PENYIAPAN TEMPAT TIDUR DAN PEMERIKSAAN FISIK PASIEN
A. Menyiapkan Tempat Tidur Pasien
1. Mengenal tempat tidur Jenis tempat tidur dan metode yang digunakan untuk mengoperasikannya dapat berbeda di berbagai fasilitas kesehatan tetapi prinsip dasar merapikan tempat tidur adalah sama. Baik untuk tinggal ditempat tidur, maupun yang akan merawatnya, kualitas tempat tidur, maupun yang akan merawatnya, kualitas tempat tidur menjadi sangat penting. Suatu tempat tidur secara umum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. a. Individu harus dengan mudah masuk dan keluar. Baik dengan bantuan maupun sendiri b. Keamanan harus terjamin, meskipun dengan beberapa alat bantu c. Pasien atau penghuni harus dengan mudah dapat dirawat (terutama tinggi tempat kerja penting disini) d. Di atas tempat tidur harus dapat diletakkan beberapa alat bantu e. Tempat tidur, kasur dan bantal harus dapat dibersihkan denagn baik. Sebuah tempat tidur disamping memenuhi syarat-syarat diatas sebaiknya juga harus dipat disetel dalam berbagai posisi dan berada diatas roda – roda. Kain yang dipakai untuk tempat tidur adalah kebanyakan katun atau kain imitasi katun. 2. Jenis - Jenis Tempat Tidur Jenis – jenis tempat tidur yang umum digunakan di rumah sakit adalah sebagai berikut a. Tempat tidur gatch. Tempat tidur yang bisa digerakkan dengan tinggi 26 cm. Fasilitas modern dilengkapi dengan tempat tidur yang bisa dinaikkan sampai tinggi yang sesuai untuk memberikan askep dan dapat diturunkan sampai 13 inci. Untuk mengakomodasi pasien yang bisa turun dari tempat tidur posisi daerah kepala dan lutut pada tempat tidur dapat diatur untuk kenyamanan. Hal ini dapat dilakukan dengan memutar engkol tempat tidur. b. Tempat tidur elektrik Hampir sama dengan tempat btidur gatch, dalam hal ini bisa dinaikkan dan diturunkan serta bagian kepala dan lutut bisa disesuaikan. Tempat tidur ini dioperasikan secara elektrikdan sering digunakan dari fasilitas - fasilitas yang besar. c. Tempat tidur circolectric Kerangka tempat tidur khusus yang diletakkan didalam kerangka sirkuler. Kerangka sirkuler ini dapat diputar. Pasien diletakkan dengan aman terlebih dahulu dikerangka dalam sebuah sebelum digerakkan. Keseluruhan kerangka dapat berputar ke depan. Hal ini memnerikan perubahan posisi tanpa menimbulkan tekanan pada pasien. Tempat tidur ini dioperasikan secara elektrik. Setelah diputar, pasien bersandar di abdomennya. d. Tempat tidur stryker/tempat tidur spinal. Kerangka berputar yang bertujuan sama dengan tempat tidur circolektric tetapi dioperasikan secara manual. Setelah pasien aman dikerangka atas, sebuah engkol digunakan untuk memutar keseluruhan kerangka dan pasiennya. Pasien berbaring diatas kerangka tersebut sampai diputar sekali lagi. 3. Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Perawatan Tempat Tidur. a. Hindari kontaminasi pada linen bersih b. Ketika akan mengganti linen pada tempat tidur klien, bawa linen sesuai kebutuhan. Jangan membawa linen berlebihan untuk menghindari terjadinya kontaminasi kuman atau mikroorganisme dan infeksi nasokomial dari satu klien ke klien lain. c. Pada saat memasang linen bersih, bentangkan linen diatas tempat tidur jangan dikibaskan. d. Jangan menmpatkan linen kotor pada tempat tidur klien, meja atau peralatan klien lainnya. e. Saat memasang linen atau alat tenun pada tempat tidur klien, gunakan cara yang efektif dan kerjakan pada satu sisi dulu. Setelah selesai, baru pindah ke sisi yang lain. f. Tempatkan linen atau alat tenun yang kotor pada tempat yang bertutup (ember yang ada tutupnya). Bawa dengan hati-hati jangan menyentuh pakaian perawat dan cuci tangan setelahnya. g. Perawat harus tetap memperhatikan keadaan umum klien selama melaksanakan tindakan. 4. Prinsip perawatan tempat tidur a. Tempat tidur klien harus selalu bersih dan rapih b. Linen diganti sesuai kebutuhan dan sewaktu-waktu, jika kotor c. Penggunaan linen bersih harus sesuai kebutuhan dan tidak boros 5. Menyiapkan tempat tidur Menyiapkan tempat tidur dengan tepat dan sesuai dengan prosedur yang ada merupakan bagian penting dari pekerjaan seorang perawat karena berhubungan dengan kebutuhan dasar pasien yaitu kebutuhan akan rasa aman dan nyaman a. Unoccupied Bed (tempat tidur yang belum ada klien diatasnya) 1) Tempat tidur tertutup Tempat tidur tertutup merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan dan masih tertutup dengan seprai penutup diatasnya. a) Tujuannya yaitu (1) Agar siap pakai sewaktu waktu (2) Agar tampak selalu rapi (3) Memberikan perasaan senang dan nyaman pada klien b) Persiapan alat (1) Tempat tidur, kasur dan bantal (2) Alat tenun disusun menurut pemakaiannya (3) Alas kasur (4) Laken/ sprei besar (5) Perlak (6) Stik laken (7) Selimut dilipat terbalik (8) Sarung bantal (9) Sprei penutup c) Prosedur pelaksanaan (1) Cuci tangan (2) Letakkan alat tenun yang telah disusun sesuai pemakaian didekat tempat tidur (3) Pasang alas kasur dan kasur (4) Pasang seprei besar (5) Letakan perlak melingkar kasur kurang lebih 50 cm dari bagian kepala (6) Letakkan stik laken diatas sprei melintang kemudian masukkan sisi- sisinya ke bawah kasur bersama dengan perlak (7) Pasang boven pada kasur daerah bagian kaki, pada bagian atas yang terbalik masukkan ke bawah kasur kurang lebih 10 cm kemudian ujung sisi bagian bawah dibentuk 90 0dan masukkan ke bawah kasur. Tarik sisi sampai ternbentang. (8) Lipat ujung atas boven sampai tampak garis atau pitanya (9) Masukkan bantal ke dalam sarungnya dan letakkan di atas tempat tidur dengan bagian yang terbuka dibagian bawah (10)Passang seprei penutup (11)Cuci tangan 2) Tempat tidur terbuka Tempat tidur terbuka merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan tanpa seprei penutup. Tujuan prosedur ini agar dapat segera digunakan. Prosedur ini juga baru dilakukan ketika ada klien baru atau pada tempat tidur klien baru atau pada tempat tidur klien yang dapat atau boleh turun dari tempat tidur a) Persiapan alat (1) Tempat tidur, kasur dan bantal (2) Alat tenun disusun menurut pemakaiannya (3) Alas kasur (4) Laken / sprei besar (5) Perlak (6) Stik laken (7) Boven laken (8) Selimut dilipat (9) Sarung bantal b) Prsedur pelaksanaan Seperti menyiapkan tempat tidur tertutup, tetapi tidak dipasang over laken. Jika telah tersedia tempat tidur tertutup, angkat over laken kemudian lipat c) Tempat tidur pasca operasi Merupakan tempat tidur yang disiapkan untuk klien pasca operasi yang mendapat obat bius. (a) Tujuan - Menghangatkan klien - Mencegah penyulit / komplikasi pasca operasi (b) Persiapan alat - Tambahkan satu selimut tebal pada alat tenun untuk tempat tidur terbuka - Perlak dan handuk dalam satu gulungan dengan handuk dibagian dalam - Termometer air jika ada (c) Prosedur pelaksanaan - Cuci tangan - Pada tempat tidur terbuka, angkat bantal dan bentangkan gulungan perlak dan handuk pada bagian kepala - Pasang selimut tambahan hingga menutup seluruh permukaan tempat tidur - Letakkan buli-buli panas diantara seprei dan selimut pada bagian kaki, arahkan mulut buli-buli panas kepinggir tempat tidur - Angkat buli buli panas sebelum klien dibaringkan, setelah kembali dari kamar bedah - Lipat pinggir selimut tambahan bersama-sama selimut dari atas tempat tidur pada salah satu sisi tempat masuknya klien, sampai batas pinggir kasur, lipat sampai sisi yang lain. - Cuci tangan b. Occupied Bed (mengganti alat tenun dengan klien diatasnya) Mengganti alat tenun kotor tanpa pada tempat tidur klien tanpa memindahkan klien. Prosedur ini dilakukan pada tempat tidur klien yang tirah baring total (tidak sadar) 1) Tujuan a) memberikan perasaan senang pada klien b) mencegah terjadinya decubikus c) memelihara kebersihan dan kerapihan 2) prosedur sama dengan mengganti dan memasang alat tenun pada tempat tidur, tetapi dilakukan sebagian-sebagian dari tempat tidur tersebut 3) persiapan alat a) alat tenun bersih disusun menurut pemakaiannya b) kursi atau bangku c) tempat kain kotor yang bertutup d) dua ember kecil berisi larutan desinfektan dan air bersih 4) persiapan klien klien diberitahu jika memungkinkan / klien sadar 5) prosedur pelaksanaan a) cuci tangan b) bawa alat yang telah disiapkan ke dekat klien c) bersihkan rangka tempat tidur d) letakkan bantal dan selimut klien yang tidak perlu dikursi e) miringkan klien ke satu sisi f) lepaskan alat tenun pada bagian yang kosong, dari bawah kasur lalu gulung satu persatu sampai dengan dibawah punggung klien. - Gulung stik laken ke tengah tempat tidur sajauh mungkin - Bersihkan perlak dengan larutan desinfektan dan keringkan lalu gulung ke tempat tidur sejauh mungkin - Gulung laken / sprei besar ke tengah tempat tidur sejauh mungkin - Ersihkan alas tempat tidur dan kasur dengan lap lembab larutan desinfektan, lalu lap dengan lap kering. - Bentangkan sprei besar bersih dan gulung setengah bagian, letakkan gulungannya dibawah panggung klien, ratakan setengah bagian lagi kenudian pasangkan dibawah kasur - Gulung pelak dan ratakan kembali - Bentangkan stik laken bersih diatas perlak, gulung setengah bagian dan letakkan dibawah punggung klien, ratakan setengah bagian lagi diatas perlak, lalu masukkan dibawah kasur bersama dengan perlak. - Setelah selesai dan rapi pada salah satu bagian, miringkan klien ke arah berlawanan yang tadi telah dibersihkan - Lepaskan alat tenun yang kotor dari bawah kasur - Angkat stik laken dan masukkan pada tempat kain kotor - Bersihkan perlak seperti tadi, kemudian gulung ke tengah - Lepaskan laken kotor dan masukkan ke tempat kain kotor - Bersihkan alas tempat tidur dan kasur seperti tadi - Buka gulungan laken dari bawah punggung klien, tarik dan ratakan setengah kemudian masukkan kebawah kasur - Pasang perlak dan sprei seperti tadi - Lepaskan sarung bantal dan guling yang kotor ratakan isinya kemudian pasang sarung bantal yang bersih. - Susun bantal, lalu baringkan kembali klien dalam sikap yang nyaman - Ganti selimut kotor dengan yang bersih - Bereskan alat dan kembalikan ketempatnya - Cuci tangan B. Pemeriksaan Fisik Pasien 1. Pengertian Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan respon terhadap terapi tersebut. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematik dan komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. 2. Teknik Pemeriksaan Fisik Adapun teknik - teknik pemeriksaan fisik adalah : a. Inspeksi Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang dibentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi lokal yang berfokus pada suatu sistem tunggal atau bagian dan biasanya menggunakan alat khusus seperti optalomoskop, otoskop, speculum, dan lain lain. Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi dan penonjolan dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. b. Palpasi Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggubakan indra peraba dengan meletakkkan tangan pada bagian tubuh yang dapat dijangkau tangan. Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba, tangan dan jari jari untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti, temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan. Hal yang dideteksi adalah suhu, kelembaban tekstur, gerakan, vibrasi petumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi. c. Perkusi Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan, permukaan tubuh untuk menghasilkan bunyi yang akan membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur dibawahnya. Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya(kiri/kanan) dengan menghasilkan suara yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/lokasi dan konsistesni jaringan. d. Auskultasi Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam macam organ dan jaringan tubuh. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas dan bising usus. 3. Tujuan pemeriksaan fisik Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan : a. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien. b. Untuk menambah, menginformasi atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan. c. Untuk menginformasi dan mengidentifikasi diagnosis keperawatan. d. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan dan penatalaksanaan. e. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan Namun demikian, masing masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang akan dijelaskan nanti disetiap bagian tubuh yang akan dilakukan pemeriksaan fisik Manfaat pemerikaan fisik adalah : a. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan b. Mengetahui masalah kesehatan yang dialami klien c. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat d. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan 4. Prosedur Pemeriksaan Fisik a. Persiapan alat Meteran, timbangan badan, penlight, stetoskop, tensimeter, termometer, arloji, refleks hammer, ostoskop, handscoon bersih, tisu, dan buku catatan keperawatan. Alat alat diletakkan didekat tempat tidur klien yang akan diperiksa. b. Persiapan lingkungan Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat dan cukup penerangan. Misalnya menutup pintu / jendela atau skerem untuk menjaga privasi klien. c. Klien (Fisik dan Psikologis) Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks. 5. Pelaksanaan a. Pemeriksaan kulit dan kuku Tujuan : 1) Mengetahui kondisi kulit dan kuku 2) Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi kerusakan jaringan stempat dan hidrasi Persiapan 1) Pemeriksaan kulit a) Inspeksi : kebersihan, warna pigmentasi, lesi / perlukaan, pucat sianosis dan ikterik. Keadaan normal : kulit tidak ada ikterik/ pucat/sianosis b) Palpasi : kelembaban, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor baik/elastis dan tidak ada edema. Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. 2) Pemeriksaan Kuku a) Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku. Keadaan normal: kulit tidak ada ikterik / pucat / sianosis b) Palpasi : ketebalan kuku dan capilari refil (pengisian kapiler). Keadaan normal : aliran darah kuku akan kembali < 3 detik. Setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan keadaan normal, lalu dokumentasi hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. c) Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher. Posisi klien : duduk, untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat berhadapan dengan klien. b. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher 1) Pemeriksaan kepala Tujuan a) Mengetahui bentuk dan fungsi kepala b) Mengetahui kelaianan yang terdapat dikepala Persiapan alat : a) Lampu b) Sarung tangan (jika diduga lesi atau luka) Prosedur pelaksanaan a) Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut. Keadaan normal : simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda – tanda kekurangan gizi (rambut jagung dan kering) b) Palpasi : adanya pembengkakan / penonjolan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh. Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil didapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat. 2) Pemeriksaan wajah a) Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk dan kesimetrisan Keadaan normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat / ikterik, simetris b) Palpasi : nyeri tekan dahi dan edema, pipi dan rahang. Keadaan normal : tidak ada nyerintekan dan edema Setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang didapatkan dengan membandingkan dengan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. c. Pemeriksaan mata Tujuan 1) Mengetahui bentuk dan fungsi mata 2) Mengetahui adanya kelainan pada mata Persiapan alat : 1) Senter kecil 2) Surat kabar atau majalah 3) Kartu Snellen 4) Penutup mata 5) Sarung tangan Prosedur pelaksanaan 1) Inspeksi : bentuk, kesimetrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimetrisan bola mata, warna konjungtiva dan sklera (anemis / ikterik), penggunaan kacamata atau lensa kontak, dan respon terhadap cahaya. Keadaan normal : simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva merah muda dan sklera berwarna putih. 2) Tes ketajaman penglihatan Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain. Tajam penglihatan tersebut merupakan derajat persepsi detail dan kontur beda. Visus tersebut dibagi dua, yaitu : a) Visus sentralis Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat. Visus sentralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi. Visus sentralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda-benda dekat misalnya membaca, menuis dan lain-lain. Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jauh jatuh diretina. b) Visus perifer Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis visus sentralis jauh tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf snellen yang dilihat pada jarak 20 feet atau sekitar 6 meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya e’20/20 maka tajam penglihatannya dikatakan normal. Setelah diadakan pemeriksaan mata, evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan keadaan normal, lalu dokumentasikan hsil pemeriksaan yang didapat tersebut. d. Pemeriksaan telinga Tujuan Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga dan fungsi pendengaran. Persiapan alat : 1) Arloji jarum detik 2) Garputala 3) Spekulum telinga 4) Lampu kepala. Prosedur pelaksanaan 1) Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/ tanda-tanda infeksi) alat bantu dengar. Keadaan normal : bentuk dan poisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi dan alat bantu dengar. 2) Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid dan tragus. Keadaan normal tidak ada nyeri tekan. Setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. e. Pemeriksaan hidung dan sinus Tujuan 1) Mengetahui bentuk dan fungsi hidung 2) Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi Persiapan alat 1) Spekulum hidung 2) Senter kecil 3) Lampu penerang 4) Sarung tangan Prosedur pelaksanaan 1) Inspeksi : hidung eksternal, (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga hidung (lesi, sekret, sumbatan, perdarahan) hidung internal (kemerahan, lesi, tanda-tanda infeksi) keadaan normal : simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda tanda infeksi. 2) Palpasi dan perkusi frontalis dan maksilaris( bengkak, nyeri dan septum deviasi). Keadaan normal : tidak ada bengkak dan nyeri dan septum deviasi) keadaan normal : tidak ada bengkak dan nyeri tekan Setela diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. f. Pemeriksaan mulut dan bibir Tujuan Mengetahui bentuk kelainan mulut Persiapan alat : 1) Senter kecil 2) Sudip lidah 3) Sarung tangan bersih 4) Kasa Prosedur pelaksanaan 1) Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi dan stomatitis. Keadaan normal : mukosa mulut dan bibir berwarna merah muda, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis. 2) Inspeksi dan palpasi struktur dalam : gigi lengkap / penggunaan gigi palsu, perdarahan atau radang gusi, kesimetrisan , warna posisi lidah dan keadaan langit – langit. Keadaan normal : gigi lengkap, tidak ada tanda tanda gigi berlubang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit – langit utuh dan tidak ada tanda infeksi. Setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. g. Pemeriksaan leher Tujuan 1) Menentukan struktur integritas leher 2) Mengetahui bentuk leher, serta organ yang berkaitan 3) Memeriksa sistem limfatik Persiapan alat : stetoskop Prosedur pelaksanaan : 1) Inspeksi leher: warna integrita, bentuk simetris. Keadaan normal : warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar gondok. 2) Inspeksi dan auskultasi arteri karotis : lokasi pulsasi. Keadaan normal : arteri karotis terdengar. 3) Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid (nodus/difus, pembesaran, batas, konsistensi, nyeri pembesaran), kelenjar parotis (letak, terlihat/teraba). Keadaan normal : tidak teraba pembesaran kelenjar gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kelenjar limfa dan tidak ada nyeri. 4) Auskultasi : bising pembuluh darah Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. h. Pemeriksaan dada (dada dan punggung) Posisi klien : berdiri, duduk dan berbaring Cara / prosedur Tujuan : 1) Sistem pernafasan Tujuan : a) Mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi, keadaan kulit dan dinding dada. b) Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan c) Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus. Persiapan alat : a) Stetoskop b) Penggaris sentimeter c) Pensil penanda Prosedur pelaksanaan : a) Inspeksi : kesimetrisan, bentuk / postur dada, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman dan upaya pernafasan/penggunaan otot otot bantu pernafasan) warna kulit, lesi , edema pembengkakan / penonjolan. Keadaan normal : simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda - tanda distres pernafasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik / sianosis, tidak ada pembengkakan/ penonjolan/ edema. b) Palpasi : simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, traktil fremitus. Perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “”enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien. Keadaan normal : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil fremitus cebderung sebelah kanan lebih teraba jelas. c) Perkusi : paru, ekskrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu sisi yang lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi) keadaan normal : resonan(dug, dug,dug) jika bagian padat lebigh daripada bagian udara = pekak (blek, blek, blek) jika bagian udara lebih besar dari bagian padat= hipersonan (deng, deng, deng), batas jantung = bunyi resonan hilang redup d) Auskultasi : suara nafas, trakea, bronkus, paru (dengarkan dengan menggunakan stetoskop dilapang paru kika, di RIC 1 dan 2, diatas manubrium dan diatas trakea). Keadaan normal : bunyi nafas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal. Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. 2) Sistem kardiovaskuler Tujuan a) Mengetahui ketidaknormalan denyut jantung b) Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar c) Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal d) Mendeteksi gangguan kardiovaskuler Persiapan alat : a) Stetoskop b) Senter kecil Prosedur pelaksanaan a) Inspeksi : muka, bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis b) Palpasi : denyutan, keadaan normal untuk inspeksi dan denyutan aorta teraba c) Perkusi : ukuran, bentuk dan batas jantung (lakukan dari arah sampiungke tengah dada dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup). Keadaan normal: batas jantung tidak lebih dari 4,7,10, cm ke arah kiri dari garis mid sterna, pada RIC 4,5 dan 8. d) Auskultasi : bunyi jantung, arteri karotis (gunakan bagian diafragma dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung. Keadaan normal : terdengar bunyi jantung 1/S1(lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4) Setelah dilakukan pemeriksaan sistem kardiovaskuler evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. i. Dada dan Aksila Tujuan 1) Mengetahui adanya masa atau ketidakteraturan dala jaringan payudara 2) Mendeteksi awal adanya kangker payudara Persiapan alat Sarung tangan sekali pakai (jika diperlukan) 1) Inspeksi payudara : integritas kulit 2) Palpasi payudara : bentuk simetris, ukuran, aerola, puting, dan penyebaran vena 3) Inspeksi dan palpasi aksila : nyeri, pembesaran nodus limfa, konsistensi. Setelah diadakan pemeriksaan dada dan aksila evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. j. Pemeriksaan Abdomen Posisi klien : berbaring Tujuan : 1) Mengetahui bentuk dan gerakan gerakan perut 2) Mendengarkan suara peristaltik usus 3) Meneliti tempat nyeri tekan, oragn organ dalam rongga perut benjolan dalam perut Persiapan 1) Posisi klien : berbaring 2) Stetoskop 3) Penggaris kecil 4) Pensil gambar 5) Bantal kecil 6) Pita pengukur Prosedur pelaksanaan 1) Inspeksi : kuadran dan simetris, kontur, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelaianan umbilikus dan gerakan dinding perut. Normal : simetris kika, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik, tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena dan kelainan umbilikus. 2) Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) disemua kuadran, (bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan frictionrub : aorta, arteri reanlis, arteri iliaka. Keadaan normal : suara peristaltik terdengar setiap 5 s/d 20 kali / detik, terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta. 3) Perkusi semua kuadran: mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaimana kualitas bunyi nya 4) Perkusi hepar : batas 5) Perkusi limfa : ukuran dan batas 6) Perkusi ginjal : nyeri, Keadaan normal : timpani, bila hepar dan limfa membesar = redup dan apabila banyak cairan = hipertimpani 7) Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan) : massa, karakteristik organ, adanya asites, nyeri irreguler, lokasi dan nyeri dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu. Keadaan normal : tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan. Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. k. Pemeriksaan ektremitas atas (bahu, siku dan tangan) Posisi klien : berdiri maupun duduk Tujuan : 1) Memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian 2) Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian bagian tertentu. 3) Alat : meteran Prosedur pelaksanaan 1) Inspeksi struktur muskuloskeletal : simetris dan pergerakan, integritas ROM, kekuatan dan tonus otot. Keadaan normal : simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif dan kekuatan otot penuh 2) Palpasi : arteri femoralis, arteri poplitea, arteri dorsalis pedis : denyutan. Keadaan normal : teraba jelas 3) Tes refleks : tendon patella dan archilles. Keadaan normal : reflek patella dan archilles pasif. Setelah diadakan pemeriksaan ekstremitas bawah, evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. l. Pemeriksan genitalia (alat genital, anus, rectum) Posisi klien : pria berdiridan wanita litotomi 1) Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genitalia 2) Mengetahui adanya abnormalitas pada genitalia misalnya varises, edema, tumor/benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah. 3) Melakukan perawatan genitalia 4) Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan Alat : 1) Lampu yang dapat diatur pencahayaannya 2) Sarung tangan m. Pemeriksaan rectum Tujuan 1) Mengetahui kondisi anus dan rektum 2) Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal 3) Mengetahui integritas springter anal eksternal 4) Memeriksa kanker rektal Alat 1) Sarung tangan sekali pakai 2) Zat pelumas 3) Pentangan untuk pemeriksaan Prosedur pelaksanaan 1) Wanita a) Inspeksi genitalia eksternal : mukosa kulit, kontur simetris, edema pengeluaran. Keadaan normal : bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, simetris tidak ada edema dan tanda tanda infeksi (pengeluaran pus/bau) b) Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa dan pengeluaran. c) Palpasi vagina, uterus dan ovarium : letak, ukuran, konsistensi dan masa d) Pemeriksaan anus dan rektum : feses, nyeri, massa edema hameroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan. Keadaan normal : tidak ada nyeri, tidak ada edema/hemoroid/polip/tanda tanda infeksi dan perdarahan. Setelah diadakan pemeriksaan pemeriksan genitalia, evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut. 2) Pria a) Inspeksi dan palpasi penis: integritas kulit, massa dan pengeluaran. Keadaan normal : integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, dan tidak ada pengeluaran pus atau darah. b) Inspeksi dan palpasi skrotum : integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan testis dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan. c) Pemeriksaan anus dan rektum : feses, nyeri massa, edema, hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan perdarahan. Keadaan normal : tidak ada nyeri, tidak terdapat edema/hemoroid/polip/tanda tanda infeksi dan perdarahan Setelah diadakan pemeriksaan dada dan genitalia wanita evaluasi hasil yang didapat dengan membandingkan keadaan normal, lalu dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut