Upaya promotif dan preventif merupakan usaha yang dilakukan sebelum penyakit tersebut muncul. Upaya promotif dilakukan sebagai usaha menciptakan perilaku dan keadaan kondusif dalam bentuk pendidikan, ekonomi, organisasi, maupun sistem penunjang dalam lingkungan yang mendukung terciptanya kesehatan. Sedangkan upaya preventif berupa tindakan yang dilakukan untuk mencegah munculnya penyakit (Wendimagegn & Bezuidenhout, 2019). Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk. Meningkatnya mortalitas dan morbiditas penyakit tidak menular termasuk kanker, di samping permasalahan penyakit menular yang belum selesai menjadikan Indonesia menghadapi beban ganda. Beberapa program pemerintah dalam pengendalian kanker yaitu upaya promotif dengan mengeluarkan regulasi antara lain kawasan tanpa rokok (KTR), diet sehat dan kalori seimbang. Berikut penjelasan terkait regulasi upaya promotif yang ada: a. Kawasan Tanpa Rokok Kanker menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Penyebab kematian dan biaya kesehatan yang meningkat ini berhubungan dengan peningkatan konsumsi rokok, baik sebagai perokok aktif maupun perokok pasif. Dalam rangka mengendalikan penyakit akibat merokok dan paparan asap rokok, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, keseluruhan masalah produk tembakau terutama rokok telah diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Pengendalian rokok tersebut dilakukan dengan cara menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di beberapa tatanan. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan tersebut penerapan KTR wajib dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda). KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan dan/ atau mempromosikan produk tembakau. Penerapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Selain itu, melalui penerapan KTR, perilaku merokok diharapkan dapat dikendalikan, dan kebiasaan merokok dapat berkurang atau hilang secara bertahap. Dengan demikian kesehatan perokok menjadi lebih baik (Rahajeng, 2015). b. Pedoman Gizi Seimbang dan Isi Piringku Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.Gizi Seimbang disusun dalam bentuk Pedoman Gizi Seimbang. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.41 Tahun 2014, Pedoman Gizi Seimbang baru ini sebagai penyempurnaan pedoman-pedoman yang lama. Pedoman Gizi Seimbang mempunyai empat pilar yaitu mengkonsumsi makanan beragam, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik, mempertahankan dan memantau berat badan dalam batas normal. Empat pilar tersebut menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dan upaya perbaikan gizi. Dengan penerapan gizi seimbang diharapkan dapat mengurangi prevalensi terjadinya kanker (Febrinsa, 2016). Isi Piringku merupakan salah satu panduan makan sehat yang bisa digunakan sebagai acuan sajian sekali makan. Panduan tersebut meliputi, dalam satu piring makan terdapat lauk-pauk, buah-buahan, sayuran, dan makanan pokok yang bisa dikonsumsi masyarakat yang ingin menjaga berat badan yang sehat. Isi piringku dapat memberikan penggambaran yang lebih nyata dan sederhana bagi masyarakat awam dalam menerapkan gizi seimbang. Sementara itu, dalam upaya preventif pada saat ini, Kementerian Kesehatan RI dengan dukungan profesi, LSM seperti YKI dan masyarakat telah mengembangkan program deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara di Puskesmas. Upaya pengendalian kanker dilakukan dengan deteksi dini. Untuk mencegah kanker leher rahim dilakukan dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Sementara untuk penemuan awal kanker payudara dilakukan dengan metode deteksi pemeriksaan payudara klinis (Sadanis) dan periksa payudara sendiri (Sadari). Program deteksi dini ini telah dicanangkan menjadi program nasional sejak 21 April 2008 dengan target perempuan berisiko, yakni usia 30-50 tahun. (ROKOM, 2015). Dafpus Febrinsa, F. D. 2016. Asosiasi Kompetensi Tentang Pedoman Gizi Seimbang dengan Status Indeks Massa Tubuh Remaja Putri Di Pondok Pesantren Al-Ishlah Bulusan Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4(2): 46-54. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes (ROKOM). 2015. Kanker, Bukan di Luar Kemampuan Kita. Diakses pada 4 November 2020 dari http://sehatnegeriku.kemkes.go.id. Rahajeng, E. 2015. Pengaruh Penerapan Kawasan Tanpa Rokok terhadap Penurunan Proporsi Perokok Di Provinsi Dki Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 14(3): 238-249. Wendimagegn, N. F., & Bezuidenhout, M. C. (2019). Integrating promotive, preventive, and curative health care services at hospitals and health centers in Addis Ababa, Ethiopia. Journal of Multidisciplinary Healthcare. Vol. 12: 243-255.