Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Etika.
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu
di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.[butuh rujukan] Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab.
Aristoteles mendefinisikan arti etika menjadi 2 pengertian yaitu: Terminius Technicus
dan Manner and Cutom. Terminius Technicus ialah sebuah etika yang dipelajari
sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan manusia.
Sedangkan Manner and Cutom adalah sebuah pembahasan etika yang berhubungan
dengan tata cara dan adat kebiasaan yang melekat dalam diri manusia. Sangat terkait
dengan “baik & buruknya” suatu perilaku, tingkah, atau perbuatan manusia.
Makna mudahnya, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana
sepatutnya manusia hidup didalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau
prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar.
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa
yang perlu dan tidak perlu untuk dilakukan. Mana yang baik serta mana yang tidak
baik. Dengan begitu, etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek kehidupan kita.

2. Etika dalam Berpakaian.


Manusia membutuhkan pakaian (sandang) untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok
dasar sehari-hari di samping kebutuhan akan tempat tinggal (papan) dan makanan
(pangan). Pakaian dapat memberikan keindahan, proteksi dari penyakit, kenyamanan,
dan lain sebagainya. Tanpa baju/pakaian dapat mengakibatkan seseorang dikatakan
gila.
Etiket Dalam Berpakaian:
a. Menutup Aurat Bagian Tubuh.
Terlepas dari masalah religi, aurat sebaiknya memang harus ditutup agar
memunculkan kesan sopan. Untuk kenyamanan individu satu dengan yang lain,
hendaknya memakai pakaian yang tidak terbuka agar muncul sikap saling
menghargai dan menghormati.
b. Sesuai Dengan Tujuan, Situasi dan Kondisi Lingkungan.
Gaya berpakaian layaknya disesuaikan dengan tujuan, situasi dan kondisi
lingkungan. Contohnya ketika pergi berkerja, sebaiknya memakai pakaian yang
rapi, formal dan sesuai etika setempat yang berlaku.
c. Tampak Rapi, Bersih, Sehat, dan Ukurannya Pas.
Pakaian yang dipakai sebaiknya pakaian yang telah dicuci bersih, disetrika rapi
dan jika dipakai tidak kebesaran maupun kekecilan. Pakaian yang kotor
merupakan sarang penyakit bagi kita diri sendiri maupun kepada orang lain yang
ada di sekitarnya.
d. Tidak Mengganggu Orang Lain.
Pakailah baju-baju yang biasa-biasa saja tidak mengganggu akivitas maupun
kenyamanan orang lain. Misalnya menggunakan gaun wanita dengan ekor
puluhan meter sangat tidak pantas jika kita gunakan di tempat seperti di bus
umum.
e. Tidak Melanggar Hukum Negara dan Hukum Agama.
Sebelum memakai pakaian ada baiknya diingat-ingat dulu hukum di dalam
maupun di luar negeri. Hindari memakai pakaian yang bertentangan dengan adat
istiadat, hukum budaya yang berlaku di tempat tersebut. Di mana bumi di pajak, di
situ langit di junjung.

3. Penilaian dalam Berpakaian.


a. Berdasarkan Religi.
Manusia sebagai makhluk yang mempunyai keyakinan dalam memeluk agama
manapun cenderung mempunyai motif berbusana yang tidak melanggar sopan
santun, tidak memberi peluang kepada orang berbuat sesuatu yang buruk. Motif
religi ini akan mendorong orang memilih busana yang sesuai dengan aturan-aturan
yang dibolehkan atau dipersyaratkan dalam agamanya.
b. Berdasarkan Budaya.
Pakaian cenderung tidak dapat dilepaskan dari budaya masyarakat, karena
dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat yang ada pada masyarakat.
Berbedanya pakaian daerah antara daerah yang satu dan daerah lainnya, karena
kebudayaan manusia di setiap daerah cenderung berbeda, yang dipengaruhi oleh
alam sekitar. Perbedaan pakaian daerah masing-masing ini, karena setiap daerah
mempunyai adat istiadat, kebiasaan, cara hidup yang bisa berbeda di antara yang
satu dan yang lainnya, dan lingkungan sosial budaya yang berbeda. Jadi, motif
budaya ini dapat dilihat pada pakaiannya, baik dengan adanya pakaian daerah
yang ada di kepulauan di wilayah Republik Indonesia, maupun dengan masuknya
budaya Barat yang dianggap oleh orang pada umumnya lebih praktis. Kenyataan
ini memberi inspirasi untuk membuat pakaian daerah lebih praktis dalam
pemakaiannya tanpa menghilangkan ciri khasnya agar pakaian daerah tetap
terjaga dan para remaja lebih mencintai pakaian daerahnya dari pada pakaian
budaya Asing.
c. Berdasarkan Kebersamaan.
Manusia sebagai makhluk sosial ingin selalu hidup berteman, sebagai teman
ngobrol, diskusi, mencurahkan isi hati, dan ingin diterima di lingkungan di mana
ia berada. Motif kebersamaan ini dapat dilihat dari kebersamaan dalam pekerjaan,
dalam organisasi, sosial, politik, profesi, kegemaran (hobby), sekolah (studi).
Motif kebersamaan ini dapat diimplementasikan pada kekompakan melaksanakan
tugas dan tanggung jawab, disiplin kerja, dan aturan atau cara berbusana. Salah
satunya motif kebersamaan dapat disalurkan melalui berbusana.
d. Motif Mode.
Dalam pemilihan busana antara lain akan dipengaruhi oleh motif mode, karena
kecenderungan setiap orang ingin mengikuti mode yang sedang digemari
masyarakat atau mode yang paling mutakhir. Motif mode yang umumnya ada
pada setiap orang inipun dapat dijadikan dasar untuk memproduki busana pada
perusahaan-perusahaan industri busana. Usaha-usaha industri busana akan
berkembang pesat apabila pengelola usaha tersebut cukup jeli melihat dan
memahami model-model mana yang digemari masyarakat, sehingga menjadi
mode yang trend di masyarakat tertentu.
e. Motif Urusan.
Motif urusan yaitu motif yang berkaitan dengan urusan pribadi (privacy), urusan
dalam kaitan status dan urusan dalam suatu profesi. Berkaitan dengan motif
urusan, di antaranya memerlukan busana yang sesuai dengan motif urusan
tersebut terutama bagi orang-orang yang peduli, perhatian pada hal berbusana
atau orang-orang yang berada di perkotaan yang sibuk dengan berbagai kegiatan.
f. Motif Alam
Motif alam berarti sangat menentukan jenis atau bentuk busana seperti apa,
sehingga menutup aurat dengan daun-daunan yang apapun dapat masuk tahapan
manusia berbusana. Mengamati berbusana sejak zaman primitif atau juga
sekarang pada daerah-daerah pedalaman tertentu seperti di Irian Jaya dapat
kita memperhatikan busana-busana yang mereka pergunakan. Mereka masih
tergantung pada alam, apalagi jika kita melihat ke belakang, di mana alam
masih belum terjamah manusia, teknologi masih sangat sederhana, ilmu
pengetahuan belum berkembang, sehingga manusia masih mengandalkan atau
memanfaatkan benda-benda yang ada di alam dengan pengolahan yang sangat
sederhana. Hasil kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) dalam
bidang pertekstilan dapat menghasilkan berbagai macam bahan busana, dari bahan
yang sederhana sampai bahan yang eksklusif untuk melayani kebutuhan
manusia, salah satunya karena manusia memilih busana ada yang karena motif
alam.

Anda mungkin juga menyukai