Anda di halaman 1dari 12

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESLING

Beberapa regulasi, panduan /pedoman, juklak dan juknis yang berkaitan dengan
penyelenggaraan penyehatan air dan sanitasi:
1. Standar prosedur operasional Klinik Sanitasi untuk Puskesmas
2. Pedoman pelaksanaan klinik sanitasi untuk Puskesmas
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum (lanjutan)
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 416/Menkes/SK/IX/1990 tentang syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air
5. Keputusan Menkes RI yang berkaitan dengan penyelenggaraan sanitasi darurat:
a. Kepmenkes RI
No. 1349/Menkes/SK/XII/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sanitasi Darurat
(lanjutan)
b. Kepmenkes RI
No. 1349/Menkes/SK/XII/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sanitasi Darurat
c. Kepmenkes RI No. 979/Menkes/SK/IX/2001 tentang Prosedur Tetap Pelayanan
Kesehatan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsian
d. Kepmenkes RI No. 67/Menkes/SK/III/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular

LAIN – LAIN :
a. P.P No. 82 / 2001 TTG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
b. PERMENKES NO. 416 /199 TTG PERSYARATAN PENGAWASAN
KUALITAS AIR
c. PERMENKES NO. 907 /2002 TTG SYARAT-SYARAT DAN
PENGAWASAN KUALITAS AIR
d. KEPMENKES N0.1204 /2004 TTG PERSYARATAN KESEHATAN
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
e. KEPMEN LH NO. 51/1995 TTG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI
KEGIATAN INDUSTRI
f. KEPMEN LH NO. 51/1995 TTG BAKU MUTU LIMBAH CAIR
INDUSTRI
g. KEPMEN LH NO. 51/1995 TTG BAKU MUTU LIMBAH CAIR RUMAH
SAKIT.
h. KEPMEN LH NO. 48 / 1996 TTG BAKU TINGKAT KEBISINGAN
i. KEPMEN LH NO. 49 / 1996 TTG BAKU TINGKAT GETARAN
J. KEPMEN LH NO. 50 / 1996 TTG BAKU TINGKAT KEBAUAN
KEPMENKES RI NO.1204/MENKES/SK/X/2004

PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT


- Permenkes RI No. 01/Birhukmas/I/1975 tentang standard kualitas AM
- Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat – syarat
kualitas AB dan tentang syarat – syarat kualitas AM.
- Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat – syarat
dan pengawasan kualitas air minum.

1
Kepmenkes yang berkaitan dengan penyelenggaraan hygiene sanitasi makanan
minuman:
a. Kepmenkes No.715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi jasa boga
b. Kepmenkes No.942/Menkes/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan hygiene
sanitasi makanan jajanan
c. Kepmenkes No.1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi rumah
makan dan restoran

PERATURAN PERUNDANGAN AMDAL


1. UU No. 23 th 1997 ttg Pengelolaan Lingk Hidup
2. UU No. 22 th 1999 ttg Pemerintah daerah
3. UU No. 9 th 2000 ttg AMDAL
4. PP No. 27 th 1999 AMDAL
5. Kep. Men. LH No. 40 th 2000 ttg Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL
6. Kepmenkes. No. 876 th 2001 ttg Pedoman teknis ADKL
7. Kep Ka. Bapedal No. Kep-124 th 1997 ttg Panduan Kajian Aspek Kesmay dlm
Penyusunan AMDAL

Permenkes yang berkaitan dengan Pengamanan Dampak Limbah (sedang di proses


di Biro Hukum dan Organisasi Depkes)
a. Permenkes tentang persyaratan limbah medis sarana pelayanan kesehatan
b. Permenkes tentang persyaratan dan penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dan
Rumah Sakit

2
PENGAWASAN SANITASI INDUSTRI
DASAR KEPMENKES NO : 1405 /MENKES / SK/XI/2002
PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN &
INDUSTRI

TUJUAN :
• MENCEGAH TIMBULNYA GANGGUAN KESEHATAN DAN PENCEMARAN
LINGKUNGAN KERJA

RUANG LINGKUP :
 PERSYARATAN AIR BERSIH
 PENANGANAN LIMBAH
 KEBISINGAN
 RADIASI
 RUANG DAN BANGUNAN
 INSTALASI
 PENCAHAYAAN
 GETARAN
 VEKTOR PENYAKIT
 TOILET

