Anda di halaman 1dari 17

  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
BAB II
 

 
DASAR TEORI

  2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

  Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan sistem yang digunakan untuk


mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan
 
memanfaatkan refrigeran sebagai medianya. Sistem refrigerasi kompresi uap
 
bekerja dengan komponen-komponen yang saling berhubungan dan mempunyai
  fungsi di tiap-tiap komponennya (Dossat, 1981).

Siklus refrrigerasi kompresi uap terlihat seperti gambar di bawah ini :

Qk Discharge Line

Liquid Line Kondensor

Sisi Tekanan Tinggi

Alat Ekspansi Sisi Tekanan Rendah


Kompresor

Evaporator

Qe Suction Line
Expansion Line

Gambar 2.1 Siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

(Sumber : Modern Refrigeration and Air Conditioning, Althose,2004)

Sepanjang jalur tersebut refrigeran mengalir melalui pipa tembaga yang


menguhubungkan antar komponen sehingga akan menghasilkan dampak
pendinginan.

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 4

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
Dalam diagram p-h dapat digambarkan seperti ini :
 

Pressure (bar absolute)


 

  3 2
Pc
 

  Pe
4 1

 
h3 = h4 h1 h2
Enthalpy (kJ/kg)
 

 
Gambar 2.2 Diagram P-h Siklus Refrigerasi Kompresi Uap

(Sumber: Principle Of Refrigeration, Dossat, 1981)

2.1.1 Proses Kompresi


Proses ini terjadi di kompresor yang merupakan jantung dari sistem
refrigerasi. Pada siklus digram P-h gambar 2.2, ditunjukkan dengan proses
1-2. Fasa refrigeran yang masuk ke kompresor adalah uap jenuh, dengan
tekanan dan temperatur yang rendah.. Pada fasa ini uap refrigeran berubah
menjadi fasa uap superheat yang keluar dari kompresor dengan bertekanan
tinggi. Proses kompresi berlangsung di kompresor adalah:

W= ̇ .w

w = ( h2 – h1 )

W = ̇ . ( h2 – h1 )…………………….……………………………...(2.1)

dengan:

W = Kerja kompresi (kW)

̇ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 5

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
h1 = Enthalpy refrigeran masuk kompresor (kJ/kg)
 
h2 = Enthalpy refrigeran keluar kompresor (kJ/kg)
 

  2.1.2 Proses Kondensasi


Proses kondensasi terjadi di kondensor,dimana uap refrigeran
 
superheat dari saluran discharge mengalami pelepasan kalor sensible ke
 
lingkungannya sehingga menjadi uap jenuh yang siap diembunkan. Pada
  siklus digram P-h gambar 2.2, ditunjukkan dengan proses 2-3. Kondisi
  refrigeran yang mempunyai tekanan dan temperatur uap jenuh yang tinggi

  tersebut akan berubah fasanya menjadi cair dengan melepas kalor latent
ke lingkungan sekitarnya. Kalor yang dilepas di kondenser :
 
Qc = ̇ . qc

qc = h2 - h3

Qc = ̇ . (h2-h3)……………………………………………………(2.2)

dengan:

Qc = Kalor yang dilepas di kondenser (kW)

̇ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)

h2 = Enthalpy refrigeran keluar kompresor (kJ/kg)

h3 = Enthalpy refrigeran keluar kondenser (kJ/kg)

2.1.3 Proses Ekspansi


Proses ini terjadi di dalam alat ekspansi. Proses ekspansi itu
sendiri terjadi pada entalpi yang konstan (adiabatis), artinya tidak ada
sejumlah kalor yang dibuang atau diterima. Pada siklus digram P-h
gambar 2.2, ditunjukkan dengan proses 3-4. Pada proses ini, refrigeran cair
tersebut setelah melewati alat ekspansi, tekanan dan temperatur menjadi
turun dan fasa refrigeran menjadi campuran dan masuk ke evaporator.

