ATRESIA ANI
Dosen pembimbing:
Disusun Oleh:
RINI ROSANI
180101029
PRODI S1 KEPERAWATAN
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat limpahan rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah “ Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan ATRESIA ANI”. Selain
bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak.
Makalah ini juga disusun dengan maksud agar teman-teman mahasiswa dapat
memperluas ilmu dan pengetahuan tentang Hirsprung.
Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas dan sederhana sehingga
akan mudah dipahami, dalam pembuatannya kami mendapatkan informasi dari
berbagai sliterature, yang berhubungan dan sesuai dengan apa yang sudah
disarankan demi untuk memperoleh hasil yang optimal walaupun masih banyak
ada kekurangan.
Semoga makalah mengenai bermanfaat bagi semua pihak khususnya
teman-teman mahasiswa, Terimakasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................4
2.2 Klasifikasi/Jenis...........................................................................................6
2.3 Etiologi..........................................................................................................7
2.5 Patofisiologi..................................................................................................7
2.7 Komplikasi...................................................................................................9
2.8 Penatalaksanaan..........................................................................................9
2.9 Pencegahan.................................................................................................10
3.1 Kasus...........................................................................................................11
BAB 4 PENUTUP............................................................................................13
4.1 Kesimpulan................................................................................................13
4.2 Saran...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
A. Apakah definisi dari atresia ani ?
B. Bagaimanakah klasifikasi atau jenis atresia ani ?
C. Apakah etiologi atresia ani ?
D. Apa sajakah fakor pedisposisi atresia ani ?
E. Apakah patofisiologi atresia ani ?
F. Bagaimanakah tanda dan gejala dari atresia ani ?
G. Apa sajakah komplikasi dari atresia ani ?
H. Apa sajakah penatalaksanaan atresia ani ?
I. Apa saja pencegahan atresia ani ?
J. Bagaimanakah contoh kasus dan SOAP tentang Atresia Anus ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Atresia Anus
Istilah atresia ani memiliki beberapa defenisi dari para ahli, Yaitu : Istilah
atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya tidak ada dan
trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia ani
adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang yang normal.
2.2 Klasifikasi/Jenis
Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi, yaitu :
6
berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan
dengan saluran genitourinarius.
B. Anomali intermediet Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot
puborectalis, lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang
normal.
C. Anomali tinggi / supralevator Ujung rectum di atas otot puborectalis dan
sfingter internal tidak ada.Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula
genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan).Jarak
antara ujung rectum buntu sampai kulit perineum lebih dari 1 cm.
2.3 Etiologi
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada
sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan oleh :
7
2.4 Faktor Predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir,
seperti :
A. Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat
defekasi mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih
tinggi.
B. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila
bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal,
tidak pernah rektourinarius.
C. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir
di kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal.
D. Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah
kelahiran. (Suriadi,2001).
E. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
F. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
G. Perut kembung 4-8 jam setelah lahir.
H. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
I. Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
J. Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah
8
K. Bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan
intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan
terlihat menonjol (Adele,1996)
2.7 Komplikasi
A. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
B. Obstruksi intestinal
C. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan dalam tindakan atresia ani yaitu :
A. Pembuatan kolostomi, Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang
dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan
feses.Pembuatan lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar
atau colon iliaka.Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari
setelah lahir. Kemudian dilanjutkan dengan operasi "abdominal pull-
through"
B. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty), Bedah definitifnya, yaitu
anoplasty dan umumnya ditunda 9 sampai 12 bulan.Penundaan ini
dimaksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-
otot untuk berkembang.Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk
menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.
C. Tutup kolostomi, Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya
beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui anus.
Pertama, BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang
frekuensinya dan agak padat.
D. Dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar, atau
speculum
E. Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan
dengan dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua.
9
F. Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui
anoproktoplasti pada masa neonates.
G. Melakukan pembedahan rekonstruktif ;
1. Operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun)
2. Operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-2 bulan)
3. Pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
H. Penanganan pasca operasi
1. Memberikan antibiotic secara iv selama 3 hari
2. Memberikan salep antibiotika selama 8-10 hari
2. Pemeriksaan Penunjang
2.8 Pencegahan
Pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak terjadi atresia ani antara lain
bagi ibu yang sedang hamil agar berhati – hati terhadap penggunaan obat,
makanan awetan, alkohol atau zat lain yang berbahaya. Bagi orang tua yang baru
memiliki bayi harus segera memeriksa kondisi fisik bayinya apakah lengkap
organ tubuhnya atau tidak, sehingga bila ada kelainan dapat segera diketahui dan
ditangani.
10
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 KASUS
A. SOAP
S : Ibu mengatakan ini persalinan anak pertamanya. Bayi lahir tanggal 8 Desmber
2016 jam 06.00 Wib
O : Bayi lahir spontan, segera menagis, bergerak aktif, seluruh tubuh kemerahan,
A/S : 9/10, Jenis kelamin: Perempuan. N : 130x/i. S : 37.5 C/axila. P : 45x/i.
Kepala: tidak ada molase, tidak ada kelainan bentuk kepala seperti/ hidrosephalus,
mikrosephalus, sephal hematom, caput succedaneum, pada ubun-ubun besar
terdapat 4 sutura diantaranya S. Frontalis, S. Sagitalis, 2 S. Koronalis. Pada ubun-
ubun kecil terdapat 3 sutura diantaranya S. Lamboideus kanan & kiri dan S.
Sagitalis, Muka: bentuk muka bulat, tekstur kulit halus, tidak ada tanda-tanda
paralisis, tidak sianosis. Mata: kedudukan mata simetris, sklera putih, tidak ada
perdarahan pada konjungtiva, tidak bengkak pada kelopak mata, refleks cahaya
(+). Telinga: kedudukan antara telinga kanan dan telingan kiri simetris dan sejajar
dengan mata, daun telinga terbentuk sempurna, telinga bersih, tidak ada serumen.
Hidung: septum nasi lurus, hidung bersih, lubang hidung kanan dan kiri simetris,
pernapasan melalui hidung. Mulut dan gigi: mulut bersih, bibir atas dan bibir
bawah simetris, mukosa lembab, tidak ada kelainan pada bibir seperti labioschisis
dan labiopalatoschisis (pada palatum), lidah bersih. Leher: Tidak ada pembesaran
vena jugularis, teraba denyut nadi karotis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada lipatan berlebihan dibelakang
11
leher. Dada: bentuk dada menonjol, kedudukan puting susu simetris, tampak
denyut jantung, RR 45x/menit tidak ada benjolan pada area dada, terdengar BJ1
Lup BJ2 Dup. Abdomen: kembung, tidak ada kelainan pada dinding perut seperti
omfalokel, hernia diafragmatika. Tali pusat tidak terdapat perdarahan tali pusat.
Genetalia: terdapat lubang uretra dan vagina, labia mayora menutupi labia minora,
tidak ada lubang anus. Ekstremitas: atas, tidak ada kelainan pada jumlah jari pada
tangan kanan dan kirir. Ekstremitas bawah : antara kaki kanan dan kiri simetris,
tidak ada kelainan kongenital, tidak ada kelainan jumlah jari antara kaki kanan
dan kaki kiri. Punggung tidak ada tanda lahir, tidak terdapat spina bifida.
Pemeriksaan refleks: Refleks gallans(+), Refleks morrow(+), Refleks rooting(+),
Refleks sucking(+), Refleks tonik(+), Refleks graps(+), Refleks gallans(+),
Refleks babinski(+). Pengukuran antropometri: Sirkumferensia Fronto –
occipitalis : 34 cm, Sirkumferensia Mento – occipitalis : 35 cm, Sirkumferensia
Suboksipito- bregma : 32 cm. Pengukuran antropomentri : BB 3000 gr, PB : 45
cm, LIDA : 31 cm, LIPA : 32 cm. Pemeriksaan penunjang : Belum dilakukan
pemeriksaan penunjang
3. Memberikan dukungan emosional dan keyakinan pada ibu. Ibu dan keluarga
bersabar atas kondisi yang dialami anaknya
1. Melakukan pemeriksaan lubang anus. Pada anus bayi tidak terdapat lubang
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai
lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang
terjadi saat kehamilan. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum
urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan
anus dari tonjolan embrionik. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan
daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. Gangguan organogenesis
dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat
bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan.
Namun demikian terjadi juga keadaan ini tidak terdeteksi, dan baru
diketahui setelah bayi tidak bias BAB dan terlihat gejala sumbatan diusus.Untuk
memastikan jenis atresia dan posisinya pastinya, dilakukan pemeriksaan ronsen
plus zat kontras. MRI atau CT Scan dan juga bisa menentukan jenis dan ukuran
atresia.
Saran
Bagi tenaga kesehatan agar lebih memperhatikan kesehatan ibu hamil dan
memantau kehaamilannya dan mencegah agar tidak ada gangguan dalam
kehamilannya, sehingga nantinya anak akan lahir dengan sehat tanpa ada cacat
atau kelainan lain.
13
SOAL ATRESIA ANI
14
DAFTAR PUSTAKA.
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Betz, Cealy L. &
Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3. Jakarta :
EGC.
15