Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 11

ATRESIA ANI

Dosen pembimbing:

Prasetya Ningsih ,S,ST,M.Kes

Disusun Oleh:

RINI ROSANI

180101029

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES PIALA SAKTI

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat limpahan rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah “ Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan ATRESIA ANI”. Selain
bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak.
Makalah ini juga disusun dengan maksud agar teman-teman mahasiswa dapat
memperluas ilmu dan pengetahuan tentang Hirsprung.
Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas dan sederhana sehingga
akan mudah dipahami, dalam pembuatannya kami mendapatkan informasi dari
berbagai sliterature, yang berhubungan dan sesuai dengan apa yang sudah
disarankan demi untuk memperoleh hasil yang optimal walaupun masih banyak
ada kekurangan.
Semoga makalah mengenai bermanfaat bagi semua pihak khususnya
teman-teman mahasiswa, Terimakasih. 

Pariaman, 4 November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................4

1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................5

BAB 2 Landasan Teori......................................................................................6

2.1 Pengertian Atresia Ani................................................................................6

2.2 Klasifikasi/Jenis...........................................................................................6

2.3 Etiologi..........................................................................................................7

2.4 Faktor Predisposisi......................................................................................7

2.5 Patofisiologi..................................................................................................7

2.6 Tanda dan Kejala........................................................................................8

2.7 Komplikasi...................................................................................................9

2.8 Penatalaksanaan..........................................................................................9

2.9 Pencegahan.................................................................................................10

BAB 3 TINJAUAN KASUS............................................................................11

3.1 Kasus...........................................................................................................11

BAB 4 PENUTUP............................................................................................13

4.1 Kesimpulan................................................................................................13

4.2 Saran...........................................................................................................13

SOAL ARTESIA ANI.....................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal,


adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna,
termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti. Insiden 1 : 5000
kelahiran yang dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom
VACTRERL ( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb). Dalam asuhan
neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital pada anus
dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi
gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.

Atresiani termasuk kelainan kongenital yang cukup sering dijumpai,


menunjukkan suatu keadaan tanpa anus atau dengan anus yang tidak sempurna.
Frekuensi seluruh kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-
10000 kelahiran, sedangkan atresi ani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan
kongenital pada neonatus Frekuensi paling tinggi didapatkan pada ras kaukasia
dan kulit berwarna, sedangkan pada negro, frekuensi paling rendah. Walau pun
kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa
terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karena putusnya saluran
pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat bayi
dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya gangguan atau
berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta
traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia
kehamilan.

Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal


anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R, 2001).
Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit atresia
ani, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni
down syndrome (5-10%) dan kelainan urologi (3%). Hanya saja dengan adanya
fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks vesikoureter,
hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3 kasus) (Swenson dkk,
1990).

4
1.2 Rumusan Masalah
A. Apakah definisi dari atresia ani ?
B. Bagaimanakah klasifikasi atau jenis atresia ani ?
C. Apakah etiologi atresia ani ?
D. Apa sajakah fakor pedisposisi atresia ani ?
E. Apakah patofisiologi atresia ani ?
F. Bagaimanakah tanda dan gejala dari atresia ani ?
G. Apa sajakah komplikasi dari atresia ani ?
H. Apa sajakah penatalaksanaan atresia ani ?
I. Apa saja pencegahan atresia ani ?
J. Bagaimanakah contoh kasus dan SOAP tentang Atresia Anus ?

1.3 Tujuan Penulisan


A. Untuk mengetahui definisi atresia ani.
B. Untuk mengetahui klasifikasi dan jenis dari atresia ani
C. Untuk mengetahui etiologi atresia ani.
D. Untuk mengetahui faktor predisposisi dari atresia ani
E. Untu mengetahui patofisiologi atresia ani.
F. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari atresia ani.
G. Untuk mengetahui komplikasi atresia ani.
H. Untuk mengetahui penatalaksanaan atresia ani .
I. Untuk mengetahui pencegahan atresia ani.
J. Untuk mengetahui contoh kasus dan SOAP tentang Atresia Anus

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Atresia Anus
Istilah atresia ani memiliki beberapa defenisi dari para ahli, Yaitu : Istilah
atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya  tidak ada dan
trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah  kedokteran, atresia ani
adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang yang normal.

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus


imperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002).
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus (Donna, 2003). Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan
embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suradi, 2001).

Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi


membran yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna.  Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam
atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum
(Purwanto, 2001). Jadi atresia ani adalah kelainan kongenital dimana anus tidak
mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan
kloaka yang terjadi saat kehamilan.

2.2 Klasifikasi/Jenis

Klasifikasi atresia ani, yaitu :

A. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses


tidak dapat keluar.
B. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
C. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum
dengan anus.
D. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
E. Anus imperforata dan ujung rektum buntu terletak pada berbagai jarak dari
peritoneum.
F. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rektum yang buntu.

Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi, yaitu :

A. Anomali rendah / infralevator Rektum mempunyai jalur desenden normal


melalui otot puborektalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang

6
berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan
dengan saluran genitourinarius.
B. Anomali intermediet Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot
puborectalis, lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang
normal.
C. Anomali tinggi / supralevator Ujung rectum di atas otot puborectalis dan
sfingter internal tidak ada.Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula
genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan).Jarak
antara ujung rectum buntu sampai kulit perineum lebih dari 1 cm.

Klasifikasi menurut letaknya :

A. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M.


puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit
perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel
ke saluran kencing atau saluran genital.
B. Intermediate : rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak
menembusnya.
C. Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara
kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.

2.3 Etiologi

Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada 
sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan oleh :

A. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena


gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik.
B. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir
tanpa lubang anus.
C. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena
ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu
atau 3 bulan.
D. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan
otot dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal
mungkin tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang
terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani.
E. Genetik dan abnormalitas kromosom
F. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah
usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara
minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

7
2.4 Faktor Predisposisi

Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir,
seperti :

A. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomali pada


gastrointestinal.
B. Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinari.
2.5 Patofisiologi

Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal


secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian
belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang  menjadi kloaka yang
merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena
adanya penyempitan pada kanal anorektal.Terjadi atresia anal karena tidak ada
kelengkapan dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam
perkembangan fetal.Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam
agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina.Tidak ada pembukaan
usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi.Putusnya saluran pencernaan
dari atas hingga daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus.

2.6 Tanda Gejala (Ngastiyah, 2005)

Tanda dan gejala yang sering timbul, yaitu :

A. Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat
defekasi mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih
tinggi.
B. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila
bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal,
tidak pernah rektourinarius.
C. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir
di kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal.
D. Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah
kelahiran. (Suriadi,2001).
E. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
F. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
G. Perut kembung 4-8 jam setelah  lahir.
H. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
I. Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
J. Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah

8
K. Bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan
intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan
terlihat menonjol (Adele,1996)

2.7 Komplikasi
A. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
B. Obstruksi intestinal
C. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.

Komplikasi jangka panjang :

A. Eversi mukosa anal.


B. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
C. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
D. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
E. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
F. Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi.(Betz,
2002)

2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan dalam tindakan atresia ani yaitu :
A. Pembuatan kolostomi, Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang
dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan
feses.Pembuatan lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar
atau colon iliaka.Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari
setelah lahir. Kemudian dilanjutkan dengan operasi "abdominal pull-
through"
B. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty), Bedah definitifnya, yaitu
anoplasty dan umumnya ditunda 9 sampai 12 bulan.Penundaan ini
dimaksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-
otot untuk berkembang.Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk
menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.
C. Tutup kolostomi, Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya
beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui anus.
Pertama, BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang
frekuensinya dan agak padat.
D. Dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar, atau
speculum
E. Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan
dengan dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua.

9
F. Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui
anoproktoplasti pada masa neonates.
G. Melakukan pembedahan rekonstruktif ;
1. Operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun)
2. Operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-2 bulan)
3. Pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
H. Penanganan pasca operasi
1. Memberikan antibiotic secara iv selama 3 hari
2. Memberikan salep antibiotika selama 8-10 hari

2. Pemeriksaan Penunjang

Untuk memperkuat diagnosis diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :

A. Pemeriksaan radiologis Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya


obstruksi intestinal.
B. Sinar X terhadap abdomen
C. Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
D. Ultrasound terhadap abdomen Digunakan untuk melihat fungsi organ
internal terutama dalam sistem pencernaan dan mencari adanya faktor
reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
E. CT Scan Digunakan untuk menentukan lesi.
F. Pyelografi intra vena Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
G. Pemeriksaan fisik rectum Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur
dengan menggunakan selang atau jari.
H. Rontgen orgam abdomen dan pelvis Juga bias digunakan untuk
mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus
urinarius.

2.8 Pencegahan

Pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak terjadi atresia ani antara lain
bagi ibu yang sedang hamil agar berhati – hati terhadap penggunaan obat,
makanan awetan, alkohol atau zat lain yang berbahaya. Bagi orang tua yang baru
memiliki bayi harus segera memeriksa kondisi fisik bayinya apakah lengkap
organ tubuhnya atau tidak, sehingga bila ada kelainan dapat segera diketahui dan
ditangani.

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 KASUS

Bayi Ny.A lahir 8 Desember 2016/06.00 WIB. Di Puskesmas Sayang Ibu.


Seorang bidan menyatakan hasil pemeriksaan sebagai berikut: tanda bugar janin
dalam keadaan normal, A/S benilai 9/10, pemeriksaan fisik pada perut (kembung,
tidak ada kelainan pada dinding perut seperti omfalokel, hernia diafragmatika).
Tali pusat : tidak ada tanda-tanda perdarahan tali pusat, Genetalia (vagina dan
uretra berlubang, labia mayora menutupi labia minora, tidak ada lubang anus). Ibu
mengatakan ini anak pertamanya.

A. SOAP

Tanggal Lahir : 8 Desember 2016 jam 06.00 Wib

Tanggal Pengkajian : 8 Desember 2016 jam 06.30 Wib

S : Ibu mengatakan ini persalinan anak pertamanya. Bayi lahir tanggal  8 Desmber
2016 jam 06.00 Wib

O : Bayi lahir spontan, segera menagis, bergerak aktif, seluruh tubuh kemerahan,
A/S : 9/10, Jenis kelamin: Perempuan. N : 130x/i. S : 37.5 C/axila. P : 45x/i.
Kepala: tidak ada molase, tidak ada kelainan bentuk kepala seperti/ hidrosephalus,
mikrosephalus, sephal hematom, caput succedaneum, pada ubun-ubun besar
terdapat 4 sutura diantaranya S. Frontalis, S. Sagitalis, 2 S. Koronalis. Pada ubun-
ubun kecil terdapat 3 sutura diantaranya S. Lamboideus kanan & kiri dan S.
Sagitalis, Muka: bentuk muka bulat, tekstur kulit halus, tidak ada tanda-tanda
paralisis, tidak sianosis. Mata: kedudukan mata simetris, sklera putih, tidak ada
perdarahan pada konjungtiva, tidak bengkak pada kelopak mata, refleks cahaya
(+). Telinga: kedudukan antara telinga kanan dan telingan kiri simetris dan sejajar
dengan mata, daun telinga terbentuk sempurna, telinga bersih, tidak ada serumen.
Hidung: septum nasi lurus, hidung bersih, lubang hidung kanan dan kiri simetris,
pernapasan melalui hidung. Mulut dan gigi: mulut bersih, bibir atas dan bibir
bawah simetris, mukosa lembab, tidak ada kelainan pada bibir seperti labioschisis
dan labiopalatoschisis (pada palatum), lidah bersih. Leher: Tidak ada pembesaran
vena jugularis, teraba denyut nadi karotis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada lipatan berlebihan dibelakang

11
leher. Dada: bentuk dada menonjol, kedudukan puting susu simetris, tampak
denyut jantung, RR 45x/menit tidak ada benjolan pada area dada, terdengar BJ1
Lup BJ2 Dup. Abdomen: kembung, tidak ada kelainan pada dinding perut seperti
omfalokel, hernia diafragmatika. Tali pusat tidak terdapat perdarahan tali pusat.
Genetalia: terdapat lubang uretra dan vagina, labia mayora menutupi labia minora,
tidak ada lubang anus. Ekstremitas: atas, tidak ada kelainan pada jumlah jari pada
tangan kanan dan kirir. Ekstremitas bawah : antara kaki kanan dan kiri simetris,
tidak ada kelainan kongenital, tidak ada kelainan jumlah jari antara kaki kanan
dan kaki kiri. Punggung tidak ada tanda lahir, tidak terdapat spina bifida.
Pemeriksaan refleks: Refleks gallans(+), Refleks morrow(+), Refleks rooting(+),
Refleks sucking(+), Refleks tonik(+), Refleks graps(+), Refleks gallans(+),
Refleks babinski(+). Pengukuran antropometri: Sirkumferensia Fronto –
occipitalis : 34 cm, Sirkumferensia Mento – occipitalis : 35 cm, Sirkumferensia
Suboksipito- bregma : 32 cm. Pengukuran antropomentri : BB 3000 gr, PB : 45
cm, LIDA : 31 cm, LIPA : 32 cm. Pemeriksaan penunjang : Belum dilakukan
pemeriksaan penunjang

A : Bayi Ny. A lahir 30 menit yang lalu dengan atresia ani

P : Pukul 07.00 Wib

1. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga klien. Keluarga pecaya


kepada petugas kesehatan untuk menagani permasalahan bayinya

2. Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi anaknya. Keluarga mengerti dan


paham atas penjelasan yang diberikan

3. Memberikan dukungan emosional dan keyakinan pada ibu. Ibu dan keluarga
bersabar atas kondisi yang dialami anaknya

4. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga pasien. Pasien


mengerti dan paham atas tindakan yang akan diberikan

Pukul 07.10 Wib

1. Melakukan pemeriksaan lubang anus. Pada anus bayi tidak terdapat lubang

2. Menjaga bayi agar tetap hangat dengan Keringkan bayi dengan


seksama,Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat,Selimuti
bagian kepala bayi. Bayi terbungkus dengan kain kering

Pukul 07. 30 Wib

1. Melakukan persiapan untuk merujukan dan rujuk ke rumah sakit yang


menyediakan pelayanan pengoperasian atresia ani. Bayi akan dirujuk jam 08.00
Wib

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai
lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang
terjadi saat kehamilan. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum
urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan
anus dari tonjolan embrionik. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan
daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. Gangguan organogenesis
dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat
bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan.

Namun demikian terjadi juga keadaan ini tidak terdeteksi, dan baru
diketahui setelah bayi tidak bias BAB dan terlihat gejala sumbatan diusus.Untuk
memastikan jenis atresia dan posisinya pastinya, dilakukan pemeriksaan ronsen
plus zat kontras. MRI atau CT Scan dan juga bisa menentukan jenis dan ukuran
atresia.

Tindakan pembedahan merupakan satu-satunya cara pengobatan atresia


ani. Yaitu berupa membuat saluran darurat di dinding perut bayi (colostomy)
untuk menyalurkan feses, beberapa bulan kemudian baru dipindahkan ke bagian
anusnya.

Saran

1.Bagi para ibu


Bagi ibu agar menjaga kesehatan anaknya dan memeperhatikan tumbuh kembang
anaknya.

2. Bagi tenaga kesehatan

Bagi tenaga kesehatan agar lebih memperhatikan kesehatan ibu hamil dan
memantau kehaamilannya dan mencegah agar tidak ada gangguan dalam
kehamilannya, sehingga nantinya anak akan lahir dengan sehat tanpa ada cacat
atau kelainan lain.

13
SOAL ATRESIA ANI

1. Sebutkan tanda dan gejala dari atresia ani?


a. Mekonium pada bayi keluar
b. Tinja keluar dati vagina atau uretra
c. Perut mengembung
d. Muntah
2. Sebutkan factor penyebab atresia ani?
a. Putus nya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur
b. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik
c. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12
minggu atau 3 bulan
d. Factor herediter
e. Semua benar
3. Yang bukan manifestasi klinis dari atresia ani meliputi?
a. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi
c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang benar letak
nya
d. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi anus (bila tidak
ada fistula)
4. Atresia ani terjadi karena kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
kandungan berusia?
a. 4 minggu
b. 8 minggu
c. 10 minggu
d. 12 minggu
e. 16 minggu
5. Seorang bayi berusia 3 bulan mengalami atresia ani sedang dirawat
diruangan bedah anak. Saat pemeriksaan perut keras, dan bila minum ASI
muntah dan anak rewel, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapat data:
frekuensi nadi 120x/menit, frekuensi pernapasan 40x/menit, suhu 37,5 ºc,
pertanyaan nya apakah masalah keperawatan anak tersebut?
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Gangguan dari rasa nyaman (kembung)
d. Gangguan dari eliminasi fekul( obstipasi)
e. Gangguan integritas kulit

14
DAFTAR PUSTAKA.

Sudarti.2010. KELAINAN DAN PENYAKIT PADA BAYI DA


ANAK.YOGYAKARTA : Nuha Medika

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN


BALITA.Yogyakarta : Fitramaya

Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Betz, Cealy L. &
Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3. Jakarta :
EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi


ke-6. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri


Kurnianianingsih (ed),

Monica Ester (Alih Bahasa). Keperawatan Pediatrik. Edisike-3. Jakarta :


EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai