Anda di halaman 1dari 4

TENTANG ORIGAMI DI JEPANG

DISUSUN OLEH :

OVELIA REGINA TILAAR

0216103059

ORIGAMI

Apakah Origami Itu?

Hingga abad 21 sekarang ini, kita sudah tidak asing lagi dengan istilah Origami. Meskipun
demikian, dalam tulisan kali ini akan dibahas dari awal lagi mengenai “Apakah Origami itu?”
agar pemahaman kita lebih jelas lagi. Origami berasal dari kata 折 る ‘ oru’ yang berarti
“melipat” dan kata 紙 ‘kami’ yang berarti kertas. Sehingga jika kedua kata ini digabungkan
akan menghasilkan arti “kertas lipat” atau “lipatan kertas”.Origami merupakan seni melipat
kertas yang berasal dari China pada sekitar abad ke-7 yang kemudian di populerkan di negara
Jepang, sehingga, terkesan bahwa Origami memang betul-betul asli dari negara Jepang.
Meskipun demikian, Origami sudah menjadi salah satu bagian budaya tradisional yang sudah
mendarah daging di seluruh masyarakat Jepang. Hal ini bisa dilihat bahwa pda kenyataannya
Origami sering diajarkan pada siswa-siswi mulai di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar.
Selain itu, bukti bahwa masyarakat Jepang sangat mencintai Origami adalah, mereka selalu
melakukan inovasi dan improvisasi yang kreatif dalam menghasilkan beragam bentuk lipatan
Origami yang sangat tinggi nilai seninya.

Sejarah Origami

Kertas yang pertama kali digunakan untuk membuat


Origami dinamakan kertas Washi. Kertas Washi yang
lembut dan indah ini pertama kali diciptakan pada awal
abad ke-7 dan merupakan hasil China dalam
pengembangan metode pembuatan kertas yang masuk ke
Jepang. Penemuan Washi menghasilkan berbagai benda
kebudayaan dan salah satunya adalah Origami.

Terkadang ada pertanyaan tentang “Kapan Origami


pertama kali dipraktekkan?” yang agak sulit dijawab berdasarkan dengan bukti-bukti
peninggalan sejarah yang ada. Hingga saat ini, tidak cukup banyak dokumentasi yang
ditemukan, sehingga sulit untuk mengatakan secara pasti kapan Origami pertama kali
dipraktekkan oleh masyarakat. Namun, sebagaimana kertas Tatou, kertas origami dikatakan
telah digunakan secara praktis untuk membungkus berbagai benda sejak abad ke-10.

Pada kenyataannya, memang ada yang menyatakan bahwa selain Jepang, Origami berasal
dari China dan Spanyol. Di Eropa, teknik pembuatan kertas sudah ada di abad ke-12, dan
mereka juga bermain Origami dengan cara sendiri. Tapi, bagaimanapun juga, kiranya cukup
adil untuk mengatakan bahwa Jepanglah yang paling aktif mengembangkan seni Origami dan
sekaligus menjaga nilai-nilai kesenian yang tradisional hingga sampai pada era modern.
Itulah mengapa, jika disebut kata Origami maka secara otomatis kita akan mengidentikannya
dengan negara Jepang sebagai asal kesenian ini.

Apakah Lem atau Gunting Tidak Digunakan Dalam Origami?

Menggunakan lem merupakan hal yang tidak aneh dalam Origami. Lem digunakan untuk
menyatukan dua hal yang terpisah atau untuk menguatkan bagian-bagian tertentu. Seiring
berjalannya waktu, bentuk dari satu karya Origami dapat menjadi hancur, sehingga untuk
menjaga bentuknya diperlukan penggunaan lem untuk menguatkan bagian0bagian kertas
yang digunakan.

Ada banyak beberapa contoh di mana gunting digunakan pada karya klasik atau tradisional.
Kini, diantara para penggemar Origami, ada juga yang tetap mempertahankan pemikiran
dimana penggunaan gunting tidak diperbolehkan, dan yang paling baik adalah menyeleseikan
satu kreasi origami hanya dengan menggunakan selembar kertas bujur sangkar. Ha ini
didasari oleh hakikat menjaga ketradisionalan Origami itu sendiri yang benar-benar hanya
mengandalakan lipatan pada kertas tanpa menggunakan alat potong dan alat tempel. Namun
seiring dengan perkembangan Origami dari waktu ke waktu yang dikembangkan dengan
penuh inovasi dan kreasi oleh tangan-tangan modern hingga menghasilkan bentuk Origami
yang mengagumkan, maka alat bantu gunting dan lem memiliki peran dalam proses
penciptaannya.

Origami Bangau – Sebuah Simbol Perdamaian (Kisah 1000 Bangau)

Kisah 1000 bangau ini bermula dari kisah seorang


gadis kecil benama Sadako Sasaki (1943-1955)
berusia 10 tahun. Pada saat itu dan mengalami
sakit akibat dari pemboman Hiroshima. Sadako
percaya bahwa ia akan sembuh dengan doa yang
ia selipkan pada Origami bangau yang dibuatnya
hingga mencapai jumlah 1000 buah. Namun,
Tuhan berkehendak lain karena Sadako akhirnya
meninggal pada usia 12 tahun.

Kisah yang menyayat hati ini diceritakan dalam


berbagai versi hingga menyebar ke seluruh dunia. Di Hiroshima Peace Memorial Park
dibangun monumen Perdamaian Anak yang menggambarkan Sadako dihiasi dengan ribuan
kalung bangau dari seluruh dunia. Kini, 1.000 bangau tidak hanya menjadi doa agar harapan
seseorang terkabul, namun juga sebagai simbol doa untuk perdamaian.

Dalam kehidupan sehari-hari saat ini, kepercayaan tentang dengan membuat 1.000 buah
Origami bangau bisa mewujudkan harapan masih bertahan di masyarakat. Biasanya 1.000
buah Origami yang dibuat diharapkan bisa mewujudkan harapan lulus ujian, keselamatan,
mewujudkan cita-cita dan lain-lain. Namun pada intinya, mereka tidak hanya berdiam diri
dalam usaha mewujudkan harapan dan keinginannya hanya dengan membuat 1.000 Origami
bangau saja, mereka juga tekun berusaha. Sehingga dengan membuat 1.0000 Origami bangau
mereka bisa menyelipkan doa dan membulatkan tekad berulang-ulang kali hingga
menghasilkan 1.000 buah bangau, hingga keinginan dan harapannya terwujud.

Esensi Origami

Bagi orang yang baru mengenal istilah Origami atau baru saja belajar membentuk sebuah
wujud dari pola Origami, kemungkinan besar hanya menganggap Origami hanya sebuah
hiburan atau permainan dari kertas. Namun sebenarnya, ada banyak esensi yang dimiliki oleh
Origami itu sendiri. Dengan penciptaan sebuah bentuk Origami , seseorang diharapkan
belajar sikap yang luwes yang tercermin dalam keluwesan kertas yang dilipat sesuai pola
yang ada, keterampilan yang tercermin dalam pembentukan wujud Origami yang beragam,
kesabaran yang tercermin dalam tiap lekukan dan lipatan yang detail hingga membentuk
sebuah wujud kreasi Origami yang indah. Dari sikap ini akan membentuk pola pikir manusia
yang luwes dalam menyikapi permasalahan dalam hidup, terampil dalam menghasilkan ide-
ide cemerlang dan tidak hanya memandang sebuah masalah kehidupan hanya dari satu sisi
saja, serta kesabaran yang diperlukan manusia dalam menekuni suatu hal yang dilakukan
dalam hidupnya hingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi hidupnya dan hidup
orang lain.

Keseluruhan sikap yang dituntut dikuasai oleh seseorang yang sedang ber Origami ini bisa
dirangkum dalam satu wadah konsep yang disebut dengan 和 ‘ wa’ yang memiliki arti
“harmoni”. Harmoni juga bisa diartikan sebagai keselarasan dan keserasian. Coba kita
perhatikan dari awal pembentukan sebuah karya Origami yang diawali dengan penggunaan
kertas bujur sangkar yang pasti panjang setiap sisinya berukuran sama. Kemudian setiap
lipatan didasarkan pada pedoman pembagian garis lipatan horizontal dan vertikal serta pola-
pola lipatan lain yang harus seimbang. Jika keseimbanagan lipatan diabaikan, maka sebuah
bentuk Origami yang indah tidak akan terwujud.

Oleh karena itu, sangat benar jika Origami memiliki esensi menjaga keharmonian. Inilah
yang terdapat dalam konsep kehidupan orang Jepang yang selalu menjaga keharmonian
dalam kehidupannya. Meskipun pada kenyataannya orang Jepang banyak yang tidak
mematuhi peraturan agama serta lebih mengedapankan rasional daripada keputusan Tuhan.
Mereka berusaha menciptakan hidup yang harmoni, selaras dan serasi dalam kehidupan
sehari-hari. hal ini bisa kita lihat dalam kebiasaan hidupnya yang disiplin, mampu
menghargai karya orang lain dengan baik, menghargai waktu dengan seksama, memiliki
toleransi yang tinggi dalam kesehariannya, mampu menghormati orang lain pada tempatnya
yang diwujudkan dalam budaya Ojigi,penggunaan bahasa sopan keigo, sonkeigo dan
kenjogo, konsentrasi penuh dengan apa yang dikerjakannya hingga menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat, tekun dan terampil dalam bekerja, cenderung dinamis dalam
mengembangkan pola pikir ke arah yang positif, serta menjaga sisi ketradisonalan negara
Jepang meskipun di tengah era modernisasi yang kian memuncak misalnya pengadaan
festival atau matsuri, seni minum teh chanoyu, seni merangkai bunga ikebana dan masih
banyak lagi ketradisionalan yang mereka jaga hingga saat ini. Dengan mewujudkan semua
aspek kehidupan ini, masyarakat Jepang yakin keharmonian hidup yang tercipta akan
semakin indah adanya.

Anda mungkin juga menyukai