SANITASI :
USAHA KES. MASY. PD PENGAWASAN FAKTOR LINGK. YG MEMPENGARUHI
KES. MANUSIA SHG MUNCULNYA PENYAKIT DPT DIHINDARI (Azrul Azwar,
1990)

HYGIENE :
USAHA KES.MASY. CEGAH PENGARUH LINGKUNGAN

SANITASI INDUSTRI :
(1) USAHA KES. MASY. PEKERJA THDP LINGK. INDUSTRI CEGAH
TERJADINYA GANGGUAN KESE. (PENYAKIT/KECLK. AKIBAT KERJA
2) INSTALASI DAN FASILITAS YANG BERSIH/SEHAT YANG DIBERLAKUKAN
BAGI BANGUNAN INDUSTRI

TUJUAN
SANITASI INDUSTRI

• Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, sehingga pekerja terhindar dari gangguan
kesehatan (penyakit dan kecelakaan kerja) dan pencemaran lingkungan
• Pekerja àproduktif

Ruang lingkup
• RUANG DAN BANGUNAN
• UDARA RUANG KERJA
• PENYEHATAN AIR
• TOILET
• LIMBAH
• PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT
• SANITASI MAKANAN
• INSTALASI
• KEBISINGAN
• PENCAHAYAAN
• GETARAN
• RADIASI

3
PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN

Tujuan
o Tahap persiapan.
o Tahap gladi resik.
o Tahap pelaksanaan

Tahapan persiapan
o Untuk meyakinkan bahwa bahan , makanan, minuman, peralatan, food handler serta
lingkunngan yang akan digunakan telah memenuhi syarat kesehatan.
o Perlu pemeriksaan sampel bahan makanan, minuman, makanan dan minuman siap
santap.
o Perlu pemeriksaan usap alat, usap tangan, usap tenggorok,swab dubur,sumber air ,dll.

Tahap Gladi resik


o Untuk mengetahui secara pasti, hasil olahan makanan minuman dari Tempat
pengolahan Makanan ( TPM ) sudah memenuhi standar.
o Bahan yang diambil untuk diperiksa ,bahan untuk diolah , makanan minuman siap santap,
usap alat , usap tangan penjamah, sumber air.
Tahap Pelaksanaan
o Untuk mengetahui secara pasti makanan, minuman, hidangan yang disajikan
memenuhi stadar.
o Bahan yang diambil: uji petik makanan minuman / hidangan yang akan disajikan pada
para tamu negara.
o Jika terjadi KLB, bahan yang diuji petik selain hidangan, juga muntahan penderita dan
bahan ekskresi dari penderita.

FREKUENSI PENGAMBILAN SAMPEL


 Pada tahap persiapan jumlah pengambilan sampel dilakukan 1 kali , waktu
pengambilan 1bulan sebelum acara berlangsung , dan bila kurang yakin hasil yang
diperoleh, maka dilakukan pengambilan sampel ulang sebanyak 2 sampai 3kali.
 Pada tahap gladiresik pengambilan sampel diambil 1 kali di semua TPM yang akan
digunakan untuk acara kenegaraan .
 Pada tahap pelaksanan pengambilan sampel dilakukan selama acara berlangsung dan
acara diluar termasuk hidangan yang disajikan di pesawat, dan di penginapan para
tamu negara.
CARA PENGAMBILAN SAMPEL
o Setiap jenis sampel makanan yang homogen diambil lebih kurang 100 sampai 200
gram secara homogen, dengan menggunakan sendok / pinset steril kemudian
dimasukkan kedalam kantong plastik steril dan diberi label/ etiket.
o Untuk jenis sampel yang heterogen setiap jenis hidangan diambil minimal setiap jenis
sampel satu .
o Untuk sampel minuman , sampel diambil sebanyak 100- 200 cc , kemudian
dimasukkan kedalam kantong steril, beri label.
o Setiap jenis sampel diambil sebanyak 3 -4 kantong untuk keperluan pemeriksaan
organoleptik, kimiawi, lab stationer dan disimpan dibank sampel.
Cara pengambilan sampel usap alat
 Bahan dan alat yang diperlukan : tabung berisi fosfat buffer saline (FBS ) pH 7,2 steril,
sebanyak 10-20 cc, lidi kapas steril, sarung tangan steril, spidol, bolpoin,cool box, cool
pack.
 Masukkan lidi kapas kedalam FBS, peras dengan cara tempelkan lidi kapas yang telah
basah oleh FBS,kemudian usapkan pada peralatan yang akan disampel, kemudian
ulangai pekerjaan tersebut diatas sebanyak 2- 3 kali.
 Tutuplah tabung berisi sampel secara legeartis,beri label, masukkan kedalam coll box
dan kirim

