Anda di halaman 1dari 9

Celengan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Jump to navigationJump to search

Celengan terakota Majapahit, abad 14-15 Masehi. Trowulan, Jawa Timur. (Koleksi Museum Nasional, Jakarta.)

Celengan berwarna kuning.

Celengan merupakan nama umum untuk kotak akumulasi atau penabungan koin. Umumnya,
celengan digunakan oleh anak-anak. Celengan biasanya terbuat dari keramik atau porselen.
Celengan bertujuan untuk mengajarkan kepada anak untuk menabung. Pada celengan tradisional,
uang dapat dengan mudah dimasukkan, namun jika ingin mengambil uangnya, celengan tersebut
harus dipecahkan. Tapi celengan modern memiliki lubang karet pada bagian bawahnya, untuk
memudahkan dalam mengambil uang yang disimpan dalam celengan tersebut.
CELENGAN banyak ditemukan di situs Trowulan, ibukota kerajaan Majapahit.
Pembuatan celengan telah berkembang antara abad ke-13 dan 15. Celengan
yang pernah ditemukan terdiri dari tiga bentuk: manusia berupa anak kecil,
binatang (babi atau celeng, domba, kura-kura, dan gajah), dan yang
terbanyak berupa guci.

Menurut arkeolog Supratikno Rahardjo dalam “Tradisi Menabung dalam


Masyarakat Majapahit: Telaah Pendahuluan Terhadap Celengan di
Trowulan,” belum diketahui secara persis berapa banyak celengan yang
dibuat untuk masing-masing bentuk binatang tersebut.

“Tetapi ada kesan bahwa bentuk babi menempati jumlah terbanyak,


kemudian domba, kura-kura, kuda, dan gajah,” tulis Supratikno, termuat
dalam Monumen: Karya Persembahan untuk Prof. Dr. R. Soekmono.

Meskipun bentuknya bisa manusia, guci, atau binatang lain selain babi,
namun sebutan yang dipilih adalah celengan. Sebutan ini digunakan sampai
sekarang. Apakah masyarakat Majapahit juga menyebutnya dengan istilah
celengan? Menurut Supratikno kata celengan agaknya baru diperkenalkan
oleh orang Jawa pada masa kemudian, karena bahasa Jawa Kuno hanya
mengenal kata celeng (babi atau babi hutan) dan pacelengan (kandang babi).

Kamus Javaans-Nederlands Woordenboek karya Th. Pigeaud, memuat


sejumlah kata Jawa yang berkaitan dengan aktivitas menabung,
yaitu celengan berarti spaartpot (tempat
menabung), dicelengiberarti opgespaard (disimpan),
dan dicelengake berarti men spaart voor iemand (menabungkan untuk orang
lain). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata celengan berasal dari kata
Jawa yang berarti tabung pekak untuk menyimpan uang; tabungan atau uang
simpanan itu sendiri.
“Kita masih belum tahu apakah kata-kata tersebut ada hubungan dengan kata
celeng yang berarti babi hutan,” tulis Supratikno. Kalau memang celengan
harus dikaitkan dengan binatang celeng, lanjut Supratikno, “dapatkah kita
menghubungkan munculnya istilah itu dengan mitos babi ngepetatau celeng
daden (babi jadi-jadian) yang berhubungan dengan upaya mencari kekayaan
secara cepat seperti umum dikenal dalam tradisi Jawa atau Sunda?”

Menurut sejarawan Denys Lombard, kebiasaan menabung dalam celengan


pada masyarakat Jawa terpengaruh oleh orang Tionghoa. “Istilah celengan –
yang dibentuk dari kata Nusantara (tepatnya Jawa, red) celeng– jelas
mengacu pada binatang pembawa rezeki dalam mitologi Cina yang semenjak
zaman Majapahit telah memberi bentuk bulat pada celengan Jawa yang
terbuat dari tanah liat,” tulis Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya.

Supratikno berbeda pendapat dengan Lombard. Menurutnya, celengan-


celengan Trowulan terutama menggambarkan guci-guci dan beberapa figur
anak kecil, mengingatkan pada dewa Kuwera. Tradisi Hindu-Budha di
Nusantara mengenal konsep kemakmuran yang diwujudkan dalam bentuk
arca dewa Kuwera atau Kubera, yang telah dikenal di Jawa Tengah sejak
abad ke-9 atau sebelumnya.

Sebagai simbol kemakmuran, Kuwera mewakili penguasa kehidupan duniawi


yang bergelimang dengan barang-barang berharga dan mewah. Dewa ini
digambarkan sebagai manusia dalam wujud anak kecil yang montok dan
berperut gendut, sedang duduk di atas singgasana berhias bunga teratai,
memegang pundi-pundi harta dan benda-benda lain yang melambangkan
kekayaan dan kenikmatan duniawi. Di sekelilingnya terdapat guci-guci yang
penuh dengan permata.
Dengan demikian, menurut Supratikno “bukti-bukti di atas agaknya cukup
masuk akal bila dipakai sebagai dasar anggapan bahwa bentuk-bentuk
celengan Trowulan (juga celengan-celengan masa kini) sesungguhnya
diilhami oleh bentuk arca Kuwera beserta atribut-atributnya.”

Anda dapat menggunakan celengan untuk berbagai keperluan, seperti menyimpan tabungan,
menerima sumbangan atau penggalangan dana untuk acara-acara khusus, menyimpan uang
receh di rumah, dll. Membuat celengan adalah proyek yang relatif sederhana dan cepat yang
juga dapat menjadi proyek kerajinan tangan yang bagus untuk anak-anak.
Cara membuat celengan:
Menggunakan Kotak Sepatu
1.

1
Gambarlah lubang koin. Lepas tutup kotak sepatu, dan gunakan koin terbesar Anda
(misalnya, koin lima ratus perak, seribu perak, dll) sebagai panduan, gambarlah lubang
koin persegi panjang yang cukup lebar agar pas.
 Anda dapat menggambar lubang koin di salah satu sisi tutup kotak atau salah satu sisi
panjang kotak, tergantung preferensi Anda.

2.

2
Potonglah lubang koin. Dengan menggunakan pisau kerajinan tangan (gunting akan
menyebabkan tepi lubang compang-camping), potonglah persegi panjang untuk
membuat lubang koin.[5]
 Jika seorang anak melakukan proyek ini, orang dewasa harus melakukan langkah ini.

3.
3
Ukurlah dimensi kotak. Anda akan menggunakan pengukuran ini untuk memotong
kertas atau kain sesuai dengan kotak.
 Gunakan penggaris untuk mengukur tinggi, lebar, dan panjang kotak sepatu pada
empat sisi dan tutupnya. Tulislah hasil pengukuran ini.
 Gunakan penggaris untuk mengukur panjang dan lebar bagian atas tutup kotak.
Ukurlah tinggi bibir atas dan tambahkan ke ukuran panjang dan lebar. Tulislah hasil
pengukuran ini.

4.

4
Potonglah kertas atau kain. Letakkan kertas atau kain dalam posisi terbalik di atas
permukaan datar. Dengan menggunakan penggaris, garislah dimensi dari masing-
masing empat sisi dan tutupnya.
 Potonglah masing-masing bentuk. Jika perlu, Anda dapat menamai masing-masing
bagian dan bagian kotak yang sesuai untuk menghindari kebingungan.
5.
5
Potonglah lubang koin di atas kain atau kertas. Setelah Anda menempelkan kertas
atau kain di atas tutupnya, baliklah tutupnya dan letakkan di permukaan datar.
 Gunakan pisau kerajinan untuk memotong kertas beserta lubang koin pada tutup kotak.
 Jika anak-anak melakukan kerajinan ini, orang dewasa harus melakukan langkah ini.

6.

6
Hiaslah kertas tersebut. Mulailah menghias lembaran kertas yang akan Anda gunakan
untuk menutupi kotak sebelum merekatkan kertas.
 Tambahkan gambar atau tulisan yang diinginkan.
 Tempelkan setiap dekorasi yang diinginkan seperti pita, kancing, gantungan, dll. Jika
lubang koin terlihat compang-camping, bungkus dengan pita untuk menyamarkan hasil
yang kasar.
 Tunggulah lem kering sehingga dekorasi menempel di tempat sebelum melanjutkan.

7.

7
Rekatkan kertas atau kain. Olesi sisi belakang masing-masing potongan dengan
lapisan tipis lem.
 Tekanlah di atas bagian kotak yang sesuai.
 Ketika menempelkan kertas atau kain pada tutup kotak, gunakan sisi tambahan yang
direkatkan di sisi tutup kotak.
 Tunggulah lem kering. Ganti tutup dan mulailah menggunakan celengan Anda!

Anda mungkin juga menyukai