Anda di halaman 1dari 7

Efek Penggunaan Medan Magnet ELF (Extremely Low Frequency) Pada Proses

Pengawetan Makanan

Siti Hindun Hindiyati


Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember

Abstrak
Efek Penggunaan Medan Magnet ELF (Extremely Low Frequency) Pada Proses
Pengawetan Makanan, merupakan suatu teknologi elektromagnetik yang sangat gencar
dikembangkan sebagai pengawetan makanan selain pendinginan (frozen food), pengeringan
dan pengawetan menggunakan bahan alami. ELF (Extremely Low Frequency) ini memiliki
frekuensi yang sangat rendah dengan rentang 0-300 Hz sehingga dipercaya dapat
menurunkan biaya pengawetan makanan dalam memenuhi permintaan masyarakat dan
terbukti sudah dapat menghilangkan bakteri pembusukan seperti Salmonella. Tulisan ini,
disusun dengan menggunakan metode literature dengan mengutip beberapa jurnal
internasional dan jurnal nasional. Dalam beberapa jurnal tersebutlah, memiliki hasil yang
dapat dirancang dan mendukung untuk menyelesaikan rumusan masalah. Teknologi yang
digunakan ini merupakan teknologi non-thermal dan non pengion. Adanya teknologi
elektromagnetik ini, terbukti dapat menghilangkan bakteri pembusukan, microorganism, dan
zat kimia berbahaya seperti Salmonella, sisa peestisida. Ia juga dapat meningkatkan bakteri
yang berguna bagi pembuatan keju, susu maupun youghurt yaitu Lactobasilus,dan
Streptococcocus. Dengan menggunakan ELF (Extremely Low Frequency) ini dapat menekan
harga dan biaya pengawetan makanan
Kata kunci: ELF Medan magnet, Pengawetan makanan, Pengawetan ramah biaya

I. PENDAHULUAN
Pengawetan makanan merupakan proses untuk menambah jangka waktu simpan
makanan yang lebih lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia dari makanan
tersebut. Fransisco, et all. (2018), menjelaskan tentang penemuan James Clerk Maxwell di
tahu 1831 yang menemukan perkembangan sains tentang listrik dan magnet. Penemuan
tersebut membuat James Clerk Maxwell menggambarkan tentang teori medan
elektromagnetik di tahun 1865. Dari teori tersebutlaj muncul dan membuahkan tentang
beberapa pengetahuan dan prinsip-prinsip dasar mekanisme dari beberapa teknologi berbasis
elektromagnetik yang baru muncul, diantara lainnya adalah PEF, OH, MW RF dan sinar UV
pada proses pengawetan makanan. Teknologi tersebut pada akhirnya terbagi menjadi dua,
yakni teknologi elektromagnetik termal dan non termal. Pengertian dari teknologi termal
menurut Fransisco, et all (2018) adalah teknologi yang bergantung pada panas untuk
membunuh pantongen yang ditularkan melalui makanan. Sedangkan yang dimaksud dari
teknologi elektromagnetik non termal merupakan teknologi yang meningkatkan suhu
terhadap aktifasi mikroba.
Pada penelitian ini menggunakan ELF yang merupakan singkatan dari (Extremely Low
Frequency). ELF ini sebuah alat yang menggunakan prinsip rendah frekuensi. ELF juga
termasuk dalam teknologi elektromagnetik RF atau radio frekuensi namun berskala rendah.
Menurut Sudarti, (2018) menjelaskan bahwa medan magnet ELF merupakan komponen
gelombang elektromagnetik yang terbukti memiliki kemampuan untuk menembus hamper
semua jenis materi. Hal ini merupakan bentuk radiasi non pengion, energy rendah dan energy
non termal. Hal ini memberikan keuntungan sangat tinggi bahwa medan magnet ELF tidak
merusak karena tidak menyebabkan efek pemngion dan efek non thermal pada atom yang
berinteraksi. Dari paparan tersebut, dapat dimanfaatkan untuk proses pengawetan makanan
seperti pembuatan keju, pengawetan pada tape singkong, ikan bandeng, daging ayam, gado-
gado dan lain-lain dengan biaya yang rendah.
Gado-gado merupakan makanan khas Indonesia dengan bumbu kacang atau sambal
kacang. Komponen yang ada pada makanan gado-gado ini adalah, sayur-sayuran yang terdiri
dari kacang panjang, bunga kol, daun singkong dan ditambahkan beberapa macam gorengan
seperti tempe, tahu, heci dan diguyur sambal kacang menggunakan gula merah jawa. Gado-
gado ini juga merupakan makanan favorit di Indonesia. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa
makanan ini sangat rentan terhadap pembusukan dikarenakan bakteri yang bernama
Salmonella thypi. Zelpina, et all (2018) menjelaskan bahwa Salmonella merupakan bakteri
yang menyebabkan penyakit tifoid atau tifus. Salmonella ini merupakan bakteri pantongen,
gram negative dan bersifat anaerobic, ia berasal dari family Enterobacteriaceae. Selain pada
gado- gado bakteri ini juga memiliki peran dalam pembusukan daging ayam.
Menurut Irawati, (2017). Susu merupakan salah satu makanan pelengkap empat sehat
lima sempurna, susu ini dapat dikonsumsi dalam bentuk cair, maupun produk non-cair. Jenis
lain dari susu yaitu, yoghurt, kefir, mentega, yakult dan lain lain, produk susu fermentasi ini
sudah banyak berkembang dari kalangan beragam, yang mana susu fermentasi ini tergolong
bakteri probiotik. Namun, pada susu tersebut dapat mengalami pembusukan atau fermentasi
dan menghasilkan produk yang pahit atau kurang sempurna. Menurut Sudarti, 2018
menjelaskan bahwa bakteri yang ada pada susu S. termophilus, L. lactis, L. acidophilus bakteri
merupakan bakteri yang dapat mempercepat pembusukan pada susu.
Ikan bandeng merupakan ikan yang banyak berada di Asia Tenggara. Ikan ini dapat
mengeluarkan air ketika ia mengalami pembusukan. Air yang dihasilkan oleh ikan bandeng
inilah yang ditempati oleh berbagai mikroorganisme untuk berkembang biak. Nurhasanah, et
all, (2018) menjelaskan bahwa medan ELF (Extremely Low Frequency) dapat membuat air
dalam ikan bandeng menurun yang akhirnya Ph pada ikan bandeng tersebut. Maka hal itu dapat
menambah daya simpan ikan bandeng. Tapai kuning merupakan hasil pembusukan dari
singkong yang ditambahkan ragi. Pada produk tape, dijelaskan menurut Sudarti, (2018) bahwa
penggunaan ELF pada produk tape akan menghasilkan tekstur lebih lembut dan sedikit air
dengan 30 menit pancaran medan ELF.
Setelah pemaparan diatas, pada kali ini memiliki beberapa rumusan masalah a). Dalam
paparan sebesar berapakah ELF dapat menurunkan bakteri salmonella, Lactobasilus dan
Streptococcus, lalu bagaimanakah dampaknya b). Apakah penggunaan ELF dapat megatasi
pelonjakan harga terhadap teknologi pengawetan, c). Apakah ELF dapat menghilangkan
kandungan pestisida pada buah maupun sayuran, lalu bagaimana dengan nutrisinya, d).
Bagaimana dampak penggunaan ELF untuk produk ayam dan ikan
II. PEMBAHASAN
Pengawetan makanan dalam kehidupan manusia ada beberapa macam, yaitu dengan
cara pendinginan, pengeringan, pemanasan, pengalengan, penggunaan bahan kimia dan
menggunakan teknologi. Namun, pada zaman sekarang, msyarakat sangat gencar dalam
mengawetkan makanan dengan harga yang rendah. Fransisco, et all (2018). menyatakan untuk
meminimalisir melambungnya harga dan memenuhi permintaan konsumen, akibatnya
memunculkan teknologi inovatif dengan biaya yang berkurang namnun dapat meningkatkan
kualitas produk. Pada penemuamnya ada beberapa teknologi yaitu, teknologi fisik (HHP) dan
homogeniasi tekanan tinggi (HPH) lalu ada teknologi elektromagnetik (PEF), pemanasan Ohm
(OH), gelombang mikro (MW), dan ada pula teknologi akustik seperti USG dan gelombang
SW dan lainya seperti filtrasi membrane MF dan fase padat CO2. Pada penelitianya bertujuan
untuk menonaktifkan aktivitas mikroorganisme. ELF sendiri merupakan teknologi
elektromagnetik yang menggunakan non-thermal dan non pengion.
Pada proses pengawetan dengan pendinginan atau dengan cara pembekuan, juga dapat
dilakukan dengan menggunakan teknologi ELF (Extremely Low Frequency). Dengan cara
mengurangi kerusakan pada daerah es atau frozen food. Zhan, et all (2018) menjelaskan bahwa
memaparkan ELF-MF pada es batu dengan intensitas paparan sebesar 100 Hz dapat
meningkatkan pendinginan secara maksimum. Pada penelitiannya dijelaskan bahwa derajat
signifikan meningkat sebesar 2,7o C (p<0,05) dan waktu pra pendinginan juga meningkat
signifikannya yaitu (p<0,05). Dengan adanya peningkatan frekuensi terus menerus, derajat
pendinginan mulai menurun hingga mencapai minimum pada 250 Hz yaitu sekitar 1,6oC lebih
rendah dari sempel kosong.
Pada teknologi non-thermal merupakan teknologi yang mengandalkan suhu rendah,
teknologi non-thermal ini disebut debagai teknologi yang dapat menginaktivasti pestida baik
dari sayuran maupun buah-buahan. Kim Phan, et all (2017) ia menjelaskan bahwa teknologi
non-thermal atau biasa disebut dengan NTP dapat mengurangi kadar pestisida dari sayur-
sayuran dan buah-buahan. Teknologi non-thermal terbukti dapat menghilangkan kadar
pestisida pada pernyataannya juga meyebutkan bahwa, hilangnya pestisida juga menyebabkan
beberapa kadar nutrisi yang berada pada buah maupun sayuran juga ikut hanyut atau
menghilang. Kesimpulan pada penelitiannya adalah, NTP maupun teknologi non-thermal dapat
menghilangkan residu beracun dari pestisida dan pantogen makanan, teknologi non-thermal
atau NTP ini juga rendah suhu dan ramah lingkungan. Pan yuanyuan, et all (2017) juga
menyatakan atau memperoleh hasil penelitian yang hamper sama dengan Kim Phan yang
menyebutkan bahwa teknologi non-thermal dapat menginaktivasi bakteri beracun dari
makanan. Fadel, et all (2017) juga menyebutkan bahwa penggunaan non-thermal (ELF) dapat
menghambat pertumbuhan pengion dan memperkebal imunitas yang dimiliki oleh tumbuhan.
Yang dapat dipaparkan pada kedua hasil penelitian ini adalah, teknologi non-thermal dapat
membasmi bakteri yang kurang menguntungkan namun juga dapat menghilangkan beberapa
kandungan nutrisi yang ada pada sayuran ataupun buah-buahan.
ELF (Extremely Low Frequency) juga termasuk dalam teknologi non-thermal dan non-
pengion yang tidak hanya digunakan pada bagian atau teknologi pengawetan tertentu,
Ivanovich, et all (2018) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa paparan medan EMF LF
selama 4-6 hari dengan benih seberat 150-200 ton lebih. Dengan pengaturan teknologi dalam
kisaran 6Hz hingga 80 Hz dapat menghasilkan pembentukan resonansi biologis. Dalam
penelitiannya dijelaskan bahwa semakin besar massa biji, semakin besar pula efek aktivasi
elektromagnetik dan semakin lama durasi pengawetannya. Hal ini dapat ditarik suatu hasil yang
mana pemrosesan menggunakan elektromagnetik pada pemrosesan pengawetan sayuran dan
benih dalam satu ton dapat mengalami penurunan hingga 15%.
Dalam pengawetan makanan, biasanya yang sering ditemui yang mengakibatkan
pembusukan adalah baktreri salmonella. Bakteri ini biasanya menyerang pada makanan yang
sudah di masak untuk kedua kalinya. Alessandra, (2018) pada penelitianya tentang salmonella
memaparkan bahwa salmonella terdapat sebanyak pada 6,39% dari 25,276 unit yang diuji pada
daging ayam dan segala jenis produknya. Menurutnya, hasil tersebut sebanding dengan hasil
penelitian pada tahun 2015. Yang mana ada seabnyak 0,27% dari 1093 unit produk daging
broiler RTE yang diunji di ritel atau di pemrosesan dan termasuk dalam sebagian besar kasus
produk broiler dimasak. Pada penelitian tersebut, juga menunjukkan bahwa salmonella tidak
hanya terdapat pada daging ayam, namun juga sayur-sayuran dengan segala produknya dengan
kandungan 0,21% dari 2429 unit yang diuji, juga pada daging sapi dengan produk produknya
yaitu sebesar 0,21% dari 23.708 sampel yang diuji.
Membahas tentang salmonella yang mengakibatkan pembusukan pada makanan baik
pada sayur maupun daging ayam, bakteri tersebut ternyaata juga dapat menyerang pada
makanan seperti gado-gado. Yang mana gado-gado sendiri terdiri dari sayur sayuran dan
sambal kacang. Sudarti, (2018). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa terjadi pengurangan
Salmonella Sp dalam bumbu gado-gado yang terpapar magnet ELF dengan intensitas 646,7 T
selama 30 menit. Dengan menyertakan bahwa peresentase kerusakan terjadi pada bumbu gado-
gado yaitu (56%) dibandingkan dengan sayuran gado-gado yaitu hanya (17%). Itu terjadi
karena pada bahan gado-gado berbentuk padat dam pada bumbu gado-gado berbentuk cair.
Disamping itu, bahan gado-gado mengandung protein seperti pada telur. Protein yang
mengandung bahan makanan merupakan pelindung komponen yang kuat bagi sel bakteri untuk
perlakuan panas serta fisik dan mekanik. Dari penelitian tersebut, Sudarti, (2018) mengambil
kesimpulan bahwa radiasi medan magnet ELF berpotensi sebagai metode alternative sterilisasi
makanan segar yang murah dan aman dari Salmonella typhirium.
Selain pembusukan pada gado-gado, proses pembusukan juga dapat terjadi pada daging
ayam, yang dapat dikatakan sangat singkat. Pembusukan daging ayam juga dapat mengubah
tekstur, warna dan rasa. Bakteri yang berkembang pada daging dengan memanfaatkan
komponen-komponen yang terlarut pada daging. Komponen tersebutlah yang digunakan untuk
mikroorganisme sebagai tempat berkembang biak. Menurut Lutfiana, et all (2018) menurut
penelitianya penggunan ELF terhadap daging ayam menghasilkan bahwa daging ayam
mengalami penurunan selang waktu 4 jam (tidak dipengaruhi oleh medan magnet). Namun,
pada kelompok eksperimen, yaitu daging ayam yang dipapari medan magnet dengan intensitas
500µT dan 700µT tidak mengalami penurunan pH secara drastis. Bahkan dengan intensitas
paparan yang lebih tinggi, pH daging ayam tidak mengalami penurunan pada selang waktu 12
jam. Sehingga daging ayam yang mendapat paparan medan magnet tidak mudah membusuk
atau dapat bertahan cukup lama. Pada penelitian ini juga dihasilkan bahwa daging ayam pada
kelompok control (tidak menggunakan medan ELF) setelah 4 jam mengalami perubahan warna
dan tekstur. Warna tampak lebih pucat, agak berlendir, mengeluarkan bau yang kurang sedap.
Sedangkan pada kelompok eksperimen (menggunakan medan magnet) daging ayam terlihat
masih segar dan tidak berlendir, dan teksturnya pun masih baik dan tidak berbau. Pada
kesimpulannya adalah, penggunaan Extremely Low frequency dengan intensitas tertentu dapat
memperpanjang daya simpan daging ayam.
Proses pembusukan yang terjadi pada daging ayam, hampir sama dengan proses
pembusukan yang terjadi pada ikan bandeng. Yang mana pembusukan dapat terjadi ketika ikan
bandeng mengeluarkan air, dan air tersebutlah yang digunakan sebagai tempat perkembang
biakan microorganism pembusukan. Nurhasanah, et all (2018) memuali penelitianya
menggunakan ELF atau (Extremely Low Frequency) dalam rentang 700-900 µT selama 2x 30
menit dan 2 x 45 menit terhadaap nilai pH ikan dalam proses pengawetan ikan bandeng.
Tersedia dalam bentuk control (tanpa paparan medan magnet) dengan eksperimen (ikan
bandeng dengan menggunakan paparan medan magnet). Berdasarkan hasil pengukuran
tersebut dapat diketahui bahwa pH ikan bandeng mengalami kenaikan pada waktu pengukuran.
Secara umum, pH sampel kelas control (tanpa menggunakan paparan medan magnet)
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pH kelas eksperimen. Pada waktu pengukuran
jam 06.00 dimana ikan bandeng masih dalam kondisi segar pHnya bernilai 6,5 setelah itu terus
mengalami kenaikan hingga bernilai 7,2. Sedangkan pada kelas eksperimen, secara umumnya
memiliki selisih nnilai pH yang cukup kecil dibandingkan antara satu dengan yang lainya. Pada
jam 11.00 sampel eksperimen E730,56µT 30 memiliki pH 6,5 sedangkan sampel eksperimen
lainya bernilai 6,7. Nilai pH kelompok control cenderung lebih tinggi dibandingkan nilai pH
ke empat kelompok eksperimen dan hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh medan
magnet ELF terhadap pH dari ikan bandeng.
Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Mohammadi, et all (2017) memparkan
hasilnya tentang penggunaan ELF-EMFs pada imunologis ikan mas. Dengan menggunakan
paparan sebesar 0,1mT dapat secara negative mempengaruhi beberapa fitur imunologis ikan
dengan pengurangan yang signifikan dalam lisozim dan aktivitas komplemen. Pada penelitian
dari Mohammed dengan Sudarti, dapat disimpulkan bahwa penggunaan ELF-EMFs tidak dapat
mempengaruhi imunologis atau tingkat kesetresan pada ikan, namun dapat mempengaruhi
microorganism atau bakteri yang hidup pada air pembusukan ikan.
Youghurt, merupakan hasil dari proses fermentasi dari susu. Aroma yang ada dalam
youghurt merupakan aroma yang dihasilkan dari bakteri Lactobacillus sedangkan bakteri yang
berperan untuk mengendalikan rasa merupakan bakteri Streptococcus thermophillus. Proses
pembuatan youghurt sendiri dapat menghasilkan susu fermentasi yang kental. Hal tersebut
dikarenakan kalsium yang ada pada youghurt bertumbukan dengan kasein yang Tarik menarik.
Sehingga semakin erat Tarik menarik yang terjadi dalam youghurt, maka semakin baik juga
youghurt yang dihasilkan. Dalam penelitianya, Ridawati (2017) menghasilkan bahwa pengaruh
paparan medan magnet ELF diduga akibat interaksi ion kalsium (Ca2+). Perubahan medan
magnet ELF tersebut dapat mengakibatkan dan menghasilkan arus induksi. Arus induksi yang
timbul karena perubahan medan magnet ELF dapat menyebabkan perubahan kecepatan
gerakan ion (Ca2+) ekstraseluler melewati membrane sel. Sehingga, apabila kebutuhan ion
(Ca2+) cepat terpenuhi dan sesuai dengan kebutuhan sel maka proses pertumbuhan sel akan
semakin cepat dan begitu pula sebaliknya. Jika ion (Ca2+) yang masuk dalam sel melebihi atau
kekurangan dari jumlah yang dibutuhkan oleh sel maka dapat menghambat pertumbuhan sel
bahkan menyebabkan kerusakan pada sel. Yang dia menyimpulkan bahwa medan magnet ELF
(Extremely Low Frequency) dapat mempengaruhi susu fermentasi pada kandungan Ca2+
semakin Tarik menarik karena adanya induksi, yang lalu akan menyebabkan hasil youghurt
semakin baik dan berkualitas.
Sudarti, (2018) melakukan penelitian pada bakteri S. Thermophilus, L. Lactis, L.
Achidopilus . dalam percobaanya dipaparkan bahwa ada 3 fase paparan. Yang pertama adalah
fase lag yang mempunyai makna bahwa fase dimana fase tersebut merupakan pembiakan
bakteri jam 1 yang menunjukkan respon bakteri atau biasa disebut dengan fase adaptasi. Yang
kedua adalah fase log, yaitu fase dimana pembiakan bakteri pada jam ke 2 yang menunjukkan
tingkat poliferasi logaritmik. Dan yang terakhir yaitu fase diam, yang mana poliferasi bakteri
pada jam ke 16 mulai menurun. Pada fase lag, setelah paparan medan magnet ELF 100µT
selama 5 menit, 15 menit, dan 25 menit menunjukkan bahwa jumlah total tiga jenis bakteri
tersebut mencapai nilai optimal yang terjadi dalam percobaan kelompok ELF 100µ selama 5
menit, tetapi jumlah total tiga jenis bakteri menurun setelah paparan medan magnet 100µ
selama 15 menit dan 25 menit.
Lalu, pada fase log, Sudarti et all, (2018) menunjukkan bahwa poliferasi tiga jenis
bakteri pada fase tersebut setalah paparan medan magnet ELF 100µT menunjukkan bahwa
jumlah ketiga jenis bakteri mencapai nilai optimal pada kelompok yang terpapar pada bidang
ELF 100µT selama 5 menit, dan menurun setelah terpapar 100µT medan magnet selama 15
menit dan 25 menit tetapi masih lebih tinggi dari control. Proliferasi terbukti dari ketiga jenis
bakteri pada fase diam mencapai nilai optimal pada kelompok yang terpapar medan magnet
dengan intensitas sebesar 100µT selama 5 menit dan 15 menit. Namun, ketiga strain bakteri
tersebut pada jam ke 16 mencapai nilai opyimal (fasel diam). Maka dapat disimpulkan bahwa
dosis efektif paparan medan magnet ELF mempengaruhi kecepatan poliferasi bakteri S.
Thermophilus, L. lactis, dan L. achidopilus dengan menggunakan intensitas paparan sebesar
100µT selama 5 menit. Krstinawati, Sudarti, (2018) juga menyatakan hasil penelitiannya,
bahwa dalam waktu 5 menit dengan paparan 100µT dengan lama paparan adalah 5 menit dapat
menghasilkan keju yang sangat lembut.
Dengan menggunakan ELF dapat meningkatkan poliferasi ketiga bakteri tersebut, maka
akan ada perubahan dari tekstur, aroma yang dikarenakan bakteri Lactobasilus meningkat dan
rasa yang diakibatkan meningkatnya poliferasi bakteri Streptococcus thermophillus pula.
Meningkatnya aroma dan rasa yang semakin tidak pahit atau bertambah manis, akan
menambah kualitas yang dimiliki dari hasil dari fermentasi susu. Dan menggunakan teknologi
Extremely Low Frequency tidak memerlukan biaya yang tinggi.

III. PENUTUP
Kesimpulan yang dapat dari literature ini adalah, penggunaan ELF (Extremely Low
Frequency) dengan intensitas tertentu, dapat menaklukkan atau menghambat pertumbuhan
bakteri. Penggunaan ELF (Extremely Low Frequency) juga dapat menekan harga yang
melonjak, sehingga dapat memenuhi permintaan masyarakat. Selain dapat meminimalisir
adanya perkembang biakan dari bakteri pembusukan, ELF juga telah dibuktikan bahwa ia
mampu meminimalisir semprotan pestisida dari sayur maupun buah-buahan yang dapat
menambah daya simpan, meskipun tetap ada beberapa nutrisi yang ikut terbuang. Pada produk
daging ayam maupun produknya, ELF dapat menghambat pertumbuhan microorganism yang
menempati air hasil dari pembusukan daging.

DAFTAR PUSTAKA

Alessandra De Cesare. (2018). Salmonella in Foods: A Reemerging Problem. Advances in


Food and Nutrition Research, 1-43. doi:https://doi.org/10.1016/bs.afnr.2018.02.007
Fadel.M.A, Mohammed A.S, Abdelbacki M.M. (2017). Biophisycal Control of The Growth of
Agrobacterium Tumafaciens of Using Extremely Low Frequency Electronagnetic
Waves at Resonance Frequency. Materials Science and Engineering, 1-7.
doi:https://doi.org/10.1016/j.bbrc.2017.10.008 0006-291X
Francisco J. Barba, Lilia Ahrne , Epameinondas Xanthakis, Martin G. Landerslev and Vibeke
Orlien. (2018). Innovative Technologies for Food Preservation. Innovative
Technologies, 25-52. doi:http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-811031-7.00002-9
K. T. K. Phan, H. T. Phan, Charles S. Brennan, Y. Phimolsiripol. (2017). Nonthermal plasma
for pesticide and microbial elimination on fruits and vegetables: an overview.
International Journal of Food Science and Technology, 1-11.
doi:doi:10.1111/ijfs.13509
Kasyanov Gennady Ivanovich, Syazin Ivan Evgenyevich, Grachev Alexandr Vasilyevich,
Davidenko Taisiya Nikolaevna, Vazhenin Evgeniy Igorevich. (2018). Features of
Usage of Electromagnetic Field of Extremely Low Frequency for the Storage of
Agricultural Products. Journal of Electromagnetic Analysis and Applications,, 236-
241. doi:http://dx.doi.org/10.4236/jemaa.2018.55038
Kristinawati A. Sudarti. (2018). The Influence of Extremely Low Frequency Magnetic Field
Exposure On The Process of Making Cream Cheese. Health Environment, Energy and
Biotechnology, 181-184.
Mahsa Mohammadi-Zadeh Khoshroo, Mehdi Shamsaie Mehrjan ,Farzaneh Samiee & Mehdi
Soltani, Seyed Pezhman Hosseini Shekarabi. (2017). Some immunological responses
of common carp (Cyprinus carpio) fingerling to acute extremely low-frequency
electromagnetic fields (50 Hz). Fish Physiol Biochem, 1-9.
doi:https://doi.org/10.1007/s10695-017-0429-1
Nurhasanah, Sudarti, Supriadi.B. (2018). Analisis Medan Magnet ELF Terhadap pH Ikan
Dalam Proses Pengawetan Ikan Bandeng (Chanos Chanos). Jurnal Pembelajaran
Fisika, 7(2), 116-122.
Ridawati, S. (2017). Pengaruh Paparan Medan Magnet Extremely Low Frequency (ELF)
Terhadap pH dan Daya Hantar Listrik Minuman Susu Fermentasi Sebagai Indikator
Kadaluarsa. Skripsi Pendidikan Fisika, 5-10.
Sari, D.L, Prihandono.T, Sudarti. (2018). Pengaruh Paparan Medan Magnet ELF (Extremely
Low Frequency) 500µT Dan 700 µT Terhadap Derajad Keasaman (pH) Daging Ayam.
Seminar Nasional Pendidikan Fisika, 195-200.
Sudarti. (2016). Utilization of Extremely Low Frequency (ELF) Magnetic Field is as
Alternative Sterilization of Salmonella typhimurium In Gado-Gado. Health,
Environment, Energy and Biotechnology, 317-322. doi:doi:
10.1016/j.aaspro.2016.02.140
Sudarti, Prihandono. T, Ridlo,Z.R, Kristinawati,A. (2018). Effective dose analysis of
extremely low frequency (ELF) magnetic field exposure to growth of S. termophilus,
L. lactis, L. acidophilus bacteria . Materials Science and Engineering, 432(1). doi:
doi:10.1088/1757-899X/432/1/011001
X Zhan,, Z Zhua, D W Suna. (2019). Effects of Extremely Low Frequency Electromagnetic
Feld on The Freezing Processes of Two Liquid Systems. Food Science and Technology,
1-10. doi:https://doi.org/10.1016/j.lwt.2018.12.079
Zelpinal.E, Purnawarman. T, Lukman, .D.W. (2018). Keberadaan Salmonella S.P Pada Daging
Ayam Suwir Bubur Ayam yang Dijual Di Lingkar Kampus Institut Pertanian Bogor
Dramaga Bogor. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian, 15(2), 73-80.

Anda mungkin juga menyukai