Anda di halaman 1dari 20

IP ADDRESS DAN SUBNET

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................................ iii


DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................................................. iv
I. Menggunakan IP Address ................................................................................................................... 1
1.1 IP address .......................................................................................................................................... 1
1.2 Netmask............................................................................................................................................... 2
1.3 Broadcast ........................................................................................................................................... 4
II. Memahami Subnet .................................................................................................................................... 6
III. Studi Kasus Subnetting ..................................................................................................................... 10
IV. Memahami CIDR ...................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................................. 16

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kelas IP address dan Netmask .......................................................................... 2


Tabel 2 Tabel logika AND ............................................................................................... 3
Tabel 3 Tabel logika OR.................................................................................................. 3
Tabel 4 Tabel logika NOT ............................................................................................... 3
Tabel 5 Supernetting ..................................................................................................... 14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Menggunakan Firewall NAT ........................................................................... 1


Gambar 2 Address type .................................................................................................. 5
Gambar 3 Ilustrasi subnetting ......................................................................................... 7
Gambar 4 Penggunaan bit host pada subnetting ............................................................ 7
Gambar 5 Subnetwork .................................................................................................... 9
Gambar 6 Penggunaan bit network pada proses supernetting ..................................... 13

iv
I. Menggunakan IP Address

1.1 IP address

IP addresss disediakan oleh ISP untuk pengguna rumah (bahkan beberapa kantor besar) tidak
selalu berupa IP Address publik. Jumlah IP address publik saat ini semakin terbatas. Sehingga
diperlukan suatu cara untuk menghemat pengguanaannya.

Salah satu cara yang digunakan untuk menghemat pemakaian IP address publik adalah
dengan menggunakan server proxy atau firewall yang dilengkapi fitur NAT (Network Address
Translation). Jadi, server proxy akan menggunakan IP address privat. Server berfungsi sebagai
“penyambung” internet dengan host-host yang ada di belakangnya. Ilustrasi berikut ini dapat
digunakan untuk memperjelas apa yang dimaksud.

Gambar 1 Menggunakan Firewall NAT

Pada ilustrasi di atas dapat dilhat bahwa firewall terhubung dengan internet dan
menggunakan IP address publik, yaitu 167.205.80.65. sedangkan komputer-komputer yang
ada di belakang firewall menggunakan IP address privat, yaitu 192.168.1.2, 192.168.1.3,
dan 192.168.1.4. koneksi internet untuk LAN ditangani oleh firewall. Jika kita menggunakan
router cisco sebagai firewall maka kita harus melakukan konfigurasi NAT.

Pada gambar di atas juga dapat dilihat bahwa firewall menggunakan dua buah IP address,
yaitu 167.205.80.65 (yang terhubung dengan internet) dan 192.168.1.1 (yang terhubung
dengan LAN). Sehingga firewall yang berfungsi sebagai router atau gateway bagi komputer-
komputer yang ada di LAN.
1.2 Netmask

Secara umum, IP address yang digunakan untuk praktik membangun jaringan adalah IP address
kelas A, B, dan C. namun tidak semua IP address yang disediakan dapat digunakan sebagai
alamat host. Sebagai contoh, IP address berikut ini tidak boleh digunakan untuk alamat host:

10.0.0.255

192.168.1.0

255.255.0.0

255.255.255.255

0.0.0.1

Masih banyak lagi contoh IP address yang lain. IP address di atas dapat dikategorikan
sebagai IP address khusus. Karena IP address tersebut digunakan untuk berbagai keperluan
dan tidak boleh digunakan untul alamat host. Perhatikan tabel berikut.

Tabel 1 Kelas IP address dan Netmask

Kelas Netmask
A 255.0.0.0
B 255.255.0.0
C 255.255.255.0

Pada tabel dapat dilihat ada sebuah kolom bernama netmask. Netmask merupakan jenis IP
address khuss. Setiap kelas IP address memiliki netmask yang nilainya berbeda-beda, sebagai
contoh:

IP address 10.10.10.1 netmask-nya adalah 255.0.0.0. IP address 167.2.5.80.56 netmask-nya


255.255.0.0. dan IP address 192.168.1.7 netmask-nya 255.255.255.0.

Sistem operasi yang digunakan oleh komputer akan melakukan perhitungan bit-bit IP address
dan bit-bit netmask. Perhitungan yang dilakukan melibatkan operasi logika. Operator yang
digunakan adalah AND. Anda mungkin masih ingat dengan pelajaran logika matematika.
Operasi yang dilakukan hanya melibatkan 2 kemungkinan yaitu TRUE dan FALSE. Nilai TRUE
setara dengan bit 1 dan FALSE setara dengan bit 0.

Perhatikan tabel kebenaran untuk operasi AND, OR, dan NOT atau inverse.

2
Tabel 2 Tabel logika AND

a b a&b

0 0 0

0 1 0

1 0 0

1 1 1

Tabel 3 Tabel logika OR

a b a|b

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 1

Tabel 4 Tabel logika NOT

a ̴a

0 1

1 0

Misalkan saja kita telah memasukkan IP address dan netmask tertentu. Komputer akan
mengubahnya menjadi bentuk biner dan melakukan operasi untuk mendapatkan suatu nilai
yang disebut network address. Perhatikan contoh perhitungan berikut ini:

Contoh IP address yang digunakan adalah 167.205.9.35 dengan netmask 255.255.0.0. IP


address ini jika dikonversikan ke bentuk biner menjadi sebagai berikut:

3
167 205 9 35

10100111 11001101 00001001 00000101

Sedangkan netmas-knya menjadi:

255 255 0 0

11111111 11111111 0 0

Jika netmask dan IP address dioperasikan menggunakan operator AND maka hasilnya menjadi
sebagai berikut:

IP address: 10100111 11001101 00001001 00000101


Netmask: 11111111 11111111 00000000 00000000
----------------------------------------------------------------------------------- AND
Hasil: 10100111 11001101 00000000 00000000

Jika hasil kita konversikan kembalike bentuk desimal hasilnya adalah 167.205.0.0. nilai ini
merupakan network address dari kombinasi IP address dan netmask di atas.

Latihan!

Carilah network address dari kombinasi IP address dan netmask berikut ini!

• 127.0.0.1 dan 255.0.0.0

• 202.145.23.1 dan 255.255.255.0

• 167.205.80.66 dan 255.255.0.0

1.3 Broadcast

Broadcast merupakan salah satu IP address khusus. Seperti namanya broadcast merupakan IP
addresss yang digunakan bersama. Artinya, jika ada informasi yang dikirim ke alamat
broadcast maka semua host yang menggunakan broadcast yang sama akan menerima
informasi tersebut.

Dengan kata lain, informasi yang dikirim ke alamat broadcast akan diterima oleh beberapa
komputer. Informasi yang dikirim ke alamat unicast hanya akan diterima oleh sebuah komputer.

4
Jika informasi dikirm ke alamat multicast makan akan diterima oleh sekelompok komputer.
Perhatikan ilustrasi berikut ini untuk memahami perbedaanya.

Gambar 2 Address type

Broadcast juga dapat dicari melalui perhitungan. Caranya dengan mengganti semua bit-bit
host (yang bernilai 0 pada network address) dengan nilai 1. Perhatikan kembali contoh berikut
ini.

IP address: 10100111 11001101 00001001 00000101


Netmask: 11111111 11111111 00000000 00000000
----------------------------------------------------------------------------------- AND
Network: 10100111 11001101 00000000 00000000

Jika semua nilai 0 (yang digarisbawahi) pada network diganti menjadi 1, maka hasilnya
adalah:

10100111 11001101 11111111 11111111

Kemudian nilai tersebut diubah kembali ke bentuk desimal maka hasilnya menjadi
167.205.255.255. inilah yang dimaksud dengan alamat broadcast.

