasan yang diberikan.
Asuhan keperawatan sebelum prosedur tritmen, pemberian asuhan
keperawatan ini meliputi peninjauan kembali proses konsultasi,
memastikan bahwa setiap kelainan hasil tes laboratorium telah ditangani,
dan memeriksa bahwa peralatan dan perlengkapan yang diperlukan telah
memadai dan berfungsi.
Asuhan keperawatan selama prosedur, klien harus dibawah ke ruang
tritmen, baik dengan berjalan kaki atau dibawah dengan menggunakan
kursi roda, didampingi seorang perawat dan dengan siapapun klien
merasa nyaman. Perawat harus tetap mendampingi klien selama
pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan pada klien.
Asuhan keperawatan setelah prosedur, ruang pemulihan harus
berdekatan dengan dengan ruang tritmen untuk memudahkan akses staf
anastesi keluar masuk dalam keadaan darurat. Setelah klien berada
diruang pemulihan perawat harus harus mengobservasi klien sampai
benar-benar pulih. Perawat harus meyakinkan kodisi klien dan secara
periodic mengorentasikan klien. Pemberian penjelasan yang singkat,
sangat membantu klien dalam proses pemulihan. Perawat harus
menjelaskan bahwa sebagian besar masalah memori akan hilang dalam
beberapa minggu.
3. Terapi tindakan pada keluarga
Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk
melibatkan keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif
dalam tritmen dan pemulihan, sehingga meningkatkan keterampilan koping
pada klien dan keluarga mereka.
Peran perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan
keluarga yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling
sportif, rujukan untuk terapi dan dukungan. Perawat sudah dipersiapkan

9
dengan baik untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam pengaturan klinis
tradisional dan nontradisional.
Perawat harus mengintegrasikan teori berbasis keluarga dengan ilmu
tindakan pada keluarga dalam program klinis, memberikan dan
mempromosikan tindakan pada keluarga berbasis-bukti, dan advokasi untuk
keluarga dan penggantian pihak ketiga untuk tindakan pada keluarga.
 Advokasi keluarga merupakan model bekerja dengan orang tua dan
anggota keluarga untuk membantu mereka bertindak sebagai advokat
dengan dan atas nama anggota keluarga yang memiliki ketidakmampuan.
 Praktik yang berorientasi pada keluarga mengacu pada tindakan
tertentu pada keluarga dan kerangka konseptual yang lebih luas untuk
tindakan yang mencakup asuhan keperawatan yang berpusat pada
keluarga.
 Ilmu tindakan keluarga merupakan area keilmuan yang didefinisikan
dengan penelitian dalam mengubah perilaku keluarga.
4. Iktisas terapi kelompok
Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota karena
setiap anggota kelompok akan berinteraksi satu sama lain dengan pemimpin
kelompok. Anggota kelompok berasal dari berbagai latar belakang dan
masing-masing memiliki kesempatan untuk belajar dari orang lain diluar
lingkaran sosialnya. Mereka dihadapkan dengan rasa iri hati, daya tarik,
daya saing, dan banyak emosi lainnya dan perasaan yang diungkapkan oleh
orang lain (Yalom,2005).
Kelompok terapeutik memiliki tujuan bersama yaitu kelompok
memiliki tujuan : kelompok untuk membantu anggota yang secara konsisten
terlibat dalam mengidentifikasi hubungan destruktif dan mengubah perilaku
maladaptive mereka.
 Peran perawat
Perawat sebagai pemimpin kelompok harus dapat mengkordinir dan
mempelajari kelompok dan berpartisipasi di dalamnya pada waktu

10
bersamaan. Pemimpin harus selalu memantau kelompok dan bila
diperlukan membantu kelompok mencapai tujuannya.
Kualitas pemimpin perawat yang efektif merupakan kualitas yang
sama pentingnya dalam hubungan terapeutik, secara khusus kemampuan
perawat meliputi sikap responsive dan aktif berimpati, ketulusan dan
kemampuan konfrontasi.

E. Terapi spesialis
1. Guided imagery
Guided Imagery merupakan program yang mengarahkan pikiran dengan
memandu imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada kondisi
untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyaman serta suasana hati
(Stuart, 2013). Klien yang menerima GI memiliki tingkat kenyamanan yang
lebih tinggi dan tingkat depresi, ansietas dan stres yang lebih rendah
dibandingkan dengan klien yang tidak menerima GI (Apostolo dan Kolcaba,
2009). Selain itu teknik imagery telah digunakan dalam berbagai kondisi
dan populasi. Nyeri dan kanker adalah dua kondisi di mana teknik imagery
telah membantu baik pada orang dewasa ataupun anak-anak (Lindquist,
2014).
2. Music intervention
Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur penyembuhan
untuk memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di Amerika Serikat dan
di seluruh dunia, terapis musik bekerja di berbagai fasilitas dan perawatan
kesehatan. Meskipun terapis musik secara khusus dilatih untuk
menggunakan musik dalam berbagai cara terapi, ada banyak situasi dimana
perawat dapat menerapkan intervensi musik ke dalam rencana perawatan
pasien (Lindquist, 2014).
Musik dan proses fisiologis (detak jantung, tekanan darah, gelombang
otak, suhu tubuh, pencernaan dan hormon adrenal) melibatkan irama dan
getaran yang terjadi secara rutin, berkala dan terdiri dari osilasi (Crowe,
2004 dalam Lindquist, 2014). Intervensi musik memberikan pasien/klien

