Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN MODEL YURISPRUDENSI INKUIRI UNTUK

MENINGKATKAN BERFIKIR KRITIS BELAJAR HUBUNGAN


STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
PADA SISWA KELAS X SMA

Gianto
SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang Jl. Bromo No.16 Malang
Email: giantosmalabum@gmail.com

Abstrak: penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model


pembelajaran yurisprudensi ingquiri dan peningkatan kemampuan berfikir kritis materi
hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah pada siswa kelas X SMA.
Kajian menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas melalui dua siklus. Subyek
kajian adalah siswa kelas X SMA yang berjumlah 28 orang. Pengumpulan data dengan
menggunakan obserfasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan kualitatif deskriptif
dan kuantitatif deskriptif. Penerapan model yurisprudensi ingquiri dilakukan melalui 6
tahapan yaitu : model jurisprudential inquiry (JI) dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1: orientasi kasus, Tahap 2: Identifikasi Isu, Tahap 3: Memilih posisi, Tahap 4:
Mengeksplorasi Sikap atau Pendirian serta Bentuk Argumentasi, Tahap 5:
Menegaskan dan Mengkualifikasi Posisi, Tahap 6: Menguji Asumsi Faktual di Balik
Posisi yang Sudah Qualified Pembentukan kelompok pro dan kontra oleh siswa
dilakukan secara alamiah, siswa memilih sendiri untuk masuk kelompok pro atau
kelompok kontra. penerapan m kooperatif dengan model debat. Setelah menerapkan model
yurisprudensi ingquiri ada peningkatan hasil berfikir kritis siswa.
Kata kunci : Model yurisprudensi ingquiri, hasil belajar, motivasi belajar,berfikir
kritis

