A. PROSES ASEPTIS
Pengemasan aseptis adalah suatu cara pengemasan bahan di dalam suatu wadah yang
memenuhi empat persyaratan, yaitu : produk harus steril, wadah pengemas harus steril,
lingkungan tempat pengisian produk ke dalam wadah harus steril, dan wadah pengepak yang
digunakan harus rapat untuk mencegah kontaminasi kembali
Prinsip pengemasan aseptis adalah baik bahan pangan yang dikemas maupun bahan
kemasan harus bebas dari mikroorganisme perusak ketika bahan pangan tersebut dikemas,
sehingga produk pangan yang dikemas merupakan produk yang steril. Hal ini berarti kemasan
harus bebas dari mikroorganisme patogen dan toksin, dan mikroorganisme penyebab kerusakan
tidak dapat berkembang. Jika kondisi ini sudah diterapkan, maka bahan pangan akan aman untuk
disimpan pada suhu ruang dalam jangka waktu yang lebih lama.
Untuk keberhasilan proses aseptis bahan pangan, maka ada beberapa persyaratan yang
diperlukan, yaitu :
Dalam sistem pengemasan aseptis, produk dan wadah pengemas disterilisasi secara
terpisah, kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah dalam lingkungan steril
sehingga diperoleh produk steril dalam kemasan yang tahan disimpan dalam jangka waktu lama.
Sterilisasi produk dalam sistem aseptis dilakukan dengan sistem alir atau sistem UHT (Ultra
High Temperature), yaitu pemanasan dengan suhu yang sangat tinggi (135-150 ˚C) selama 2-5
detik.
Pemanasan produk dengan sistem UHT dalam pengemas aseptis dapat dibagi menjadi 2
kategori utama, yaitu:
1. Sistem pemanasan langsung, yaitu sistem dimana terjadi kontak langsung antara medium
pemanasan dam hal ini uap panas dengan produk yang dipanaskan. Dalam sistem
pemanasan langsung terdapat dua cara yaitu :
o Cara injeksi uap dimana uap panas disuntikkan ke dalam produk
o Cara infusi dimana produk diinfusikan ke dalam aliran uap panas.
Pindah panas terutama disebabkan kondensasi uap mencapai sekitar 10 persen dari produk.
Sehingga untuk mempertahankan kadar padatan produk, perlu diuapkan dengan vakum.
Pada sistem injeksi uap, uap panas disemprotkan ke dalam aliran produk menggunakan
injektor. Suhu uap mencapai 140-146 ˚C dengan waktu tinggal sekitar 4 detik. Suhu produk
yang disterilisasi mencapai 137-138 persen. Pada proses infusi produk, produk didispersikan
ke dalam ruang infusi yang berisi uap panas.
2. Sistem pemanasan tidak langsung, yaitu sistem dimana medium pemanas tidak kontak
langsung dengan produk. Panas ditransfer melalui permukaan (biasanya stainless steel).
Pada sistem pemanasan tidak langsung ada 3 (tiga) macam cara, yaitu :
Heat exchanger tipe konvensional yang berupa lempengan atau plate
Tipe saluran atau tubular
Scraped-Surface Heat Exchanger.
Cepat untuk mencapai suhu mendekati 150 ˚C, dimana dalam sistem tidak langsung
dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencapainya dibanding dengan sistem langsung,. Proses
seluruhnya akan selesai dalam waktu satu sampai dua menit. Waktu yang dibutuhkan dalam
sistem UHT jauh lebih singkat dibandingkan dengan cara sterilisasi konvensional di dalam
wadah.
B. PROSES PENGEMASAN ASEPTIS
Dalam sistem pengemasan aseptis, sterlisasi yang dilakukan terhadap wadah lebih
bervariasi tergantung dari jenis wadahnya. Beberapa contoh cara sterilisasi terhadap
berbagai wadah yang digunakan dalam pengemasan aseptis. Misalnya untuk wadah yang
terbuat dari metal digunakan uap panas atau udara panas. Untuk wadah yang terbuat dari
plastik dapat digunakan etilen oksida, hidrogen peroksida atau dengan cara radiasi.
Wadah gelas dapat digunakan etilen oksida. Masing-masing cara sterilisasi tersebut
mempunyai keuntungan dan kelemahan. Sterilisasi dengan uap panas dan udara panas
akan menghasilkan suhu tinggi pada tekanan atmosfir, tetapi mempunyai kelemahan
karena mikroorganisme lebih tahan di dalam uap/udara panas daripada di dalam uap
jenuh. Sterilisasi wadah menggunakan hidrogen peroksida mempunyai keuntungan
karena prosesnya cepat dan efisien, sedangkan radiasi dapat digunakan untuk sterilisasi
wadah yang terbuat dari plastik yang sensitif terhadap panas, tetapi mempunyai
kelemahan karena biayanya yang mahal dan lokasinya terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia. 1990. Risalah Seminar Pengemasan dan
Transportasi dalam Menunjang Pengembangan Industri, Distribusi dalam Negeri
dan Ekspor Pangan. S.Fardiaz dan D.Fardiaz (ed). Jakarta
Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.