11
stimulus menghibur yang dapat membangkitkan sensasi menyenangkan
sambil memfokuskan perhatian individu ke musik bukan pada pikiran stres,
nyeri, ketidaknyamanan atau rangsangan lingkungan lainnya (Lindquist,
2014).
3. Humor
Psikoterapis Steven Sultanoff menjelaskan bahwa perbedaan utama
antara komedi-klub humor dan humor terapi. Tujuan dari menggunakan
humor terapi sebagai terapi komplementer harus jelas untuk kepentingan
klien atau pasien, bukan untuk terapis/perawat sebagai kepuasan pribadi
atau hanya untuk kesenangan "(Steven Sultanoff, 2012 dalam Lindquist,
2014). Humor terapi telah didefinisikan sebagai setiap intervensi yang
mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan dengan merangsang ekspresi.
Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan, sebagai terapi komplementer,
memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi baik fisik, emosi, kognitif,
sosial dan spiritual "(AATH, 2000 dalam Lindquist, 2014).
4. Biofeedback
Biofeedback merupakan suatu tindakan dimana respon fisiologis,
seperti detak jantung, hantaran kulit, suhu kulit, dan aktivasi otot dipantau
dengan tujuan mengajarkan klien untuk secara sadar mengatur proses
tersebut. EEG Biofeedback dikenal juga sebagai neuroterapi/ neurofeedback
adalah biofeedback tertentu yang menstransmisikan sinyal
electroencephalogram (EEG) dan memberikan informasi tentang aktivitas
neuron di korteks serebral. Melalui pengkondisian operan atau belajar, klien
diajarkan menggunakan informasi tentang otak untuk mengubah atau
meningkatkan fungsinya (Stuart, 2013).
5. Storytelling
Mendongeng/bercerita didefinisikan sebagai seni atau tindakan
bercerita (Dictionary.com, 2013). Sebuah cerita adalah narasi, baik benar
atau fiktif, dalam bentuk prosa atau ayat yang dirancang untuk menarik,
menghibur atau menginstruksikan pendengar atau pembaca. Penggunaan
cerita di layanan kesehatan, penelitian kesehatan dan pendidikan tidak

12
terbatas. Perawat dapat menggunakan cerita dalam beberapa situasi di masa
hidup untuk berbagai tujuan. Cerita dapat digunakan dalam terapi keluarga
dan dapat membantu anggota dalam memasuki makna dari masa lalu,
sekarang dan masa depan serta membantu pasien untuk "membuat makna"
dan penyembuhan (Roberts, 1994 dalam Lindquist, 2014).
6. Exercise (olah raga)
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai "mengerakan tubuh yang bertujuan
untuk pengeluaran kalori" (American College of Sports Medicine, 2006).
Secara umum pengertian olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas fisik
maupun psikis seseorang yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas kesehatan seseorang. Latihan fisik sangat bermanfaat bagi
kesehatan, diantaranya: membantu dalam penguatan dan pemeliharaan otot,
sendi, dan tulang, memupuk perasaan kesejahteraan psikologis
 Peran perawat
Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien tentang pentingnya
berolahraga, perawat juga dapat selalu memotivasi pasien untuk dapat
melakukan olah raga rutin sesuai kondisi pasien. Perawat dapat
membantu pasien untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan
olahraga apa yang tepat dengan kondisi pasien dan dapat pasien lakukan
secara mandiri.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya
gangguan pada otak tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya.
Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa tapi stress dapat juga
merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pada diri seseorang.
Prinsip keperawatan jiwa, antara lain: Manusia, Lingkungan, Kesehatan
dan Keperawatan. Kesehatan jiwa meliputi : bagaimana perasaan anda terhadap
diri sendiri, bagaimana perasaan anda terhadap orang lain dan bagaimana
kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda sehari-hari.
Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup,
bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery
berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping
yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin
hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping
klien yang adaptif.
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan
jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan
gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.
Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik
tolak terapi atau penyembuhan dengan memberikan berbagai macam terapi
Generalis maupun Spesialis.
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan
secara langsung dan asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat
icapai dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa yang membantu upaya
penanggulangan maslah kesehatan jiwa.

14
B. Saran
Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya
dalam penanganan masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah
kesehatan jiwa yang ada serta upaya penanganannya dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Caldwell, Barbara A,PhD., A.P.N.-B.C., Sclafani, Michael, MS,M.Ed, R.N.,


Swarbrick, Margaret, PhD,O.T.R., C.P.R.P., & Piren, Karen, MSN,R.N.,
A.P.N. (2010). Psychiatric nursing practice & the recovery model of care.
Davidson, L., O'Connell, M., Tondora, J., Styron, T., & Kangas, K. (2006). The
top ten concerns about recovery encountered in mental health system
transformation. Psychiatric Services, 57(5), 640-5.
Drake, R. E., Goldman, H. H., Leff, H. S., Lehman, A. F., Dixon, L., Mueser, K.
T., & Torrey, W. C. (2001). Implementing evidence-based practices in
routine mental health service settings. Psychiatric Services, 52, 179-182.
Linquist, R.,Snyder, M.,Tracy, F. Mary. (2014). Complementary & Alternative
Therapies in Nursing. Springer Publishing Company
O'Connell, M., Tondora, J., Croog, G., Evans, A., & Davidson, L. (2005). from
rhetoric to routine: assessing perceptions of recovery-oriented practices in a
state mental health and addiction system. Psychiatric Rehabilitation
Journal, 28(4), 378-86.
Stuart, W. Gail. (2013). Principles of Psychiatric Nursing, 10 Edition. ELSEVIER
Varcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health
Nursing; A Communication Approach to Evidence-Based Care Second
Edition. ELSEVIER
https://www.scribd.com/document/428033991/KEL-7-KONSEP-RECOVERY-
DAN-SUPPORTIVE-ENVIRONMENT-DALAM-PERAWATAN-KLIEN-
GANGGUAN-JIWA-doc. Diakses pada tanggal 28 November 2019

16

Anda mungkin juga menyukai