Anda di halaman 1dari 16

Acute Uncomplicated Cystitis

Abstrak

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya
kuman dalam saluran kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Secara anatomi, ISK
dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi saluran kemih bagian bawah.
Infeksi saluran kemih bagian bawah yang tersering adalah cystitis atau peradangan pada
dinding kandung kemih dengan ciri khas nyeri pada suprapubik. Kelainan dari cystitis ini
disebabkan oleh invasi dari kuman yang dikarenakan invasi langsung dari kuman tersebut
atau komplikasi dari batu yang terbentuk. Keadaan infeksi saluran kemih yang disertai
penyulit ini akan menjadi komplikatif bila tidak segera ditindaklanjuti. Prognosis baik apabila
diberikan antibotik yang adekuat dan menghindari faktor resiko.

Kata kunci : Infeksi Saluran Kemih, sistitis, Acute Uncomplicated Cystitis

Abstract
Urinary tract infection (UTI) is a condition that grows and multiplies in the urinary tract
with a number of real bacteriuria. Anatomically, the UTI is divided into tract infections and
lower urinary tract infections. The most common lower urinary tract infections are cystitis or
inflammation of the bladder wall with a characteristic in suprapubic. This abnormality of
cystitis is caused by invasion of germs caused by direct invasion of germs formed. The
condition of the channel infection that causes this complication will be complicated if it is not
followed up immediately. Prognosis is good at providing adequate antibiotics and avoiding
risk factors.
Keywords: Urinary Tract Infection, Cystitis, Acute Noncomplicated Cystitis
Pendahuluan
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi yang cukup sering terjadi di
masyarakat yang dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua kelompok
umur anak, remaja, dewasa, maupun usia lanjut. Infeksi saluran kemih sering terjdi pada
wanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri
kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung kemih. Infeksi saluran kemih pada pria
jarang terjadi, pada pria dengan usia yang sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah
prostatitis atau hyperplasia prostat.

Secara anatomi, ISK dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi
saluran kemih bagian bawah. ISK bagian atas mencakup semua infeksi yang menyerang
ginjal, sedangkan ISK bagian bawah mencakup semua infeksi yang menyerang uretra,

1
kandung kemih dan prostat. Dalam keadaan normal saluran kemih tidak mengandung bakteri,
virus, atau mikroorganisme lainnya. Dengan kata lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan
dengan membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Pada pasien dengan
gejala ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih dari 100.000/ mL urin.

Anamnesis
Anamnesis adalah riwayat kesehatan dari seorang pasien dan merupakan informasi
yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu. Anamnesis pada
skenario 2 dilakukan secara autoanamnesis, yaitu wawancara yang dilakukan antara dokter
dan pasiennya secara langsung, dimana pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan
dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien
sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan. Adapun
yang wajib ditanyakan pada anamnesis antara lain adalah:1

 Identitas Pasien, dengan menanyakan kepada pasien antara lain nama lengkap pasien,
umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa.
 Keluhan utama
- Keluhan utama pasien: nyeri saat berkemih sejak 5 hari yang lalu.
- Keluhan tambahan: keluhan utama disertai demam, sering berkemih tapi hanya
sedikit-sedikit dan urin berwarna keruh.

 Riwayat penyakit sekarang


- Bagaimana pola berkemih pasien? Tujuannya untuk mendeteksi faktor  predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
- Apakah merasa seperti terbakar atau nyeri saat berkemih (disuria)?
- Adakah timbul rasa sangat ingin ke toilet, dan harus segera melakukannya (urgensi)?
- Apakah terbangun saat malam untuk berkemih (nokturia)?
- Adakah bau urine yang menyengat?
- Bagaimana volume urine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urin?
- Adakah nyeri suprapubik? Nyeri suprapubik menunjukkan adanya infeksi pada
saluran kemih bagian bawah.

2
- Adakah nyeri panggul atau pinggang? Nyeri panggul atau pinggang biasanya pada
infeksi saluran kemih bagian atas.
- Adakah peningkatan suhu tubuh? Peningkatan suhu tubuh biasanya terjadi pada
infeksi saluran kemih bagian atas.
- Apakah sebelumnya pernah mengalami hal serupa?
 Riwayat pengobatan
- Sudah pernah berobat ke dokter?
- Setelah berobat apakah sudah sembuh?
 Riwayat penyakit dahulu atau riwayat kesehatan pasien :
- Adakah riwayat infeksi saluran kemih?
- Adakah riwayat pernah menderita batu ginjal?
- Adakah riwayat penyakit diabetes melitus, jantung?
 Riwayat penyakit keluarga
- Apakah ada dalam keluarga yang mengalami hal sama ?
 Riwayat sosial dan lingkungan
- Bagaimana pola makan dan minum sehari-hari?
- Apakah selalu menahan untuk BAK?
- Bagaimana aktivitas seksual? Seminggu bisa berapa kali berhubungan?
- Sakitnya timbul setelah berhubungan seksual atau tidak?
- Apakah pasangannya pernah terkena hal yang sama?

Dari skenario didapatkan seorang perempuan 25 tahun datang berobat ke poliklinik RS


dengan keluhan nyeri berkemih sejak 3 hari yang lalu keluhan disertai perasaan ingin
berkemih terus, dan meningkatnya frekuensi berkemih. Pasien juga mengalami demam ringan
sejak 1 hari lalu. Tidak ada mual muntah, tidak ada nyeri pinggang. Belum ada riwayat
berobat sebelumnya. Tidak ada sekret vagina. Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien bagaimana, apakah tampak sakit berat, sedang atau ringan.
Lalu bagaimana kesadaraan apakah kompos mentis, apatik, samnolen sopor, koma, derilium.
Dan pastinya juga dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital: suhu, memeriksa tekanan darah,
frekuensi pernafasan, frekuensi nadi. Pada pemeriksaan urologi harus diperhatikan setiap
3
organ mulai dari pemeriksaan ginjal, buli-buli, genetalia eksterna. Pemeriksaan fisik
dilakukan dari pemeriksaan ginjal dengan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.2

Pemeriksaan inspeksi daerah pinggang dimulai dengan meminta pasien duduk relaks
dengan membuka pakaian di daerah perut. Diperhatikan adanya pembesaran asimetris pada
daerah pinggang atau abdomen sebelah atas. Pembesaran itu mungkin disebabkan oleh karena
hidronefrosis, abses paranefrik, atau tumor ginjal, atau pada organ retroperitoneum yang lain.
Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual dengan memakai dua tangan. Ginjal kiri sulit diraba,
karena terletak lebih tinggi daripada sisi kanan. Pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada susut kostovertebra (sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir
dengan tulang vertebra). Untuk menemukan rasa nyeri pada ginjal dapat dilakukan
pemeriksaan perkusi dengan kepalan tangan, selain dengan cara palpasi diatas. Pemeriksa
meletakkan tangan kirinya pada daerah kostovertebral belakang, lalu pukul dengan
permukaan ulnar tinju dengan tangan kanannya. Gunakan tenaga yang cukup untuk
menimbulkan persepsi tapi tanpa menimbulkan rasa nyeri pada pasien normal. Rasa nyeri
yang ditimbulkan dengan pemeriksa ini dapat disebabkan oleh pielonefritis, tapi juga dapat
disebabkan hanya karena nyeri otot. Suara bruit yang terdengar pada saat auskultasi di daerah
epigastrium atau abdomen sebelah atas patut dicurigai adanya stenosis arteria renalis, apalagi
bila terdapat bruit yang terus menerus (sistolik-diastolik).2

Pemeriksaan penunjang

1. Urinalisis
 Leukosit hingga 4 atau 5 per LPB dianggap terjadi leukosuria. Peningkatan
jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya
infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau
glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi,
stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan ekskresi
leukosit meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan
permeabilitas membran glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi
berat jenis urin rendah, leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel Glitter
merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan Brown butiran dalam
sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung berkelompok.3

4
 Urin normal mempunyai pH bervariasi antara 4,3 - 8,0. Bila bahan urin masih segar
pH > 8,0 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang
berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureaspliting organism).
Albuminuria hanya ditemukan pada ISK. Sifatnya ringan dan kurang dari 1 gram per
24 jam.3
 Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.3
 Pada pielonefritis akut leukositosis mencapai 40.000 per mm 3, neutrofillia, LED
meningkat. Urin keruh, protein 1-3 gram per hari, penuh dengan pus dan kuman,
kadang dijumpai erotrosit.3

2. Kultur Urin (Bakteriologis)


Pada pemeriksaan bakteriologis secara mikroskopis dapat digunakan urin segar
tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif bila dijumpai 1
bakteri/lapangan pandang minyak emersi. Dapat juga dilakukan kultur atau biakan
bakteri. Kultur ini dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan
bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattell:4
 Pada wanita, simtomatik dan ditemukan >102 organisme coliform/ml urin plus
piuria, atau >105 organisme pathogen apapun/ml urin, atau ada pertumbuhan
organisme patogen apapun pada urin yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik.
 Pada laki-laki, simtomatik dan ditemukan >103 organisme patogen/ml urin.
 Pada pasien asimtomatik ditemukan >105 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh
urin berurutan.
3. Radiologi
Prinsipnya adalah untuk mendeteksi adanya faktor predisposisi infeksi saluran
kemih, yaitu hal – hal yang mengubah aliran urin dan stasis urin, atau hal – hal yang
menyebabkan gangguan fungsional saluran kemih. Pemeriksaan tersebut antara lain
berupa:4

a. Foto polos abdomen (BNO): Dapat mendeteksi sampai 90% batu radio opak.4
b. Pielografi intravena (PIV): Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan
ureter, dan distorsi system pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan bayi
setelah episode infeksi saluran kemih yang pertama dialami, wanita (bila terdapat

5
hipertensi, pielonefritis akut, riwayat infeksi saluran kemih, peningkatan kreatinin
plasma sampai < 2 mg/dl, bakteriuria asimtomatik pada kehamilan, lebih dari 3
episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat mengkonfirmasi adanya
batu serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi batu radiolusen dan
memperlihatkan derajat obstruksi serta dilatasi saluran kemih. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukan setelah > 6 minggu infeksi akut sembuh, dan tidak dilakukan
pada penderita yang berusia lanjut, penderita DM, penderita dengan kreatinin plasma
> 1,5 mg/dl, dan pada keadaan dehidrasi.4
c. Ultrasonografi ginjal: Untuk melihat adanya tanda obstruksi/hidronefrosis,
scarring process, ukuran dan bentuk ginjal, permukaan ginjal, masa, batu, dan kista
pada ginjal.4
d. CT-scan: Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada
parenkim ginjal, termasuk mikroabses ginjal dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini
dapat membantu untuk menunjukkan adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal
polikistik. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan in lebih baik hasilnya jika
memakai media kontras, yang meningkatkan potensi nefrotoksisitas.4

Diagnosis Kerja
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum, walaupun bermacam-macam antibiotika sudah tersedia luas di
pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35 % semua perempuan
dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya. Infeksi saluran kemih (ISK) tipe sederhana
(uncomplicated type) jarang dilaporkan menyebabkarn insufisiensi ginjal kronik (IGK)
walaupun sering mengalami ISK berulang. Sebaliknya ISK berkomplikasi (complicated type)
terutama terkait refluks vesikoureter sejak lahir sering menyebabkan insufisiensi ginjal kronik
(IGK) yang berakhir dengan gagal ginjal terminal (GGT). Penggunaan prosedur pencitraan
ginjal seperti ultrasonografi (USG) yang tersebar luas di masyarakat termasuk praktik dokter
umum harus berdasarkan indikasi medis yang kuat dan benar.5

6
ISK adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO)
dalam urin. Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria) menunjukkan pertumbuhan
mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony forming units (cfu/ml) pada biakan urin.
Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria
asimtomatik (covert bacteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis
ISK dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan
presentasi klinis ISK tanpa bakteriuria bermakna. Banyak faktor yang menyebabkan negatif
palsu pada pasien dengan presentasi klinis ISK. 5

Faktor Penyebab Negatif Palsu pada Pasien ISK


 Pasien telah mendapat terapi antimikroba
 Terapi diuretika
 Minum banyak
 Waktu pengambilan sampel tidak tepat
 Peranan bakteriofag

Tabel 1. Faktor Penyebab Negatif Palsu pada Pasien ISK. 5

Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah


Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender: 5
1. Perempuan
o Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna.
o Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukar
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini SUA
disebabkan MO anaerobik.
2. Laki-laki
Presentasi klinis ISK bawah pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis dan
uretritis.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas

7
1. Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri. 5
2. Pielonefritis kronis (PNK) mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan
atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan
atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal
yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria asimptomatik kronik pada
orang dewasa tanpa faktoor predisposisi tidak pernah menyebabkan pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal. Data epidemiologik tidak pernah melaporkan hubungan
antara bakteriuria asimptomatik dengan PNK. 5

Epidemiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan
cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang
dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). 5
Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi
selama periode sekolah (school girls) 1% meningkat menjadi 5 % selama periode aktif secara
seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30% , baik laki - laki maupun
perempuan bila disertai faktor predisposisi. 5

Faktor Predisposisi (Pencetus) ISK


 Litiasis
 Obstruksi saluran kemih
 Penyakit ginjal polikistik
 Nekrosis papilar
 Diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal
 Nefropati analgesik
 Penyakit Sikle-cell
 Senggama
 Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
 Kateterisasi

8
Tabel 2. Faktor Predisposisi (Pencetus) ISK. 5

Mikroorganisme Saluran Kemih


Pada umumnya ISK disebabkan mikro-organisme (MO) tunggal misalnya Escherichia
coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari pasien dengan infeksi simtomatik
maupun asimtomatik. Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp
( 33 % ISK anak laki - laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp, dan Stafilokokus dengan
koagulase negatif. Infeksi yang disebabkan Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti
Stafilokokus jarang dijumpai, kecuali pasca kateterisasi.5

Patogenesis ISK
Patogenesis Urinary Pathogens
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteri simtomatik dengan presentasi klinis ISK
tergantung dari patogenitas bakteri dan status pasien sendiri (host). 5
1. Peranan Patogenisitas Bakteri.
Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli diduga terkait dengan etiologi
ISK. Penelitian melaporkan lebih dari 170 serotipe 0 (antigen) E.coli yang patogen.
Patogenisitas E. Coli terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida dari
lipopolisakarin (LPS). Hanya IG serotipe dari 170 serotipe O/E. coli yang berhasil
diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain Ecoli ini mempunyai patogenisitas
khusus. Penelitian intensif berhasil menentukan faktor virulensi E.coli dikenal sebagai
virulence determinalis. Bakteri patogen dari urin (urinary pathogens) dapat
menyebabkan presentasi klinis ISK tergantung juga dan faktor lainnya seperti
perlengketan mukosa oleh bakter faktor virulensi, dan variasi fase faktor virulensi. 5
2. Peranan Bakterial attachment of mucosa.
Penelitian membuktikan bahwa fimbriae (proteinaceous hair-like projection from the
bacterial surface), merupakan salah satu pelengkap patogenesitas yang mempunyai
kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada umumnya P
fimbriae akan terikat pada P blood group antigen yang terdapat pada sel epitel saluran
kemih atas dan bawah. Fimbriae dari strain E. coli ini dapat diisolasi hanya dari urin
segar. 5

9
3. Peranan faktor virulensi lainnya. Kemampuan untuk melekat (adhesion)
mikroorganisme (MO) atau bakteri tergantung dari organ pili atau fimbriae maupun
non- fimbriae. 5

Tabel 3. Bakteri Penyebab ISK. 5

Patofisiologi ISK

Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negatif Hampir semua
ISK disebabkan invasi mikro- organisme asending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada
beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini
dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang
ditemukan di klinik, mungkin akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal diduga merupakan infeksi
sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus aureus. Kelainan ginjal
yang terkait dengan endokarditis (stafilokokus aureus) dikenal Nephritis Lohlein. Beberapa

10
peneliti melaporkan pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen dari
infeksi sistemik gram negatif. 5

Gejala klinik
Infeksi bakteri ke gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa
gejala. Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria dan terdesak kencing yang
biasanya terjadi bersamaan. Nyeri suprapubik dan daerah pelvis juga ditemukan. Polakisuria
terjadi akibat kandung kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500 ml karena mukosa
yang meradang sehingga sering kencing. Stranguria, tenesmus, nokturia, sering juga
ditemukan enuresis nokturnal sekunder, prostatismus, nyeri uretra, kolik ureter dan ginjal.
Pielonefritis akut (PNA) gejala klinisnya berupa panas tinggi (39,5-40,5), disertai
menggigil dan sakit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului gejala ISK bawah
(sistitis). Pada ISK bagian bawah (Cystitis) presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik,
polakisuria, nokturia, dysuria, dan stranguria. 5

Komplikasi
Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan
tipe berkomplikasi (complicated). ISK sederhana (uncomplicated). ISK akut tipe sederhana
(sistitis) yaitu non-obstruksi dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self
limited disease) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama. ISK tipe berkomplikasi
(complicated) bisa ditemukan pada ISK selama kehamilan dan pada diabetes melitus.
Penelitian epidemiologi klinik melaporkan bakteriuria dan ISK lebih sering ditemukan pada
DM dibandingkan perempuan tanpa DM. Basiluria asimtomatik (BAS) merupakan risiko
untuk pielonefritis diikuti penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Komplikasi
emphysematous cystitis, pielonefritis yang terkait spesies kandida dan infeksi Gram-negatif
lainnya dapat dijumpai pada DM.5

Penatalaksanaan
Pengobatan dengan medikamentosa: nitrofurantoin, ampisilin, penisilin G, asam
naliksilat, dan tetrasiklin merupakan lini pertama untuk sistitis akut. Prinsip manajemen ISK
bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotik yang adekuat, dan kalai perlu terapi
simptomatik untuk alkalinisasi urin:5

11
 Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotik tunggal;
seperti ampisilin 3 gram, trimetroprim 200 mg
 Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi
konvensional selama 5-10 hari
 Pemeriksaan miokroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukn bila semua gejala
hilang dan tanpa lekosuria.

Reinfeksi berulang (frequent re-infection)5

 Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi faktor
risiko
 Tanpa faktor predisposisi: asupan cairan banyak, cuci setelah melalukan senggama
diikuti terapi antimokroba takaran tunggal (misal trimetropin 200 mg)
 Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
1. Sulfonamida
Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram negatif.
Secara struktur analog dengan asam p-amino benzoat (PABA). Biasanya diberikan
per oral, dapat dikombinasi dengan Trimethoprim, metabolisme terjadi di hati dan di
ekskresi di ginjal. Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih
dan bisa terjadi resisten karena hasil mutasi yang menyebabkan produksi PABA
berlebihan. Efek samping yang ditimbulkan hipersensitivitas (demam, rash,
fotosensitivitas), gangguan pencernaan (nausea, vomiting, diare), Hematotoxicity
(granulositopenia), (thrombositopenia, aplastik anemia) dan lain-lain.6
2. Trimetoprim
Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat
enzim dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam
bentuk aktif dari folic acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan
baik dari usus dan ekskresi dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali
Pseudomonas sp. Biasanya untuk pengobatan utama infeksi saluran kemih.
Trimethoprim dapat diberikan tunggal 2 x 100 mg pada infeksi saluran kemih akut.
Efek samping: megaloblastik anemia, leukopenia, granulocytopenia.6
3. Trimetoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX)
Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis folat,
mencegah resistensi, dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus untuk mengobati

12
infeksi pada saluran kemih, pernafasan, telinga, dan infeksi sinus yang disebabkan
oleh Haemophilus influenza dan Moraxella catarrhalis. Dua tablet ukuran biasa
(Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg) yang diberikan dua kali sehari
efektif pada infeksi berulang pada saluran kemih bagian atas atau bawah.6
4. Penicillin
 Ampicillin adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas spektrum luas,
termasuk terhadap bakteri penyebab infeksi saluran urin. Dosis ampicillin 3 x
100 mg.11
 Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit efek samping.
Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih disukai untuk mengatasi
masalah resistensi bakteri. Dosis amoxsicillin 2x 500 mg selama 7 hari.6
5. Quinolon
Asam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk
mengobati infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteri E. coli dan
Enterobacteriaceae lain, tetapi tidak terhadap Pseudomonas aeruginosa.
Ciprofloxacin dan ofloxacin diindikasikan untuk terapi sistemik. Dosis untuk
ciprofloxacin sebesar 2 x 50 mg. Dosis ofloxacin sebesar 2 x 200-300 mg.6
6. Nitrofurantoin
Antibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien infeksi
saluran kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah hilangnya resistensi
walaupun dalam terapi jangka panjang. Untuk nitrofurantoin makrokristal diberikan
50 mg sehari empat kali yang diberikan selama 7 hari sedangkan untuk
nitrofurantoin monohidrat 100mg dua kali sehari selama 7 hari.6

Diagnosis Banding

1. Urethritis
Urethritis adalah iritasi yang terjadi pada urethra , saluran yang berhubungan
dengan kandung kemih yang berfungsi untuk mengeluarkan isi kandung kemih yang
berfungsi untuk mengeluarkan isi kandung kemih. Baik laki-laki maupun wanita
dapat terjangkit urethritis.7
Urethritis adalah sutau infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai
Gonorrhoeae atau Non-gonorrhoeae. Urethritis gonoreal disebabkan Niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui hubungan seksual. Urethritis non gonorhoeae

13
biasanya disebabkan yang tidak berhubungan dengan Niesseria gonorhoeae biasanya
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis atau ureaplasma urealytikum, Trichomonas
vaginalis dan HSV. 7
Manifestasi pada uretratitis adalah dysuria, rasa gatal pada uretra, asimtomatik,
urgensi berkemih, hematuria, pada wanita : sensasi terbakar saat kencing atau nyeri
karena uretritis pada wanita sering diikuti inflamasi ada servik, nyeri selama atau
setelah hubungan seks. Pada laki-laki : adanya cairan berwarna putih seperti nanah
dari ujung penis, terbakar atau nyeri saat kencing, atau gatal atau sensasi menyengat
pada penis. Jika infeksi menyebar dari uretra ke testis, akan menimbulkan nyeri dan
bengkak pada scrotum. 7
2. Nefrolithiasis
Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah pembentukan batu di
dalam ginjal. Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik
terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih
pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari
tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan di sekitarnya.8

Faktor intrinsik antara lain, herediter (keturunan) penyakit ini diduga


diturunkan dari orang tuanya, umur penyakit ini paling sering didapatkan pada usia
30-50 tahun, jenis kelamin jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan. Faktor ekstrinsik diantaranya adalah
geografis, pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.
Iklim dan temperature, asupan air yang cukup kurangnya asupan air dan tingginya
kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi.Diet tinggi purin, oksalat dan
kalsium mempermudah terjadinya batu. Pekerjaan, penyakit ini sering dijumpai pada
orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.8
Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.
Umumnya gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang
dapat ditemukan pada penderita batu ginjal antara lain tidak ada gejala atau tanda,
nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral, hematuria makroskopik atau

14
mikroskopik, pielonefritis dan atau sistitis, pernah mengeluarkan baru kecil ketika
kencing, nyeri ketok kostovertebral, batu tampak pada pemeriksaan pencitraan,
gangguan faal ginjal.8

Prognosis
Dengan pengobatan yang benar dan tepat, ISK seringkali memberi prognosis yang baik.
Bila faktor-faktor predisposisi tidak diketahui atau sulit dikoreksi, kira-kira 40% ISK akan
berkembang menjadi kronik.3

Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya
kuman dalam saluran kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Secara anatomi, ISK
dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi saluran kemih bagian bawah.
ISK bagian atas mencakup semua infeksi yang menyerang ginjal, sedangkan ISK bagian
bawah mencakup semua infeksi yang menyerang kandung kemih, uretra, dan prostat.
Gejalanya antara lain, poliuria, disuria, hematuria, dan piuria. Prognosis baik apabila
diberikan antibotik yang adekuat dan menghindari faktor resiko.

Daftar Pustaka
1. Papadakis MA, Mcphee SJ, Rabow MW. Current Medical Diagnosis & Treatment.
Edisi15. US America: The McGraw-Hill Companies; 2013.h.270-9;322-3.
2. Sutandar W, Nah YK. Buku panduan ketrampilan medik skill lab: pemeriksaan
urologi patologis. Jakarta: FK ukrida; 2011.h.26-8.
3. Sukandar E. Nefrologi klinik. Edisi ke-3. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII)
Bagian ilmu penyakit dalam FK UNPAD; 2006.h.26-93.
4. Purnomo BP. Dasar-dasar urologi. Edisi ke-2 Jakarta: CV Sagung Seto; 2009.h.69-85.
5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing ; 2014.
6. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi 5.
Jakarta: FKUI; 2011.h.599-611.
7. Berger RE. Sexually transmitted disease The classic disease. In: walsh PC. Urology.
Ed 8. Vol 1. Europe: WB saunders company; 2001.h. 671-82.
15
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 919-21.

16

Anda mungkin juga menyukai