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 6

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
2.1.4 Proses Evaporasi
 
Pada proses ini terjadi di evaporator dimana fasa refrigeran adalah
  campuran antara cair dan uap. Pada siklus digram P-h gambar 2.2,
  ditunjukkan dengan proses 4-1. Dengan menarik kalor dari tempat yang

  didinginkan, maka fasanya akan berubah menjadi uap seluruhnya sampai


menjadi uap jenuh.. Proses ini berlangsung pada tekanan dan temperatur
 
yang konstan. Kalor yang diserap di evaporator :
 
Qe = ̇ . qe
 
qe = h1 – h4
 
Qe = ̇ . (h1 – h4)……………………..………….………(2.3)
 
dengan:

Qe = Kalor yang diserap di evaporator (kW)

̇ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)

h1 = Enthalpy refrigeran keluar evaporator (kJ/kg)

h4 = Enthalpy refrigeran masuk evaporator (kJ/kg)

2.1.5 Kemampuan Kerja


Untuk sistem refrigerasi kompresi uap ini, kemampuan kerja
dinyatakan oleh besaran yang dinamakan Coefficient of Performance
(COP). Harga COP ini berkisar antara 2 – 3.5. Harga COP yang ideal
(carnot) tergantung dari temperatur dan tekanan kerja dari sistem.
Efek refrigerasi per unit massa

(qe) = h1-h4 (kJ/kg)……………………….…..(2.4)

Kerja spesifik per unit massa

(w) = h2-h1 (kJ/kg)……………………….……..(2.5)

Efek pemanasan (kondensasi) per unit massa

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 7

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
(qc) = h2-h3 (kJ/kg)……………..(2.6)
 
Prestasi aktual mesin refrigerasi dapat diketahui dengan
 
menghitung nilai COP yang dapat dicapai dengan persamaan sebagai
 
berikut
 
q e h1 - h4 
COPa  
w h2 - h1  ……..…………………………...…..(2.7)
 

  dengan:

  COPa = Coeficient of Performance aktual

  qe = Efek refrigerasi per unit massa (kJ/kg)

w = Kerja spesifik per unit massa (kJ/kg)

Sementara prestasi ideal mesin refrigerasi dihitung berdasarkan


nilai COPCarnot sebagai berikut

Te
COPC  ………………..…………….……………(2.8)
Tk - Te

dengan:

Te = Temperatur evaporasi (K)

Tk = Temperatur kondensasi (K)

Efisiensi sistem refrigerasi dapat dihitung dengan membandingkan


nilai COPaktual dengan nilai COPideal, yaitu:

COPa
   100%
R
COPC …..………...……………..….…..(2.9)

dengan

ηR = Efisiensi refrigerasi

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 8

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
COPa = Coeficient of Performance aktual
 

  COPC = Coeficient of Performance Carnot

2.2  Psikrometrik

  Psikrometrik merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran udara dan air,


yang memiliki arti penting dalam bidang pengkondisian udara karena udara
 
atmosfer tidak kering seluruhnya, tetapi terdiri dari campuran udara kering dan
 
uap air. Pada diagram psikrometrik dapat di tunjukkan sifat-sifat termal dari udara
  dimana pada diagram psikrometrik tercantum beberapa istilah seperti Tdb
basah,
  (Temperatur dry bulb), Twb (Temperatur wet bulb), titik embun (dew point), RH
(Relative Humidity), Rasio kelembaban (humidity ratio), Entalphy, volume
spesifik dan faktor panas sensibel. Semua besaran tersebut saling berkaitan untuk
pembacaaan diagram ini.

Gambar 2.3 Diagram Psikrometrik

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 9

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
1. Dry-bulb Temperature (DB, ⁰C atau ⁰F)
 
DB temperatur (temperatur bola kering) adalah temperatur yang
 
ditunjukkan oleh termometer biasa. Data DB temperatur saja tidak
  lengkap, karena DB temperatur hanya menyatakan derajat kandungan

  panas sensibel dari suatu substansi, tidak memberi informasi kandungan


panas laten di dalam udara.
 
2. Wet-Bulb Temperature (WB, ⁰C atau ⁰F)
 
WB temperatur (temperatur bola basah) adalah temperatur udara
 
yang didapatkan dengan membaca temperatur yang bulbnya di bungkus
  dengan kain basah untuk menghilangkan radiasi panas.
  3. Dew Point Temperature (temperatur titik embun, ⁰C atau ⁰F)
Temperatur titik embun adalah temperatur dimana uap air mulai
mengembun ketika campuran uap dan udara didinginkan
4. Relative Humidity (RH %)
Relative humidity (kelembaban relatif) adalah perbandingan antara
tekanan aktual uap air dalam udara terhadap tekanan uap jenuh pada
temperatur bola kering yang sama.
5. Humidity Ratio (Rasio kelembaban, kg uap air/kg udara kering)
Rasio kelembaban adalah massa air yang terkandung dalam setiap
kilogram udara kering.
6. Heat Content (Enthalpy) udara
Kandungan kalor (heat content) udara terdiri dari kalor sensibel
dan kalor laten. Kalor sensibel dinyatakan oleh DB temperatur
sedangkan kalor laten dinyatakan oleh WB temperatur.
7. Spesific Volume (Volume spesifik, m³/kg)
Volume campuran udara dan uap air, biasanya dengan satuan meter
kubik udara kering atau udara campuran per kilogram udara kering.
8. Sensible Heat Factor (Faktor panas sensibel, tanpa satuan)
Faktor panas sensibel adalah perbandingan antara panas sensibel
dengan jumlah dari panas laten dengan panas sensibel.

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 10

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
2.3 Proses-Proses Pada Psikrometrik
 
Setyawan (2011), proses yang dialami oleh udara secara umum ada 8
 
macam. Proses-proses tersebut dapat dilihat pada gambar 2.4.
 

Gambar 2.4 Diagram Psikometrik dengan Arah Plot Pengkondisian Udara

2.3.1 Humidification
Proses humidifikasi terjadi pada udara yang tidak mengalami
pemanasan dengan penambahan uap air. Proses ini terjadi pada udara yang
mendapat semprotan air dengan temperatur lebih sama dengan temperatur
tabung kering (Tdb).

2.3.2 Sensible Heating and Humidification


Proses pemanasan dan humidifikasi terjadi pada udara yang
mengalami pemanasan dan penambahan uap air. Proses ini terjadi pada
udara yang mendapat semprotan air dengan temperatur lebih tinggi
dibanding temperatur tabung kering udara.

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 11

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
2.3.3 Sensible Cooling
 
Proses pendinginan sensibel terjadi pada udara yang mengalami
 
pendinginan tanpa penambahan atau pengurangan uap air. Proses ini
  terjadi pada udara yang didinginkan oleh koil yang temperaturnya lebih

  rendah dibanding temperatur tabung keringnya tetapi sama atau lebih


tinggi daripada temperatur titik embunnya.
 

 
2.3.4 Sensible Heating and Dehumidification
 
Proses pemanasan dan dehumidifikasi terjadi pada udara yang
  mengalami pemanasan dan pengurangan uap air. Proses ini terjadi pada
  udara yang melewati koil pemanas dan dehumidifier.

2.3.5 Dehumidification
Proses dehumidifikasi terjadi pada udara yang mengalami
pengurangan uap air tanpa pemanasan atau pendinginan. Proses ini terjadi
pada udara yang melewati dehumidifier seperti silica gel.

2.3.6 Sensible Cooling and Dehumidification


Proses pendinginan dan dehumidifikasi terjadi pada udara yang
mengalami pendinginan dan pengurangan uap air. Proses ini terjadi pada
udara yang didinginkan oleh koil yang temperaturnya lebih rendah
dibanding temperatur titik embunnya.

2.3.7 Sensible Cooling


Pendinginan sensibel terjadi pada udara yang mengalami
pendinginan tanpa penambahan atau pengurangan uap air. Proses ini
terjadi pada udara yang didinginkan oleh koil yang temperaturnya lebih
rendah dibanding temperatur tabung keringnya tetapi sama atau lebih
tinggi daripada temperatur titik embunnya.

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 12

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
2.3.8 Sensible Cooling and Humidification
 
Pendinginan sensibel dan humidifikasi terjadi pada udara yang
  mengalami pendinginan dan penambahan uap air. Proses ini terjadi pada
  udara yang mendapat semprotan alami.

 
2.4. Kapasitas Pendinginan
 
Pada proses pendinginan, udara akan mengalami penurunan temperatur
 
tabung kering. Juga perubahan rasio kelembaban yang akan naik, turun, atau tetap,
 
tergantung dari media pendingin yang digunakan. Secara umum, jika udara
 

 
didinginkan atau dipanaskan dari kondisi 1 ke kondisi 2, maka berlaku :

………………………………….(2.10)

atau

………………………….(2.11)

dimana :

q = daya yang dibutuhkan untuk pemanasan atau pendinginan, [W] atau

[Btu/hr].

= laju aliran massa udara, [kg/s] atau [lb/hr].

= selisih entalpi udara kondisi 1 dan kondisi 2, [kJ/kg].

= entalpi udara pada kondisi 1, [kJ/kg] atau [Btu/lb].

= entalpi udara pada kondisi 2, [kJ/kg] atau [Btu/lb].

Dengan rumus laju aliran massa :

……………………………………….(2.12)

imana,

= laju aliran massa udara, [kg/s] atau [lb/hr].

ρ = massa jenis, [kg/m3].

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 13

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
Q = debit, [m3/s].
 
Dengan rumus debit :
 
Q = V x A …………………………………………(2.13)
 

 
dimana,

  Q = debit, [m3/s].

  V = kecepatan aliran udara, [m/s].

  A = luas permukaan, [m2].

  2.5 Karakteristik Jamur Tiram

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok


Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum
tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah
lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung (Wijoyo,2011)

Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping


(bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur
tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur
tersebut berubah warna dari hitam, abu- abu, coklat, hingga putih, dengan
permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus
sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang
berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan
cepat (Sumiati, 2006).

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 14

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
2.5.1 Klasifikasi Ilmiah
 

Gambar 2.5 Jamur Tiram

Berdasarkan pengunduhan dari


http://www.wikipedia/jamurtiram/htm. (2012), klasifikasi ilmiah jamur
tiram adalah :

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota

Class : Agaricomycetes

Ordo : Agaricales

Family : Pleuritaceae, Agaricaceae

Genus : Pleurotus

Species : Pleurotus ostreotus

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 15

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
2.5.2 Siklus Hidup dan Syarat Pertumbuhan Jamur
 

 
4
 

  3

 
1
 
2
 

Gambar 2.6 Siklus Hidup Jamur Tiram

Tahap-tahap pertumbuhan jamur tiram dalam Ir.Padmiarso M.


Wijoyo (2011) adalah sebagai berikut :

1. Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di


tempat yang lembab akan tumbuh dan berkecambah membentuk serat-
serat halus menyerupai serat kapas, yang disebut miselium atau
miselia. Pertumbuhan miselia ini meliputi 2 tahap, yaitu miselia primer
sebagai miselia awal dan miselia sekunder sebagai miselia lanjutan.
2. Jika keadaan lingkungan tempat tumbuh miselia tersebut baik, dalam
arti temperature, kelembaban, kandungan C/N/P rasiosubstrat tempat
tumbuh memungkinkan, maka kumpulan miselia tersebut akan
membentuk primordial atau bakal tubuh buah jamur.
3. Bakal tubuh buah jamur tersebut kemudian akan membesar, dan pada
akhirnya akan membentuk tubuh buah atau bentuk jamur yang
kemudian di panen.

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 16

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
4. Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora. Spora ini tumbuh
 
di bagian ujung basidium, sehingga disebut basidiospora. Jika sudah
  matang atau dewasa spora akan jatuh dari tubuh buah jamur.
 
Wijoyo (2011) menjelaskan bahwa untuk pertumbuhan badan buah
 
jamur tiram, temperatur udara memegang peranan penting. Pada umumnya
  temperatur yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram dibedakan dalam
  2 fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22

 
- 28ºC dengan kelembaban 60 - 70% dan fase pembentukan tubuh buah
memerlukan suhu udara antara 16 - 22ºC.
 

  Selain temperatur udara, tingkat keasaman media sangat


berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah
atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. Keasaman
pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur
(Calsium carbonat )

Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam, keadaan


gelap/tanpa sinar, Sebaiknya selama masa pertumbuhan misellium
ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan
badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama
sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu
pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai
mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60-70% (Sumiati, 2006).

2.5.3 Kandungan Gizi

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan


bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral,
rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Berdasarkan pengunduhan dari
http://www.wikipedia/jamurtiram/htm. (2012), jamur tiram memiliki
kandungan protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5 - 30,4%. Lemak
dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 17

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol)
 
maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta
  adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga
  menimbulkan rasa enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin penting,

  terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1, vitamin B2, dan provitamin D2

  2.5.4 Budidaya Jamur Tiram


 
1. Persiapan Media Tanam
 

  Media tanam sebagai tempat pertumbuhan jamur tiram banyak


menggunakan baglog. Baglog merupakan tempat untuk membiakkan
 
tubuh buah jamur yang didalamnya sudah terdapat media dan nutrisi
yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur tiram. Baglog dapat
diperoleh dengan cara membeli yang sudah siap pakai atau bila ingin
menekan modal usaha dapat membuat baglog sendiri (Wijoyo,2011).

Berdasarkan hasil pengunduhan dari


http://www.agricultureonline/budidayajamurtiram/htm (2012), bahan
pembuatan baglog terdiri atas serbuk gergajian kayu, bekatul (dedak
halus), tepung jagung, air, gips atau kapur (CaSO3), kantong plastik
transparan tahan panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm, cincin
paralon atau bambu berdiameter 3 cm dan kapas. Cara pembuatan
baglog yaitu :

a. Mencampur serbuk kayu dengan bahan-bahan lain seperti


bekatul, tepung jagung dan kapur sampai merata ( homogen )
kemudian diayak.
b. Menambah air hingga kandungan air dalam media menjadi 60-
65 % lalu tentukan pH-nya dengan kertas lakmus.
c. Memasukkan media tanam kedalam kantung plastik
polypropilene dan memadatkannya lalu bagian atas kantung
plastik diberi cincin paralon kemudian dilubangi 1/3 bagian

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 18

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
dengan kayu dan ditutup dengan kertas lilin serta diikat dengan
 
karet pentil.
  d. Melakukan sterilisasi pada suhu 95 ºC selama 7 - 8 jam
  e. Mendinginkan media tanam selama 8 - 12 jam dalam ruangan

  inokulasi

  Keberhasilan budidaya jamur tiram ditentukan oleh kualitas


  baglog, proses budidaya, dan kualitas bibit yang digunakan. Bibit

 
dapat diperoleh melalui pembuatan kultur murni, pembuatan bibit
induk, bibit semai, atau membeli bibit yang telah ditanam di dalam
 
baglog. Para pemula biasanya menggunakan bibit baglog yang sudah
 
siap pakai yang telah disertifikasi (Suprapti,2010).

Gambar 2.7 Baglog Jamur Tiram

2. Inokulasi (Pemberian Bibit)

Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media


jamur yang telah disterilisasi. Baglog ditiriskan selama 1 malam
setelah sterilisasi, kemudian kita ambil dan ditanami bibit diatasnya
dengan mempergunakan sendok makan/sendok bibit sekitar + 3 sendok
makan kemudian diikat dengan karet dan ditutup dengan kapas
(Wijoyo,2011).

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 19

 
  BAB II Dasar Teori Tugas Akhir

 
3. Inkubasi (Masa Pertumbuhan Miselium) Jamur Tiram
 

  Inkubasi Jamur Tiram dilakukan dengan cara menyimpan di


ruangan inkubasi dengan kondisi tertentu. Inkubasi dilakukan hingga
 
seluruh media berwarna putih merata, biasanya media akan tampak
 
putih merata antara 40 – 60 hari. Kondisi ruangan diatur pada suhu 22–
  28ºC dengan kelembaban 60% – 80% (Wijoyo,2011).
 
4. Penanaman (Growing)
 

  Wijoyo (2011) menjelaskan, penanaman (growing) yaitu untuk


menumbuhkan tubuh buah jamur. Ruangan penanaman dilengkapi juga
 
dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot/pengabutan.
Pengabutan berfungsi untuk menyiram dan mengatur suhu udara pada
kondisi optimal 16 – 22 ºC dengan kelembaban 80 – 90%.

5. Panen Jamur Tiram

Menurut Aditya Rial (2012), panen dilakukan setelah pertumbuhan


jamur mencapai tingkat yang optimal, pemanenan ini biasanya
dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pemanenan sebaiknya
dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan
mempermudah pemasaran.

Gambar 2.8 Jamur Tiram Siap Panen

Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung 20

Anda mungkin juga menyukai