NRP : G24120043
Asisten :1. Prahditiya Riskiyanto (G24110026)
2. Nihayatul Zulfa (G24110067)
Langkah Kerja
1. Membuat CDF
Mengurutkan nilai
Membagi data
Menyiapkan data data dari terkecil ke
curah hujan harian
curah hujan harian terbesar dan
30 tahun menjadi
30 tahun memberi urutan
data 10 tahunan
(ranking)
Membuat grafik
Mencari nilai CDF dengan sumbu Melakukan analisis
peluang x: CH, dan sumbu CDF
y: peluang
2. Membuat PDF
Dampak perubahan cuaca dan iklim ekstrim merupakan Dampak perubahan cuaca dan iklim
ekstrem merupakan bagian permasalahan yang paling serius bagi kehidupan masyarakat di dunia (WMO,
2009). Kejadian ekstrem akan lebih sering terjadi, lebih luas atau meningkat intensitasnya pada abad ke-
21 (IPCC, 2007). Berbagai masalah timbul akibat iklim dan cuaca ekstrem mulai dari wabah penyakit,
gangguan kesehatan, nelayan yang tidak berani melaut akibat ombak tinggi sampai petani yang gagal
panen dan kerawanan sosial lainnya. Berkaitan dengan masalah di bidang pertanian (ketahanan pangan)
yang melanda belahan dunia, produksi padi merupakan tanaman yang rentan terhadap kejadian ekstrem:
El-Nino dan La-Nina (Naylor et al., 2001). Dengan demikian dibutuhkan informasi dan pengetahuan
khususnya dalam faktor cuaca dan iklim tentang perilaku nilai-nilai ekstrem. Pada praktikum kali ini,
analisis iklim ekstrim dilakukan dengan metode pendekatan Cumulative Distribution Function (CDF) dan
Probability Distribution Function (PDF)
1.2
1
0.8
0.6
p
0.4
0.2
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
CH
Cumulative Distribution Function (CDF) merupakan suatu fungsi distribusi untuk variabel acak x
yang memberikan nilai peluang dari nilai variabel acak x bernilai kurang atau sama dengan nilai variabel
tersebut. Pada praktikum kali ini, variabel yang digunakan adalah curah hujan. CDF dapat
memperlihatkan pola curah hujan berdasarkan klasifikasi untuk data tahunan. Ini berarti masing-masing
komposit tahun-tahun kering (15% terbawah), normal (antara 15-85%), dan basah (15% teratas) (Topo
2012). Berdasarkan grafik yang tertera pada gambar 3 di atas, diketahui bahwa curah hujan 0 mm
memiliki peluang kejadian ekstrim semakn meningkat. Peluang kejadian iklim ekstrim yang tinggi di
Medan pada tahun 1979-1988 terjadi jika curah hujan lebih besar dari 30 mm. Hal ini ditunjukkan oleh
peluang kejadian ekstrim pada curah hujan di atas 30 mm mendekati satu. Batasan untuk penentuan nilai
curah hujan ekstrim yaitu ketinggian curah hujan harian yang berada di atas persentil 95. Data curah
hujan di atas memiliki nilai persentil sebesar 30 mm. Artinya nilai tersebut menjadi nilai batas atas dan
batas bawah terjadinya curah hujan ekstrim.
1.2
0.8
0.6
p 0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
CH
Berdasarkan grafik yang tertera pada gambar 3 di atas, diketahui bahwa curah hujan 0 mm
memiliki peluang kejadian ekstrim semakn meningkat. Peluang kejadian iklim ekstrim yang tinggi di
Medan pada tahun 1989-1998 terjadi jika curah hujan lebih besar dari 24 mm. Batasan untuk penentuan
nilai curah hujan ekstrim yaitu ketinggian curah hujan harian yang berada di atas persentil 95. Data curah
hujan di atas memiliki nilai persentil sebesar 24 mm. Artinya nilai tersebut menjadi nilai batas atas dan
batas bawah terjadinya curah hujan ekstrim. Nilai curah hujan 181,1 mm memiliki nilai peluang sebesar
1, yang berarti grafik di atas mempunyai hubungan linear antara tinggi curah hujan dan peluang kejadian.
Semakin tinggi curah hujan, peluang kejadiannya semakin tinggi.
1.2
0.8
0.6
p
0.4
0.2
0
0 50 100 150 200 250
CH
Berdasarkan kurva CDF pada gambar 5 diketahui bahwa batasan kejadian iklim ekstrim yaitu
sebesar 28,67 mm yang didapatkan dari nilai persentil. Peluang kejadian ekstrim kecil terjadi saat curah
hujan rendah, dan semakin tinggi saat curah hujannya tinggi pula. Pada tahun 1999-2008, kejadian iklim
ekstrim tidak sebesar pada tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari nilai persentil yang lebih kecil
0.03
0.03
0.02
0.02
0.01
0.01
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Probability Distribution Function (PDF) dapat menggambarkan probabilitas suatu kejadian curah
hujan yang muncul sehingga dapat ditentukan mana yang akan menjadi indicator suatu kejadian hujan
tertentu. Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa curah hujan rendah memiliki peluang kejadian
yang lebih tinggi dibandingan curah hujan tinggi. Dapat diketahui pula bahwa kejadian hujan di atas 62
mm sangat jarang yang ditunjukkan dengan nilai peluang mendekati nol. Tinggi curah hujan yang paling
sering terjadi adalah curah hujan yang memiliki peluang tertinggi
KESIMPULAN
Peluang suatu kejadian curah hujan ekstrim rendah terjadi pada curah hujan yang rendah, dan
peluang kejadian ekstrim akan meningkat beriringan dengan meningkatnya curah hujan. Kota medan
curah hujan ekstrim secara umum terjadi di atas sekitar 30 mm.
DAFTAR PUSTAKA
IPCC. 2007. Climate Change 2 007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the
Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change [Solomon, S., D.
Qin, M. Manning, Z. Chen, M. Marquis, K.B. Averyt, M.Tignor and H.L. Miller (eds.)].
CambriDge University Press, Cambridge, United Kingdom and New York, NY,USA
Topo, Akhmad Kunio Fadlullah Pra. 2012. Analisis dan Proyeksi Curah Hujan dan Temperatur. Program
Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB.
WMO. 2009. Guidelines onAnalysis of extremes in a changing climate in support of informed decisions
for adaptation. Publications Board. Geneva 2, Switzerland.