UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JARAGA SASAMEH TAHUN 2019 BAB I LATAR BELAKANG Dalam era globalisasi yang penuh persaingan saat ini khususnya dalam dunia pelayanan kesehatan, maka upaya pengendalian mutu, penjagaan mutu, penjaminan mutu dan peningkatan mutu adalah merupakan suatu keniscayaan. Oleh karenanya RSUD Jaraga Sasameh secara umum dan secara khusus ruang Instalasi Bedah Sentral pun tidak lepas dari keharusan melakukan upaya pengendalian dan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Upaya pengendalian dan peningkatan mutu ini tidak dapat dilakukan secara parsial saja karena upaya pengendalian dan peningkatan mutu merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi seluruh episode pelayanan pasien sejak dia masuk ke rumah sakit sampai dia pulang ke rumah, bahkan bukan tidak mungkin juga berepngaruh pada kondisi pasien setelah berada di rumahya. Akreditasi RS merupakan upaya peningkatan mutu pelayana rumah sakit yang dilakukan dengan membangun sistem dan budaya mutu. Melalui akreditasi RS diharapkan ada perbaikan sistem di RS yang meliputi input, process dan product output (meliputi output dan outcome), sehingga tercapai pelayanan yang berkualitas meliputi safety, satisfaction, selfcare, anxiety, comfort dan knowledge. Kamar operasi merupakan ruangan yang sangat kompleks, membutuhkan penanganan khusus. Menurut peraturan menteri kesehatan No.1204/MENKES/SK/X2004, persyaratan Kamar Operasi adalah sebagai berikut: 1. Indeks angka kuman : 10 CFU/m³ 2. Indek pencahayaan: 300 – 500 lux 3. Standar suhu: 19 – 24 ºC 4. Kelembaban: 45 – 60 % 5. Tekanan udara: Positif 6. Indeks kebisingan 45 dBA 7. Waktu pemaparan 8 jam. Untuk pemantauan kualitas udara ruang harus dilakukan uji kualitas udara (kuman, debu, dan gas). Selama tahun 2018 jumlah pasien yang dilakukan pembedahan bertambah dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 jumlah pasien yang dilakukan pembedahan berjumlah 635 orang pasien sedangkan pada tahun 2018 menjadi 1114 orang pasien yang di operasi. Adapun tindakan bedah yang dilakukan seperti Bedah Umum, Obsteri dan Ginekologi, Mata dan Anestesi.Yang dilayani oleh tenaga kesehatan yang kompeten di bidangnya. Berdasarkan data tersebut di atas, maka RSUD Jaraga Sasameh berbenah untuk memenuhi ruangan kamar operasi yang memenuhi standar nasional sehingga dapat menjadi salah satu layanan unggulan rumah sakit khususnya yang ada di sekitar DAS Barito. BAB II TEKNIS LAYANAN UNGGULAN Pada Tahun 2018 RSUD Jaraga Sasameh telah mendapatkan dana DAK yang mana dana tersebut salah satunya dimanfaatkan untuk membuat suatu kamar operasi yang memenuhi standar permenkes No.1204/MENKES/SK/X2004. Kamar operasi di IBS RSUD Jaraga Sasameh ada 3 ruangan, dimana ruangan tersebut telah sudah memiliki AHU dan HEPA Filter yang terintegrasi dengan sistem udara di ruangan. Adapun interior peralatan dalam kamar operasi sudah sesuai standar diantaranya terdapat vendent, material lantai terbuat dari vinyl, outlet gas medic, pintu yang menggunakan sensor otomatis dan exhaust, juga terdapat pass box dimna alur linen dan alat kotor keluar dari arah yg berlainan dari pintu masuk. Terdapat pengatur tekanan positif dan kelembaban sehingga sesuai dengan standar permenkes. Dilakukan pemeriksaan minimal 2x dalam setahun untuk jumlah kuman dalam kamar operasi baik dengan cara swap dinding, lantai maupun udara. Fasilitas peralatan yang menunjang d kamar operasi diantaranya : monitor include dengan pantauan ECG, mesin anestesi