PENDAHULUAN belajar hubungan struktural dan fungsional


Penggunaan media dan metode pemerintah pusat dan daerah pada siswa
pembelajaran yang dipilih guru merupakan kelas X sma laboratorium UM”
salah satu cara meningkatkan kualitas Paradigma pendidikan abad ke 21
pembelajaran. Hamalik (2001:32) juga berdampak pada pergeseran dalam sistem
menyatakan bahwa, “untuk lebih pembelajaran, yang bermula berpusat pada
mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru berubah menjadi berpusatpada siswa
antara guru dan siswa dalam proses (Badan standar Nasional Pendidikan, 2010;
pendidikan dan pengajaran, di sekolah Trililing dan Fadel, 2009). Perubahan
perlu digunakan metode dan teknik tersebut mendorong para guru untuk
pembelajaran yang tepat ”Dengan menghasilkan berbagai strategi, metode
pembelajaran ini peserta didik diharapkan dan model pembelajaran dalam
mempunyai wawasan pemahaman dan mewujudkan tujuan pendidikan. Salah satu
sikap untuk berpartisipasi dalam kehidupan metode yang digunakan untuk menunjang
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. pembelajaran aktif dan bermakna dalam
Untuk itu perlu diadakan penelitian dengan pembelajaran adalah metode debat.
judul ” Penerapan model yurisprudensi Penerapan model pembelajaran debat tepat
ingquiri untuk meningkatkan berfikir lritis dilakukan untuk mendukung paradigma
1
pendidikan abad 21, yang didukung oleh guru dengan di Bantu oleh 2 orang
berbagai keunggulan yang ada dapat observer ( satu orang guru bidang studi
membantu guru dalam dalam PPKn dan satu orang guru bidang
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Ekonomi). Tindakannya berupa
Model pembelajaran yurisprudensi ingquiri pembelajaran kooperatif dengan model
dapat mengembangkan dan yurisprudensi ingquiri, kompetensi
membangkitkan daya kreativitas maupun dasarnya adalah menganalisis konsep
daya tarik peserta didik.kelebihan lain dari hubungan struktural dan fungsional
model pembelajaran debat ini adalah dapat pemerintah pusat dan daerah, pemerintah
mengembangkan sikap demokratis dan pusat dan pemerintah daerah , asas-asas
saling menghormati. Dari uraian singkat pemerintahan yaitu desentralisasi dan
sebagaimana tertulis pada latar belakang otonomi daerah.
masalah, dapat diketahui beberapa faktor Sebelum memulai pelajaran guru
yang mencakup permasalahan pada proses menjelaskan kepada siswa bahwa pada
pembelajaran. Rumusan masalah dalam pembelajaran kali ini menggunakan
penelitian ini adalah: Apakah penggunaan pembelajaran kooperatif model
Penerapan model debat, dapat Jurisprudensi Inquiri. Kegiatan belajar
meningkatkan keaktifan dan kreatifitas mengajar pada pertemuan I meliputi tahap
belajar hubungan struktural dan fungsional Tahap 1: orientasi kasus, Tahap 2:
pemerintah pusat dan daerah pada siswa Identifikasi Isu, Tahap 3: Memilih posisi,
kelas X sma laboratorium UM” Apakah Tahap 4: Mengeksplorasi Sikap atau
penggunaan model pembelajaran model Pendirian serta Bentuk Argumentasi dalam
debat meningkatkan berfikir kritis belajar debat, guru menyampaikan kompetensi
hubungan struktural dan fungsional dasar dan indikator hasil belajar yang harus
pemerintah pusat dan daerah pada siswa dicapai dalam proses pembelajaran pada
kelas X sma laboratorium UM” hari ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
1. Penerapan Pembelajaran model
yurisprudensi ingquiri dalam materi
hubungan struktural dan fungsional
pemerintah pusat dan daerah pada
siswa kelas X SMA LAB UM.
a. Siklus 1
Perencanaan
Perencanaan pada pembelajaran ini
menggunakan model pembelajaran debat,
dengan media contoh kasus permasalahan
otonomi daerah, alat yang digunakan :
LCD, Lembar kerja siswa, vidio
pembelajaran. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari kamis, 8 Nopember
2018 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran
(2X45 menit) yaitu jam ke 7-8 (12.00 –
13.30 WIB). Peneliti bertindak sebagai
2
1) Tahap orientasi kasus (10 menit) Setelah guru memberikan contoh tayangan
Tujuan tahap pertama ini adalah untuk kasus. Dan siswa mencari informasi
memperkenalkan materi pada siswa serta tambahan mengenai materi dan kasus-
kasus-kasus yang akan didiskusikan pada kasus yang akan dibahas pada pertemuan
siswa. Setelah memperkenalkan materi hari ini. Informasi itu dapat dicari melalui
yang akan dibahas pada proses buku-buku yang berhubungan dengan
pembelajaran dan juga memperkenalkan hubungan pemerintah pusat dan daerah,
kasus-kasus permasalahan yang terjadi di koran, majalah, berita di televisi maupun
masyarakat, siswa mengenal permasalahan internet. Hal ini dilakukan agar ketika guru
yang ada di masyarakat serta mampu mulai memperkenalkan kasus, siswa sudah
menganalisis permasalahan tersebut. mempunyai gambaran terdahulu mengenai
Setelah penjelasan materi selesai, maka kasus tersebut yang tentunya disesuaikan
siswa diberi beberapa contoh kasus yang dengan materi yang akan dipelajarai,
ditemukan dalam masyarakat yang sehingga tidak ada siswa yang bingung,
memiliki konflik nilai.dengan pokok Selama kegiatan belajar kelompok
bahasan “ hubungan peremerintah pusat berlangsung, guru melakukan interaksi
dan daerah, pemerintahan negara, asas-asas dengan kelompok dan senantiasa
dalam pemerintahan negara, asas mendorong agar selalu terjalin kerjasama
desentralisasi dan asas otonomi daerah. yang baik antar anggota kelompok, saling
Setelah semua siap, guru membagikan membantu dan mendorong satu sama lain
lembar diskusi (LKS) yang di dalamnya dalam rangka mencapai tujuan bersama
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang harus dan mengingatkan bahwa kerjasama
dijawab oleh siswa secara mandiri/ berpikir kelompok menentukan hasil belajar
sendiri jawabannya dalam waktu 10 menit. mereka. Pada tahap kedua ini, dilakukan
Selain berpikir mereka diminta untuk langkah-langkah sebagai berikut: 1. Siswa
menuliskan jawaban di lembar jawaban membuat sintesis antara fakta-fakta dengan
2) Tahap Identifikasi isu (20 menit) isu-isu kebijakan publik 2. Siswa memilih
satu isu kebijakan publik untuk
didiskusikan 3. Siswa mengidentifikasi
nilai dan konflik. Mengkaji ulang fakta-
fakta dengan menggambarkan peristiwa
dalam kasus, menganalisis siapa yang
melakukan apa, dan mengapa terjadi
seperti demikian. Dalam tahap satu dan dua
ini, siswa belum diminta untuk
mengekspresikan pendapat atau sikapnya
terhadap kasus tersebut.
3) Tahap Memilih
posisi (30 menit)

3
Tahap memilih posisi ini melatih siswa Refleksi Memperbaiki hal –hal sebagai
menjadi warga negara yang aktif yang berikut Berikut ini adalah refleksi tindakan
mampu mengambil sikap ketika terjadi pada siklus I berdasarkan hasil pengamatan
suatu permasalahan baik di lingkungan kegiatan siswa selama tindakan diberikan
sekolah, masyarakat bahkan negara. Sikap dan analisis data siklus I.
ini diambil tentu saja setelah siswa paham  Di awal pembelajaran hendaknya guru
dengan permasalahan yang terjadi dengan memotivasi siswa dengan hal-hal yang
mereview fakta dan mengidentifikasi nilai lebih menarik atau memberikan
dan konflik yang terkandung dalam kasus pengkaitan dengan materi sebelumnya
tersebut.siswa melakukan langkah-langkah agar siswa lebih tertarik untuk
berikut: 1. Siswa mengartikulasikan mengikuti pelajaran yang disajikan oleh
posisinya 2. Siswa mengungkapkan posisi guru.
dasar dari nilai sosial atau konsekuensi  Keaktifan dan keantusiasan siswa dalam
sebuah keputusan siswa mengambil posisi mencari jawaban /pemecahan masalah dan
(sikap/pendapat) terhadap isu tersebut dan presentasi di depan kelas sudah cukup baik
menyatakan sikapnya. Siswa menjelaskan dan lebih ditingkatkan pada siklus II nanti.
dasar-dasar alasan mengapa ia memilih  Pertanyaan untuk tahap orientasi kasus
posisi yang demikian, menjelaskan alasan hendaknya tidak hanya berupa
dari posisi yang sudah siswa pilih.. Karena pertanyaan di lembar diskusi tetapi juga
tidak memungkinkan seluruh kelompok secara lisan disampaikan ke kelas agar
siswa maju, sehingga giliran kelompok siswa tidak sibuk mengerjakan
yang maju berjumlah 2 kelompok karena pertanyaan di lembaran.
pada saat kelompok maju untuk  Ada beberapa siswa yang masih sibuk
mengemukakan pendapat banyak menulis jawaban pada lembar diskusi
pertanyaan yang diajukan dan kelompok pada saat harus berpasangan
yang lain bisa maju pada pertemuan (Identifikasi isu), sehingga pada siklus II
berikutnya. Guru mengarahkan dan hendaknya lembar diskusi dibagikan
membimbing siswa untuk menarik pada saat tahap Identifikasi isu
kesimpulan (5 menit) dan siswa diminta  Pada saat diskusi kelompok, ada
untuk menuliskan hasil diskusi kelas dalam beberapa kelompok yang masih belum
buku catatannya. Kemudian evaluasi (15 bisa bekerjasama dengan baik. Sehingga
menit) diakhir pembelajaran untuk pada siklus II nanti guru lebih
mengetahui daya serap materi yang telah di memberikan bimbingan dan arahan
pelajari sebagai hasil belajar setelah diberi kepada siswa agar mereka dapat
tindakan pembelajaran kooperatif model bekerjasama dengan baik dan efektif
debat kreatif. Pelaksanaan Pembelajaran  Pada siklus II nanti tidak ada perubahan
dengan model debat , dimulai dengan kelompok agar interaksi yang terjadi
kegiatan guru dikelas dengan tahapan , antar pasangan/ kelompok siswa lebih
kegiatan pembuka : guru membuka optimal dan lebih mudah untuk
pembelajaran dengan mengaittkan materi mengkondisikannya
yang telah lalu dengan materi yang akan
 Penyampaian metode yang akan
dbahas yaitu hubungan struktural dan
digunakan kurang jelas sehingga
fungsional pemerintah pusat dan
sebagian siswa masih bingung dengan
pemerintahan daerah. Observasi Teknik
kegiatan yang dilakukan. Guru
pengambilan data melalui observasi dari
hendaknya menjelaskan kembali metode
guru serumpun dengan beberapa rubrik
yang akan digunakan pada siklus II
4
 Guru hendaknya benar-benar a. Perencanaan Tindakan II
mengatur waktu sehingga tidak terjadi Adapun langkah-langkah yang dilakukan
lagi bahwa guru membahas kesimpulan pada siklus II adalah sebagaiberikut.
sementara masih ada siswa yang menulis  Menyusun rencana pembelajaran dengan
di lembar jawaban. Siklus 2, materi pokok hubungan struktural dan
PerencanaaSiklus II dilaksanakan pada fungsional pemerintah pusat dan daerah
hari kamis 15 November 2018 dengan  Menyiapkan instrumen penelitian berupa
pokok bahasan peranan perwakilan lembar observasi tentang motivasi belajar
diplomatik dalam hubungan kewarganegaraan, lembar observasi
Internasional. Proses tindakan yang ketepatan guru menerapkan rencana
dilaksanakan pada siklus II ini didasarkan pembelajaran, rubrik penilaian aspek
pada hasil refleksi siklus I. afektif, catatan lapangan dan angket
motivasi siswa.
 Menyiapkan soal post tes siklus II ,
Pelaksaanaan Pada pertemuan siklus II ini
dilaksanakan pada hari Kamis, 15
November 2018 dengan alokasi waktu 2
jam pelajaran (2x45 menit). Uraian materi
yaitu Latar belakang pelaksanaan
otonomi daearah, sasaran dan arah
kebijakan politik pemerintah pusat.
Kegiatan belajar mengajar pada siklus II
ini lebih banyak sehingga siswa
membutuhkan waktu yang lebih banyak
untuk melakukan diskusi secara
berpasangan /berkelompok.
1) Tahap identivikasi masalah (15 menit)
Sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai, guru meminta siswa untuk
duduk sesuai dengan kelompok pada
pertemuan sebelumnya. Pada siklus II
siswa tampak lebih tertib dan cukup
teratur dalam mengatur dan membagi
tempat duduk serta nomor absen
masing-masing siswa.

5
Guru mengawali pelajaran dengan Siswa diminta menuliskan hasil diskusi
menyapa siswa “bagaimana kabar kalian kelompok pada lembar jawaban hasil
hari ini ?” siswa hampir secara bersamaan diskusi yang telah disediakan. Pada tahap
menjawab “ baik Pak” Kemudian guru ini siswa tampak lebih aktif bertanya
melanjutkan dengan memberikan sedikit terhadap petunjuk/pertanyaan yang kurang
penjelasan dan kaitan dengan materi jelas. Mereka terlihat sangat antusias dalam
sebelumnya dan akhirnya guru mengerjakan tugas yang diberikan,
memberikan pertanyaan lisan “ mengapa bekerjasama dengan baik dan lebih terarah.
setiap negara perlu mengadakan hubungan Bahkan ada kelompok yang melakukan
Internasional?. Setelah diberi pertanyaan pembagian tugas secara merata untuk
tersebut, siswa diminta secara individu menjawab dan menulis, serta
untuk memikirkan jawaban sementara atas mendiskusikanya. Kemudian hasil jawaban
pertanyaan tadi. Guru tidak membagikan itu dijadikan satu dalam lembar jawaban
lembar diskusi terlebih dahulu agar siswa hasil diskusi. Sehingga semua anggota
lebih fokus memikirkan pertanyaan yang kelompok bekerja dan mengetahui semua
diberikan. Pada siklus II ini sebagian besar hasil jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
siswa serius dan aktif untuk memikirkan yang diberikan guru.. Selama siswa
dan mencari jawaban pada literatur yang berdiskusi dengan anggota kelompoknya,
mereka miliki. guru berkeliling dari kelompok satu ke
2) Tahap diskusi kelas kelompok pro dan kelompok lain dan membantu
kontra (70 menit) mengarahkan siswa yang mengalami
Guru membagikan lembar diskusi pada kesulitan dalam menjawab permasalahan-
setiap pasangan. Siswa diberi waktu 15 permasalahan tersebut. Siswa
menit untuk membaca dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok
mendiskusikanya dengan teman. Seperti (70 menit) Guru memberikan kesempatan
pada pelaksanaan tindakan siklus I, kepada kelompok siswa yang belum maju
kegiatan pada tahap identivikasi kasus, pada siklus I untuk mempresentasikan hasil
dilanjutkan dengan kelompok yang terdiri diskusinya. Siswa banyak yang berebut
dari 4 orang dan diskusi dilanjutkan secara untuk maju presentasi, sehingga guru agak
berkelompok untuk mencari kesepakatan bingung untuk memilih siapa yang harus
jawaban atau pemecahan masalah yang maju. Siswa secara bergantian menuliskan
paling tepat atas pertanyaan- hasil jawaban diskusi di papan tulis dan
pertanyaan/masalah yang ada pada lembar mempresentasikanya ke semua teman satu
diskusi. kelas. Pada siklus II ini hasil diskusi yang
dipaparkan dalam presentasi banyak
mendapat tanggapan dari kelompok lain
karena jawaban mereka banyak yang tidak
sama. Secara keseluruhan pada siklus ini
ada peningkatan aktivitas siswa dalam
kerja kelompok dan keaktifan dalam
diskusi. Tetapi ada beberapa siswa yang
tampak kurang semangat terutama mereka
yang duduk di belakang.

6
 Guru membantu siswa untuk melakukan percaya diri dalam mengemukakan
evaluasi dan menarik kesimpulan pendapat , argumentasi darai jawaban
terhadap proses pembelajaran (5 menit). waktu debat sudah mendekati sempurna
Setelah kegiatan presentasi dan diskusi dengan melihat rambu rambu observasi
kelas selesai, guru membimbing dan dari peneliti yang sudah siapkan
mengarahkan siswa untuk bersama-sama Pembahasan
menarik kesimpulan dan memperoleh
kesepakatan dari pemecahan masalah 1. Penerapan Model Pembelajaran
yang telah didiskusikan dan disepakati yurisprudensi ingquiri dapat
oleh guru dan siswa sehingga pada akhir meningkatkan keaktifan siswa di kelas.
pelajaran tidak terjadi kesalah pahaman Dengan penerapan model pembelajaran
konsep. yurisprudensi inguiri dapat
 Evaluasi (20 menit) mempengaruhi mental koqnitif siswa.
Diakhir pembelajaran guru memberikan Berani mengemukakan pendapat di
kesimpulan untuk mengetahui kemampuan muka umum dengan bahasa yang
kognitif siswa sebagai hasil belajar setelah dimilikinya.Mempunyai pengalaman
diberikan tindakan pembelajaran kooperatif dpengetahuan yang lebih dari
model yurisprudensi ingquiri. Selesai sebelumnya. Berdasarkan analisis data
mengerjakan post tes siswa diberi angket diperoleh data sebagai berikut 1.
motivasi untuk mengetahui peningkatan Perhatian siswa terhadap matari
motivasi belajar pada siklus II. pembelajaran adalah cukup (37,6 %) .2
Observasi keberanian berpendapat cukup (45,3%).
Observasi dilakukan oleh teman guru 3. Keberanian menjawab permasalahan
serumpun sebanyak 3 orang , dengan baik (55,1%). 4. Keberanian menjawab
menggunakan rubrik observasi disertai contoh kurang (44,7%). Dan
Refleksi keberanian menjawab logis disertai
Berikut ini adalah refleksi tindakan pada contoh masih kurang (60 %)
siklus II berdasarkan hasil pengamatan 2. Peningkatan hasil belajar
kegiatan siswa dan analisis data: Peningkatan hasil belajar dapat diketahui
 Guru perlu memindahkan tempat duduk secara afektif. Dalam penerapan model
siswa yang dibelakang ke depan agar yurisprudensial ingquiri, siswa di tuntut
siswa bisa mendengarkan penjelasan dari untuk bisa berpendapat apapun itu hasinya,
teman atau guru di depan kelas sikap percaya diri meningkat dengan
 Dalam menentukan/menunjuk siswa yang mengemukakan pendapat yang disertai
presentasi harus lebih merata agar tidak argumentasi yang kuat.
ada saling iri di antara siswa Kesimpulan :
Dengan penerapan model yurisprudensi
 Keberanian dan keaktifan siswa di kelas
ingquiri dalam belajar hubungan
perlu dipertahankan
fungsional dan struktural pemerintah pusat
 Guru perlu membimbing dan memberikan
dan daerah, dapat diterapkan sebagai
perhatian lebih kepada siswa yang belum
alternatif model pembelajaran PPKn di
bisa aktif pada saat diskusi kelas
sekolah. Dengan penerapan model
2. Peningkatan hasil belajar setelah
pembelajaran debat kreatif dapat
menerapkan model yurisprudensi
meningkatkan pengetahuan siswa karena
ingquiri Peningkatan keaktifan dari
harus membaca dan mengidentifikasi
banyaknya siswa yang mau berpendapat
permasalahan dengan berbagai alternatif
dalam debat di kelas , siswa lebih
7
jawaban. Menambah rasa percaya diri, antusias siswa yang berani menjawab dan
sehingga dapat menguatkan siswa untuk berpendapat dalam proses pembelajaran
mempertahankan pendapatnya di muka hubungan fungsional dan struktural
umum. Secara umum hasil penelitian ini pemerintah pusat dan daerah.
menemukan bahwa pendekatan
yurisprudensi ingquiri dapat
membangkitkan berfikir kritis berdasarkan Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai