Skenario 1
Amerika Serikat menetapkan wabah campak yang menyebar dikota New York
sebagai kondisi darurat kesehatan. Wali kota New York, Bill de Blasio
mengumumkan hal itu pada selasa (9/4) waktu setempat. Situasi darurat kesehatan ini
muncul lantaran wabah campak yang sudah mencapai 285 kasus di wilayah Brooklyn
dan Queens sejak Oktober lalu. Wabah ini berawal dari seorang warga yang tidak
divaksin terinfeksi penyakit itu setelah berkunjung ke Israel.De Blasio meminta setiap
warga New York yang belum mendapatkan vaksin untuk segera menghubungi
fasilitas kesehatan yang dapat menyediakan vaksin campak.
STEP 1
STEP 2
STEP 3
Pasal 4
STEP 4
II. imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan
Agar penyakitnya tidak menular atau menyebar lebih jauh. Pemberian vaksin
juga jangan terlalu lama dan tidak terlalu dingin suhunya
4. Pemberian vaksin campak usia 9 bulan, yang sebelumnya sudah ada melalui
antibodi ibunya pada masa janin melalui plasenta. Disuntikan pada subkutan
Campak dibawah oleh virus Paramyxovirus
Trias epidemiologi
Host (pejamu)
Agent lingkungan
4
MIND MAP
STEP 5
STEP 6
Belajar mandiri
5
STEP 7
1. UPAYA PENCEGAHAN
Dari model klinis yang menggunakan tiga kelas perawatan medis, ada tiga
tahap pencegahan yang muncul. Tiga tahapan tersebut adalah: pencegahan primer,
sekunder dan pencegahan tersier. Ide dibalik tiga tahapan pencegahan itu adalah
pelaksanaan deteksi dan intervensi terhadap penyebab, faktor resiko dan perkursor
penyakit.Landasan dari semua pemikiran epidemiologi pada pencegahan dan
pengendalian penyakit dalam populasi. Pencegahan, walaupun sulit diukur dan
didemonstrasikan secara empiris tidak terlalu menyusahkan baik dalam hal
penderitaan manusia maupun penghematan dana dibandingkan biaya yang
dikeluarkan untuk intervensi krisis dan pengobatan terhadap penyakit dan kondisi
setelah kejadian. Upaya yang paling sedikit hasilnya dan mengeluarkan banyak biaya
untuk meningkatkan status kesehatan penduduk adalah upaya pengobatan penyakit
pada saat penyakit itu berada dalam tahap lanjut dengan terbatasnya harapan untuk
dapat pulih.Tujuan dari pencegahan adalah menghalangi perkembangan penyakit dan
kesakitan sebelum sempat berlanjut.1
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.Promosi
kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan adalah tiga
aspek utama didalam pencegahan primer.
Perubahan gaya hidup, penyuluhan kesehatan masyarakat, skrining
kesehatan, pendidikan kesehatan disekolah, kegiatan kesehatan, perawatan
prenatal yang baik, pilihan perilaku hidup yang baik, gizi yang cukup, kondisi
keamanan dan kesehatan dirumah, sekolah atau tempat kerja, semuanya
termasuk dalam aktivitas pencegahan primer.
Langkah-langkah dan kegiatan pokok didalam kesehatan masyarakat
seperti sanitasim pengendalian infeksi, imunisasi, perlindungan makanan,
6
gaya hidup yang tidak sehat melalui pendidikan kesehatan dan program
perubahan perilaku seperti berhenti merokok, penurunan berat badan,
penurunan stress, konseling kesehatan atau perujukan dini ke dalam program
perawatan kecanduan obat-obatan.1
3. Pencegahan tersier
Tujuan dari tiga tahapan pencegahan adalah membatasi atau menghalangi
perkembangan ketidakmampuan, kondisi atau gangguan sehinggan tidak
berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan
intensif.Pencegahan tersier juga mencakup pembatasan terhadap segala
ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau
ketidakmampuan sudah terjadi dan menimubulkan kerusakan.Pada tahap ini,
sasarannya adalah membantu mereka yang menderita penyakit dan mengalami
cedera atau ketidakmampuan untuk menghindari penggunaan sia-sia layanan
kesehatan dan agar tidak menjadi tergantung pada praktisi kesehatan dan
institusi perawatan kesehatan.