yang terhubung dengan oksigen sentral, suction pump, meja operasi elektrik, lampu operasi, DC syock, alat cutter, mikroskop mata, cutter mata, pacho mechine, alat instrument bedah umum maupun obgyn dan hands scrub yang menggunakan sensor. Instalasi bedah merupakan pusat pelayanan bedah di RSUD Jaraga Sasameh Buntok dimana setiap tindakan yang dilakukan diharap dapat memberikan perbaikan bahkan kesembuhan dan kebahagianan bagi setiap pasien yang mengalami operasi. Setiap tindakan operasi yang dilakukan di instalasi ini dilakukan oleh dokter spesialis dan di tunjang oleh tenaga keperawatan dan paramedis.Adapun jumlah dokter spesialis yang melayani di Instalasi Bedah sebagai berikut 1. Dokter Spesialis Anestesi 1 orang 2. Dokter Spesialis Bedah 1 orang 3. Dokter Spesialis Mata 1 orang 4. Dokter Spesialis Obstetri dan Gynekolok 2 orang Untuk stap/petugas Kamar Operasi yang bertugas di Instalasi Bedah RSUD Jaraga sasameh sebagai berikut: 1. Perawat Anestesi : 3 orang (1 orang penata ,2 orang perawat anestesi) 2. Perawat Bedah terdiri dari 10 orang 3. Bidan 2 orang 4. Tenaga kebersihan berjumlah 2 orang. BAB III PROSES PELAKSANAAN LAYANAN UNGGULAN Pelayanan Istalasi Bedah Sentral RSUD Jaraga Sasameh IBS terdiri dari tindakan operasi elektif dan operasi emergensi / cito Operasi elektif adalah pembedahan terencana tanpa membahayakan nyawa pasien. Operasi emergensi / cito adalah pembedahan yang dilakukan dalam keadaan sangat darurat dan mengancam jiwa. Tindakan operasi ini dilakukan tanpa memandang waktu, dan dikerjakan oleh tim jaga serta dokter spesialis (operator) dan dokter anestesi sesuai jenis penyakitnya. Setiap tindakan bedah harus melalui pemeriksan yang teliti oleh dokter penanggung jawab pasien dan dokter spesialis anestesi, sehinga diharapkan dapat memberi pelayanan yang maksimal dan sesuai dengan bidang keilmuannya kepada pasien yang akan menjalani operasi. Setelah melakukan pemeriksaan DPJP maupun Dokter penaggung jawab Anestesi wajib melakukan assesmen prabedah maupun pra anestesi untuk memberikan penjelasan atau informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan, semuanya itu tertuang dalam Rekam Medis Pasien. Pasien atau pun keluarganya yang akan mengalami pembedahan harus menandatangani persetujuan tindakan sebelum dilakukan tindakan pembedahan, apabila pasien dan keluarga tidak menandatangani persetujuan tindakan maka pembedahan tidak di lakukan. Pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan akan diantar oleh petugas asal pasien baik dari IGD maupun dari ruangan perawatan ke IBS dan akan diterima oleh petugas IBS yang bertugas. Disini akan dilakukan serah terima pasien, status rekam medis pasien, perlengkapan pasien maupun informasi tentang apasaja persiapan operasi yang telah dilakukan di ruang asal pasien. Petugas IBS kan melakukan pemeriksaan identifikasi pasien berupa pemeriksaan gelang identitas pasien dengan melakukan pertanyan terbuka kepada pasien sehinga menghindari kesalahan. dan tetap menggutamakan keselamatan pasien. Sebelum melakukan tindakan petugas IBS bersama dengan DPJP (operator) dan dokter anestesi melakukan Sing in (Suatu prosedur konfirmasi ulang yang dilakukan sesaat sebelum pasien dalam pengaruh obat anastesi atau sebelum induksi, dilakukan ketika pasien berada di ruang premedikasi yang meliputi : Konfirmasi tentang identitas, penandaan area operasi, kelengkapan anestesia yang meliputi kesiapan mesin anestesia dan obat-obatan, fungsi puls oksimetri, konfirmasi riwayat alergi, penyulit airway atau resiko aspirasi dan konfirmasi apakah ada resiko kehilangan darah lebih dari 700cc) Setelah pasien masuk ruang tindakan (kamar operasi) pasien akan diatur posisi di meja operasi dan akan dilakukan prosedur anestesi sesuai dengan tindakan operasi yang akan dilakukan dan telah disetujui pasien. Jika semua sudah siap pada posisi masing-masing maka petugas sirkulasi melakukan Time Out (Suatu prosedur yang dilakukan sebelum insisi, diantaranya konfirmasi apakah tim operasi sudah memperkenalkan diri kepada pasien, konfirmasi nama pasien jenis tindakan yang akan dilakukan dan area yang akan dioperasi, konfirmasi tentang pemberian obat profilaksis sebelum operasi dilaksanakan serta antisipasi apabila terjadi kejadian kritis oleh dokter operator, dokter anestesia dan perawat instrumen.) Selama berlangsungnya tindakan pembedahan petugas anestesi dan dokter spesialis anestesi selalu melakukan monitoring status fisiologis pasien sampai berakhirnya tindakan pembedahan dan di catat dalam formulir rekam medis sebagai dokumentasi kecuali pada pasien dengan bius local tidak dilakukan monitoring oleh petugas anestesi. Sesaat sebelum tindakan selesai petugas sirkuler kembali memimpin Sing Out (Suatu prosedur yang dilakukan sebelum pasien meninggalkan kamar operasi yaiutu perawat sirkuler membacakan tentang: jenis tindakan yang telah dilakukan, kecocokan jumlah instrument sebelum dan sesudah digunakan, konfirmasi tentang jaringan atau specimen yang memerlukan pemeriksaan lanjutan (PA), pemasalahan pada alat yang digunakan serta yang menjadi perhatian khusus pada saat masa pemulihan dan ada tidak tindakan pemasangan implan jika ada tempel stiker implan / no registernya sesuai dengan operasi yang di lakukan) rangkaian proses dari Sign In, Time Out dan Sign Out merupakan perwujudan atau aplikasi dari Surgery Safety Cekhlist yang sesuai WHO demi mengutamakan keselamatan pasien. Setelah selesai tindakan operasi DPJP (operator) segera membuat laporan operasi sesuai dengan tindakan yang sudah di lakukan. Pasien dari ruang operasi akan dipindahkan keruang pemulihan atau RR untuk dipantau kesadarannya setelah diberikan tindakan anestesi sesuai SPO yang ada di RSUD Jaraga sasameh sebelum kembali keruangaan perawatan. Setelah dinyatakan boleh dikembalikan keruang perawatan oleh dokter dan petugas anestesi maka petugas dari ruang perawatan akan menjemput pasien dan melakukan tindakan selanjutnya pasca operasi. Semua tindakan yang dilakukan dicatat direkam medis pasien sebagai bukti dokumentasi. BAB IV KESIMPULAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN A. Berdasarkan bab diatas, dapat disimpulkan bahwa : 1. Kamar operasi RSUD Jaraga Sasameh memenuhi standar nasional, yaitu PERMENKES No.1204/MENKES/SK/X2004. 2. Memiliki SDM yang handal sesuai dengan criteria kelas rumah sakit. 3. Memiliki fasilitas yang lengkap sesuai dengan criteria kelas rumah sakit. 4. Setiap tindakan bedah berdasarkan SPO yang ada di rumah sakit yang mengutamakan keselamatan pasien. B. Rencana pengembangan ke depan diharapkan : RSUD akan meningkatkan SDM dan fasilitas yang menunjang seperti melakukan pelatihan maupun workshop sesuai perkembangan jaman, penambahan dokter spesialis dan sub spesialis yang belum tersedia dan alat fasilitas seperti Laparascopy, Endoscopy, Bedah syaraf, Bedah Orthopedy dan lain – lain serta fasilitas penunjang seperti CT Scan sehingga dapat menjadikan RSUD Jaraga Sasameh sebagai pusat rujukan regional sekitar DAS Barito. BAB V DOKUMENTASI