4
TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM
( LAMPIRAN II KEPMEN 907 / MENKES / SK / VII / 2002.
AIR MINUM KEMASAN DAN ATAU ISI ULANG

1. Pemeriksaan Kualitas Bakteirologi


 Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali.
 Air yang siap dimasukkan kedalam kemasan/botol isi ulang, minimal satu bulan sekali.
 Air dalam kemasan minimal dua sampel sebulan sekali.

2). Pemeriksaan Kualitas Kimiawi


 Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali.
 Air yang siap dimasukkan ke dalam kemasan / botol isi ulang, minimal satu sampel
sebulan sekali.
 Air dalam kemasan minimal satu sampel sebulan sekali.

3). Pemeriksaan dilaksanakan di lapangan dan di laboratorium Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota atau laboratorium lainnya yang ditunjuk.

4). Hasil pemeriksaan


Harus disampaikan kepada pemakai jasa selambat – lambatnya 7 hari untuk pemeriksaan
mikrobiologik dan 10 hari untuk pemeriksaan kualitas kimiawi.

5). Pengambilan dan pemeriksaan sampel AM dapat dilakukan sewaktu – waktu


bila diperlukan.

6). Parameter Kualitas Air yang diperiksa


 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter mikrobiologi : E. coli dan total bakteri coliform.
b. Kimia an organic : Ar, F, Cr (valensi 6), Cad, NO2, NO3, sianida, selenium

 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan.


a. Parameter fisik : bau, warna, TDS, kekeruhan, rasa, suhu.
b. Parameter kimiawi : Al, Fe, Kesadahan, Khlorida, Mangan, pH, Zn, Sulfat,
tembaga, sisa khlor, ammonia.

7. Parameter AM lainnya dapat diperiksa bila diperlukan, terutama adanya indikasi


pencemaran.
8. Bila parameter yang tercantum pada Kepmen tidak dapat diperiksa di lab.
Kab/Kota, maka dapat dirujuk ke lab. Prop. Atau lab. Lain yang ditunjuk.

9. Bahan kimia yang diperbolehkan digunakan untuk pengolahan air termasuk


bahan kimia tambahan lainnya hanya boleh digunakan setelah mendapat
rekomendasi dari Dinas Kesehatan setempat.

10. Hasil pengawasan kualitas air wajib dilaporkan secara berkala oleh Dinkes
setempat kepada PEMERINTAH KAB / KOTA setempat secara rutin minimal 3
(tiga) bulan sekali, dan apabila terjadi KLB karena terjadinya penurunan
kualitas AM dari penyediaan AM tsb maka pelaporannya wajib langsung
dilakukan dengan tembusan kepada DINKES PROP. DAN DIRJEN.
LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGHADAPI

5
KLB KERACUNAN MAKANAN

PUSKESMAS
1. Petugas Puskesmas setelah menerima laporan atau informasi dari masyarakat, RS, dll,
segera melakukan pengecekan ke lapangan tentang kebenaran berita kasus keracunan
2. Memberikan pertolongan berupa pengobatan kepada penderita keracunan, dan bila
diperlukan mengirim penderita ke unit pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk
referal sistem (Rumah Sakit).
3. Mengambil contoh makanan/minuman yang diduga sebagai penyebab keracunan
4. Mengirim contoh makanan/minuman ke Dinas Kesehatan Kab/Kota.
5. Melaporkan adanya kejadian keracunan makanan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota segera
(menggunakan telepon, fax, form W1, sms, dan e-mail).
6. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
7. Bergabung dengan TIM KLB Keracunan Dinas Kesehatan Kab/Kota melakukan kajian
Penyelidikan Epidemiologi.

DINAS KESEHATAN KAB/KOTA


1. Segera melakukan koordinasi dan pembahasan tentang kasus yang terjadi.
2. Segera meneruskan contoh makanan/ minuman yang diduga sebagai penyebab
keracunan ke BBTKLPM/BLK/Lab. lain yang ditunjuk dengan menggunakan form
Pengiriman Sampel Keracunan Makanan/ Minuman .
3. Melakukan pengecekan ke lokasi keracunan, dan memonitor kejadian
keracunan.
4. Melakukan tindakan investigasi / penyidikan epidemiologi. Investigasi diarahkan pada
:
a. Attack rate
b. Relatif risk
c. Penjelasan lokasi
d. Penjelasan waktu
5. Segera melaporkan kejadian keracunan ke Bupati/Walikota dengan tembusan
ke Dinas Kesehatan Propinsi, dan Ditjen PPM & PL, dengan menggunakan telepon,
fax, form W1, sms, e-mail.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota memberikan keterangan/ penjelasan kepada
publik/ masyarakat tentang kasus yang terjadi, berdasarkan hasil sementara dari
kegiatan Penyelidikan Epidemiologi Tim Surveilans yang ada.

DINAS KESEHATAN PROPINSI

6
1. Petugas Kesehatan Propinsi yang bertanggung jawab terhadap program
makanan/minuman dan surveilans setelah mendapat laporan/ informasi segera
melakukan koordinasi dan evaluasi pelaporan dari DinKes Kab/Kota.
2. Memberi bimbingan teknis dalam menyusun rencana pencegahan, penyelidikan
dan penanggulangan keracunan.
3. Bila dianggap perlu membantu DinKes Kab/Kota dalam penyelidikan
epidemiologi kasus keracunan makanan di daerahnya dan koordinasi dg laboratorium
yang ada di Propinsi.

PUSAT
1. Petugas Pusat (Ditjen PPM & PL) cq. Subdit HSMM dan Subdit Surveilans
setelah mendapat laporan/informasi segera melakukan koordinasi dan evaluasi
pelaporan dari Dinas Kesehatan Propinsi dan Kab/Kota.
2. Memberi arahan dan bimbingan teknis dalam menyusun rencana
pencegahan, penyelidikan dan penanggulangan keracunan.
3. Memantau perkembangan dan tindak lanjut dalam kasus keracunan
makanan di Daerah dan Koordinasi.
Pasca KLB Keracunan Makanan
1. Pelatihan
a. Pelatihan Asisten Epidemiologi Lapangan (PAEL) yang diikuti oleh petugas
dinas kesehatan propinsi, kab/kota
b. Hazard Analisys Critical Control Point (HACCP)
c. Pelatihan/Kursus Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman
2. Pembelian alat
Untuk menunjang penanggulangan keracunan makanan diperlukan peralatan
pengambilan dan pemeriksaan sampel makanan dan specimen bagi BBTKLPM,
KKP dan Dinas Kesehatan
3. Menyusun Pedoman dan Peraturan
Untuk mendukung kegiatan yang dilaksanakan dalam menunjang investigasi
keracunan makanan

7
LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGHADAPI INFORMASI/BERITA KLB KER.
MAKANAN DARI MEDIA CETAK/ELEKTRONIK

1. Menghubungi Petugas Dinas Kesehatan (Propinsi, Kab/Kota) tempat


terjadinya KLB keracunan Makanan melalui Telpon, HP/SMS
2. Mencatat data/informasi tentang :
a. Penderita
b. Waktu Kejadian
c. Tempat kejadian
d. Upaya yang dilakukan
e. Solusi / Pemecahan masalah
3. Meminta hasil investigasi lapangan dikirim ke Ditjen PPM & PL (SD-
HSMM & SD SE) melalui fax, surat, e-mail
4. Kunjungan ke lokasi KLB untuk investigasi/ Pasca KLB Keracunan
Makanan.

8
Pemeriksaan TPM

Pendahuluan
Untuk menjamin keamanan produk makanan diperlukan TPM yang memenuhi syarat
kesehatan
TPM :
Rumah makan, restoran, Jasaboga, Industri makanan, kantin, warung, makanan jajanan, dll
Lokasi & Bangunan yang tidak memenuhi syarat kes. Risiko kontaminasi
mikroorganisme
. LOKASI
w Lokasi TPM harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang diakibatkan bahan
pencemar.
w Bangunan harus dibuat dgn cara yang terlindung dari sumber pencemar spt tempat
pembuangan sampah umum, wc umum, pengelolaan limbah dan sumber pencemar
lainnya
KONSTRUKSI
w Kontruksi dan rancang bangun hrs aman dan memenuhi peraturan perundang-undangan
ttg Keselamatan dan Keamanan yg berlaku.
w Konstruksi bangunan TPM hrs kuat, aman dan terpelihara mencegah terjadinya
kecelakaan dan pencemaran.
w Konstruksi hrs selalu bersih scr fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau bekas yg
ditempatkan scr tdk teratur.
HALAMAN
w Diberi papan nama perusahaan yang mencantumkan nomor pendaftaran/izin
penyehatan makanan di tempat yg mudah dilihat.
w Selalu kering dan terpelihara kebersihannya, tdk banyak serangga dan tersedia tempat
sampah.
w Saluran pembuangan air kotor hrs tertutup dan tdk menjadi tempat jalan masuknya
tikus ke dlm bangunan TPM.
w Pembuangan air hujan hrs lancar.
TATA RUANG
Ruang harus ditata sesuai fungsinya
Dapur
b. Gudang
c. Ruang makan
d. Toilet
e. Ruang karyawan
f. Ruang administrai
LANTAI
w Lantai selalu bersih, kering, tdk mdh rusak, tdk lembab, tdk ada retakan atau celah tdk
licin dan tahan terhadap pembersihan yg berulang-ulang.
w Dibuat miring (1-2%)
w Conus (tidak membuat sudut mati)
DINDING
w Permukaan dinding rata dan halus, berwarna terang, tidak lembab dan mudah
dibersihkan.
w Bahan kuat, kering, kedap air, tanpa celah/retak
w Permukaan dinding ditempat pencucian dan tempat peracikan dipasang porselin atau
logam anti karat setinggi 2 meter dari lantai
ATAP DAN LANGIT-LANGIT
w Tidak menjadi sarang serangga dan tikus
w Selalu bersih, tidak retak
w Tinggi minimal adalah 2,4 meter
Pintu dan jendela

9
• Dapat menutup sendiri & membuka kearah luar
• Jendela, pintu & ventilasi dipasangi kawat kassa
• Pintu tempat pengolahan makanan ada anti lalat spt, kawat kassa, tirai plastik, pintu
rangkap, dll
• Bagian bawah pintu dilapisi logam ± 36 cm
• Jarak pintu dengan lantai < 5 mm
Pencahayaan
• Diruang gudang, daur, tempat cuci peralatan & cuci tangan ± 10 foot candle
• Cahaya tidak silau & tersebar merata
• Tempatkan beberapa lampu dalam ruangan
Ventilasi / Penghawaan
• Suhu nyaman ± 28°C s/d 32°C
• Mencegah udara panas, kondensasi uap atau lemak pada lantai, dinding, langit-langit &
asap.
• Ruang ventilasi ± 10% dari luas lantai
• Dapat menggunakan Ventilasi mekanis spt, kipas angin, exhauster atau AC.
Ventilasi / Penghawaan
• Harus cukup untuk orang bekerja
• Tidak berhubungan langsung dg WC, peturasan, kamar mandi.
• Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan ± 2 m2/org
Fasilitas pencucian peralatan & bahan makanan
• Bahan kuat, tak karat, mudah dibersihkan
• Harus menggunakan bahan pembersih
• Ada 3 bak, Merendam, Menyabun, Membilas.
• Mencuci bahan makanan yg tidak dimasak dg PK 0,02% kedlm 10 lt air
• Atau disiram air mendidih (80°C) beberapa detik.
• Atau larutan kaporit 50 ppm (1 sendok makan kedlm 10 lt air)
Termpat cuci tangan
• Terpisah dari tempat cuci peralatan/makan dan dilengkapi dengan sabun
• 1 buah untuk ± 10 orang
• Ditempatkan sedekat mungkin dengan pintu masuk
Air Bersih
• Tersedia cukup untuk kegiatan pengelolaan makanan
• Memenuhi Permenkes No. 416/Menkes/ Per/IX/ 1990
• Secara fisik : jernih, tak berwarna, tak berbau, tak berasa bebas kuman penyakit
• Harus direbus sebelum diminum
Jamban & peturasan
• Jamban harus jenis leher angsa, lengkap dg air penyiraman, dan sabun

Jumlah karyawan Jml Jamban


1 – 10 orang 1 buah
11 – 25 orang 2 buah
26 – 50 orang 3 buah
Penambahan 25 orang Tambah 1 buah
Jumlah karyawan Jml Peturasan
1 – 30 orang 1 buah
31 – 60 orang 2 buah
61 – 90 orang 3 buah
Penambahan 30 orang Tambah 1 buah

10
Kamar mandi
• Kamar mandi lengkap dg air kran yang mengalir & SPAL
• 1 kamar mandi utk 1 - 10 orang
• Sebaiknya tanpa bak mandi (shower
Tempat sampah
• TPS berbahn kuat, kedap air, tak berkarat
• Dilengkapi tutup & pakai kantong plastik untuk sisa makanan
• Sampah dibuang dlm 1 X 24 jam dari TPM
• Tempatkan agar mudah dijangkau petugas pengangkut sampah
Fasilitas Penyimpanan pakaian karyawan (locker)
• Terbuat dari bahan yg kuat, aman, mudah dibersihkan & tertutup rapat
• Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah karyawan
• Ditempat kan terpisah dari dapur & gudang
• Dipisahkan antara locker wanita & pria
Pembersihan & Pemeliharaan
1. Prinsip pembersihan ruangan
a. Tersedia sarana pembersih
b. Mengetahui jenis bahan lantai,dinding, plafon & ventilasi
c. Waktu & frekwensi pencucian/pembersihan
2. Sarana pencucian/pembersih ruangan
3. Bahan pencuci/pembersih ruangan
4. Mengenal berbagai jenis lantai: Ubin semen, teraso, beton, keramik,
pualam, granit, andesit, kayu
5. Tehnik pencucian dan pembersihan lantai
a. Brooming
b. Scraping
c. Swabing
d. Washing
e. Sanitazing
6. Mengenal berbagai jenis dinding
7. Jenis plafon
8. Peralatan Ventilasi
9. Peralatan lain

11
PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

PENETAPAN LOKASI
 PRIORITAS LOKASI ADALAH DI HALAMAN RUMAH PENDUDUK YANG
DIPERKIRAKANBELUM SEMUA ANGGOTA KELUARGANYA
MENGGUNAKAN JAMBAN.TTIK PENGAMBILAN LOKASI :
 DI HALAMAN RUMAH YANG BERLANTAI TANAH,TEMPAT YANG
SERING DIPAKAI SEPERTI RUANG KELUARGA,DAPUR
 DISEKITAR TEMPAT BERMAIN ANAK, SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN
KOTORAN, HALAMAN YANG LEMBAB
 TIAP LOKASI DI HALAMAN RUMAH ATAU DIDALAM RUMAH DIAMBIL
4 ( EMPAT) SAMPEL.KEEMPAT TITIK LOKASI YANG DIAMBIL
TANAHNYA DISEBUT SATU SAMPEL.
PENGAMBILAN SAMPEL
 SAMPEL TANAH YANG DIAMBIL ADALAH TANAH PERMUKAAN. BAGIAN
TANAH INI DIAMBIL DENGAN CARA MELAKUKAN PENGERUKAN TANAH
DENGAN SENDOK SEMEN
A. PERALATAN
GARPU TANAH,SENDOK SEMEN,KANTONG PLASTIK,SPIDOL
(PERMANET)
B. CARA PENGAMBILAN
1) BERSIHKAN LOKASI TERSEBUT DENGAN GARPU TANAH DARI
DAHAN DAHAN,RUMPUT-RUMPUT KERING DAN KERIKIL.
2) SIAPKAN KANTONG PLASTIK,KEMUDIAN DIBERI KODE (NO
SPL,.KK,ALAMAT,TGL PENGAMBILAN DGN SPIDOL
PEMGABILAN SAMPEL (2)
1. KEROKLAH TANAH PERMUKAAN PADA LOKASI TERSEBUT
SELUAS ± 40 X 40 CM DENGAN MENGGUNAKAN SENDOK SEMEN
SEBANYAK LEBIH KURANG 100 GRAM,KEMUDIAN MASUKKAN
KEDALAM KANTONG PLASTIK YANG TELAH DISIAPKAN.
2. IKATLAH KANTONG-KANTONG PLASTIK YANG TELAH
TERSISI SAMPEL TANAH DENGAN BAIK, KEMUDIAN DIBAWA KE
LABORATORIUM.

PENGIRIMAN SAMPEL KE LABORATORIUM HENDAKANYA TIDAK LEBIH DARI 7


HARI DAN DALAM PERJALANAN HENDAKNYA SUHU TIDAK TERLALU PANAS

12

Anda mungkin juga menyukai