Latihan!

Cobalah mencari broadcast address dari kombinasi IP address dan netmask berikut:

• 127.0.0.1 dan 255.0.0.0

• 202.145.23.1 dan 255.255.255.0

• 167.205.80.66 dan 255.255.0.0

5
II. Memahami Subnet

Penggunaan kombinasi IP address dan netmask sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas
ternyata menimbulkan persoalan lain. Akan ada sebagian network yang mendapat jatah host
sangat banyak (sehingga tidak masuk di akal). Ada pula network yang mendapat jatah host
sedikit (sehingga kurang mencukupi). Untuk memahami apa yang dimaksudakan, coba anda
bayangkan kira-kira berapa banyak host yang dapat ditampung oleh network 10.0.0.0?

Untuk menjawabnya, coba konversikan network address dia atas ke bentuk biner.

10.0.0.0 = 00001010.00000000. 00000000. 00000000

Kemudian hitunglah ada berapa banyak jumlah bit yang dimiliki porsi/bagian host
(yangbernilai 0). Kita dapat menghitungnya dengan mudah, yaitu sebanyak 8 x 3 atau 24.

Banyaknya host (pada suatu network) mengikuti rumus:

H = (2h)-2

Dimana H menyatakan jumlah host, sedangkan h menyatakan jumlah bit host. Nilai H kita
kurangi dengan 2, karena network address dan broadcast address tidak dapat digunakan
sebagai alamat host. Jadi hasilnya:

H = (224)-2 = 16.777.214

Bisakah anda membayangkan, sebuah kabel jaringan atau sebuah topologi jaringan
menampung sekitar 16 juta host? Sangat tidak masuk akal bukan?

Untuk mengatasi masalah tersebut, kita dapat memecah sebuah network (yang besar) menjadi
beberapa network yang lebih kecil. Network yang lebih kecil ini disebut subnetwork atau
subnet, sedangkan proses pembentukan subnetwork disebut subnetworking atau subnetting.
Perhatikan ilustrasi berikut ini.

6
Gambar 3 Ilustrasi subnetting

Subnetting menyebabkan jumlah network bertambah banyak. Namun kapasitas maksismum host
per subnet-nya berkurang. Prosse subnetting dilakukan dengan “meminjam” sebagian bit-bit
hist untuk digunakan sebagai bit-bit subnet. Untuk memahamnya, perhatikan contoh kasus
berikut ini.

Gambar 4 Penggunaan bit host pada subnetting

Misalkan saja sebuah network 192.168.1.0 akan dipecah menjadi beberapa subnet. Jika
network address di atas kita konversikan ke bentuk biner maka hasilnya sebagai berikut:

11000000.10101000.00000001.00000000

Bagian yang digarisbawahi merupakan porsi/bit host. Sekarang kita akan “meminjam” dua bit
hst saja (boleh lebih). Sehingga saat ini porsi bit host berkurang 2 (8 - 2 = 6 bit). Seagkan bit
network bertambah 2 (24 + 2 = 26 bit). Dua buah bit yang dipinjam ini kadangkala disebut
sebagai bit subnet. Jika kita tuiskan semua kombinasi yang mungkin, yang melibatkan 2 buat
bit sebnet tersebut, maka hasilnya menjadi sebagai berikut:

11000000.10101000.00000001.00000000

atau

7
11000000.10101000.00000001.01000000

atau

11000000.10101000.00000001.10000000

atau

11000000.10101000.00000001.11000000

Ternyata ada 4 kemungkinan subnetwork yang bisa dibentukl dari “pemnjamnya” 2 buat bit
host. Kombinasi di atas merupakan network address bagi masing-masing subnetwork. Jika kita
konversikan ke bentuk desimal, hasilnya sebgai berikut:

11000000.10101000.00000001.00000000 = 192.168.1.0

11000000.10101000.00000001.01000000 = 192.168.1.64

11000000.10101000.00000001.10000000 = 192.168.1.128

11000000.10101000.00000001.11000000 = 192.168.1.192

Broadcast address masing-masing subnetwork dapat dicari dengan mengganti semua


bagian/porsi bit host (yang digarisbawahi) dengan 1. Sehingga broadcast-nya menjadi
sebagai berikut:

11000000.10101000.00000001.00111111 = 192.168.1.63

11000000.10101000.00000001.01111111 = 192.168.1.127

11000000.10101000.00000001.10111111 = 192.168.1.191

11000000.10101000.00000001.11111111 = 192.168.1.255

8
Gambar 5 Subnetwork

Lalu berapakah nilai netmask untuk masing-masing subnetwork? Untuk menjawabnya, kita
hanya perlu mengubah semua bit-bit network dengan 1.

11111111.11111111.11111111.11000000 = 255.255.255.192

Nilai netmask masing-masing subnetwork akan sama, yaitu 255.255.255.192.

Kini, semua subnetwork sudah memiliki network address, broadcast address, netmask address.
Sedangkan IP address yang boleh digunakan untuk alamat host adalah semua IP di antar
network address dan broadcast address. Perhatikan tabel berikut ini.

No Network Broadcast IP address Netmask

1 192.168.1.0 192.168.1.63 192.168.1.1 s/d 192.168.1.62 255.255.255.192

2 192.168.1.64 192.168.1.127 192.168.1.65 s/d 255.255.255.192


192.168.1.126

3 192.168.1.128 192.168.1.191 192.168.1.129 s/d 255.255.255.192


192.168.1.190

4 192.168.1.192 192.168.1.255 192.168.1.193 s/d 255.255.255.192


192.168.1.254

9
III. Studi Kasus Subnetting

Perhatikan contoh soal latihan berikut ini:

1. Sebuah perusahaan IT bernama PT KerenIT hendak membangun jaringan intranet yang terdiri
atas 4 buah divisi. Divisi marketing, divisi produksi, divisi IT, dan divisi keuangan. Total IP
address yang telah disiapkan untuk semua divisi adalah sebanyak 256 buah. IP address yang
diberikan untuk masing-masing divisi jumlahnya harus sama (menggunakan netmask yang sama
juga), namun setiap divisi harus dibua network yang berbeda.

Langkah penyelesaian:

Pada kasus di atas, tidak ditentukan kelas IP adress yang harus digunakan akan tetapi, jumlah
maksimal IP address untuk semua divisi telah ditentukan yaitu sebesar 256 buah. Artinya tidak
boleh melebihi 256 buah, jika kurang dari 256 masih valid. Untuk kondisi semacam ini, kita
bisa memilih IP address kelas A, B, dan C. namun untuk alasan efisiensi perhitungan, sebaiknya
gunakan saja IP address kelas C. karena sebuah network kelas C dapat menyediakan sekitar
256 buah IP address.

Misalkan saja kita pilih IP address dari 192.168.2.0 s/d 192.168.2.255. masing-masing divisi
harus menggunakan network yang berbeda, namun netmask-nya tetap sama. Berarti kita harus
membuat 4 buat network (subnetwork).

Untuk menentukan berapa banyak jumlah bit host yang terpakai, jika jumlah subnetwork-nya
sudah diketahui, dapat digunakan rumus berikut:

N = 2n

Di mana N menyatakan jumlah subnetwork sedangkan n menyatakan jumlah bit subnet. Jadi,
untuk kasus N = 4 maka nilai n dapat diketahuisebagi berikut:

N = 2n

4 = 2n

n=2

Bit subnet yang diperlukan adalah 2 bit. Sedangkan jumlah total bit network dalah 24 + 2 =
26.

10
Kita sudah bisa menemukan panjang bit untuk porsi network. Selanjutnya, gukan cara yang
sudah dijelaskan sebelumnya untuk mencari metwork address, broadcast address, range IP
address, dan netmask.

2. Diketahui IP address 172.128.127.24 dengan netmask 255.255.255.240. tentukanlah network


address dan broadcast address yang digunakan oleh IP address tersebut.

Langkah penyelesaian:

Ingat kembali definisi network address dan broadcast address. Network address dapat dicari
dengan cara melakukan operasi AND antara IP address dan netmask.

Setelah ditemukan network address, carilah broadcast address dengan meuliskan kembali IP
address (dalam bentuk biner) dan kemudian mengubah semua porsi host dengan 1.

3. Diketahui IP address 172.128.127.24 dengan netmask 255.255.255.240. Ada berapa jumlah


subnetwork yang dapat dibentuk dari kombinasi IP address dan netmask tersebut.

Langkah penyelesaian:

172.128.127.24 adalah IP address kelas B. Dalam kondisi normal, IP address kelas B


menggunakan netmask 255.255.0.0. Setelah melalui proses subnetting ternyata netmask-nya
berubah menjadi 255.255.255.240.

Hitunglah jumlah bit subnet dengan cara membandingkan bentuk biner netmask 255.255.0.0
dengan 255.255.255.240. Setelah menemukan bit subnet maka jumlah subnet dapat dicari
menggunakan rumus:

N = 2n

atau

N = (2n)-2

IV. Memahami CIDR

Subnetting dapat memecah sebuah network menjadi beberapa buah subnet. Subnetting
menyebabkan “pengurangan” jumlah host pada suatu subnet., sehingga beban yang harus
ditanggung oleh subnet menjadi lebih ringan. Lalu, bagaimana jika terjadi sebaliknya, misalnya

11
ingin menggabungkan beberapa subnet menjadi sebuah network yang lebih besar, bisakah
dilakukan?

Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan teknik yang disebut supernetting. Supernetting
dapat digunakan untuk menggabungkan beberapa network menjadi sebuah network berukuran
lebih besar. Biasanya supernetting banyak diterakan untuk keperluan routing. Subnetting disebut
juga CIDR (classless Internet Domain Routing).

Kita sudah sama-sama mengetahui bahwa masing-masing kelas akan menggunakan netmask yang
berbeda. Kelas A menggunakan netmask 255.0.0.0, kelas B netmask-nya 255.255.0.0, dan kelas
C netmask-nya 255.255.255.0. Dengan memanfaatkan CIDR, kita dapat menuliskan kombinasi
network address dan netmask dengan notasi CIDR (kadangkala disebut “slash” notation).

Sebagai contoh, network 192.168.1.0 dengan netmask 255.255.255.0 dapat ditulis sebagai
192.168.1.0/24. Angka 24 disebut juga prefix dan menyatakan jumlah bit-bit network. Berikut ini
beberapa contoh notasi CIDR yang lain:

• 10.0.0.0/8 (untuk netmask 255.0.0.0)

• 172.16.0.0/16 (untuk netmask 255.255.0.0)

• 192.168.3.0/24 (untuk netmask 255.255.255.0)

• 192.168.0.0/25 (untuk netmask 255.255.255.128)

Tanpa CIDR, setiap kelas akan selalu menggunakan broadcast address yang diakhiri dengan
bilangan 255. Dengan CIDR, broadcast address tidak harus selalu diakhiri dengan 255.

Syarat agar CIDR dapat diimplementasikan adalah cakupan network yang akan digabung
(aggregate) haruslah berkesinambungan. Sebagi contoh, network 131.107.0.0 dan 137.108.0.0
dapat digabungkan membentuk supernetting. Begitu pula dengan network 192.168.12.0 dan
192.168.13.0.

Namun network 192.168.12.0 dengan 192.168.15.0 tidak dapat digabung, kecuali jika
melibatkan network 192.168.13.0 dan 192.168.14.0.

Jika pada subnettin akan ada bit-bit host yang dipinjam untuk pembentukan network, maka pada
supernetting akan ada bit-bit network yang dipinjam untuk pembentukan host. Sehingga ukuran

12
network setelah proses supernetting akan lebih besar dibandingkan sebelumnya. Akibatnya,
netmask setelah supernetting akan berbeda dengan netmask sebelum supernetting.

Proses perhitungan untuk mendapatkan network dapat dilakukan menggunakan operasi logika dan
melibatkan operator AND. Untuk memahami bagaiman pembentukan supernetting, perhatikan
contoh berikut ini.

Dua buah network, yaitu 131.0.0.0/8 dan 131.7.0.0/16 akan di-aggregate menjadi satu.
Tentukan netmask hasil supernetting untuk kedua network tersebut.

Gambar 6 Penggunaan bit network pada proses supernetting

Langkah penyelesaian:

Ubahlah terlebih dahulu masing-masing network address ke bentuk biner.

Network1: 131.0.0.0 = 10000011.00000000.00000000.00000000

Network2: 131.7.0.0 = 10000011.00000111.00000000.00000000

Kemudian, gunakan operator AND dan temukan network perpaduan keduanya.

Network1: 10000011 00000000 00000000 00000000


Network2: 10000011 00000111 00000000 00000000
----------------------------------------------------------------------------------- AND
Network3: 10000011 00000000 00000000 00000000

Atau

Network3 = 131.0.0.0

Network3 adalah network supernetting. Selanjutnya, tentukan prefix bagi network tersebut.
Perhatikan kembali proses perhitungan di atas.

13
Network1: 10000011 00000000 00000000 00000000
Network2: 10000011 00000111 00000000 00000000
----------------------------------------------------------------------------------- AND
Network3: 10000011 00000000 00000000 00000000

Bagian yang digarisbawahi merupakan bit-bit yang identic bagi kedua network tersebut.
Hitunglah jumlah bit-bit yang digarisbawahi. Ternyata jumlahnya 13. Sehingga prefix-nya
adalah 13 dan notasi CIDR-nya menjadi:

131.0.0.0/13

Sedangkan netmask dapat dicari dengan mengganti seluruh bit host dengan 1. Hasilnya sebagi
berikut:

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 . 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 = 255.248.0.0

Kemudian IP address yang digunakan untuk host (router) boleh dipilih antara 131.0.0.1 hingga
131.7.255.254. IP address 131.0.0.0 digunakan sebagi network address, sedangkan
131.7.255.255 digunakan untuk broadcast address.

CIDR dapat dibentuk dengan memanfaatkan network bit ke-13 hingga ke 27. Perhatikan table
berikut:

Tabel 5 Supernetting

CIDR Blok Jumlah bit Jumlah bit Perbandingan terhadap kelas C


(prefix) Network ID Host ID

/27 27 5 1/8 kali kelas C

/26 26 6 ¼ kali kelas C

/25 25 7 ½ kali kelas C

/24 24 8 1 kali kelas C

/23 23 9 2 kali kelas C

/22 22 10 4 kali kelas C

/21 21 11 8 kali kelas C

14
/20 20 12 16 kali kelas C

/19 19 13 32 kali kelas C

/18 18 14 64 kali kelas C

/17 17 15 128 kali kelas C

/16 16 16 256 kali kelas C = 1 kali kelas B

/15 15 17 512 kali kelas C = 2 kali kelas B

/14 14 18 1024 kali kelas C = 4 kali kelas B

/13 13 19 2048 kali kelas C = 8 kali kelas B

15
DAFTAR PUSTAKA

Sofana, I. (2017). Cisco CCNA-CCNP Routing dan Switching. Bandung: Informatika.

16

Anda mungkin juga menyukai