PENDAHULUAN
Latar belakang
Analisa peluang hujan membutuhkan data hujan yang berkesinambungan, jangka panjang.
Hal ini dilakukan utuk mendapatkan data dengan ketelitian tinggi, yaitu dengan mengumpulkan
data selama tiga puluh tahun atau lebih (Pamin 1985). Analisis peluang digunakan untuk
melakukan proporsi suatu kejadian di antara totalitas kemungkinan kejadian yang mungkin
terjadi dengan persentase berdasarkan nilai hasil. Pada analisis peluang akan dipelajari mengenai
pengumpulan, pengaturan, perhitungan, penggambaran, dan penganalisisan data, serta penarikan
kesimpulan yang valid berdasarkan analisis yang dilakukan (Masruroh 2013).
Sebaran statistika untuk menghitung peluang merupakan salah satu analisis yang sering
dimanfaatkan untuk mengolah data iklim.Peluang merupakan teori dasar stastistika, suatu
disiplin ilmu yang mempelajari pengumpulan, pengaturan, perhitungan, penggambaran dan
penganalisisan data, serta penarikan kesimpulan yang valid berdasarkan penganalisisan yang
dilakukan dan pembuatan keputusan yang rasional (Sudjana 1996). Distribusi normal merupakan
salah satu distribusi probabilitas yang penting dalam analisis statistika. Distribusi ini memiliki
parameter berupa mean dan simpangan baku. Distribusi normal dengan mean = 0 dan simpangan
baku = 1 disebut dengan distribusi normal standar (Wicaksono 2013).
Dengan teori peluang, ukuran atau derajat ketidakpastian hasil perhitungan atau dugaan
suatu peristiwa dapat diketahui. Data iklim dengan peluang tertentu dapat memberi gambaran
yang lebih jelas dibandingkan dengan data rata-rata. Pada data yang menyebar normal atau
mendekati normal, nilai rata-rata berpeluang terjadi sama atau mendekati 50%. Tetapi pada data
yang menyebar miring, maka nilai rata-rata tidak memberikan gambaran peluang yang jelas,
dapat lebih besar atau lebih kecil dari 50%. Sebaran kontinyu meliputi sebaran normal dan satu
sebaran miring, yaitu sebaran Gamma
Tujuan
METODOLOGI
c. Metodologi
1
Hitung nilai rata-rata CH serta nilai LN , kemudian kategorikan
berdasarkan rentang dengan mencari jumlah kelas, interval dan range
terlebih dahulu
Pada praktikum ini dilakukan pengolahan data curah hujan dengan menggunakan metode
distribusi peluang kontinu yang dilakukan dengan tiga metode yaitu distribusi normal, frekuensi
kumulatif dan distribusi gamma. Pada masing-masing metode di hitung peluang curah hujan bulan
februari dengan peluang terlampaui dari 70%, 80%, 90% dan 95%.
Distribusi peluang kontinu merupakan distribusi peluang apabila variabel acak yang
digunakan adalah variabel kontinu. Distribusi peluang kontinu dapat digambarkan dalam bentuk
tabel, grafik, maupun persamaan. Variabel kontinyu adalah variabel yang secara teoritis dapat
mempunyai nilai yang bergerak tak terbatas antara dua nilai.
Pada pengolahan data dilakukan perhitungan frekuensi kumulatif. Frekuensi kumulatif
adalah jumlah frekuensi kelas tersebut dan kelas-kelas sebelumnya. Distribusi Frekuensi
Kumulatif terdiri dari dua macam, yaitu distribusi kumulatif kurang dari dan distribusi kumulatif
lebih dari. Distribusi frekuensi kumulatif kurang dari menunjukkan berapa banyaknya frekuensi
pengamatan yang menunjukkkan nilai lebih kecil dari sebuah nilai atau nilai-nilai tertentu.
Sedangkan distribusi frekuensi kumulatif lebih dari menunjukkan berapa banyaknya frekuensi
pengamatan yang menunjukkan nilai yang lebih besar dari sebuah nilai atau nilai-nilai tertentu
(Arikunto 2002).
Berdasarkan tabel dari hasil perhitungan menggunakan Ms. Excel diatas menunjukan
bahwa adanya korelasi yang berbanding terbalik antara peluang dengan frekuensi hujan yang
terjadi, bahwa besar nilai peluangnya maka semakin kecil curah hujan yeng terjadi. Hal ini terjadi
karena frekuensi saat intensitas curah hujan yang kecil lebih sering terjadi sehingga peluang
kejadian hujannya pun besar. Begitupula sebaliknya, karena intensitas curah hujan yang tinggi
jarang terjadi maka peluang kejadiannya akan tinggi. Analisis frekuensi komulatif menghasilkan
curah hujan yang sama pada setiap peluang. Berdasarkan grafik yang dibuat didapatkan persamaan
garis y = -3,042x + 364,6 dan R² = 0,950. Nilai y merupakan besarnya curah hujan sedangkan nilai
x merupakan peluang curah hujan tersebut. Sehingga semakin peluangnya tinggi maka curah hujan
nya akan semakin rendah. Nilai yang berbanding terbalik ini dikarenakan pada persamaan tersebut
koefisien X bernilai negatif.
2
Pada tabel diatas, nilai gamma tidak ada karena berdasarkan hasil perhitungan X tabel
lebih kecil daripada x hitung . Nilai gamma akan ada jika nilai X hitung lebih kecil daripada X
tabel. Nilai frekuensi komulatif dan nilai sebaran normal dengan peluang 70% berturut-turut yaitu
263,67 dan 278,08. Dengan peluang 80% nilai frekuensi komulatif dan sebaran normalnya yaitu
226,41 dan 242,90. Peluang dengan besar 90% menghasilkan frekuensi komulatif dan sebaran
normal berturut-turut 189,15 dan192,97 sedangkan dengan nilai peluang sebesar 95%
menghasilkan frekuensi komulatif dan sebaran normal sebesar 170,52 dan 150,99.
Kelebihan dari metode yang digunakan antara metode sebaran normal dan frekuensi
kumulatif hampir sama, yaitu mudah dalam pengolahan data dan penghitungannya. Namun
kelemahannya yaitu data yang didapatkan sering dekat dengan kesalahan. Sedangkan sebaran
gamma dapat digunakan untuk menduga peluang kejadian hujan dengan ketelitian yang cukup
akurat dan dapat diandalkan. Namun kelemahannya yaitu pada metode ini bersifat sistematis, jika
terdapat kesalahan pada salah satu langkah, maka akan menyebabkan kesalahan pada nilai
berikutnya.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Masruroh, Lailatul. 2013. Analisis Curah Hujan Maksimum dan Ekstrim di Kabupaten Bogor.
Skripsi. Departemen Geofisika dan Meteorologi. Institut Pertanian Bogor
Pamin K. 1985. Sidik lintas fenotip dan genotip tanaman sawit. [Buletin Perkebunan]. 16(1). 7-16
Wicaksono R. 2013. Mengenal Distribusi Normal dan Cara Membaca Tabel Distribusi
Normal.[terhubung berkala]. http://analisis-statistika. com/2013/03/mengenal-distribusi-
normal-dan-cara.html (12 Oktober 2014)