Rehabilitasi merupakan salah satu komponen dalam pencegahan
tersier. Rehabilitasi adalah setiap upaya yang dilakukan untuk memulihkan
seseorang yang sakit sehingga menjadi manusia yang lebih berdaya guna,
produktif, mengikuti gaya hidup yang memuaskan dan untuk memberikan
kualitas hidup yang sebaik mungkin, sesuai tingkatan penyakit dan
ketidakmampuannya.1
Endemi (awalan en- berarti "dalam atau di dalam) adalah berlangsungnya suatu
penyakit pada ingkatan yang sama atau keberadaan suatu penyakit yang terus-
menerus di dalam populasi atau wilayah tertentu-prevalensi suatu penyakit yang biasa
berlangsung di satu wilayah atau kelompok pengamatan tertentu.1
Hiperendemi (awalan hyper- berarti "di atas") adalah istilah yang dihubungkan
dengan endemi, tetapi jarang digunakan. Istilah ini menyatakan aktivitas yang terus-
menerus melebihi prevaiensi yang diperkirakan, sering dihubungkan dengan populasi
tertentu, populasi yang kecil, atau populasi yang jarang seperti yang ditemukan di
rumah sakit, klinik bidan, atau institusi lain. Istilah ini juga menunjukkan keberadaan
penyakit menular dengan tingkat insidensi yang tinggi dan tetus-menerus melebihi
angka prevalensi normal dalam populasi dan ternyata menyebat meraca pada semua
usia dan kelompok. Kejadian endemi penyakit yang berhubungan tetapi dengan tipe
yang jelas berbeda, disebut holoendemi.1
Epidemi adalah wabah atau munculnya penyakit tertentu yang berasal dari satu
sumber tunggal dalam satu kelompok, populasi, masyarakat, atau wilayah, yang
melebihi tingkatan kebiasaan yang diperkirakan.Epidemi terjadi jika kasus baru
melebihi prevalensi suatu penyakit.Kejadian luar biasa (KLB) akut-peningkatan
secara tajam dari kasus baru yang memengaruhi kelompok tertentu biasanya juga
disebut sebagai epidemi.Keparahan dan keseriusan penyakit juga mempengaruhi
definisi suatu epidemi.Jika penyakit sifatnya mengancam kehidupan, hanya
diperlukan sedikit kasus (sperti pada rabies) untuk menyebabkan terjadinya epidemi.1
9
Pandemi (adalah pan- berarti “semua atau melintasi") adalah epidemi yang
menyebar luas melintasi negara, benua, atau populasi yang besar, kemungkinan
seluruh dunia.AIDS merupakan penyakit pandemi.1
3. SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk sosial kita
membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang
lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat
menimbulkan masalah kejiwaan.
menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan
tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan
lingkungan. Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari
semakin besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan
masalah sanitasi cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah,
perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan
bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum memenuhi syarat
11
kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk, lalat, kecoa, ginjal, tikus
dan lain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan pestisida di bidang pertanian,
industri kecil dan sektor informal lainnya), bencana alam, serta perilaku masyarakat
yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat.3
Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor
saling keterkaitan, yakni :
a. Faktor keturunan, mengarah pada kondisi individu yang berkaitan dengan asal usul
keluarga, ras, dan jenis golongan darah. Ada penyakit tertentu yang disebabkan oleh
faktor keturunan antara lain hemofilia, hipertensi, kelainan bawaan, albino, dll.
d. Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas
kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan
menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial.
Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara,
tanah, iklim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan
hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan
sebagainya.4
Teori ini di kemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan model
Gordon sesuai dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan
13
a. Agent/penyebab penyakit
Agent adalah faktor esensial yang harus ada agar penyakit dapat terjadi. Agent dapat
berupa benda hidup, tidak hidup, energi, dan lain sebagainya, yang dalam jumlah
berlebih atau kurang merupakan sebab utama dalam terjadinya penyakit. Agen
penyakit dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:
1) Agen biologis, yaitu virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan metazoa.
2) Agen nutrisi, yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya.
3) Agen fisik, yaitu panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya dan
kebisingan.
b. Host/pejamu
14
Host adalah populasi atau organisme yang memiliki resiko untuk sakit. Element host
ini sangat penting dalam proses terjadinya penyakit ataupun dalam pengendaliannya,
karena ia sangat bervariasi keadaannya bila dilihat dari aspek sosial ekonomi budaya,
keturunan, lokasi geografis, dan lainnya. Host juga akan sangat menentukan kualitas
lingkungan yang ada
c. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host, baik benda mati, benda
hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua
elemen tersebut, termasuk host yang lain. Lingkungan hidup eksternal ini terdiri dan
tiga komponen yaitu:
1) Lingkungan Fisik
Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah,
panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan
dengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta memegang peran penting dalam
proses terjadinya penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air bersih
terutama pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare.
2) Lingkungan biologis
Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri,
jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit,
reservoar infeksi, vektor penyakit atau pejamu (host) intermediate. Hubungan
manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi
15
3) Lingkungan sosial
Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya
hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia
dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers,
seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan terjadi konflik kejiwaan dan
menimbulkan gejala psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi dan lainnya.
b) Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan
host (baik individu/kelompok)
c) Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut
akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan fisik,
sosial, ekonomi, dan biologis)
Sakit adalah titik yang secara konstan mengeluarkan atau mengemisikan agent
penyakit.Agent penyakit adalah sesuatu yang dapat menimbukan gangguan penyakit
melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara.Sumber penyakit adalah
17
titik yang secara konstan maupun kadang‐kadang mengeluarkan satu atau lebih
berbagai komponen lingkungan hidup tersebut.
a. Lingkungan udara
b. Lingkungan air
c. Lingkungan tanah
c. Simpul 3 (penduduk):
d. Simpul 4 (sakit/sehat):
penyakit akan mudah menimbulkan sakit tetapi sebaliknya bila perilaku pemajanan
mampu beradaptasi maka akan tercipta kondisi sehat.
Dalam usaha-usaha pencegahan dan kontrol yang efektif terhadap penyakit perlu
dipelajari mekanisme interaksi yang terjadi antara agen penyakit, manusia dan
lingkungannya Interaksi ketiganya akan menghasilkan kondisi sehat maupun sakit
pada manusia, selengkapnya dijelaskan sebagai berikut :
Suatu keadaan terpengaruhnya agen penyakit secara langsung oleh lingkungan yang
menguntungkan agen penyakit. Terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit,
misalnya viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang
terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin dan penguapan bahan kimia
beracun oleh proses pemanasan global.
19
Suatu keadaan agen penyakit yang menetap, berkembang biak dan dapat merangsang
manusia untuk menimbulkan respons berupa tanda-tanda dan gejala penyakit,
misalnya demam, perubahan fisiologis jaringan tubuh dan pembentukan kekebalan
atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa
sembuh sempurna, kecacatan atau kematian.
20
Suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen penyakit, manusia dan lingkungan
secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat satu sama lain sehingga
memudahkan agen penyakit baik secara tidak langsung maupun langsung masuk ke
dalam tubuh manusia, misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran manusia akan
dapat menimbulkan penyakit muntaber (water borne diseases).
Kesimpulan:
Kesimpulan dari kasus yang ada di skenario ini kasus tersebut termasuk kedalam
option C ( interaksi antara pejamu manusia dan agent penyakit), dikarena kan pada
kasus skenario, pejamu dalam kondisi daya tahan tubuhnya berkurang sehingga tubuh
manusia atau pejamu mudah terserang oleh agen penyakit atau penyakit campak
21
tersebut. Dari faktor pejamu nya itu sendiri bisa dalam keadaan kekebalan tubuhnya
tidak didapat secara aktif maupun pasif atau tidak memperoleh antibodi dari si ibu
nya, dan juga bisa dilihat dari faktor umur sebagai contoh jika pejamu tersebut masih
bayi atau balita maka pejamu tersebut akan rentan terhadap penyakit dan sistem
pertahanan tubuhnya belum stabil. Sedang kan untuk usia lanjut sistem kekebalan
tubuhnya sudah menurun.
Menimbang :
Mengingat :
22
10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
11. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara;
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan
yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
3. Penderita adalah seseorang yang menderita sakit karena penyakit yang dapat
menimbulkan wabah.
6. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan.
9. Tim Gerak Cepat adalah Tim yang tugasnya membantu upaya penanggulangan
KLB/wabah.
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan meliputi penetapan jenis penyakit menular tertentu yang
dapat menimbulkan wabah, tata cara penetapan dan pencabutan penetapan daerah
KLB/Wabah, tata cara penanggulangan, dan tata cara pelaporan.
BAB II
Bagian Kedua
Umum
Pasal 3
Pasal 4
(1) Jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah adalah
sebagai berikut:
a. Kolera
b. Pes
d. Campak
e. Polio
f. Difteri
g. Pertusis
h. Rabies
i. Malaria
k. Antraks
l. Leptospirosis
m. Hepatitis
o. Meningitis
p. Yellow Fever
27
q. Chikungunya
(2) Penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah ditetapkan
oleh Menteri. Bagian Kedua Tata Cara Penemuan Penyakit Menular Tertentu yang
Dapat Menimbulkan Wabah
Pasal 5
(1) Penemuan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dapat dilakukan
secara pasif dan aktif.
(2) Penemuan secara pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui penerimaan
laporan/informasi kasus dari fasilitas pelayanan kesehatan meliputi diagnosis secara
klinis dan konfirmasi laboratorium.
(3) Penemuan secara aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui kunjungan
lapangan untuk melakukan penegakan diagnosis secara epidemiologi berdasarkan
gambaran umum penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah yang
selanjutnya diikuti dengan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai gambaran umum penyakit menular tertentu yang
dapat menimbulkan wabah, tata cara pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium,
dan pemeriksaan penunjang lainnya tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
BAB III
Pasal 6
28
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu
kriteria sebagai berikut:
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam
jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun
sebelumnya.
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
per bulan pada tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih
dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.
Pasal 7
(1) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi, atau
Menteri dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB, apabila suatu daerah
memenuhi salah satu kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
29
(2) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan provinsi
menetapkan suatu daerah dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di wilayah kerjanya masing-masing dengan menerbitkan laporan KLB sesuai contoh
formulir W1 terlampir.
Pasal 8
(1) Dalam hal kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tidak menetapkan suatu daerah
di wilayahnya dalam keadaan KLB, kepala dinas kesehatan provinsi dapat
menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB.
(2) Dalam hal kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB,
Menteri menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB.
Pasal 9
Daerah Wabah
Pasal 10
(1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah dilakukan apabila situasi KLB
berkembang atau meningkat dan berpotensi menimbulkan malapetaka, dengan
pertimbangan sebagai berikut:
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pertimbangan penetapan suatu daerah dalam
keadaan wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
Peraturan ini.
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
(3) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g
antara lain berupa meliburkan sekolah untuk sementara waktu, menutup fasilitas
umum untuk sementara waktu, melakukan pengamatan secara intensif/surveilans
31
selama terjadi KLB serta melakukan evaluasi terhadap upaya penanggulangan secara
keseluruhan.
(4) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
sesuai dengan jenis penyakit yang menyebabkan KLB/Wabah.
Pasal 14
(2) Upaya penanggulangan secara dini dilakukan kurang dari 24 (dua puluh empat)
jam terhitung sejak daerahnya memenuhi salah satu kriteria KLB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6.
Pasal 15
(1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7, atau suatu daerah dalam keadaan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
diperlukan untuk mempermudah koordinasi dan optimalisasi sumber daya di bidang
kesehatan dalam upaya penanggulangan KLB/Wabah.
(2) Sumber daya di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi, dan alat kesehatan
serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi.
32
TENTANG
Menimbang :
Pasal 1
4. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan
yang dapat menjurus kepada terjadinya wabah.
35
7. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
Pasal 2
Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi penetapan kelompok
dan jenis Penyakit Menular, penyelenggaraan, sumber daya kesehatan, koordinasi,
jejaring kerja dan kemitraan, peran serta masyarakat, penelitian dan pengembangan,
pemantauan dan evaluasi, pencatatan dan pelaporan, serta pembinaan dan
pengawasan.
36
Pasal 22
Pasal 23
Dalam hal kejadian Penyakit Menular mengalami peningkatan yang mengarah pada
KLB atau Wabah, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat wajib melakukan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan serta Penanggulangan Penyakit Menular sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 24
(2) Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tugas dan fungsi:
a. melakukan deteksi dini KLB atau Wabah; b. melakukan respon KLB atau Wabah;
dan c. melaporkan dan membuat rekomendasi penanggulangan.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Timmreck T. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi ke-2. Jakarta : EGC; 2005
2. Widoyo. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2011.
3. Kusnoputranto. Kesehatan Lingkungan. Edisi Ke-2. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2009.
4. Blum H. Planning for Health, Development and Aplication of Social Changes
Theory. 2nd Edition. New York: Human Sciences Press; 2008.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1501/MENKES/PER/X/2010. Tentang Jenis Penyakit Menular. Kementrian
Kesehatan RI; 2010.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 82 Tahun 2014. Tentang
Penanggulangan Penyakit Menular