Anda di halaman 1dari 75

Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi ….........................… (Sri Moertinah)......

: 104 – 114

KAJIAN PROSES ANAEROBIK SEBAGAI ALTERNATIF TEKNOLOGI


PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI ORGANIK TINGGI
Sri Moertinah1)
1)
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI)
Jl. Ki Mangunsarkoro 6 Semarang, Telp. (024) 8316315 Fax. (024) 8414811 email : srimoertinah@yahoo.co.id

(Naskah diterima 14/7/2010, disetujui 8/11/2010)

ABSTRACT

High organic industrial waste water can cause water pollution if is not
properly treated. This waste water can be produced from alcohol, tofu, tapioca,
sugar, textile, beer industry etc. Anaerobic proces is one of technology alternative
which can be used for treating of high organic waste water. The goal of this review is
help high organic biodegradable industry in getting discription alternative appropiate
waste water treatment technology which can be used by them so that their waste
water not disturb their environment. This technology has already used for a long time
ago but has been developing and has been developing and improving it. There are
many kind of an aerobi reactors. Recently high rate anaerobic treatment has already
discovered with faster rate treatment, stability of range organic load, stand of
changing input debit, waste water characteristic, also not need mixing.It is also
discover beside biodegradable an aerobic technology also can treat non degradable
high organic industrial waste water. Although there are some weaknes by improving
and and developing it so more benefit can be got from the implementation of
anaerobic technology.

Key words : Anaerobic technology – High organic industrial waste water

ABSTRAK

Air limbah industri organik tinggi apabila tidak diolah dapat menyebabkan
pencemaran air. Berbagai jenis air limbah industri organik tinggi a.l dihasilkan dari
industri alkohol, tahu, tapioka, gula, tekstil, beer dan lain-lain. Proses anaerobik
merupakan alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah air limbah
industri organik tinggi. Kajian ini bertujuan untuk membantu pengusaha industri
yang mempunyai air limbah organik tinggi untuk mendapatkan gambaran tentang
alternatif teknologi tepat yang dapat digunakan oleh mereka dalam mengolah air
limbahnya sehingga tidak mengganggu lingkungannya. Teknologi ini sudah ada sejak
lama namun terus berkembang dan ditingkatkan. Reaktor anaerob jenisnya ber-
macam-macam. Pada saat ini sudah ditemukan pengolahan anaerobik dengan laju
pengolahan yang lebih cepat, stabil dengan rentang beban organik, tahan terhadap
perubahan debit yang masuk, karakteristik limbah serta tidak memerlukan
pengadukan. Diketemukan pula selain air limbah organik tinggi yang dapat diurai
mikroorganisme, ternyata yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme juga dapat
diolah dengan teknologi anaerobik. Dengan adanya peningkatan dan pengembangan
maka lebih banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan teknologi
anaerobik tersebut, walaupun ada kelemahannya.

Kata kunci : Teknologi Anaerob - Air limbah industri organik tinggi

PENDAHULUAN but apabila tidak dikelola secara benar dapat menye-


babkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Dengan pesatnya pembangunan industri Apabila dilihat dari bentuknya, pencemaran
selain dampak positip, kemajuan industri juga me- yang disebabkan oleh limbah industri dapat berben-
nimbulkan dampak negatip bagi lingkungan. Meru- tuk padat, cair, gas maupun kebisingan. Sedang dili-
pakan suatu kenyataan yang harus dihadapi bahwa hat dari komponen - komponen pencemar yang
dalam proses produksi suatu industri selain produk terkan-dung dalam limbah tersebut maka pencemar-
yang bernilai juga dihasilkan limbah. Limbah terse- an yang terjadi dapat dalam bentuk pencemaran
fisika, kimia, biologis dan radioaktif.

104
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi ….........................… (Sri Moertinah)...... : 104 – 114

Air limbah industri adalah air yang berasal bervariasi tergantung kepada sifat dan jenis limbah,
dari rangkaian proses produksi suatu industri dengan volume dan frekuensi air limbah yang dibuang oleh
demikian maka air limbah tersebut dapat mengan- masing-masing industri.
dung komponen yang berasal dari proses produksi Berdasarkan konsentrasi bermacam kompo-
tersebut dan apabila dibuang ke lingkungan tanpa nen, air limbah dapat diklasifikasikan menjadi air
pengelolaan yang benar tentunya akan dapat meng- limbah konsentrasi tinggi (strong), medium dan
ganggu badan air penerima. Dampak pencemaran air rendah (weak). Klasifikasi tersebut disajikan pada
limbah industri terhadap mutu badan air penerima tabel.
Tabel 1. Klasifikasi Air Limbah
Konsentrasi
Satuan
Tinggi Medium Rendah
Padatan total Mg/l 1200 700 350
Terlarut total Mg/l 850 500 250
Tetap Mg/l 525 300 145
Menguap Mg/l 325 200 105
Tersuspensi total Mg/l 350 200 100
Tetap Mg/l 75 50 30
Menguap Mg/l 275 150 70
Padatan terendap Ml/l 20 10 5
Biochemical Oxygen Demand (BOD5) Mg/l 300 200 100
Total Organik Carbon (TOC) Mg/l 200 135 65
Chemical Oxygen demand (COD) Mg/l 1000 500 250
Nitrogen (Total sbg N) Mg/l 85 40 20
Organik Mg/l 35 15 8
Amoniak Bebas Mg/l 50 25 12
Nitrit Mg/l 0 0 0
Nitrat Mg/l 0 0 0
Phosphorus (total sbg P) Mg/l 20 10 6
Organik Mg/l 5 3 2
Anorganik Mg/l 15 7 4
Chlorida (nilai harus ditambah dengan jumlah yg Mg/l 100 50 30
terbawa dalam air)
Alkalinitas Mg/l 200 100 50
Lemak Mg/l 150 100 50
Sumber : (Benefield D & Clifford, 1980).

Cara pengolahan air limbah industri yang Untuk kandungan COD yang tinggi dalam
sesuai agar tidak mencemari lingkungannya dipilih air limbah pengaruhnya terhadap lingkungan tergan-
berdasarkan karakteristiknya. Karakteristik air tung dari zat organiknya, kalau dapat diurai oleh
limbah industri tersebut adalah karakteristik fisika, mikroorganisme pengaruhnya seperti BOD, tetapi
karakteristik kimia dan karakteristik biologi untuk yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme
(Metcalf & Eddy, 2002). Seperti yang telah disebut- pengaruhnya tergantung dari jenis zat organik yang
kan dimuka air limbah industri dapat menyebabkan ada disitu.
terjadinya pencemaran lingkungan apabila tidak BOD (Bio Chemical Oxygen Demand) ada-
dikelola secara tepat. Salah satu jenis air limbah lah jumlah oksigen yang harus dipakai oleh mikro-
industri yang dapat menyebabkan terjadinya pence- organisme yang ada dalam air buangan untuk meng-
maran lingkungan adalah air limbah dengan kan- oksidasi zat-zat organik yang ada dalam air buangan
dungan organik tinggi. Karakteristik air limbah pada periode tertentu biasanya 5 hari dan pada suhu
organik tinggi ditunjukan dengan tingginya tertentu biasanya 20 oC.
parameter BOD dan COD dalam air limbah. Contoh COD (Chemical Oxygen Demand) menun-
industri dengan air limbah organik tinggi adalah jukkan jumlah oksigen yang diperlukan untuk
industri tapioka, tahu, gula, kecap, sitrat, asam mengoksidasi bahan-bahan yang dapat teroksidasi
glutamat, tekstil, bir, alkohol dan lain-lain. dalam air buangan oleh senyawa-senyawa oksidator
Kandungan BOD yang tinggi dalam air (K2Cr2O7).
limbah industri dapat menyebabkan turunnya Apabila komponen-komponen organik
oksigen perairan, keadaan anaerob (tanpa oksigen), dalam air limbah dapat diurai oleh mikroorganisme
sehingga dapat mematikan ikan dan menimbulkan maka dengan atau tanpa aklimitasi air limbah dapat
bau busuk. diolah secara biologis. Proses pengolahan air limbah
secara biologis tersebut dapat dilakukan pada

105
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi ….........................… (Sri Moertinah)...... : 104 – 114

kondisi aerobik (dg udara), kondisi anaerobik (tanpa pengolahan air limbah secara anaerobik dilaksana-
udara), atau kombinasi anaerobik dan aerobik. kan, maka terlebih dahulu harus dipersiapkan bio-
Apabila BOD/COD air limbah > 0.6 maka massa lumpur yang telah teraklimatisasi dan diketa-
air limbah dapat diolah secara biologis tanpa aklimi- hui kemampuan biodegradasi anaerobik maksimum-
tasi mikroorganisme. Jika BOD/COD air limbah an- nya. Persiapan biomassa lumpur anaerobik yang
tara 0.3 – 0.6 menunjukan bahwa air limbah tersebut telah teraklimitasi dapat dilakukan dengan dua jenis
dapat diolah secara biologis namun membutuhkan sistem aklimatisasi, yaitu sistem satu tahap, dimana
aklimitasi mikroorganisame. Untuk BOD/COD < tahap asidifikasi dan metanasi dilakukan dalam satu
0.3, maka harus dicari cara lain untuk mengolah air reaktor. Sedang pada sistem dua tahap, proses asidi-
limbah tersebut (Rao MN dan AK Datta, 1979). fikasi dan metanasi dilakukan dalam reaktor yang
Dalam rangka mencegah terjadinya pence- berbeda.
maran lingkungan yang dapat disebabkan oleh air Proses anaerobik adalah proses biodegra-
limbah industri dengan kandungan organik tinggi dasi senyawa organik menjadi gas metan (CH4) dan
maka diperlukan teknologi tepat yang dapat diguna- karbondiok-sida (CO2) tanpa tersedianya molekul
kan oleh para pengusaha untuk mengolah air lim- oksigen. Pada dasarnya proses anaerobik didominasi
bahnya sehingga tidak mencemari lingkungannya. oleh dua kelompok bakteri yaitu :
Salah satu alternatif teknologi yang ke-  Bakteri Asidogenik, terdiri dari bakteri
mungkinan dapat digunakan disini adalah teknologi pembentuk asam butirat, propionat dan
anaerob. Tujuan penulisan makalah kajian proses bakteri asetogenik pembentuk asam asetat.
anaerobik sebagai alternatif teknologi pengolahan  Bakteri metanogenik, yaitu bakteri
air limbah organik tinggi, adalah untuk membantu asetofilik yang dapat merubah substrat
pengusaha industri organik tinggi untuk mendapat- asam asetat menjadi gas metan, dan bakteri
kan masukan data, yang dapat memberikan gambar- hidrogenofilik yang dapat merubah H2 dan
an tentang alternatif teknologi tepat yang dapat di- CO2 menjadi gas metan.
gunakan oleh mereka dalam mengolah air limbah- Proses metabolisme anaerobik dapat dibagi
nya, sehingga tidak mengganggu lingkungannya. dalam tiga tahap yaitu hidrolisa, asidifikasi dan
metanasi. Pada tahap hidrolisa senyawa polimer
KAJIAN TEKNOLOGI ANAEROB UNTUK didegradasi menjadi monomer yang kemudian oleh
MENGOLAH AIR LIMBAH INDUSTRI bakteri asidogenik akan didegradasi menjadi asam-
asam organik pada tahap asidifikasi. Asam organik
Prinsip Proses Biologis Anaerob dalam bentuk asetat akan diubah menjadi gas metan
Pengolahan air limbah secara anaerobik di- dan CO2 pada tahap metanasi. Tahap metanasi
gunakan untuk pengolahan air limbah dengan BOD merupakan tahap yang dapat mereduksi COD air
yang sangat tinggi (Nusa Idaman Said, 2002). Ting- limbah paling tinggi. Pada temperatur dan tekanan
kat efektifitas pengolahan secara anaerobik sangat standard 0,454 kg COD dapat menghasilan 0,16 M3
dipengaruhi oleh karakteristik biomassa lumpur an- gas metan (Eckenfelder, 1980). Mekanisme bio-
aerobik dan senyawa organik komplek yang terkan- kimia dari proses anaerobik adalah sebagai berikut :
dung dalam air limbah yang akan diolah. Sebelum

Proses Bahan Bakteri


Particulate organik material
Protein Karbohidrat Lipid
Lipolytic,proteolytic
Hydrolysis and cellulytic bacteri
Amino Acids/Sugar
Fermentation
(acidogenesis) Fermentative bacteri

Fatty Acids
Fermentation
(Acetogenesis) Hydrogen producing
bacteri
Acetate/Hydrogen
Methanogenesis Methangene
bacteri
Metan / Carbondioksida

Gambar 1. Diagram mekanisme biokimia dari proses anaerobik

106
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi ….........................… (Sri Moertinah)...... : 104 – 114

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses lebih intim. Kandungan nutrisi yang dibutuhkan
Anaerob untuk pengolahan anaerob air limbah adalah
BOD : N : P = 100 : 2,5 : 0,5 (Rao M.N & A.K
a. Suhu Datta, 1979)
Bakteri akan menghasilkan enzym yang d. Zat beracun
lebih banyak pada suhu optimum. Semakin Ada jenis-jenis zat organik maupun
tinggi suhu, reaksi juga akan semakin cepat, anorganik, baik yang terlarut maupun tersus-
tetapi bakteri akan semakin berkurang. Proses pensi dapat menjadi penghambat ataupun racun
anaerobik berfungsi efektif pada dua range bagi pertumbuhan mikroorganisme jika terdapat
suhu, range mesophilic (29 - 38 oC) dan range pada konsentrasi yang tinggi. Beberapa senya-
thermophilic (49 - 57 oC) walaupun laju reaksi wa organik terlarut yang dapat menghambat
lebih besar pada range thermophilic, akan tetapi pertumbuhan mikroorganisme a.l formaldehyde,
membutuhkan beaya yang lebih besar. Tetapi chloroform, ethyl benzene, eteylene, kerosene,
untuk air limbah industri yang suhunya cukup detergen. Sedang senyawa anorganik a.l Na, K,
tinggi seperti air limbah industri alkohol, gula, Ca, Mg, NH3, S, Cu, Cr(VI), Cr (III), Ni, Zn dll.
pulp dan lain-lain tentunya akan lebih mengun-
tungkan karena air limbah tidak harus didingin- Perkembangan Proses Anaerob
kan terlebih dahulu apabila akan diolah. Dengan Pengolahan dengan cara proses anaerobik
semakin cepatnya waktu reaksi tentunya reaktor telah lama digunakan untuk mengolah air buangan
juga semakin kecil sehingga area yang dibutuh- domestik maupun industri. Pada proses ini bahan-
kan juga makin berkurang namun hal lain yang bahan organik diubah menjadi gas metan yang dapat
perlu dipertimbangkan juga adalah apabila akan digunakan sebagai bahan bakar. Pada mulanya
diambil gas metannya tentunya harus dicari anaerobik digestion digunakan pada pengolahan
suhu optimum hasil gas methan yang terbanyak. lumpur tinja dan limbah pertanian dengan menggu-
b. pH nakan septik tank. Perkembangan ilmu pengetahuan
Bakteri metan bekerja pada range pH 6,6 dan teknologi yang pesat telah menciptakaan pengo-
– 7,6 dengan pH optimum = 7. Penurunan nilai lahan secara anaerobik dengan laju yang lebih cepat
pH yang terjadi setelah proses asidifikasi dengan menggunakan biofilm dan biofloc. Dengan
sehingga pH 6, dapat menghambat aktifitas laju yang cepat berarti bahwa umur lumpur (mean
bakteri metan. Bila laju pembentukan asam cell resident tank) yang tinggi harus dicapai dalam
melampaui laju pemecahannya menjadi metan, sistem, proses operasi demikan akan memperkecil
proses akan menjadi tidak seimbang dimana pH hidrolic retention time (HRT) dengan beban COD
akan turun, produksi gas berkurang dan kan- yang besar. Kinerja ini terbukti stabil dengan
dungan CO2 pada gas naik. Dengan demikian rentang beban organik, temperatur dengan laju per-
dibutuhkan pengolahan pH untuk menjamin laju tumbuhan cellular yang rendah. Proses juga tahan
produksi metan. Untuk menetralkan biasanya terhadap perubahan debit yang masuk, karakteristik
digunakan kapur tetapi jangan berlebihan kare- limbah, serta tidak memerlukan pengadukan.
na akan menghasilkan endapan kalsium karbo- Menurut konfigurasinya biofilm yang digu-
nat. Sebagai alternatif lain dapat digunakan na- nakan industri dapat dibedakan menjadi (Bowo
trium bikarbonat. Diharapkan bikarbonat alkali- Djoko Marsono, 1995) :
nitasnya pada range 2500 – 5000 mg/l sebagai  Fix bed (contoh anaerobik filter}
kapasitas penyediaan buffer untuk mengatasi  Moving bed Rotating Biological Contactor
kenaikan asam volatile dengan kenaikan pH (RBC)
minimal. Alkalinitas dapat dikontrol dengan  Fluidized bed
mengurangi kecepatan umpan atau menambah  Recycle bed
alkalinitas pada air limbah.  Up Flow Anaerobik Sludge Blanket (UASB)
c. Konsentrasi substrat. Proses-proses tersebut mempunyai HRT
Sel mikroorganisme mengandung C, N, yang pendek (kurang dari 20 hari) dan kecepatan
P dan S dengan perbandingan 100:10:1:1. Un- beban organik yang tinggi, dengan demikian akan
tuk pertumbuhan mikroorganisme unsur-unsur memperkecil ukuran reaktor, luas lahan dan biaya
diatas harus ada pada sumber makanan (sub- investasi. Untuk kepentingan industri maka proses
strat). Konsentrasi substrat dapat mempenga- tersebut akan lebih menghemat biaya disebabkan
ruhi proses kerja mikroorganisme. Kondisi yang rendahnya biaya operasi dan pemeliharaan, gas yang
optimum dicapai jika jumlah mikroorganisme dapat dimanfaatkan, dan produksi lumpur sedikit
sebanding dengan konsentrasi substrat. serta tidak berbau.
Kandungan air dalam substrat dan homo- Dengan adanya penelitian dan pengem-
genitas sistem juga mempengaruhi proses kerja bangan berbagai keunggulan yang dapat diperoleh
mikro-organisme. Karena kandungan air yang dari proses anaerobik adalah (Letinga et all, 1979,
tinggi akan memudahkan proses penguraian Van Lier Jules B, 2008) :
sedang homogenitas sistem membuat kontak
antar mikroorganisme dengan substrat menjadi

107
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi ….........................… (Sri Moertinah)...... : 104 – 114

 Pengurangan produk lumpur yang berlebihan dioperasikan sebagai suatu reaktor yang
sampai 90 %. tercampur sempurna. Dalam hal ini waktu
 Pengurangan sampai 90 % pada kebutuhan retensi hidrolis (HRT) sama dengan waktu
ruangan sewaktu menggunakan expanded retensi bakteri (SRT). SRT menyatakan waktu
sludge bed system. rata-rata bakteri tinggal dalam reaktor. Secara
 Penerapan tertinggi loading rate mencapai 20- matematis SRT dapat dioperasikan sebagai
35 Kg COD/m3 reaktor. Volume reaktor perhari berikut :
membutuhkan volume reaktor yang lebih kecil. SRT = MT /ME
 Tidak menggunakan bahan bakar fossil untuk Keterangan :
pengolahan, menghemat kira-kira 1 KwH/Kg - MT : berat total bakteri dalam reaktor
COD yang dihilangkan. - ME : berat total bakteri yang keluar dari
 Menghasilkan kira-kira 13,5 MJ CH4 energy/kg reaktor perhari
COD yang dihilangkan, memberikan 1,5 KwH Pada dasarnya efisiensi proses yang
keluaran listrik (diperkirakan konversi listrik dibutuhkan berhubungan dengan SRT. Harga
adalah 40 %). SRT secara proporsional berbanding terbalik
 Start up yang cepat (< 1 minggu) apabila digu- terhadap laju pertumbuhan spesifik dari mikro-
nakan granular anaerobic sludge sebagai seed organisme yang ada didalam reaktor (Medriany
material. Syafila,1997). Dari kenyataan tersebut berarti
makin lama SRT yang tersedia makin lama pula
 Tidak/sangat sedikit menggunakan bahan kimia.
waktu yang diperlukan oleh mikro organisme
 Teknologi yang sederhana dengan efisiensi
untuk menstabilkan buangan yang ada. Dengan
pengolahan yang tinggi.
mengurangi HRT pada sistem konvensional,
 Lumpur anaerobik dapat disimpan tanpa diberi
jumlah mikroorganisme didalam reaktor juga
makan, reaktor dapat beroperasi hanya selama
akan berkurang karena adanya mikroorganisme
pemanenan hasil pertanian misal : industri gula.
yang keluar dari reaktor. Harga HRT pembatas
 Apabila ada lumpur yang berlebih ternyata tercapai pada saat laju bakteri yang keluar dari
lumpur tersebut dapat mempunyai nilai pasar reaktor lebih cepat dari pada laju pertumbuhan-
karena dapat dijual untuk seed reaktor baru. nya.
 Sistem high rate memberikan fasilitas resirku- Bakteri metanogen merupakan bakteri
lasi air di pabrik (menuju ke siklus tertutup). yang lambat pertumbuhannya dan merupakan
Selain keunggulan yang telah disebutkan faktor pembatas didalam proses pengolahan
terdapat kelemahan dari sistem pengolahan anaero- secara anaerob. Oleh karena laju pertumbuh-
bik adalah (Letinga et all, 1979) : annya lambat, bakteri metanogen memerlukan
 Untuk memulai proses diperlukan waktu 8 – 12 SRT yang panjang. Dengan demikan berarti
minggu. memerlukan HRT yang lama pula. SRT yang
 Proses anaerobik merupakan proses pra diperlukan bervariasi antara 3-5 hari pada 35
pengolahan. o
C. Untuk memperoleh pengontrolan yang tepat
Berbagai jenis reaktor anaerobik adalah sebagai dan hasil pengolahan yang baik, waktu detensi
berikut : biasanya 10 – 30 hari pada 35 oC. Penyempur-
1. Proses Konvensional naan sistem konvensional yang utama adalah
Proses pengolahan anaerobik secara kon- dengan memisahkan SRT dan HRT. Dengan
vensional terdiri dari suatu reaktor yang dipa- pemisahan, volume reaktor yang diperlukan
naskan, mengandung buangan dan zat padat lebih kecil dan beban organik yang diolah akan
biologi (bakteri) yang bertanggung jawab terha- lebih besar. Dengan demikian buangan-buangan
dap proses penguraian. Buangan terkonsentrasi industri yang relatif terlarut dapat diolah pada
(biasanya lumpur air buangan), dapat ditambah- HRT yang lebih rendah dan sementara itu SRT
kan secara kontinyu ataupun periodik dan yang diperlukan dapat dipelihara untuk pertum-
kemudian lumpur ini akan tercampur dengan isi buhan bakteri metan.
reaktor. Secara teoritis digester konvensional
Gas
Influent
Effluent

Digested Sludge
Gambar 2. Proses Anaerobik Konvensional

108
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi ….........................… (Sri Moertinah)...... : 104 – 114

2. Proses Anaerobik Kontak

Influent
Efluent

Clarifier
Tangki Digester

Buangan

Recycle

Gambar 3. Proses Kontak Anaerobik

Proses anaerobik pertama dikembangkan 3. Fixed Bed Reaktor


dengan konsep pemisahan SRT dan HRT adalah Fixed Bed Reaktor adalah istilah umum
proses kontak yang terdiri dari suatu reaktor dan yang dipakai untuk reaktor anaerobik filter,
suatu bak pengendap. Pada proses ini buangan packed bed filter, submerged filter dan stationa-
dimasukan kedalam reaktor yang mengandung ry fixed filter.
konsentrasi mikroorganisme yang tinggi. Filter anaerobik merupakan suatu kema-
Dengan adanya bak pengendap mikroorganisme juan yang penting didalam pengolahan air
diresirkulasikan ke reaktor. Konsentrasi mikro- buangan karena filter dapat menangkap dan
organisme dikontrol oleh zat padat yang ada memelihara mikroorganisme dengan konsen-
didalam buangan dan oleh kepekatan lumpur. trasi yang tinggi.Prinsip operasi dari suatu fixed
Kunci dari proses ini adalah pengontrol- bed reaktor adalah bahwa aliran limbah dapat
an SRT oleh jumlah zat padat yang yang dibu- menuju keatas (up ward) ataupun (down word)
ang. Hal ini berarti bahwa HRT dapat dikurangi melalui suatu kolom yang terisi media pendu-
jika SRT yang tepat dapat dipelihara. kung. Permukaan media tersebut berfungsi un-
Kebutuhan dasar dari proses kontak tuk menempel mikroba dan untuk menangkap
adalah dibutuhkannya suatu unit proses ekstra flok yang tidak dapat menempel. Mikroba yang
dan juga timbulnya masalah yang berhubungan menempel tersebut yang bertanggung jawab
dengan pengontrolan proses. Lebih jauh lagi dalam stabilisasi limbah. Berbagai macam tipe,
diperlukan suatu unit degasifier untuk memini- bentuk dan ukuran media pendukung yang telah
malkan floating solid pada langkah pemisahan banyak digunakan seperti kwarsa, plastik, clay,
endapan. oyster, shells, batu-batuan polymer foam,
activated carbon dan pasir.

Bio Gas

Effluent

Recycle

Air Limbah

Gambar 4. Up Flow Anaerobic Filter

109
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi ….........................… (Sri Moertinah)...... : 104 – 114

4. Anaerobic Attached Film Expanded Bed Process/Fluidised bed reactor


Gas

Effluent
……………
…………….
Fluidized…
Bed……..
.…….……
………….
…………..
Influent
…………
Gambar 5. Proses Anaerobic Fluidized Bed
… ………
Proses anaerobic lainnya yang juga ter- oleh partikel-partikel kecil untuk pertumbuhan
gantung pada pertumbuhan biomassa dipermu- mikroorganisme.
kaan media adalah suatu expanded bed dengan
aliran keatas. Konsep utama dari proses adalah 5. Up Flow Anaerobic Sludge Blanket (UASB)
melewatkan air buangan melalui suatu lapisan Kunci utama UASB adalah diketemu-
pasir dengan aliran keatas dengan suatu kece- kannya bahwa lumpur anaerob mempunyai
patan aliran yang cukup sehingga lapisan pasir karakteristik flokulasi dan pengendapan yang
dapat terfluidasi. Partikel-partikel inert (pasir) sangat baik yang memberikan kondisi-kondisi
merupakan media penyangga tempat tumbuh- fisik dan kimia yang diperlukan untuk flokulasi
nya mikroba Pada reaktor tipe ini banyak bio- lumpur. Jika kondisi-kondisi disarankan, suatu
massa menempel pada media yang berukuran SRT yang tinggi pada pembebanan yang tinggi
kecil sehingga sebagai biofilm. Biomassa yang dapat tercapai dengan pemisahan gas dari
menyelimuti partikel media berada pada kondisi padatan lumpur. Reaktor terdiri dari tiga zona
terfluidasi atau terekspansi (bergerak melayang- yang dapat dibedakan yaitu lapisan lumpur
layang) secara vertikal dengan aliran ke atas (up (sludge bed), selimut lumpur (sludge blanket)
flow). Besarnya kecepatan vertikal dicapai dan zona pengendapan/pemisahan gas.
dengan mengatur besarnya tingkat resirkulasi. Lumpur ditempatkan dalam suatu
Dalam hal ini ukuran dan densitas akan menen- reaktor yang didisain dengan aliran keatas. Air
tukan apakah sistem operasi stabil dan ekono- limbah akan masuk melalui dasar bak secara
mis. Partikel yang berukuran kecil akan mem- merata dan mengalir secara vertikal, sedangkan
berikan luas permukaan yang lebih besar yang butiran sludge akan tetap berada dan tertahan
berguna sebagai tempat menempel biofilm. dalam reaktor. Kecepatan up flow harus diperta-
Partikel kecil juga akan dapat diekspansi pada hankan sedemikian rupa sehingga dapat men-
kecepatan up flow yang lebih rendah dengan ciptakan pembentukan sludge blanket yang
mengurangi laju resirkulasi. Kunci proses ini memberikan area yang luas untuk kontak antara
adalah luas permukaan yang besar disediakan sludge dan air limbah.

Effluent

Lapisan Lumpur (Sludge Bed)

Influent

Gambar 6. Up Flow Anaerobic Sludge Blanket

110
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi ….........................… (Sri Moertinah)...... : 104 – 114

Karakteristik pengendapan butiran 6. Modifikasi Clarigester


sludge dan karakteristik air limbah akan menen- Modifikasi clarigester merupakan suatu
tukan kecepatan upflow yang harus dipelihara proses yang mirip dengan UASB. Terdiri dari
dalam reaktor. Biasanya kecepatan aliran keatas suatu clarifier diatas tangki digester yang dipa-
berada pada rentang 0,5-0,3 m/jam. Untuk men- naskan dan mirip dengan satu tangki Imhoff.
capai formasi sludge blanket yang memuaskan, Clarigester dimodifikasi dengan mengubah
pada saat kondisi hidrolik puncak (debit umpan influent dari daerah clarifier ke kom-
puncak) kecepatan dapat mencapai 2-6 m/jam. partmen digester yang lebih rendah. Dengan
(Bowo Djoko Marsono,1995) adanya perubahan ini pola aliran sama dengan
Gas yang terperangkap dalam butiran pola daerah aliran keatas pada proses selimut
sludge sering mendorong sludge tersebut menu- lumpur. Melalui inlet influent pola aliran keatas
ju ke bagian atas reaktor, yang disebabkan oleh terjadi melalui kompartment digester yang
berkurangnya densitas butiran. Untuk itu diper- kemudian memindahkan campuran cairan dan
lukan pemisahan butiran sludge diluar reaktor lumpur keatas melalui reaktor menuju bagian
dan kemudian dikembalikan lagi ke reaktor. Hal clarifier dimana gas, padatan, dan supernatant
ini dapat dilakukan dengan membuat gas solid- dipisahkan. Setiap padatan yang masuk ke
liquid separator yang ditempatkan dibagian atas clarifier akan dikembalikan ke digester dengan
reaktor. Gas dapat ditampung dalam separator menggunakan scrapper.
tersebut sedangkan sludge dikembalikan lagi ke
reaktor. 7. Anaerobik Rotating Biological Contactor.
Secara luas teknologi UASB digunakan Mula-mula RBC dikembangkan sebagai
untuk mengolah berbagai macam air limbah salah satu proses pengolahan air limbah secara
industri seperti industri penyulingan, produksi aerob. Selanjutnya dikembangkan untuk meng-
makanan, penyamakan air limbah kota dll. olah air limbah industri dengan proses anaero-
Keuntungan utama teknologi ini adalah membu- bik Rotating Biological Contactor (RBC). Pro-
tuhkan investasi yang lebih rendah dibanding- ses RBC mempunyai kemampuan untuk mem-
kan anaerobik filter atau sistem fluidized bed. bentuk Fixed Film membentuk aliran horizon-
Sedang kerugiannya waktu start up lama bersa- tal dan mempunyai potensi untuk menguraikan
maan dengan kebutuhan pembentukan pembu- karbon-karbon konsentrasi tinggi secara an-
tiran lumpur dengan jumlah yang cukup untuk aerob.
mempercepat start up (Medhat MA Saleh, Anaerobik RBC tersebut merupakan
2004). suatu seri piringan yang didirikan pada rak
Lebih lanjut lagi masalah yang dihadapi horizontal dalam suatu tangki silinder yang
dalam UASB adalah terutama sludge yang ber- tertutup. Semua piringan sebagian terendam air
gerak naik yang disebabkan turunnya densitas buangan dan secara kontinyu diputar untuk
sludge. Disamping itu juga turunnya butiran. memperoleh pengadukan dan menghasilkan
Beragam densitas sludge memberikan ketidak- perpindahan gas ke atmosfer anoksik diatas
seragaman sludge blanket alhasil sludge akan permukaan air. Setiap tingkat dipisahkan oleh
ikut keluar reaktor. suatu baffle yang mempunyai port untuk men-
Tingginya konsentrasi padatan tersuspensi dan cegah, ”short circuiting” dan untuk membuat air
fatty mineral dalam air limbah juga merupakan mengalir dari satu tingkat ketingkat berikutnya.
masalah operasi yang serius. Padatan tersuspen- Pertumbuhan biomassa pada piringan akan
si dapat menyebabkan penyumbatan atau menjamin retensi sel didalam reaktor.
chanelling. Adsorpsi padatan tersuspensi pada
butiran sludge juga akan mempengaruhi proses. Teknologi Anaerob Sebagai Teknologi Alternatif
Air limbah yang mengandung protein atau Untuk Mengolah Air Limbah Organik Tinggi
lemak menyebabkan pembentukan busa. Hasil unjuk kerja dari berbagai sistem
anaerobik seperti yang telah diuraikan disajikan
pada tabel 2.

111
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi ….........................… (Sri Moertinah)...... : 104 – 114

Tabel 2. Kinerja Teknologi Anaerobik untuk Pengolahan Berbagai Air Limbah Industri
Pembebanan HRT Suhu COD removal Sumber
Tipe Reaktor Jenis Buangan Skala
(kg/M3/hari) jam 0
C efisiency (%) Data
Konvensional Gula tebu 0,62 (COD) 96 37 60 pilot 1
ragi 1,7 (BOD) 93 35 70 penuh 1
Kontak Pengepakan daging 3,2 (BOD) 12 30 95 pilot 1
Pengepakan daging 2,5 (BOD) 13,3 35 95 penuh 1
Pemotongan hewan 3,5 (BOD) 12,7 35 95,7 pilot 1
citrus 3,4 (BOD) 32 34 87 lab 1
Modifikasi penyulingan 3,2 (COD) 168 35 99,6 penuh 1
Clarigester ragi 4,0 (COD) 192 35 69,5 penuh 1
Tepung jagung 2,4 (COD) 79,2 24 93 penuh 1
Up Flow Filter sintetis 1,0 (COD) -- 25 90 Lab 1
farmasi 3,5 (COD) 48 35 98 Lab 1
Farmasi sintetis 0,56 (COD) 36 35 80 Lab 1
Landfill leachate 7,0 (COD) -- 25 89 pilot 1
Palm oil 0,1 - 0,5 (COD) - 55 94 Lab 4
Pulp albiza falcataria 5,5 (COD) 48 29 77 lab 5
proses soda antrakinon
Expanded Bed sintetis 0,8 - 4,8 (COD) 0,33 - 6 10 - 30 80 Lab 1
domestik 4,0 (COD) -- 20 80 Lab 1
UASB susu 7,1 (COD) 5,3 30 90 Lab 1
Kentang 25 - 45 (COD) 4 35 93 Pilot 1
gula 22,5 (COD) 6 30 94 Pilot 1
champagne 15 (COD) 6,8 30 91 Penuh 1
Gula beet 10 (COD) 4 35 80 Penuh 1
brewery 95 (COD) -- -- 83 Pilot 1
Textile celup indigo 0,98 (COD) 56,7 30 79,1 Lab 2
Industri pemrosessan 4 (COD) - 55 80 Lab 3
sayuran (Carrot, potato)
Distillery 3 - 5,4 (COD) 1,3 x 24 37,5 90 Lab 6
Recalcitrant distilerry 19,0 - 24,0 (COD) - 60 - 65 > 95 Lab 6
waste water
Biological Sintetis 4,1 - 32,6 (COD) 2,19 - 17,5 35 46 - 96 lab 1
contatctor
Down Load Wine destilery waste 1,8 - 4,5 Kg 1,3 x 24 35 > 95 Lab 6
Fluidized Bed TOC/M3/day
Keterangan :
1. Mindriany Syafila, 1997 : Proses Anaerobik Dalam pengolahan Buangan Industry
2. Sri Moertinah dkk, 2001, BBTPPI Smg
3. Rintala J.A dan Lepisto S.S,1997 : Pilot –Scale Thermophilic Anaerobic Treament of waste water from
seasonal vegetabble processing industry
4. Mustapha S et all, 2003 : Start Up Strategy of a thermophilic Up Flow anaerobic Filter for Treating Palm Oil
Mill Effluent
5. Henggar Hardiani dkk, 1996 : Efiisiensi sistem Pengolahan air Limbah Secara Filter Anaerobik
6. Melamane X.L et all, 2007, Treatment of Wine Distillery Waste Water : A Review With Emphasis On
Anaerobic Membrane Reactors

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Pengolahan air limbah secara anaerobik te-
teknologi anaerob telah banyak digunakan dalam rus berkembang menjadi teknologi pengolahan yang
pengolahan air limbah industri yang mengandung cukup kompetetif. Berbagai tipe pencemar bahan
polutan organik baik dalam penelitian yang masih organik yang mencemari air buangan yang dulunya
dalam skala laboratorium, pilot plant maupun sudah tidak dapat diolah secara biologis anaerobik karena
dalam bentuk penerapan di industri. Disini dapat tidak bersifat biodegradable seperti misalnya air lim-
dilihat bahwa teknologi tersebut merupakan tekno- bah industri tekstil pewarnaan, ternyata sekarang da-
logi pengolahan yang cukup kompetetif untuk ber- pat diolah dengan cara high-rate-conversion process.
bagai tipe pencemar bahan organik yang mencemari Di negeri Belanda hampir semua air limbah agro
air limbah industri. industri sekarang diolah dengan sistem reaktor
anaerob high rate Anaerobic waste water treatment.

112
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi ….........................… (Sri Moertinah)...... : 104 – 114

Dalam penerapannya tingkatan sebenarnya Fang Herbert H.P et al, 2009, Application of
dari keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh Anaerobic Treatment In Asia, International
seperti yang telah diuraikan di muka sangat bergan- Workshop an Anaerobic Digestion An Old
tung pada ekonomi lokal dan kondisi sosial di Story For Today And Tommorrow,
tempat teknologi tersebut diterapkan. Seperti con- Desember 10 -11 th Narbonne France.
tohnya di negara Belanda dimana biaya pengangkut-
an kelebihan sludge merupakan faktor yang perlu Henggar Hardiani dkk, 1996, Efisiensi Sistem
diperhitungkan dalam suatu sistem pengolahan air Pengolahan Air Limbah Secara Filter
limbah. Sejak penimbunan ke tanah dan biaya pem- Anaerobik.
bakaran sludge membutuhkan biaya yang mahal
maka produksi sludge yang rendah di dalam reaktor Herumurti dkk, 2008, Treatment of Low Streth
anaerobik merupakan alternatif pengolahan yang Pharmaceutical Waste water Using UASB
perlu dipertimbangkan. Reactors, ICCBT 2008-D(08)-pp 91-100.

KESIMPULAN Jusup Setiawan dkk, 2008, Peningkatan Efektifitas


Pengolahan Air Limbah Proses Pemutihan
Teknologi anaerobik adalah teknologi Pulp dengan Reaktor UASB dan Lumpur
pengolahan air limbah dengan polutan organik aktif Termobilisasi, Berita Selulosa Vol 43
tinggi baik jenis yang bisa diurai oleh mikro- (2), Desember, 74 – 82, Bandung.
organisme maupun yang tidak dapat diurai oleh
miroorganisme, merupakan metode pengolahan pen- Letinga et all,1979, Feasibility of The UASB
dahuluan dimana pada umumnya air limbah terolah Process, Environ Eng, 35.
belum memenuhi Baku Mutu Limbah Cair yang di-
persyaratkan, sehingga harus dilanjutkan dengan pe- Medhat M.A Saleh and Usama F Mahmood, 2004,
ngolahan yang lain misalnya biologis aerob. Walau- Anaerobic Digestion Technology for
pun ada kelemahan-kelemahannya namun berbagai Industrial Waste Water Treatment, Eight
keuntungan lebih banyak diperoleh dari penggunaan International Water Technology
teknologi ini diantaranya adalah efisiensi pengolah- Conference IWTC8 2004, Alexandra Egypt
an yang tinggi disamping menghasilkan hasil sam- 817 – 833.
pingan CH4 yang merupakan sumber energi. Tekno-
logi anaerobik merupakan suatu teknologi yang Melamane X.L et al , 2007 , Treatment of wine
sudah lama digunakan walaupun demikian teknologi Destillary Waste Water a Review with
tersebut terus dikembangkan dan ditingkatkan Emphasis on Anaerobic Membrane
dengan cara melakukan penelitian dan pengembang- Reactor, S.Afr.J.E nol. Vitic, vol 28 , No.1
an baik dalam skala laboratorium, pilot plant mau-
pun dalam penerapan skala industri. Metcalf & Eddy, 2002, Waste Water Enginnering,
Third Edition, Mc Graw Hill International
REKOMENDASI Edition, Singapura.

Teknologi anaerob sebaiknya digunakan Mindriany Safila, 1997, Proses Anaerob Dalam
untuk mengolah air limbah dengan kandungan orga- Pengolahan Buangan Industri, Jurusan
nik tinggi. Jika menggunakan teknologi ini sebaik- Teknik Lingkungan ITB, Bandung.
nya gas CH4 setelah dimurnikan dengan cara yang
tepat, maka dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai Mustapha et al, 2003, Start – Up Strategy of a
energi dari pada dibuang ke lingkungan karena CH4 Thermophilic Upflow Anaaerobic Filter for
merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat Treating Palm Oil Mill Effluent, Process
menyebabkaan terjadinya global warming. Safety and Environmental Protection
Volume 81, Issue 4, July 2003, Pages 262 –
DAFTAR ACUAN 266.

Benefield Larry D & Randall Clifford W, 1980, Nusa Idaman Said, 2002, Teknologi Pengolahan
Biological Process Design for Waste Water Limbah Cair Dengan Proses Biologis,
Treatment, Prentice – Hall, Inc., Teknologi Pengolagan Limbah Cair
Englewood Cliffs, NJ 07632 Industri, h 79- 147, BPPT – BAPEDALDA
Samarinda.
Bowo Djoko Marsono, M Eng, 1995, Teknik
Pengolahan Limbah secara Biologis, Media Rao M.N & A.K Datta, 1979, Waste Water
Informasi Alumni Teknik Lingkungan ITS, Treatment, IBH Publishing, New Delhi.
Surabaya

113
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi ….........................… (Sri Moertinah)...... : 104 – 114

Rintala J.A et al,1997, Pilot scale Thermophilic Sri Moertinah dkk, 2003, Penelitian Teknologi
anaerobic Treatment Of Waste Water From Pengolahan Air Limbah Industri Tekstil
seasonal Vegetable Proceesing Industry, Pewarnaan Indigo Pengolahan Biologis
Water science technology Vol 36 No. 2- 3 , Anaerob UASB dan anerob, Bulletin
pp 279 -2891 IAWQ Published By Elsevier Litbang Industri, No. 31 Agust, Balai
Science Ltd. industri Semarang.

Sarge R Guiol et al, 2009, Anaerobic Digestion as Van Lier Jules B, 2008, High Rate Anaerobic Waste
An Effeftive Technology for Bio fuel Water Treatment : Diversifying from End
Production, International Workshop on of Pipe Treatment to Resource Oriented
Anaerobic Digestion An Old Story for Conversion Tehniques, Water Science &
Today And Tommorrow, Desember 10-11, Technology –WST (57.8.8) :1137 -1148.
Narbonne France.

114
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Fitoremidiasi Sebagai Alternatif Pemulihan …........................… (Misbachul Munir) …... : 115 – 123

KAJIAN FITOREMIDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PEMULIHAN


TANAH TERCEMAR LOGAM BERAT
Misbachul Moenir1)
1)
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI)
Jl. Ki Mangunsarkoro 6 Semarang, Telp. (024) 8316315 Fax. (024) 8414811 email : mismoen@yahoo.co.id

(Naskah diterima 10/2/2010, disetujui 25/10/2010)

ABSTRACT

Heavy metals are hazardous metal elements on the earth, therefore their
existence in environment might be a problem due to their ablility to accumulate in
food chain and in human being bodies. Their existences in nature are due to the
increase of heavy metal usage and other inorganic compound in industry.
One of methode of land clean up is by bioremediation. Bioremediation
method is recognized with two ways. The first is by using microorganism (micro flora
and micro fauna) to degrade xenobiotic and recalsitran compounds and the another
is by phytoremediation using plant to absorbt, tranform and immobilize pollution
materials of heavy metal and other organic compound. The phytoremediation process
can be conducted in polluted land site (in situ) and outside polluted land site (ex situ).
Applying phytoremediation technology is much cheaper than of the physical-
chemical technology, and it can save 90 %. In addition, Indonesia has the high
variety of plant and microorganism that able to degrade of heavy and to immobilize
metal and inorganic compound.
Pollution problem will be always met by industry. Therefore, phytoreme-
diation technology will be useful for solving the probelem in keeping healthy
environment

Keyword : Heavy metal, contamination, phytoremediation, cheap, healthy


environment

ABSTRAK

Logam berat merupakan unsur logam yang berbahaya sehingga keberada-


annya di lingkungan merupakan masalah besar karena dapat terakumulasi pada
rantai makanan yang dapat masuk ke tubuh manusia. Keberadaan logam berat di
alam sebagai akibat meningkatnya penggunaan logam berat dan senyawa anorganik
lainnya di industri.
Salah satu metode pemulihan tanah tercemar oleh logam berat adalah
dengan bioremidiasi. Metode bioremidiasi dikenal dengan dua cara yaitu peng-
gunaan mikroorganisme (mikro flora dan mikro fauna) untuk mendegradasi senyawa
xenobiotik dan rekalsitran serta fitoremidiasi yang menggunakan tumbuhan dalam
penyerapan, mentranformasi dan mengimobilisasi logam berat dan senyawa organik
lainnya. Proses fitoremidiasi dapat dilakukan di lokasi tanah yang tercemar (in situ)
dan diluar tempat tanah yang tercemar (ex situ).
Keunggulan penerapan fitoremidiasi adalah biaya yang relatif murah diban-
ding dengan remidiasi berbasis fisika-kimia dan dapat menghemat biaya hampir
90%. Disamping itu Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan dan
mikroorganisme yang cukup besar dan mampu untuk mendegradasi serta mengimo-
bilisasi senyawa logam berat dan senyawa organik lainnya.
Kedepan masalah pencemaran lingkungan akan terus dihadapi sejalan de-
ngan kemajuan industri, sehingga upaya fitoremidiasi diharapkan dapat memberi-kan
sumbangan yang nyata dan mudah bagi industri untuk mempertahankan dan memper-
baiki kualitas lingkungan akibat pencemaran.

Kata kunci : Logam berat, pencemaran, fitoremidiasi, murah, perbaikan lingkungan

115
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Fitoremidiasi Sebagai Alternatif Pemulihan …........................… (Misbachul Munir) …... : 115 – 123

PENDAHULUAN Beberapa penerapan teknik bioremidiasi di


lapangan yang telah cukup berhasil, diantaranya se-
Logam berat merupakan unsur logam yang perti yang dilakukan di Opotiki, Bay of Plenty, New
berbahaya dipermukaan bumi, sehingga kontaminasi Zealand untuk menghilangkan logam berat yang
logam berat di lingkungan merupakan masalah yang mencemari tanah dan air dengan menggunakan
serius saat ini. Akibat adanya tanah yang terkonta- tanaman poplar. Kemudian di Tennesse, USA untuk
minasi oleh logam berat tersebut kemungkinan da- membersihkan tanah dan air tanah yang mengan-
pat sampai pada rantai makanan yang pada akhirnya dung TNT, RDX dengan menggunakan wetland
dapat membahayakan kehidupan manusia. (Wisse el al, 2000). Dilaporkan juga oleh Kelly,
Salah satu teknik yang dapat digunakan da- 1999 keberhasilan bioremediasi tanah dan air tanah
lam pemulihan ekosistem yang tercemar oleh logam yang tercemar Trichloroethylen (TCE) di Naval Air
berat adalah bioremediasi. Pemulihan ekosistem di- Sanitation dengan menggunakan tanaman kapas dan
artikan sebagai auatu proses untuk memanipulasi setelah dua tahun terjadi pengurangan konsentrasi
ekosistem (tanah, tanaman dan kehidupan didalam- TCE di tanah dan di air. Penerapan lain yaitu di
nya) untuk mencapai pola dengan komposisi, struk- pabrik amunisi di Iowa yang terkontaminasi TNT
tur dan funsi yang sama dengan kondisi sebelumnya baik di tanah maupun di air, dengan bioremediasi
(Alberta, 2003). konsentrasi TNT di tanah dapat berkurang hingga
Menurut Onrizal (2005) bioremidiasi pada tinggal 1 – 5 %.
tanah yang tercemar logam berat didefinisikan seba- Penulisan kajian ini dimaksudkan sebagai
gai proses pembersihan (cleanup) tanah dari bahan- referensi dalam rangka pemulihan tanah yang terce-
bahan pencemar (pollutant) secara biologi atau mar oleh logam berat sebagai upaya mengembalikan
menggunakan makhluk hidup, baik mikroorganisme fungsi tanah sebagai media pertumbuhan tanaman
(mikro flora dan mikro fauna) maupun tanaman. secara biologi.
Sebenarnya penggunaan tumbuhan untuk member-
sihkan lingkungan dari bahan-bahan pencemar telah LOGAM BERAT
lama digunakan sekitar 300 tahun yang lalu (Lasat,
2000). Pada akhir abad 19 dilaporkan bahwa tum- Logam berat adalah unsur logam dengan
buhan Thlaspi caeulacens dan Viola calaminaria berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah, logam
dipublikasikan sebagai jenis tumbuhan yang dapat berat pada umumnya sudah beracun bagi tumbuhan
mengakumulasi logam berat dalam jumlah yang dan hewan, termasuk manusia. Beberapa jenis
besar. Pada tahun 1989, bioremidiasi juga diguna- logam berat yang sering menimbulkan pencemaran
kan saat peristiwa tumpahan minyak Exxon Valdez adalah mercuri (Hg), khrom (Cr), kadmium (Cd),
yang mencemari laut (Bragg et al, 1994). Pada timbal (Pb) dan arsen (As).
dekade terakhir ini penelitian intensif dilakukan Keberadaan logam berat dalam tanah
adalah untuk mendapatkan bahan sari tumbuhan secara alami berkenaan dengan proses geologi tanah
(phytoextraction) yang dapat digunakan sebagai dan pelapukan batuan, namun dewasa ini berbagai
bahan untuk mengakumulasi logam berat. kegiatan manusia (industri) dapat meningkatkan
Teknologi Waste Water Garden (WWG) jumlah logam berat dalam tanah dan perairan secara
atau teknologi Wetland adalah pengembangan luar biasa. Kejadian (occurance) logam berat di
teknik bioremidiasi dengan menggunakan tanaman alam sebagai akibat dari proses geologi. Ada tujuh
(fitoremidiasi) untuk mengolah air limbah domestik. macam proses geologi yang membentuk longgokan
Konsep pengolahan limbah domestik tersebut oleh logam berat di alam (Strahler, 2000).
Pemerintah Provinsi Bali tahun 2001 telah diterap- Logam berat dapat masuk kedalam ling-
kan di kantor Gubernur di Ranon Denpasar, Kantor kungan disebabkan beberapa sebab, antara lain : (1)
Kecamatan Kuta, Sekolah Sunrise School dan bebe- onggokan/gumpalan logam berat alami di dalam
rapa hotel dan restoran di Bali. Pengolahan limbah bumi tersingkap sehingga dapat berada dipermukaan
domestik dengan konsep fitoremidiasi metode bumi; (2) pelapukan batuan yang mengandung
WWG ini berupa kolam pasangan bata kemudian logam berat dan selanjutnya berada didalam tanah;
diisi media koral setinggi 80 cm dan ditanami de- (3) penggunaan bahan alami pupuk atau pembenah
ngan tanaman air (hydrophyta) selanjutnya dialir- tanah (soil conditioner); (4) pembuangan sisa dan
kan air limbah domestik atau effluent dari septik limbah industri serta sampah dari berbagai aktifitas
tank. Air limbah dijaga pada ketinggian 7 – 10 cm di manusia. (Tejoyuwono N., 2003).
bawah permukaan koral agar terhindar dari bau dan Berikut unsur utama dari logam berat dan
lalat atau serangga lainnya. Efisiensi removal fito- sumbernya dialam dapat dilihat pada tabel dibawah
remediasi metode WWG ini adalah BOD 80 – 90 %, ini.
COD 86 – 98 %, TSS 75 – 95 %, total N 50 – 70 %
dan bakteri coliform 99 % (Anonim, 2003).

116
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Fitoremidiasi Sebagai Alternatif Pemulihan …........................… (Misbachul Munir) …... : 115 – 123

Tabel 1 : Daftar unsur utama dari logam berat dan sumbernya di alam

No. Unsur Sumber Logam Berat di Alam


1. Antimony Stibnite (Sb2S3), geothermal springs, mine drainage
2. Arsenic Metal arsenides and arsentes, aulfide ores (arsenophyrite), arsenite (HasO 2),
vulcanic gases, geothermal springs.
3. Beryllium Beryl (Be3Al2Si6O16) Phenacite (Be2SiO4)
4. Cadmium Zinc carbonat and sulfide ores, copper carbonate and sulfide ores
5. Chromium Chromite (FeCr2O), chromitc oxide (Cr2O30
6. Cooper Free metal (CuO), copper silfide (CuS2), Chalcopyrite (CuFeS2)
7. Lead Galena (PbS)
8. Mercury Free mercury (HgO), Cinnabar (HgS)
9. Nickel Ferromagnesian minerals, ferrous sulfides ores, nickel oxide (NiO2),
pentladite [(Ni,Fe)9S8], nickel hydroxide [Ni(OH)3]
10. Selenium Free element (SeO), Ferrosilete (FeSe2), uranium deposites
11. Silver Free metal (AgO), silver chloride (AgCl2), Argentide AgS2)
12. Thallium Copper, Lead, Silver residues
13. Zinc Zinc blende (ZnS), Willemite (ZnSiO4), Calamitr ZnCO3), mine drainage
Sumber : Novotny (1995), dalam Suhendrayatna (2001)

Kegiatan manusia merupakan sumber peran fisiologi penting dalam tumbuhan, dan dalam
utama masuknya logam berat ke lingkungan (tanah jumlah yang besar akan menjadi racun. Cr sangat
dan air). Menurut Storm, 1994, kandungan logam beracun bagi tanaman, sedang sebagai unsur hara
berat di dalam seresah dan tanah di kawasan bekas belum diketahui. Namun Cr ini sangat diperlukan
pabrik peleburan seng di Palmerton, USA, pada oleh manusia dan hewan menyusui karena berperan
enam tahun setelah pabrik ditutup, menemukan serta dalam metabolisme glukose. (Mengel and
kadar logam kadmium sebesar 1.292 mg/kg, timbal Kirkby, 2000).
sebesar 3.656 mg/kg, seng sebesar 28.160 mg/kg Menurut Verloo, 1993, keseluruhan logam
dan tembaga 724 mg/kg. Di Jakarta dimana kegiatan berat yang ada dalam tanah dapat dipilah menjadi
industri menonjol, tingkat pencemaran timbal di beberapa fraksi atau bentuk, yaitu :
dalam tanah mencapai 206 – 449 mg/kg dan 1. Larut dalam air, berada dalam larutan tanah
khromium mencapai 56 – 266 mg/kg. (Priyanto dan 2. Tertukarkan, terikat pada tapak-tapak
Suryati, 2000). jerapan (adsorption sites) padakoloid tanah
Keberadaan logam berat di lingkungan dan dapat dibebaskan oleh reaksi pertukar-
tidak dengan sendirinya dapat membahayakan kehi- an ion
dupan makhluk hidup termasuk manusia. Logam 3. Terikat secara organik, berasosiasi dengan
berat tersebut dapat membahayakan manakala ma- senyawa humus yang tidak terlarutkan
suk ke dalam sistem metabolisme dalam jumlah 4. Terjerap (occluded) di dalam oksida besi
yang melebihi ambang batas. Ambang batas untuk dan mangan
masing-masing logam berat dan untuk tiap jenis 5. Senyawa-senyawa tertentu, seperti karbo-
makhluk hidup berlainan. Masuknya logam berat ke nat, fosfat dan sulfida
dalam sistem metabolisme manusia dan makhluk 6. Terikat secara struktural di dalam mineral
hidup lainnya dapat secara langsung (lewat makanan silikat atau mineral promer.
dan minuman, terhirup bersama udara atau lewat Sebagian besar (95 %) logam berat yang
kulit) maupun tidak langsung (bersama-sama ada dalam tanah berada dalam bentuk (fraksi) 2, 3,
dengan bahan yang dimakan). 4, 5 dan 6, walaupun fraksi 1 jumlahnya sedikit teta-
Sebenarnya antara sifat racun dan daya pi dilihat dari segi ekologi fraksi ini paling penting
guna dari logam berat terhadap kehidupan tidak ter- karena penyerapan tanaman dan pengangkutan
dapat perbedaan yang jelas, dan bersifat nisbi. Hal logam berat dalam lingkungan bergantung padanya.
ini berkenaan dengan jenis logam berat, jumlahnya Tindakan pemulihan (remidiasi) pada lahan
yang terserap serta ketahanan dari makhluk yang yang telah tercemar oleh logam berat mutlak diper-
bersangkutan. Logam berat Fe, Cu dan Zn merupa- lukan, agar supaya tanah tersebut dapat digunakan
kan unsur hara mikro yang diperlukan berbagai kembali untuk berbagai kegiatan dengan aman.
tumbuhan, namun dalam jumlah yang banyak (ter- Beberapa metode remidiasi logam berat, antara lain
gantung jenis tanaman) bersifat racun. Logam Ni metode land filling, pengolahan secara kimia
dan Cd dalam jumlah sedikit diduga menjalankan (chemical treatment), vitrivikasi, elektrokinetik dan

117
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Fitoremidiasi Sebagai Alternatif Pemulihan …........................… (Misbachul Munir) …... : 115 – 123

fitoremediasi. Namun diantara metode-merode di- Kebanyakan bakteria heterotrof dan fungi menyukai
atas fitoremidiasi merupakan teknik yang cukup pH netral, namun fungi masih toleran terhadap pH
aplikatif baik secara ex-situ maupun in-situ, mudah rendah.
pengerjaannya, relatif murah. Dalam dua dekade terakhir ini, metode
bioremidiasi yang yang berbasis tanaman (fitoremi-
BIOREMIDIASI diasi). mendapat perhatian yang cukup luas terutama
di Amerika, Eropa dan Auatralia. Teknik fitoremi-
Bioremidiasi didefinisikan sebagai tekno- diasi ini pada prinsipnya mengandalkan tanaman
logi pemulihan tanah terkontaminasi bahan pence- pada perannya untuk menyerap, mendegradasi, men-
mar (pollutant) secara biologi melalui mekanisme stranformasi dan mengimobilisasi bahan pencemar
biodegradasi alamiah (intrinsic bioremidiation) dan/ khususnya logam berat maupun senyawa organik
atau meningkatkan mekanisme biodegradasi alamiah lainnya
dengan menambahkan mikroorganisme, nutrien, Fitoremidiasi berasal dari kata Yunani
donor elektron dan/atau akseptor elektron (enhanced phyton yang berarti tumbuhan/tanaman dan remi-
bioremidiation) Nutrien yang paling berperanan diation yang berasal dari kata latin remidium yaitu
adalah nitrogen dan fosfor, sedang donor elektron memperbaiki atau membersihkan sesuatu (Anonim,
adalah methanol atau asam laktat untuk proses 1999). Dengan demikian fitoremidiasi didefinisikan
anaerobik. Akseptor elektron adalah oksigen untuk sebagai penggunaan tanaman/tumbuhan untuk me-
proses aerobik sedang untuk anaerobik adalah besi nyerap, mendegradasi, menghilangkan, menstabil-
dan nitrat (Crawford, 2001). kan atau menghancurkan bahan pencemar khusus-
Keefektifan bioremidiasi ditentukan oleh nya logam berat maupun senyawa organik lainnya.
kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan ini diguna-
kan untuk menentukan tempat proses bioremidiasi MEKANISME PENYERAPAN LOGAM BERAT
akan dilakukan, baik di lokasi terjadinya pencemar-
an (in situ) maupun di luar tempat pencemaran (ex Mekanisme kerja fitoremediasi mencakup
situ). Kondisi lingkungan yang utama adalah tempe- proses fitoekstraksi, rhizofiltrasi, fitodegradasi,
ratur. Pada temperatur rendah maka viskositas akan fitostabilisasi dan fitovolatilisasi (Kelly, 1999).
meningkat dan volatilitas senyawa toksik akan me- Fitoekstraksi adalah penyerapan logam berat oleh
nurun sehingga akan menghambat proses bioremi- akar tanaman dan mengakumulasi logam berat terse-
diasi. Secara umum laju biodegradasi umumnya but ke bagian-bagian tanaman seperti akar, batang
meningkat sejalan dengan peningkatan temperatur dan daun. Rhizofiltrasi adalah pemanfaatan kemam-
sampai batas tertentu. Kedua adalah oksigen. Keter- puan akar tanaman untuk menyerap, mengendapkan,
sediaan oksigen sangat penting dalam proses mengakumulasi logam berat dari aliran limbah.
biodegradasi, walaupun pada kondisi tanpa oksigen Fitodegradasi adalah metabolisme logam berat di
(anaerob) beberapa bahan dapat didegradasi dengan dalam jaringan tanaman oleh enzim seperti dehalo-
baik seperti hidrokarbon aromatik (BTEX) (Head genase dan oksigenase. Fitostabilisasi adalah ke-
and Swannell, 1999). Ketiga nutrien. Untuk dapat mampuan tanaman dalam mengekkresikan (menge-
mengoptimalkan kerja mikroorganisme diperlukan luarkan) suatu senyawa kimia tertentu untuk mengi-
penambahan nutrien, seperti N dan P, sehingga mobilisasi logam berat di daerah rizosfer (perakar-
dicapai perbandingan antara C/N/P pada tingkat an). Sedang fitovolatilisasi terjadi ketika tanaman
yang proporsional. Secara teoritis 150 mg Nitrogen menyerap logam berat dan melepaskannya ke udara
dan 30 mg Phosphor diperlukan mikroorganisme lewat daun dan ada kalanya logam berat mengalami
untuk mengkonversi 1 gr hidrokarbon menjadi sel degradasi terlebih dahulu sebelum dilepas lewat
baru (Rosenberg and Ron, 1996). Keempat pH. daun (Anonim, 1999).

Gambar 1. Mekanisme kerja fitoremediasi

118
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Fitoremidiasi Sebagai Alternatif Pemulihan …........................… (Misbachul Munir) …... : 115 – 123

Secara umum mekanisme penyerapan Lokalisasi/akumulasi logam berat pada sel


logam berat oleh tanaman berlangsung secara aktif tanaman. Pada konsentrasi tertentu logam berat
(active uptake) dan penyerapan secara pasif (passive dapat meracuni tanaman dan untuk mencegah
uptake). terjadinya peracunan tersebut, tanaman mempu-
a. Penyerapan logam berat secara aktif (active nyai mekanisme detoksifikasi, yaitu dengan
uptake) oleh tanaman cara melokalisasi/mengakumulasi logam berat
Meliputi tiga proses yaitu : dalam jaringan tanaman tertentu dan berbeda
- penyerapan logam berat oleh akar antara satu tanaman dengan lainnya. seperti
- translokasi logam dari akar ke bagian- untuk logam Cd di akar pada tanaman Silene
bagian tanaman yang lain dioica, (Grant et al, 1998), logam Ni di lateks
- lokalisasi/akumulasi logam berat tersebut pada tanaman Serbetia acuminata (Collins,
pada bagian sel tertentu untuk menjaga 1999).
agar logam berat tidak menghambat meta-
bolisme tanaman tersebut. b. Penyerapan logam berat secara pasif (passive
Proses ini tergantung pada energi yang uptake) atau biosorpsi
berkandung dan sensitifitasnya terhadap pH, Proses ini terjadi ketika ion logam berat
suhu, kekuatan ikatan ionik dan cahaya mengikat dinding sel dan proses pengikatan ini
(Suhendrayatna, 2001). dapat dilakukan dengan dua cara :
Penyerapan logam berat oleh akar tanaman da- - pertukaran ion dimana ion monovalen dan
pat terjadi apabila logam berat tersebut berada divalen seperti ion Na, Mg dan Ca pada
di sekitar akar (rizosfer) dan untuk membawa dinding sel digantikan dengan ion logam
logam berat masuk kedalam rizosfer terdapat berat
beberapa faktor tergantung pada jenis tanaman- - formasi kompleks antara ion-ion logam be-
nya. rat dengan gugus fungsional seperti korbo-
- Faktor pH ksil, thiol, fosfat, hidroksi yang berada di
Pada tanaman Thlaspi cearulescens, mobi- dinding sel.
lisasi logam Zn dipacu oleh terjadinya pe- Proses biosorpsi dapat berjalan lebih efektif
nurunan pH pada daerah perakaran sebesar pada pH tertentu dan kehadiran ion-ion lainnya
0,2 – 0,4 unit (Mc. Grath, 1999). di media, dimana logam berat dapat diendapkan
- Pembentukan reduktase spesifik logam sebagai garam yang tidak terlarut
Untuk meningkatkan penyerapan logam be- (Suhendrayatna, 2001 dalam Onrizal, 2005).
rat, tanaman membentuk suatu molekul
reduktase di membran akarnya dan redukta- TANAMAN PENYERAP LOGAM BERAT
se ini berfungsi untuk mereduksi logam be- (Hyperaccumulator)
rat dan selanjutnya diangkut melalui kanal
khusus didalam membran akar (Marschner Beberapa jenis tanaman mempunyai ke-
and Romheld, 1994). mampuan menyerap dan mengkonsentrasikan logam
- Ekskresi zat khelat (zat pengikat) berat dalam biomassanya dalam kadar yang tinggi
Pada jenis rumput-rumputan dalam proses tanpa membahayakan kehidupan tanaman tersebut
penyerapan logam berat dapat ditingkatkan dan tanaman itu disebut hyperaccumulator. Tanam-
dengan pembentukan zat khelat (pengikat) an hyperaccumulator adalah tanaman yang mempu-
yang dinamakan phytosiderator. Molekul nyai kemempuan untuk menyerap dan kemudian
phytosiderator akan mengikat logam berat mengkonsentrasikan logam didalam biomassanya
dan membawanya ke dalam sel akar dalam kadar yang luar biasa tinggi namun tidak
melalui transport aktif. Beberapa logam mengganggu kehidupannya. Menurut Baker (1999),
berat yang dapat diikat oleh molekul tanaman hyperaccumulator dapat mengakumulasi
phytosiderator seperti Cu, Zn dan Mn. logam berat sampai 11 % berat kering, dan batas
(Gwozdz et.al, 1997). kadar logam yang terdapat dalam jaringan biomassa
berbeda-beda tergantung pada jenis tanamannya.
Translokasi logam dari akar ke bagian-ba- Untuk logam Cd kadar tertinggi 0,01 % (100 mg/kg
gian tanaman yang lain dilakukan setelah logam berat kering), logam Co, Cu dan Pb kadar tertinggi
berat masuk di dalam akar tanaman untuk selan- adalah 0,1 % (1.000 mg/kg berat kering) dan untuk
jutnya didistribusikan kebagian-bagian tanaman Zn dan Mn adalah 1 % (10.000 mg/kg berat kering).
yang lain (batang dan daun) melalui jaringan Menurut Lasat, 2000, jenis-jenis tanaman
pengangkut (floem dan xilem). Kemampuan hyperaccumulator logam berat seperti Thlaspi
pengangkutan dalam tanaman dapat ditingkat- cearulescens mampu mengakumulasi logam Zn
kan dengan bantuan zat khelat. Beberapa zat pada daun sebesar 39.000 ppm dan Cd sebesar 1800
khelat yang dapat mengikat logam berat adalah ppm, Ipomoea alpina mampu mengakumulasi lo-
phytochelatin yang mengikat logam Se, histidin gam Cu pada daun sebesar 12.000 ppm, Astragatus
mengikat logam Ni dan glutanion mengikat Cd racemosus mampu mengakumulasi logam Se pada
(Mc. Grath, 1999). daun sebesar 14.900 ppm, Sebertia accuminata

119
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Fitoremidiasi Sebagai Alternatif Pemulihan …........................… (Misbachul Munir) …... : 115 – 123

mampu mengakumulasi logam Ni pada daun sebesar dari keracunan logam berat tersebut (Muin, 2003).
250.000 ppm dan Haumantrastum robertii mampu Nilai ambang batas tanaman secara umum terhadap
mengakumulasi logam Co pada daun sebesar 10.200 unsur logam berat adalah Cr 1 – 2 g/g, Hg 2 – 5
ppm. g/g, Cd 5 – 10 g/g, Pb 10 – 20 g/g, Cu 15 – 20
Saat ini jenis tanaman hyperaccumulator g/g, Ni 20 – 30 g/g dan Zn 150 – 200 g/g
yang telah ditemukan terdapat 435 taxa yang terse- (Mengel et. al, 1999).
bar di lima benua dan semua wilayah iklim. Tanam- Pemisahan dan pembuangan spesies tanam-
an hyperaccumulator untuk logam nikel (Ni) dite- an yang telah digunakan perlu diperhatikan sehu-
mukan 150 spesies, sekitar 50 spesies ditemukan di bungan dengan kandungan logam berat pada bio-
Kaledonia Baru, 70 spesies di daerah dingin di massanya. Pemisahan ini dapat dilakukan dengan
belahan utara bumi dan sisanya ditemukan di recovery (pengambilan kembali) logamnya, walau-
Indonesia, Zimbabwe, Kuba, Afrika selatan, Brazil pun sampai saat ini dinilai tidak praktis dan
dan Filipina (Batianoff et al, 1990) ekonomis. Cara lain yang dapat dilakukan terhadap
Tanaman airpun dapat berfungsi sebagai biomassa yang berikatan dengan logam berat adalah
tanaman hyperaccumulator, dan dari 1000 tanaman dengan dibakar menggunakan insenerator.
air yang telah didata, hanya sedikit (kurang dari Pertimbangan tekno ekonomi merupakan
100) spesies yang dapat digunakan sebagai tanaman hal yang sangat penting untuk menentukan kelang-
hyperaccumulator (Sculthtorpe, 1999). Tanaman air sungan teknik pemulihan tanah tercemar logam
hyperaccumulator ini telah berevolusi melalui struk- berat yang akan dipilih. Dari berbagai teknik pemu-
tur dan fisiologinya, yaitu membentuk jaringan lihan tanah tercemar logam berat baik cara fisika-
lakuna atau aerenkhima didalam akar dan batangnya kimia maupun bioremidiasi perlu dikaji aspek tek-
untuk pertukaran materi dari bagian batang ke akar. noekonominya. Berikut ini besarnya estimasi biaya
Perubahan ini terlihat pada tanaman air yang menga- pemulihan tanah tercemar logam berat seperti ter-
pung, dengan membentuk daun yang bulat penuh lihat pada Tabel 2 dibawah ini.
untuk menjaga agar tidak mudah sobek, tekstur yang
kuat dan permukaan atas yang hidrofobil untuk Tabel 2 : Estimasi biaya teknologi pemulihan
menjaga agar tidak basah. Tidak seperti tanaman tanah tercemar logam berat (Tahun 1999)
darat pada umumnya, letak stomata tanaman menga-
Teknik Pemulihan Biaya
pung ditemukan di bagian sisi sebelah atas daun No.
(Guntenspergen, 1999). Salah satu tanaman air yang Tanah Tercemar (US $ per ton)
cukup signifikan untuk menyerap logam berat ada- 1. Lanfilling 100 – 500
lah enceng gondok (Euchornia crassipes).
2. Chemical treament 100 – 500
PENERAPAN FITOREMIDIASI 3. Vitrivications 75 – 425
4. Elektrokinetik 20 – 200
Pemulihan tanah tercemar logam berat de-
ngan teknik fitoremidiasi dalam penerapannya perlu 5. Fitoremidiasi 5 – 40
memperhatikan beberapa hal, yaitu : Sumber : Lasat (2000)
a. Karakteristik tanah yang tercemar
b. Pemilihan spesies tanaman yang akan PROSPEK FITOREMIDIASI DI INDONESIA
digunakan
c. Proses pemisahan dan rekoveri biomassa Pemulihan lahan tercemar oleh logam berat
d. Pembuangan biomassa yang telah digunakan secara biologi dengan menggunakan tanaman (fito-
e. Pertimbangan tekno-ekonomi remidiasi) merupakan teknik yang paling sederhana
dan secara ekonomis paling murah bila dibanding
Data karakteristik tanah tercemar yang dengan teknik remidiasi lainnya (fisika-kimia).
akan dipulihkan harus tersedia sebelum mendesain Walaupun saat ini aplikasi teknik fitoremidiasi da-
suatu proses fitiremidiasi seperti kandungan logam lam penyempurnaan terus menerus, namun banyak
berat, tingkat keasaman (pH) tanah dan ion mono- peneliti dan perusahaan komersial yang tertarik
valen dan divalen. Data karakteristik ini penting untuk mengembangkan secara komersial terutama di
untuk mementukan spesies tanaman hyperaccu- negara maju seperti Amerika dan Eropa. Perusahaan
mulator yang cocok digunakan dan cara fitoremi- kimia DuPont tahun 2000, mengestimasi biaya remi-
diasi yang akan dilakukan (in situ atau ex situ). diasi tanah tercemar secara in situ sebesar US $ 10 -
Seleksi dan pemilihan spesies tanaman 100 per m2 dan secara ex situ sebesar US $ 30 - 300
hyperaccumulator perlu dilakukan untuk menentu- per m2, sedangkan dengan teknik fitoremidiasi ha-
kan kemampuan spesies tersebut sesuai dengan jenis nya dibutuhkan biaya sekitar 0,05 per m2 (Watana-
logam beratnya. Hal ini sangat berhubungan dengan be, 2000). PT. Mitra Petroleum Indonesia bekerja
daya tahan tanaman tersebut terhadap pengaruh sama dengan IPB telah mengembangkan teknik
tingkat keracunan logam berat. Penggunaan jamur remidiasi limbah minyak dengan biaya 15 – 20 US $
mikoriza juga telah diketahui dapat meningkatkan per m2 tanah yang terkontaminasi logam berat, dan
serapan logam berat namun tanaman dapat terhindar

120
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Fitoremidiasi Sebagai Alternatif Pemulihan …........................… (Misbachul Munir) …... : 115 – 123

biaya hanya separuh (50 %) dari teknik remidiasi akar tanaman dalam meregulasi dirinya sehingga
konvensional (Andreas S, 2009). tanah secara otomatis menjadi subur kembali.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati Sebelum penerapan teknik fitoremediasi di
tanaman yang potensial yang dapat digunakan seba- lapangan, untuk menghindari dampak negatif yang
gai tanaman yang mempunyai kemampuan untuk mungkin timbul, maka diperlukan informasi menge-
mendegradasi dan mengakumulasi logam berat nai : a) karakteristik tanah yang tercemar, b) pemi-
(hiperaccumulator). Sampai saat ini telah ditemukan lihan spesies tanaman yang akan digunakan, c) pro-
120 jenis tanaman yang dapat digunakan untuk ses pemisahan dan rekoveri biomassa, d) pembuang-
teknik fitoremidiasi antara lain Alamanda sp, Cana an biomassa yang telah digunakan, e) pertimbangan
sp, Pisang mas, Padi-padian, Anturium merah dan tekno-ekonomi.
kuning, Bambu air dan sebagainya. Menurut
Mohammad, 2008 di Malaysia telah ditemukan seki- REKOMENDASI
tar 400 jenis tanaman yang mempunyai kemampuan
Bagaimanapun juga teknik fitoremediasi
untuk digunakan dalam teknik fitoremediasi.
sebagai metode biokonsentrasi logam berat pada
Beberapa tahun terakhir ini peneliti dari
jaringan tanaman, akan menimbulkan kekhawatiran
LIPI intensif melakukan penelitian inventarisasi
terutama kemungkinan akibat yang timbul bila
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman hiper-
tanaman yang telah menyerap logam berat tersebut
accumulator logam emas didaerah Pongkor, Bogor
dikonsumsi oleh hewan dan masuk kedalam rantai
dan ditemukan 7 jenis yang termasuk dalam familia
makanan. Untuk itu diperlukan penanganan tanaman
Cyperaceae, Poaceae dan Asteraceae. (Titi J, et.al,
tersebut sebaik mungkin karena dengan pembuang-
2004).
an yang tidak semestinya hanya akan berpindahnya
Menurut Aiyen, 2006 dari berbagai jenis
zat pencemar logam ketempat lain dan dapat me-
tanaman yang telah ditemukan dan dapat digunakan
nimbulkan pencemaran baru.
sebagai tanaman hiperakumulator ternyata secara
Salah satu penanganan tanaman yang telah
agronomi termasuk dalam kriteria tanaman yang
digunakan untuk proses fitoremediasi adalah dilaku-
syarat tumbuhnya tidak membutuhkan nutrisi tinggi,
kan dengan recovery (pengambilan kembali) logam-
tidak rewel dan mudah tumbuhnya, dengan demi-
nya yang bernilai ekonomi tinggi seperti emas (Au).
kian prospek fitoremediasi cukup besar untuk di-
Namun bila logam yang diserap tanaman tersebut
kembangkan di Indonesia.
tidak memiliki nilai ekonomi tinggi, maka tanaman
Mengingat Indonesia kedepan masih tetap
itu dapat dibakar pada suhu yang tinggi, dan
dihadapkan dengan masalah pencemaran lingkungan
kemungkinan diperoleh energi. Cara lain yang dapat
sebagai akibat dari pembangunan industri maka
dilakukan terhadap biomassa yang berikatan dengan
usaha-usaha pemulihan dan rehabilitasi lahan yang
logam berat adalah dengan dibakar dengan meng-
tercemar perlu mendapat perhatian kita bersama.
gunakan insenerator.
Fitoremidiasi merupakan salah satu teknik pemulih-
Saat ini walaupun teknologi fitoremediasi
an lahan tercemar diharapkan dapat mem-berikan
belum banyak diterapkan dalam pemulihan pence-
sumbangan yang besar dan nyata bagi usaha mem-
maran tanah dan air, kedepan diharapkan akan men-
perbaiki dan mempertahankan kualitas lingkungan
jadi teknologi pembersih lingkungan yang potensial
di Indonesia. Keuntungan lain dari penerapan fitore-
dengan ditunjang oleh keanekaragaman hayati
midiasi adalah biaya operasional yang relatif murah
tanaman di Indonesia yang dapat digunakan sebagai
bila dibandingkan pengolahan konvensional lain
tanaman hiperakumulator, sehingga program pem-
seperti insenerasi, pencucian tanah berdasarkan
bangunan yang berkelanjutan (sustainable develeop-
sistem kimia dan energi yang dibutuhkan. Namun
ment) dapat tercapai.
demikian kelemahan teknik fitoremediasi adalah
dari segi waktu yang dibutuhkan lebih lama dan
DAFTAR PUSTAKA
juga terdapat kemungkinan masuknya kontaminan
(logam berat) kedalam rantai makanan melalui Anonim, 1999 : Phitoremediation Resource Guide,
konsumsi hewan dari tanaman tersebut. Office of Solid Waste and Emergency
Response Agency, US EPA, USA
KESIMPULAN
----------, 2002 : Petunjuk teknis Pengolahan Limbah
Pemulihan tanah tercemar logam berat hen-
Cair dengan Sistem Wastewater Garden
daknya dilakukan bukan semata-mata untuk peng-
(WWG), Bapedalda Provinsi Bali,
hilangan dan pembersihan zat pencemar saja, tetapi
Denpasar, Bali
juga yang tidak kalah penting adalah untuk per-
baikan mutu tanah sebagai tanah pertanian. Dengan
----------, 2003 : Fitoremidiasi, Pengolah Air Limbah
fitoremediasi selain zat pencemar logam berat dapat
Dengan Media Tanaman, Direktorat
diambil oleh tanaman, tanah secara signifikan akan
Perkotaan dan Perdesaan Wilayah Barat,
mengalami perbaikan bukan hanya berkurangnya zat
Ditjen Perkotaan dan Tata Perdesaan,
pencemar tersebut tetapi juga akibat adanya aktivitas
Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah, Jakarta

121
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Fitoremidiasi Sebagai Alternatif Pemulihan …........................… (Misbachul Munir) …... : 115 – 123

Aiyen, 2006 : Ilmu Remediasi Untuk Mengatasi Marschner, H. and V. Romheld, 1994 : Strategies of
Pencemaran Tanah di Aceh dan Sumatera Plant for Aquisition of Iron, Plant Soil.
Utara, Fakultas Pertanian Universitas
Tadulako, Palu. Mc. Grath, S.P. 1999 : Heavy Metal Uptake and
Chemical Changes in the Rhizophere of
Alberta, 2003 : Land Reclamation, Remidiation and Thlaspi caerulescens Grown in Contami-
Restoration,http://www.research/Land_Rec nated Soil, Plant Soil.
l_Remed_Restor/index
Mengel, K and E.A Kirkby, 1999 : Principle of plant
Andreas Santoso, 2009 : Tekmologi Bioremediasi Nutrition, 4th Edition, International potash
Lebih Efektif, http://bataviase.co.id/detail institute, Bern..
berita-10405308.html
Muhammad, I.L and J.S. Peter, 2008 : Phyto-
Baker A.J.M,1999 : Metal Hyperaccumulator Plant, remediation of Heavey Metal Polluted
a Biological Resource for Exploitation in Soils and Water Pregresses and Perperc-
the Phytiextraction of metal-polluted `soil, tives, J. Zhejiang University Sci. B.
URL : http://www.epfl.ch
Muin, A., 2003 : Penggunaan Mikoriza untuk
Batianoff , G.N, R.D Reeves and R.L Specht, 1990 : Menunjang Pembangunan Hutan, http://
A Nickel Accumulating Sertentineendemic www.hayati-ipb.com/user/rudyct/
Species of Central Queensland Aust. PPs702.htm

Bragg, J.R, Prince, R.C and R.M, Atlas,1994 : Priyanto, B, dan T. Suryati, 2000 : Kandungan
Effectiveness of Bioremediation for Exxon Beberapa Janis Logam Berat di Tanah yang
Valdez`Oil, Nature Digunakan untuk Pertanian, Jakarta.

Collins, C.D, 1999 : Strategies for Minimizing Envi- Onrizal, 2005 : Restorasi lahan Terkontaminasi
ronmental Contaminant, Trend Plant Sci. Logam Berat, Fakultas Pertanian, USU.

Crawford, 2001 : Bioremidiation Principles and Rosenberg, E. and Ron, E.Z, 1996 : Bioremediation
Applications, Cambridge University Press, of Petrolium Contaminant, Cambridge
UK University Press, UK

Grant , C.A, W.T Buckly and L.D. Bailey, 1998 : Sculthtorpe, 1999 : The Biological Aquatic Vascular
Cadmium Accumulation in Crops, Ca. J. Plant, Edward Arnold Ltd. London,
Plant Sci
Storm G.L., G.J. Fosmire and E.D. Bellis, 1994 :
Guntenspergen, G.R, 1999 : Wetland Vegetation for Persistence of Metal in Soil and Selected
Wastewater Treatment, Municipal, Vertebrate in the Vinicity of the Palmerton
Industrial and Agricultural, Lewis Zinc Smelter, J. Environmental Quality .
Publisher, Michigan.
Strahler A.N, 2000 : Environmental Geoscience,
Gwozdz, E.A, R. Przymusinky and J. Deckert, 1997 Interaction Between Natural System and
: Plant Cell Responses to heavy metal, man, Hamilton Publishing Co. Santa
Molecular and Physiological aspect, Acta Barbara, California
Physiol. Plant.
Suhendrayatna, 2001: Heavy Metal Bioremoval by
Head, I.M and Swannell, R.J, 1999 : Bioremediation Microorganism,http://www.istecs.org/Publi
of Petrolium Hidrocarbon Contaminant in cation/Japan/010211_suhendrayatna.PDF
Marine Habitat, Current Opinion in
Biotechnology. Tejoyuwono N., 2003 : Logam Berat Dalam
Pertanian, Fakultas Pertanian, UGM
Kelly E.B., 1999 : Ground Water Pollution, Phyto-
remediation,http://www.cee.vt.edu/pogram Titi Juhaeti, Fauzia S. dan N. Hidayati, 2004 :
_areas/environmental/teach/phyto/html. Inventarisasi Tumbuhan Potensial Untuk
Fitore-mediasi Lahan dan Air Terdegradasi
Lasat, M.M, 2000 : Phytoextraction of Metal from Penambangan Emas, Biodeversitas, Vol. 6
Contaminated Soil, http://www.engg.ksu. No. 1, ISSN 1412-033X, Pusat Lembaga
edu/HSRC/JHSR Biologi LIPI, Bogor.

122
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Fitoremidiasi Sebagai Alternatif Pemulihan …........................… (Misbachul Munir) …... : 115 – 123

Watanabe, M., 2000 : Phytoremediation on the Contaminanted Siols, new York Marcel
Brink of Commercialization, Environmen- Dekker Inc.
tal Science Technology.
Verloo, M. 1993 : Chemical Aspect of Soil
Wisse DL., D.J. Trantolo, E.J. Cichon and U. Pollution, ITC-Gen Publishing series No.4-
Stottmeister, 2000 : Bioremediation of 7

123
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Fermentasi Limbah Padat Industri Kelapa Sawit …..............................… (Subandriyo dkk) …... : 124 – 130

FERMENTASI LIMBAH PADAT INDUSTRI KELAPA SAWIT (SOLID


HEAVY PHASE) DENGAN ASPERGILLUS NIGER
Subandriyo1), Any Kurnia1), Endang Tri Hastuti1), Susdawanita1)
1)
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Iindustri (BBTPPI)
Jl. Ki Mangunsarkoro 6 Semarang, Telp. (024) 8316315 Fax. (024) 8414811
email : bandriyo_kalongan@yahoo.com

(Naskah diterima 6/8/2010, disetujui 4/11/2010)

ABSTRACT

Research fermentation solid waste palm oil industry (heavy solid phase) by
using Aspergillus niger as inoculum have been performed using solid phase fermen-
tation. Fermentation was conducted without addition of water (F1), without adding
water and adding minerals (F2), with the addition of water 1:1 (F3), and with the
addition of 1:1 and the addition of mineral water (F4). While variable fermentation
time which includes three days, four days and five days.
The results showed that SHP fermentation with Aspergillus niger obtained
the optimal result of fungal growth by SHP fermentation conditions without addition
of water and without the addition of minerals, cover pan with plastic fermentation
time of 5 days at room temperature.
SHP fermentation using Aspergillus niger can cause a decrease in pH value
of 5.65 at 0 day of incubation to 5.31 at day 5 of incubation, an increase of 10.24%
ash content, protein content increased by 72.46% and crude fiber decreased
by 12.26%.

Keywords : SHP, fermentation, Aspergillus niger

ABSTRAK

Penelitian fermentasi limbah padat industri kelapa sawit (Solid heavy


phase)/ SHP dengan Aspergillus niger sebagai inokulum telah dilakukan dengan
teknik fermentasi fase padat. Fermentasi dilakukan tanpa penambahan air (F1),
tanpa pe-nambahan air dan penambahan mineral (F2), dengan penambahan air 1:1
(F3), dan dengan penambahan air 1:1 dan penambahan mineral (F4). Sedangkan
variabel waktu fermentasi yang meliputi 3 hari, 4 hari dan 5 hari.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa fermentasi SHP dengan Aspergillus
niger diperoleh hasil pertumbuhan kapang paling optimal dengan kondisi fermentasi
SHP tanpa penambahan air dan tanpa penambahan mineral, penutup loyang plastik
dengan waktu fermentasi 5 hari pada suhu kamar.
Fermentasi SHP dengan menggunakan Aspergillus niger dapat menyebab-
kan penurunan nilai pH dari 5,65 pada inkubasi 0 hari menjadi 5,31 pada inkubasi
hari 5, peningkatan kadar abu sebesar 10,24 %, peningkatan kadar protein sebesar
72,46 % dan penurunan serat kasar sebesar 12,26 %.

Kata kunci : SHP, fermentasi, Aspergillus niger

PENDAHULUAN seperti bungkil inti sawit dan limbah padat SHP,


masing-masing 45 – 46 % dan 2 % dari jumlah
Limbah padat industri kelapa sawit (Solid produksi minyak. Bungkil inti sawit sudah lama
Heavy Phase) disingkat SHP merupakan salah satu dimanfaatkan sebagai pakan ternak pada ruminansia
limbah pengolahan minyak sawit. Perkebunan dan babi sedang bertumbuh (Aritonang, 1984).
kelapa sawit di Indonesia setiap tahun menunjukkan Sementara itu, limbah padat SHP meskipun
peninkatan (Ditjenbun, 1995). Meningkatnya pro- mengandung 12 % protein kasar masih sedikit
duksi kelapa sawit yang diikuti dengan peningkatan dimanfaatkan sebagai pakan ternak, terutama ternak
produksi minyak sawit, seperti CPO (crude palm unggas.
oil) akan meningkatkan pula limbah kelapa sawit

124
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Fermentasi Limbah Padat Industri Kelapa Sawit …..............................… (Subandriyo dkk) …... : 124 – 130

Limbah padat SHP adalah bahan buangan dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel,
yang dihasilkan selama proses pemerasan atau dengan menghasilkan beberapa enzim ekstra seluler.
ekstraksi minyak (Aritonang, 1984), SHP merupa-
kan hasil penyaringan limbah industri kelapa sawit METODOLOGI PENELITIAN
dengan menggunakan membrane filter. Potensi
produksinya di Indonesia cukup besar, yaitu sekitar Bahan dan peralatan :
2 juta ton (bahan kering) per tahun. Limbah ini pada Bahan yang digunakan : limbah padat kelapa sawit,
pabrik tertentu langsung dibuang ke selokan / parit yang diperoleh dari PT. Harapan Sawit Lestari
atau tanah terbuka sebagai pupuk. Ketapang Kalimantan Barat, Aspergillus niger yang
Menurut penelitian yang telah dilakukan dibeli dari Balai Penelitian Ternak Bogor, amonium
oleh Sinurat, dkk., SHP yang sudah dikeringkan sulfat, urea, magnesium sulfat, kalsium klorida,
(BK 92,4 %), mengandung protein kasar 10,04 %, ferro sulfat, kalium klorida, NPK.
lemak 15,07 %, abu 12,7 % dan GE 4400 kkal/kg. Sedangkan peralatan yang digunakan : drum plastik,
Percobaan pada sapi dan kerbau di ember plastik, timbangan 5 kg, waskom plastik
Malaysia (Dalzell, 1978) menunjukkan bahwa pem- besar, karung plastik lembaran, karung plastik 50
berian konsentrat yang masing-masing mengandung kg, kantong plastik 50 kg, centong plastik, dandang
SHP, PFF (Palm fresh fiber), PKM (palm kernel 5 kg, loyang plastik (36 x 28 cm), loyang aluminium
meal / bungkil inti sawit), molasses, urea, supple- (25 x 25 cm), tampah, pengaduk kayu, karet gelang.
men mineral dan vitamin dapat digunakan secara
efektif dan memberikan pertambahan bobot badan Tahapan Kegiatan :
0,47 kg per hari. Gohl (1981) melaporkan pada 1. Tahap Pertama : Penentuan Kondisi Opti-
ruminansia bahwa SHP dapat diberikan hingga 50 % mum Fermentasi SHP dengan Aspergillus
dari konsentrat, sedangkan pada ransum domba Niger.
menampilkan daya cerna yang baik (Hutagalung dan Penentuan kondisi optimum fermentasi SHP
Jalaluddin, 1982). Penelitian lain menunjukkan dengan Aspergillus niger dilakukan dengan 4
bahwa babi memperlihatkan penampilan produksi perlakuan sebagai berikut :
kurang baik. Pada unggas dapat dilaporkan bahwa 1. Fermentasi SHP dengan Aspergillus niger
SHP dapat diberikan pada ayam pedaging hingga 15 tanpa penambahan air, tanpa penambahan
% dan ayam petelur hingga 20 % (Hutagalung dan mineral (F1).
Jalaluddin, 1982). 2. Fermentasi SHP dengan Aspergillus niger
SHP dengan protein yang cukup tinggi tanpa penambahan air, kemudian dengan
yang hampir sama dengan protein dedak padi, penambahan mineral (Amonium sulfat,
berpeluang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan urea, magnesium sulfat, kalsium klorida,
ternak unggas, namun demikian masih mempunyai ferrosulfat, kalium klorida, NPK) (F2).
kadar serat kasar tinggi yang biasanya sulit dicerna. 3. Fermentasi SHP dengan Aspergillus niger
Untuk meningkatkan protein dan menurun- dengan penambahan air 1:1, tanpa penam-
kan serat kasar dibutuhkan suatu teknologi, antara bahan mineral (F3).
lain teknologi fermentasi. Laporan penelitian di 4. Fermentasi SHP dengan Aspergillus niger
Balai Penelitian Ternak menunjukkan bahwa tekno- dengan penambahan air 1:1, kemudian
logi fermentasi dapat meningkatkan kandungan dengan penambahan mineral (Amonium
protein pada singkong (Kompiang, 1994), bungkil sulfat, urea, magnesium sulfat, kalsium
kelapa (Sinurat et al, 1995; Purwadaria et al, 1997), klorida, ferrosulfat, kalium klorida, NPK)
dan sagu (Kompiang et al,1997). (Tiurma Pasaribu et al, 1998) (F4).
Diharapkan dengan teknologi fermentasi
ini dapat meningkatkan nilai nutrisi SHP, terutama Cara kerja :
protein dan menurunkan serat kasar, sehingga dapat 1.1. Fermentasi SHP dengan Aspergillus
lebih mudah dicerna oleh ternak unggas. Oleh niger tanpa penambahan air (F1).
karena itu, suatu penelitian dirancang untuk mening- Menimbang SHP sebanyak 0,5 kg, dima-
katkan protein SHP dan menurunkan kadar serat sukkan dalam dandang/panci dan dikukus
kasarnya dengan teknologi fermentasi, untuk itu selama 40 menit dan kemudian didingin-
dalam penelitian ini dipelajari teknik fermentasi fase kan. Setelah dingin diukur pH, selanjutnya
padat untuk meningkatkan nilai nutrisi limbah padat diatur pH menjadi 6, Tambahkan inokulum
industri kelapa sawit dengan Aspergillus niger. Aspergillus Niger sebanyak 8 g/kg dan
Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu aduk hingga rata (Tiurma Pasaribu et al,
35 oC – 37 oC (optimum), 45 oC – 47 oC (maksi- 1998), dimasukkan dalam loyang plastik,
mum) dan memerlukan oksigen yang cukup tutup loyang plastik tersebut dengan loyang
(aerobik). Aspergillus niger dalam pertumbuhannya plastik diatasnya, kemudian diikat dengan
berhubungan langsung dengan zat makanan yang karet gelang agar tutup loyang tidak berge-
terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang ser, difermentasi selama 5 hari pada suhu
terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap ruang, diamati pertumbuhan kapang secara
sedangkan molekul yang lebih kompleks harus visual setiap hari selama inkubasi.

125
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Fermentasi Limbah Padat Industri Kelapa Sawit …..............................… (Subandriyo dkk) …... : 124 – 130

1.2. Fermentasi SHP dengan Aspergillus 1.4. Fermentasi SHP dengan Aspergillus
niger tanpa penambahan air, dan niger dengan penambahan air 1:1, dan
dengan penambahan mineral (F2). penambahan mineral (F4).
Menyiapkan campuran mineral sebanyak Menyiapkan campuran mineral sebanyak
66,8 g/kg SHP (Tiurma Pasaribu et al, 66,8 g/kg SHP, menimbang SHP sebanyak
1998), dengan cara menimbang 31,25 g 0,5 kg, tambahkan campuran mineral,
amonium sulfat, 16,7 g urea, 7,19 g kemudian ditambahkan lagi air 1:1 kemu-
natrium dihidrogen fosfat, 2,08 g dian diaduk hingga rata, dimasukkan dalam
magnesium sulfat, 0,63 g kalium klorida, dandang dan dikukus selama 40 menit dan
0,31 g fero sulfat dan 0,28 g kalsium kemudian didinginkan. Setelah dingin di-
klorida (ramos et al, 1983). ukur pH SHP dan diatur pH menjadi 6,
Kemudian menimbang SHP sebanyak 0,5 Tambahkan inokulum Aspergillus Niger
kg, tambahkan campuran mineral, diaduk sebanyak 8 g/kg dan aduk hingga rata,
hingga rata, dimasukkan dalam dandang dimasukkan dalam loyang plastik, tutup
selanjutnya dikukus selama 40 menit dan loyang plastik dengan loyang plastik
didinginkan. Setelah dingin diukur pH SHP diatasnya, kemudian diikat dengan karet
dan diatur pH menjadi 6, ditambahkan gelang agar tutup loyang tidak bergeser,
inokulum Aspergillus Niger sebanyak 8 difermentasi selama 5 hari pada suhu
g/kg dan aduk hingga rata, dimasukkan ruang, kemudian diamati pertumbuhan
dalam loyang plastik, tutup loyang plastik kapang secara visual setiap hari selama
dengan loyang plastik diatasnya, kemudian inkubasi.
diikat dengan karet gelang agar tutup
loyang tidak bergeser, difermentasi selama 2. Tahapan Kedua : Fermentasi SHP dari hasil
5 hari pada suhu ruang, kemudian diamati penentuan kondisi optimum fermentasi
pertumbuhan kapang secara visual setiap Tahap I
hari selama inkubasi. Pada tahap kedua ini, fermentasi SHP dilakukan
dengan kondisi sesuai dengan kondisi optimum
1.3. Fermentasi SHP dengan Aspergillus yang diperoleh dari percobaan optimasi tahap I,
niger dengan penambahan air 1:1 (F3). kemudian dilakukan pengamatan pertumbuhan
Menimbang SHP sebanyak 0,5 kg, ditam- kapang, perubahan suhu, dan perubahan kimia.
bahkan air 1:1, diaduk hingga rata, dima- Setelah difermentasi selama 5 hari selanjutnya
sukkan dalam dandang dan dikukus selama dilakukan proses enzimatis dengan cara SHP
40 menit dan kemudian didinginkan. hasil fermentasi dimasukkan dalam kantung
Setelah dingin diukur pH SHP selanjutnya plastik, dipadatkan hingga tidak ada udara (an
diatur pH menjadi 6, Tambahkan inokulum aerob) dan disimpan selama 2 hari (Tiurma
Aspergillus Niger sebanyak 8 g/kg dan Pasaribu et al, 1998). Setelah 2 hari SHP hasil
aduk hingga rata, dimasukkan dalam fermentasi dimasukkan dalam loyang alumi-
loyang plastik, tutup loyang plastik dengan nium kemudian dikeringkan dalam oven dengan
loyang plastik diatasnya, kemudian diikat suhu 60 0C hingga kering (Tiurma Pasaribu et
dengan karet gelang agar tutup loyang tidak al, 1998). SHP kering digiling dan dianalisis
bergeser, difermentasi selama 5 hari pada proksimat.
suhu ruang kemudian diamati pertumbuhan Rangkaian prosesnya seperti disajikan dalam
kapang secara visual setiap hari selama gambar 1. dibawah ini :
inkubasi.

126
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Fermentasi Limbah Padat Industri Kelapa Sawit …..............................… (Subandriyo dkk) …... : 124 – 130

SHP

Penambahan air atau tanpa air

Penambahan mineral atau tanpa mineral

Pengadukan

Pengukusan

Pendinginan

Penambahan Aspergillus niger

Pengadukan

Fermentasi aerob

Pemanenan

Fermentasi anaerob

Pengeringan

Penggilingan

Bahan pakan ternak

Gambar 1. Alur proses fermentasi SHP

HASIL DAN PEMBAHASAN an, pertumbuhan kapang yang ditandai dengan


adanya miselium dan konidia. Pertumbuhan kapang
Pengamatan terhadap pertumbuhan kapang selama fermentasi dapat dilihat pada tabel 1.
Aspergillus niger dilakukan pada keempat perlaku-

127
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Fermentasi Limbah Padat Industri Kelapa Sawit …..............................… (Subandriyo dkk) …... : 124 – 130

Tabel 1. Pertumbuhan kapang selama fermentasi


Pengamatan Pertumbuhan Kapang
No Perlakuan Fermentasi
0 hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari
1 SHP tanpa penambahan air, - - - +, 1 ttk +, 1 ttk +, tebal,
tanpa penambahan mineral (F1). Ф 8 cm Ф 18 cm rata
2 SHP tanpa penambahan air, - - - +, tipis, rata +, tipis, rata +, tipis, rata
penambahan mineral (F2).
3 SHP dengan penambahan air 1:1, - - - +, tipis +, tipis, rata +, rata
tanpa penambahan mineral (F3).
4 SHP dengan penambahan air 1:1, - - - +, 1 ttk +, 6 ttk +, 2 ttk,
penambahan mineral (F4) Ф 2 cm
Keterangan :
+ : Tumbuh
- : Tidak tumbuh
Ф : Diameter

Pada hari ke-0 sampai 2 hari, semua perlakuan Dalam penelitian ini Aspergillus niger
fermentasi SHP dengan Aspergillus niger, pertum- ternyata dapat tumbuh dengan baik tanpa penam-
buhan kapang belum terlihat, karena masih dalam bahan mineral. Hal ini disebabkan dalam SHP masih
tahap adaptasi. Pada fermentasi hari ke-3 : Fermen- mengandung mineral, sesuai hasil penelitian kompo-
tasi SHP tanpa penambahan air, kapang tumbuh satu sisi mineral menurut Aritonang (1984) : Kalsium
titik dengan diameter 8 cm, fermentasi SHP tanpa (Ca), 0,28 – 0,69 %, Fosfor (P), 0,11 – 0,44 %,
penambahan air dengan penambahan mineral, Magnesium (Mg), 0,18 – 0,36 mg/kg, Mangan
kapang tumbuh tipis rata, fermentasi SHP dengan (Mn), 54 – 70 mg/kg, Tembaga (Cu), 29 – 45
penambahan air 1:1 ; ada pertumbuhan kapang akan mg/kg, Besi (Fe), 1500 – 1900 mg/kg, Seng(Zn),
tetapi tipis, sedangkan fermentasi SHP dengan 900 – 1200 mg/kg, yang diperlukan oleh jamur
penambahan air 1:1 dan penambahan mineral, sehingga tidak perlu penambahan mineral dari luar.
kapang tumbuh 1 titik kecil. Dari 4 perlakuan yang Setelah 5 hari fermentasi dilanjutkan
berbeda ternyata pertumbuhan kapang pada medium dengan proses enzimatis yaitu dengan cara SHP
yang dengan penambahan air 1 ; 1 lebih lambat dimasukkan ke dalam kantong plastik, dipadatkan
dibandingkan dengan fermentasi tanpa penambahan dan diikat rapat (proses an aerob) dengan tujuan
air 1 : 1, demikian juga fermentasi dengan penam- agar pertumbuhan jamur berhenti tetapi proses
bahan mineral, pertumbuhan kapangnya lebih lam- reaksi enzimatik tetap berlanjut.
bat dibandingkan fermentasi tanpa penambahan
mineral. Selanjutnya fermentasi pada hari ke 4 : Fer- Pertumbuhan Kapang
mentasi SHP tanpa penambahan air, kapang tum- Pertumbuhan kapang Aspergillus niger
buh satu titik membesar diameter menjadi 18 cm, selama fermentasi ternyata pada waktu inkubasi 0
fermentasi SHP tanpa penambahan air dengan dan 1 hari, hifa dan spora belum tumbuh, pada hari
penambahan mineral, kapang tumbuh tipis rata ke 2 fermentasi mulai terlihat adanya hifa. Selan-
(tetap sama pada hari ke 3), fermentasi SHP dengan jutnya pada hari ke 3 terbentuk spora dan pada hari
penambahan air 1:1 ; pertumbuhan kapang ada ke 4 hifa dan spora menutupi medium sekitar 50 %,
tetapi tipis dan rata, sedangkan fermentasi SHP dan pada hari ke 5 hifa dan spora menutupi medium
dengan penambahan air 1:1 dan penambahan sekitar 98 %.
mineral, kapang tumbuh menjadi 6 titik kecil. Untuk Pada hari ke 0 belum terjadi pembelahan
fermentasi hari ke 5 : Fermentasi SHP tanpa penam- sel oleh kapang, pada saat ini masih menyesuaikan
bahan air, kapang tumbuh tebal rata menutupi semua diri dengan kondisi pertumbuhan dan lingkungan
media, fermentasi SHP tanpa penambahan air untuk persiapan metabolisme. Menurut Bukle et al
dengan penambahan mineral, kapang tumbuh tipis (1987) pada awal inokulasi mikroorganisme ke
rata (masih tetap seperti hari ke 3), fermentasi SHP dalam medium, waktu pembelahan sel tidak terjadi.
dengan penambahan air 1:1 ; pertumbuhan kapang Hal ini berlangsung beberapa menit atau jam tergan-
tipis rata (sama seperti pada hari ke 4), sedangkan tung spesies, media dan lingkungan. Demikian juga
fermentasi SHP dengan penambahan air 1:1 dan memasuki hari ke satu, belum nampak hifa pada
penambahan mineral, kapang tumbuh tetap 6 titik medium. Ini tidak berarti bahwa pertumbuhan
tetapi 2 titik berdiameter 2 cm. kapang belum terjadi. Pada saat ini kapang
Dari ke empat perlakuan fermentasi SHP dengan Aspergillus niger sudah dapat beradaptasi dengan
Aspergillus niger, diperoleh hasil pertumbuhan lingkungan dan aktif melakukan metabolisme, yang
paling optimal pada perlakuan fermentasi SHP tanpa ditandai dengan timbulnya uap air pada dinding
penambahan air dan tanpa penambahan mineral loyang plastik dan penutup medium, sebagai hasil
dengan pertumbuhan kapang tebal dan merata pada dari proses metabolisme kapang. Pada hari ke-2
semua substrat. permukaan medium sudah ditutupi hifa dan pada

128
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Fermentasi Limbah Padat Industri Kelapa Sawit …..............................… (Subandriyo dkk) …... : 124 – 130

hari ke-3 mulai tampak spora di permukaan hari, mengalami peningkatan sebesar 72,46 %.
medium. Hal ini menunjukkan bahwa kapang terus Peningkatan protein ini disebabkan kenaikan jumlah
menerus tumbuh dan berkembang biak. Timbulnya masa sel kapang (Wang et al, 1979). Penambahan N
spora disebabkan oleh nutrien yang terdapat pada organik pada media akan meningkatkan aktivitas
medium sudah mulai berkurang. Spora tersebut terus kapang Aspergillus niger dalam membentuk sel.
tumbuh dan berkembang biak sehingga pada hari Selama inkubasi berlangsung terjadi
ke-4, permukaan media sudah tertutup spora sekitar peningkatan kadar abu dari 20,89 % pada hari 0
50 %, Pada hari ke-5 hifa dan spora terus berkem- menjadi 23,03 % pada hari ke-5, peningkatan
bang biak menutupi permukaan medium sekitar 98 sebesar 10,24 %. Peningkatan kadar abu disebabkan
%. Menurut Reham dan Reed (1981), laju pertum- oleh adanya kehilangan bahan kering serta terben-
buhan maksimum terjadi pada saat suplai nutrisi tuknya komponen baru, sehingga persentase penyu-
medium masih berlebih, tidak terdapat faktor peng- sun medium awal dan produk akhir berbeda. Kehi-
hambat pertumbuhan dan semua sel mempunyai langan bahan kering ini meningkatkan konsentrasi
kemampuan berkembang biak. unsur yang dapat diabukan dalam medium.
Serat kasar setelah fermentasi, berdasarkan
Perubahan Suhu persentase produk akhir mengalami penurunan dari
Selama proses fermentasi ternyata terjadi 31,48 % menjadi 27,62 %, mengalami penurunan
perubahan suhu medium fermentasi dengan rata-rata sebesar 12,26 %. Penurunan ini disebabkan selama
suhu awal 26,5 oC secara bertahap meningkat dan fermentasi dengan Aspergillus niger memproduksi
suhu tertinggi terjadi pada hari ke-1 dan ke-2 yang enzim selulose dan enzim mananase (Purwadaria el
mencapai 34,5 oC. Hal ini membuktikan bahwa ter- al, 1997) untuk memecah serat (selulosa dan hemi
jadi proses metabolisme yang diakibatkan oleh akti- selulosa) (Ofuya dan Nwajiuba, 1990).
vitas Aspergillus niger, yang merupakan aktivitas
perombakan bahan penyusun media oleh kapang KESIMPULAN
dalam upaya mendapatkan energi yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan pembentukan sel. Pada hari Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
ke-3 suhu mulai menurun (31,5 oC) dan selanjutnya - Fermentasi SHP dengan Aspergillus niger
menurun sehingga hari ke-4 yang mencapai 31,2 oC, diperoleh hasil pertumbuhan paling optimal
sedangkan pada hari ke-5 menurun menjadi 30,6 oC. dengan kondisi fermentasi SHP tanpa penam-
Hal ini menunjukkan sudah mulai terjadi penurunan bahan air dan tanpa penambahan mineral,
aktifitas mikroba, sejalan dengan mulai berkurang- penutup loyang plastik dengan waktu fermen-
nya bahan makanan yang terdapat dalam media. tasi 5 hari, pada suhu kamar.
- Fermentasi SHP dengan menggunakan Asper-
Perubahan Kimia gillus niger dapat menyebabkan penurunan
Setelah proses fermentasi kemudian dilan- nilai pH dari 5,65 pada inkubasi 0 hari menjadi
jutkan proses enzimatis terjadi perubahan kimia, hal 5,31 pada inkubasi hari 5, peningkatan kadar
ini ditunjukkan dengan terjadinya perubahan pH dan abu sebesar 10,24 %, peningkatan kadar
nutrien seperti terlihat pada tabel 2. protein sebesar 72,46 % dan penurunan serat
kasar sebesar 12,26 %.
Tabel 2. pH dan komposisi nutrien sebelum dan
sesudah fermentasi, sesudah proses enzimatis
DAFTAR PUSTAKA
Hasil analisis (Bahan
kering) Aritonang, D. 1984. Pengaruh penggunaan bungkil
Paramater uji Satuan inti sawit dalam ransom babi sedang
Sebelum Setelah
fermentasi fermentasi bertumbuh. Thesis Pasca Sarjana IPB.
pH - 5,65 5,31 Bogor.
Kadar abu % b/b 20.89 23.03
Kadar protein % b/b 12.93 22.30 Buckle, K.A, G.H. Edward dan M. Wooton, 1987.
Kadar serat kasar % b/b 31.48 27,62 Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Selama proses fermentasi terjadi penurunan
Ditjenbun, 1995, Statitik Perkebunan Indonesia
nilai pH dari 5,65 pada inkubasi 0 hari menjadi 5,31
1994 – 1996, Kelapa Sawit. Direktorat
pada inkubasi hari 5. Penurunan pH ini di sebabkan
Jenderal Perkebunan Jakarta.
oleh adanya asam asam organik yang dihasilkan,
seperti dijelaskan oleh Wang et al (1979) bahwa
Hutagalung, R.I and S. Jalaludin, 1982. Feeds for
perubahan pH selama proses fermentasi disebabkan
fase animals from the oil palm. University
oleh terbentuknya asam laktat dan asetat.
Pertanian Malaysia, Serdang Malaysia.
Selama proses fermentasi berlangsung ter-
Soc. Anim. Prod. Serdang Malaysia, Publ.
jadi peningkatan kadar protein dari 12,93 % pada
No. A 40.
inkubasi 0 hari menjadi 22,30 % pada inkubasi 5

129
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Fermentasi Limbah Padat Industri Kelapa Sawit …..............................… (Subandriyo dkk) …... : 124 – 130

Ofuya, C.O. and C.J. Nwajiuba, 1990. Fermentation


of cassava peels for the production of cellu-
lolytic enzymes. J.App.Bact. 68:171-177. Reham, HJ. And G Reed, 1981. Microbial
Fundamentals Biotech 1, Verlgchemic
Purwadaria, T., T. Haryati, A.P. Sinurat, J. Darma, Gmbh, Welbheim.
and T. Pasaribu, 1997. In vitro nutrient
value of coconut meal fermented with Tiurma Pasaribu, A.P. Sinurat, T. Purwadaria,
Aspergillus niger NRRL 337 at different Supriyati, J. Rosida, Helmi Hamid, 1998,
enzymatic incubation temperatures. Peningkatan nilai gizi Lumpur sawit
Proceedings Second Conference on melalui proses fermentasi , pengaruh jenis
Agriculture Biotechnology, Jakarta, 13-15 kapang, suhu dan lama proses enzimatis,
June 1995, Indonesia, Hal. 532-542. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Ramos, A.V, M. de la Tores, C.Lasos Campilo, Wang D.I.C, C.L Conney, A.M Demain, P. Dunhill,
1983. Solid state fermentation of cassava A.F. Humherry, and M. Diely, 1979.
with Rhizopus oligosporus NRRL 2710. Fermentation and Enzymes Technology,
Dalam Ferranti, M.P and Fiecter, A. (Eds.) John Willey and Sons.
Production and Feeding of Single Protein.
Applied Sci Publiser. London.

130
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pemanfaatan Filtrat Ampas Tahu untuk Bahan Baku …........................ (Ais Lestari K dkk) …... : 131 – 139

PEMANFAATAN FILTRAT AMPAS TAHU UNTUK BAHAN BAKU


PEMBUATAN MINUMAN PROBIOTIK SOYGURT
Ais Lestari Kusumawardhani1), Sigit Kartasanjaya1), Muryati1), Nilawati1), Agustina LN. Aminin2)

Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Iindustri (BBTPPI)


1)

Jl. Ki Mangunsarkoro 6 Semarang, Telp. (024) 8316315 Fax. (024) 8414811 email : ais_7dewa@yahoo.com
2)
Universitas Diponegoro, Fakultas MIPA Kimia

ABSTRACT

Filtrate from solid waste of tofu industry hasn’t much been used yet. This
study found the methode to use tofu waste filtrate as soyghurt fermented drink
(probiotic). The basic principle of making soyghurt is fermentation of soymilk which
using pure bactery culture Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophillus.
Improving the basic material quality was done by concentrating waste tofu filtrate
and adding enrichment material from leguminous such as peanut, mungbean and red
bean. Each of those materials was added with 3 types of sugar i.e succrose, fructose
and glucose. Fermentation which done at 45 oC for 10 hours did reduce beany flavor.
Data were analyzed statistically using Fully Randomized Design followed by LSD if
the results were significant and the preference test for organoleptic were analyzed by
Friedman Test. The result of organoleptic test showed that soyghurt with most
preffered taste and color was soyghurt with enrichment mungbean and glucose. While
soyghurt with the most preffered flavor was soyghurt without enrichment material
(only waste tofu filtrate) with adding succrose. The pH analysis result that the lowest
pH came form soyghurt with adding glucose, while the highest pH came from
soyghurt with adding succrose. The content of lactic acid on soyghurt with soybean
enrichment tends to be higher compared with the other and provided statistically
significant different compared with the other enrichment (mungbean and red bean).
Formic acid and oxalic acid content tend to be high on soyghurt with mung bean and
red bean enrichment compared with soyghurt with enrichment soybean. There was
still unknown the correlation between the more preffered taste and aroma on the
content and kind of measured organic acid.

Keyword : filtrate solid waste of tofu, fermentation, soyghurt

ABSTRAK

Filtrat ampas tahu yang diperoleh dari limbah padat industri tahu belum
banyak dimanfaatkan. Dalam penelitian ini telah berhasil didapatkan metode peman-
faatan filtrat ampas tahu sebagai minuman fermentasi (probiotik) soygurt. Prinsip
dasar pengolahan soygurt adalah fermentasi susu kedele dengan menggunakan
biakan murni bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus pada
kondisi terukur.Peningkatan kualitas bahan dasar dilakukan melalui pemekatan
filtrat ampas tahu serta penambahan bahan pengaya dari kelompok kacang-kacangan
yaitu kacang kedelai, kacang hijau, dan kacang merah. Masing-masing bahan
ditambah dengan tiga jenis gula yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Fermentasi
dilakukan pada 45 oC selama 10 jam yang terbukti mampu mengurangi aroma langu.
Selanjutnya data pengamatan sifat fisiko kimia dianalisis menggunakan Rancangan
Acak Lengkap Faktorial, sedangkan uji organoleptik untuk tingkat kesukaan
(preference test) dianalisis dengan Friedman Test. Hasil pengujian organoleptik
menunjukkan bahwa soygurt dengan rasa dan warna paling disukai adalah soygurt
dengan pengaya kacang hijau dan glukosa. Sedangkan soygurt dengan aroma paling
disukai adalah tanpa pengaya (hanya filtrat ampas tahu) dengan penambahan
sukrosa. Hasil analisis pH menunjukkan bahwa pH terendah terbentuk pada soygurt
dengan penambahan glukosa, sedangkan pH tertinggi terbentuk pada soygurt dengan
penambahan sukrosa. Kandungan asam laktat pada soygurt dengan pengaya kedelai
cenderung tinggi dibanding yang lain serta memberikan perbedaan nyata

131
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pemanfaatan Filtrat Ampas Tahu untuk Bahan Baku …........................ (Ais Lestari K dkk) …... : 131 – 139

dibandingkan pengaya lain (kacang hijau dan kacang merah). Kandungan asam
format dan asam oksalat cenderung lebih tinggi pada soygurt dengan pengaya
kacang hijau dan kacang merah dibanding pada soygurt dengan pengaya kedele.
Belum diketahui secara jelas korelasi antara rasa dan aroma yang lebih disukai
terhadap kadar dan jenis asam-asam organik yang terukur.

Kata kunci : filtrat ampas tahu, fermentasi, soyghurt

PENDAHULUAN rafinosa, stachyosa, vitamin, protein, asam-asam


organik, mineral, dan nutrisi lain. Mengingat kadar
Dalam pembuatan tahu, selain dihasilkan nutrisi di dalam filtrat ampas tahu cukup rendah,
produk utama berupa tahu, juga dihasilkan limbah maka untuk diolah menjadi soygurt perlu upaya
padat dan limbah cair. Limbah cair dapat dimanfaat- peningkatan kadar nutrisi sebelum filtrat difermen-
kan menjadi nata de soya (Krus Haryanto, dkk tasi. Agar fermentasi soygurt dapat berhasil maka
1998) atau bila akan dibuang perlu dilakukan pena- pada susu kedelai harus ditambahkan sumber gula
nganan secara khusus karena mengandung zat-zat yang lain sebelum diinokulasi.
organik terlarut yang cenderung membusuk bila Dalam penelitian ini, peningkatan kadar
dibiarkan menggenang. Limbah padat industri tahu nutrisi filtrat ampas tahu yang akan difermentasi
berupa ampas tahu yang merupakan sisa saringan dilakukan dengan cara pemekatan menggunakan
sari kedelai masih mengandung protein kira-kira 5 pemanasan pada 80 oC hingga diperoleh setengah
% (Sarwono, 2004). volume filtrat awal, selanjutnya dilakukan upaya
Potensi ampas tahun di Indonesia cukup pengkayaan dengan penambahan susu dari kelom-
tinggi, produksi kedelai di Indonesia tercatat pada pok kacang-kacangan sehingga kadar protein filtrat
tahun 1999 sebanyak 1.306.253 ton, sedangkan yang akan difermentasi mencapai 3,6-4,5 %.
Jawa Barat sebanyak 85.988 ton. Bila 50 % kedelai Menurut Cahyadi Wisnu (2007), yoghurt dapat
tersebut digunakan untuk membuat tahu dan dibuat dari susu kedelai dengan hasil baik bila kadar
konversi kedelai menjadi ampas tahu sebesar 100 – protein 3,6-4,5 % dan dengan penambahan sukrosa
112, maka jumlah ampas tahu tercatat 731.501,5 ton 5 %.Untuk menghasilkan soyghurt dengan rasa dan
secara nasional dan 48.153 ton di Jawa Barat aroma yang khas diperlukan perbandingan yang
(Anonymous, 2009) Oleh karena ampas tahu segar sama antara L. Bulgaricus dan S. Thermophillus.
masih mengandung air yang sangat tinggi menye- Menurut Chandan & Shahani (1993), hasil metabo-
babkan sulit untuk disimpan dan mudah sekali lisme karbohidrat (gula) berupa asam-asam organik
busuk. Menurut Sigit (2009), dari 1 kg ampas tahu akan mempengaruhi cita rasa dan ikut menentukan
segar dapat diambil cairan atau filtratnya sebanyak kualitas soygurt.
500 ml atau sekitar 50 % dari berat ampas. Kan- Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan
dungan nutrisi filtrat ampas tahu, air 96,79 %, abu filtrat ampas tahu menjadi produk minuman pro-
0,24 %, lemak 0,96 %, protein 1,51 % dan karbo- biotik sebagai alternatif pemanfaatan bahan limbah
hidrat 0,46 % (BBTPPI Semarang, 2009). yang mencemari lingkungan menjadi bahan pangan.
Pengolahan limbah tahu untuk dijadikan Sedangkan sasarannya adalah mengetahui kondisi
minuman sehat (probiotik) alternatif dilakukan operasi proses fermentasi bakteri Lactobacillus
dengan alasan masih adanya kandungan nutrisi bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dalam
dalam filtrat ampas tahu meskipun dalam kadar pembuatan minuman probiotik dengan bahan filtrat
yang tidak terlalu tinggi (Tabel 1). ampas tahu.
Secara spesifik, Kanda (1978) melaporkan
bahwa filtrat ampas tahu mengandung sukrosa,

Tabel 1. Kandungan nutrisi filtrat ampas tahu dibandingkan dengan susu kacang hijau, susu kedelai dan
susu kacang merah.

Susu
Kandungan Filtrat ampas tahu
Kacang Hijau Kedelai Kacang Merah
Air (%) 96,79 92,82 92,38 91,98
Abu (%) 0,24 0,32 0,39 0,41
Lemak % 0,96 0,19 2,20 0,22
Protein % 1,51 2,69 3,56 2,67
Karbohidrat % 0,46 - - -
Sumber : BBTPPI Semarang, 2009.

132
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pemanfaatan Filtrat Ampas Tahu untuk Bahan Baku …........................ (Ais Lestari K dkk) …... : 131 – 139

METODOLOGI PENELITIAN konsistensi produk yang dihasilkan belum kental


dan bau langu (beany flavor) masih dominan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pene- Setelah waktu fermentasi diperpanjang sampai 10
litian ini adalah filtrat ampas tahu diperoleh dari jam, maka dihasilkan produk soygurt kental dengan
pabrik tahu BINTANG TIMUR Semarang, kacang pH sekitar 4-5, flavor soygurt telah timbul dan
kedelai impor, kacang hijau lokal, kacang merah relatif tidak berbau langu. Selanjutnya untuk
lokal, sukrosa, fruktosa, glukosa, laktosa, susu melaksanakan penelitian utama waktu fermentasi
skim, gelatin, air bersih, bakteri Lactobacillus ditetapkan 10 jam, dengan langkah-langkah sebagai
bulgaricus dan Streptococcus thermophillus berasal berikut :
dari perusahaan yoghurt GLANT Bogor. Sedangkan a. Pembuatan susu pengaya yang terdiri dari susu
peralatan yang digunakan adalah timbangan, panci kedelai, susu kacang hijau dan susu kacang
stainlessteel, blender, inkubator, waterbath, botol merah mengacu pada metode Illinois yang dise-
fermentor, kertas aluminium foil, saringan, Laminar derhanakan (Yusmarini, 2004). Kacang-kacang-
Air Flow, pH-meter, HPLC dan alat-alat untuk an direndam semalam ( 8 jam), kemudian
analisa kimia. dikupas kulitnya dan diblender dengan air
Penelitian dilaksanakan menggunakan Ran- hangat dengan perbandingan air : kacang (6 : 1).
cangan Acak Lengkap Faktorial dengan perlakuan Selanjutnya disaring dengan kain tipis dan
Jenis Pengaya, yaitu : P0 : Susu dari Filtrat Ampas dipasteurisasi pada suhu 80 oC selama 30 menit.
tahu saja (tanpa pengaya), P1 : Susu dari Filtrat b. Penyediaan filtrat ampas tahu.
ampas tahu + Pengaya Susu Kedele (1:1), P2 : Susu Ampas tahu segar diperas dengan mesin peme-
dari Filtrat ampas tahu + Pengaya susu Kacang ras lalu disaring dihasilkan filtrat ampas tahu.
Hijau (1:1), P3 : Susu dari Filtrat ampas tahu + Selanjutnya filtrat ampas tahu ini dipekatkan
Pengaya susu Kacang Merah (1: 1) dan Jenis Gula, dengan cara dipanaskan pada suhu 80 oC sam-
yaitu : G1 : Sukrosa, G2 : Fruktosa, G3: Glukosa. pai volume menjadi 50 % dari volume awal (pe-
Masing-masing perlakuan diulang 2 kali, sehingga mekatan menjadi 50 % dari volume awal, ber-
diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 buah. dasarkan asumsi perhitungan agar diperoleh
Pengamatan kimia dan organoleptik dilaku- media yang akan difermentasi dengan kandung-
kan terhadap produk soygurt, meliputi kandungan an protein sebesar 3,6 - 4,5 %).
asam-asam organik (asam laktat, asam oksalat, asam c. Pembuatan Soygurt dari Filtrat Ampas Tahu
format, asam sitrat, asam askorbat) dengan HPLC, mengacu pada metode Kanda et al (1976)
pH dengan pH meter, kadar lemak dengan metode dengan sedikit modifikasi. Filtrat Ampas Tahu
Ekstraksi soxhlet dan protein dengan metode yang telah dipekatkan ditambah bahan pengaya
Kjeldahl. Sedangkan uji organoleptik untuk rasa, (susu kedelai, susu kacang hijau dan susu
aroma dan warna dilakukan Uji Kesukaan (prefe- kacang merah) masing-masing dengan perban-
rence test) dengan Uji Jarak Duncan menggunakan dingan 1: 1. Selanjutnya ditambahkan sukrosa,
30 orang panelis tidak terlatih, dengan skala fruktosa dan glukosa masing-masing sebanyak
penilaian : 5 % dan gelatin 1 %. Masing-masing perlakuan
5 = sangat suka dimasukkan kedalam gelas kaca, ditutup rapat
4 = suka dan dipasteurisasi pada suhu 80 oC selama 30
3 = kurang suka menit. Setelah dingin ( suhu 37 oC) ditambah-
2 = tidak suka kan starter Lactobacillus bulgaricus dan Strep-
1 = sangat tidak suka tococcus thermophillus sebanyak 2,5 % dari
Data pengamatan kimia dianalisis sidik volume media, diaduk hingga homogin kemu-
ragam menggunakan Rancangan Acak Lengkap dian diinkubasikan pada suhu 45 oC selama 10
Faktorial dan dilanjutkan dengan BNT 5 % apabila jam.
ada perbedaan yang nyata. Sedangkan hasil uji
organoleptik dianalisa dengan FriedmanTest. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Cara Kerja Penentuan waktu inkubasi


Penelitian ini terdiri dari penelitian pendahuluan dan Hasil pengamatan pada penelitian pendahu-
penelitian utama. Penelitian pendahuluan dimaksud- luan (tabel 2), menunjukkan bahwa Lactobacillus
kan untuk mendapatkan waktu yang optimal bagi bulgaricus dan Streptococcus thermophillus yang
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermo- diinkubasikan pada 45 oC selama 4 jam belum mam-
phillus untuk memfermentasi filtrat ampas tahu pu membentuk koagulan dan belum menghasilkan
menjadi soygurt. Menurut metode Ilinois waktu susu fermentasi dengan baik. Hal ini ditandai
yang dibutuhkan untuk fermentasi soygurt 4-5 jam dengan pH produk yang dihasilkan masih tinggi (
pada suhu 45 oC, akan tetapi pada tahapan penelitian pH 6) dan aroma langu (beany flavor) masih
pendahuluan, dengan waktu fermentasi 4 jam pro- dominan, belum berasa asam dan belum timbul rasa
duk yang dihasilkan belum memenuhi syarat, yaitu soygurt.
dengan ditandai pH dari produk masih diatas 6,

133
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pemanfaatan Filtrat Ampas Tahu untuk Bahan Baku …........................ (Ais Lestari K dkk) …... : 131 – 139

Pada penelitian pendahuluan, suhu inkubasi dibuat dari kedelai adalah timbulnya rasa dan aroma
mengikuti metode Taylor (1981), yaitu pada suhu 45 langu. Aroma langu merupakan aroma khas dari
o
C. Waktu fermentasi Streptococcus thermophillus kacang-kacangan. Timbulnya flavor langu disebab-
dan Lactobacillus bulgaricus pada awalnya dilaku- kan karena enzim lipoksidase yang terdapat dalam
kan selama 4 jam berdasarkan metode Illinois. biji kedelai mengurai lemak kedelai yang terjadi
Namun inkubasi susu fermentasi selama 4 jam (studi pada saat proses penggilingan, terutama jika pada
pendahuluan) ternyata belum menghasilkan peng- saat penggilingan menggunakan air dingin. Lemak
gumpalan protein yang sempurna, selain itu pH tersebut dihidrolisa menjadi senyawa-senyawa pe-
masih cukup tinggi serta masih memunculkan aroma nyebab bau langu yang tergolong dalam kelompok
“kacang” yang cukup kuat. Hal ini disebabkan heksanal dan heksanol yang pada konsentrasi rendah
karena karbohidrat pada susu kedelai terdiri dari sudah dapat menyebabkan bau langu.
golongan oligosakarida dan polisakarida, sehingga
untuk dapat difermentasi oleh L. bulgaricus senya- pH dan Pembentukan Asam-Asam Organik
wa tersebut harus dipecah dulu menjadi disakarida / (asam laktat, asam format, asam sitrat, asam
monosakarida, sedangkan karbohidrat pada susu oksalat dan asam askorbat).
sapi adalah laktosa. Oleh karena itu, inkubasi diper- Selama proses fermentasi filtrat ampas tahu
panjang hingga 10 jam. Pemanjangan waktu inku- dengan berbagai pengaya menjadi minuman
basi ini, ternyata memberikan hasil yang cukup baik probiotik akan mengalami perubahan pH, yang
dimana rata-rata pH pada semua perlakuan menca- disebabkan karena terbentuknya asam-asam organik
pai sekitar 4,5 terjadi penggumpalan serta hilangnya yang menimbulkan flavor yang khas pada soygurt.
aroma “kacang” bahkan muncul aroma manis pada Dalam penelitian ini asam-asam organik yang
beberapa soygurt. terdeteksi dengan metode HPLC adalah asam laktat,
Menurut Angelia Vivi (2007), masalah asam format, asam sitrat, asam oksalat dan asam
yang sering timbul dalam suatu produk pangan yang askorbat.

Tabel 2. Pengamatan pH dan organoleptik soygurt pada berbagai macam perlakuan dengan waktu
inkubasi 4 jam, 6 jam dan 10 jam.

pH awal pH akhir dengan waktu fermentasi


Perlakuan
organo- 4 jam 6 10 jam
leptik jam
Filtrat ampas tahu : susu 6,95 6,28 6,00 4,56
kacang merah (1:1) +
sukrosa 5%
Hasil - Bau langu - Bau langu tak terasa
Organoleptik - Flavor soygurt blm. timbul - Terasa aroma & rasa soygurt
- Belum terasa asam - Kental
- Cair
Filtrat ampas tahu : susu 6,72 6,0 - 4,46
kacang hijau (1:1)+
fruktosa 5%
Hasil - Bau langu - Bau langu tak terasa
Organoleptik - Flavor soygurt blm. timbul - Terasa aroma & rasa soygurt.
- Belum terasa asam - Kental
- Cair
Filtrat ampas tahu : susu 6,45 5,83 - 4,39
kedelai (1:1)+ sukrosa 5%
Hasil - Bau langu - Bau langu tak terasa
Organoleptik - Flavor soygurt blm. timbul - Terasa aroma & rasa soygurt.
- Belum terasa asam - Kental
- Agak kental

Hal penting yang harus diperhatikan dalam susu kedelai yang dapat dimanfaatkan oleh mikro-
pembuatan soygurt adalah jenis karbohidrat dalam organisme dalam proses pembuatan soygurt sangat
susu kedelai sangat berbeda dengan karbohidrat terbatas, oleh karena itu perlu dilakukan
yang terdapat pada susu sapi. Karbohidrat yang ada penambahan sumber gula yang lain (Yusmarini et
pada susu kedelai terdiri golongan oligosakarida dan al., 2004). Menurut Cahyadi Wisnu (2007),
polisakarida, sedangkan karbohidrat pada susu sapi penambahan gula pada susu nabati merupakan
adalah laktosa. Kandungan gula yang terdapat pada keharusan sebab bakteri asam laktat asam lakta

134
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pemanfaatan Filtrat Ampas Tahu untuk Bahan Baku …........................ (Ais Lestari K dkk) …... : 131 – 139

tidak mampu tumbuh dalam media yang tidak glukosa. Anggota kelompok homolaktik bakteria
mengandung gula. diantaranya Lactococcus, Enterococcus, Strepto-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa apa- coccus, Pediococcus, dan kelompok pertama dari
bila susu kedelai langsung diinokulasi tanpa penam- Lactobacilli. Kelompok bakteri heterofermentatif
bahan gula tidak akan menghasilkan soygurt yang menggunakan jalur pentosa fosfat, sebagai alternatif
berkualitas baik hal ini ditandai dengan masih dari jalur pentosa fosfoketolase. Satu molekul
tingginya nilai pH dan tidak terjadi penggumpalan Glukosa-6-fosfat mula-mula didehidrogenasi menja-
protein (Yusmarini et al, 1998). Jenis gula yang ber- di 6-fosfoglukonat dan kemudian terdekarboksilasi
beda akan menghasilkan asam-asam organik yang menghasilkan satu mol CO2. Hasil pentose-5-
berbeda yang pada akhirnya akan menyebabkan ter- phosphate dipecah menjadi satu mol glyceraldehyde
jadinya perbedaan kualitas soygurt yang dihasilkan. phosphate (GAP) dan satu mol acetyl phosphate.
Analisa sidik ragam pH menunjukkan vari- GAP kemudian dimetabolisme menjadi laktat seper-
asi jenis gula yaitu sukrosa, glukosa, dan fruktosa ti dalam homofermentasi, dengan reduksi acetyl
yang ditambahkan kepada masing-masing susu ber- phosphate menjadi ethanol melalui acetyl-CoA dan
pengaruh nyata terhadap pH soygurt, akan tetapi intermediet acetaldehyde. Secara teoritis, produk
penambahan pengaya susu kacang-kacangan dan akhir (termasuk ATP) diproduksi secara ekuimolar
interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap pH dari katabolisme satu molekul glukosa. Bakteri
soygurt. Tabel 3 menyajikan rerata pH soygurt yang heterofermentatif obligat meliputi Leuconostoc,
dihasilkan dengan penambahan sukrosa, fruktosa Oenococcus, Weissella, and group III lactobacilli
dan glukosa. (Madigan and Martinko, 2006).
Pembentukan Asam laktat, asam format, asam
Tabel 3. Rerata pH soygurt dengan penambahan
sitrat, asam oksalat dan asam askorbat.
sukrosa, fruktosa dan glukosa.
Analisa sidik ragam asam laktat dan asam
oksalat, menunjukkan variasi jenis pengaya yang
Perlakuan Rerata pH ditambahkan kepada masing-masing filtrat ampas
G1 (sukrosa) 5,03 a tahu berpengaruh nyata terhadap terbentuknya asam
laktat dan asam oksalat pada soygurt, akan tetapi pe-
G2 (fruktosa) 4,85 a nambahan jenis gula dan interaksinya tidak berpe-
ngaruh nyata terhadap terbentuknya asam laktat dan
G3 (glukosa) 4,41 b asam oksalat. Penambahan jenis pengaya maupun
jenis gula tidak berpengaruh nyata terhadap pem-
Bilangan yang didampingi dengan huruf yang bentukan asam format, asam sitrat dan asam
berbeda, berarti berbeda nyata pada taraf askorbat. Tabel 4 menyajikan rerata kadar asam
kepercayaan 5 %. laktat dan asam oksalat soygurt yang dihasilkan
dengan penambahan susu kedelai, susu kacang
Dari Tabel 3. terlihat bahwa pH terendah hijau, susu kacang merah maupun tanpa pengaya.
terbentuk pada susu fermentasi dengan komponen
glukosa dan berbeda nyata dengan susu fermentasi Organoleptik rasa, aroma dan warna
dengan penambahan fruktosa maupun sukrosa. Hal Hasil analisa organoleptik menggunakan
ini disebabkan karena glukosa adalah monosakarida Friedman Test, menunjukkan bahwa penambahan
yang lebih mudah dimanfaatkan oleh L. Bulgaricus pengaya maupun penambahan gula berpengaruh
dan S. Thermophillus menjadi sumber energi dan di- nyata terhadap rasa, aroma, maupun warna soygurt.
metabolisir lebih lanjut menjadi asam-asam organik Kenyataan ini menarik, sebab perbedaan yang nyata
yang akan menurunkan pH. Sedangkan sukrosa terhadap uji organoleptik mengindikasikan mekanis-
merupakan disakarida yang harus dipecah dulu me metabolisme yang luas dari bakteri asam laktat
menjadi monosakarida glukosa dan fruktosa agar terhadap beragam perlakuan dalam desain penelitian
dapat dimetabolisir menjadi asam-asam organik, ini. Hasil ini berbeda dibanding penelitian yang dila-
sehingga dengan waktu fermentasi yang sama, yaitu kukan oleh Yusmarini dkk (2004) yang mempro-
10 jam belum semua sukrosa dirubah menjadi asam- duksi soygurt menggunakan beragam susu dari
asam organik. Seperti telah diketahui, terdapat dua kacang-kacangan dengan penambahan beberapa
jalur utama fermentasi heksosa yang digunakan jenis gula. Dalam penelitiannya, soygurt yang diha-
untuk mengklasifikasikan genus bakteri asam laktat, silkan masih memberikan aroma “langu” dengan uji
yaitu kelompok homolaktik dan heterolaktik (meta- organoleptik yang tidak berbeda nyata. Secara
bolisme campuran-asam). Pada kondisi glukosa ber- umum, desain penelitian ini dengan penelitian
lebih dan oksigen terbatas, bakteri asam laktat go- Yusmarini (2004) adalah mirip, dengan beberapa
longan homolaktik mengurai satu molekul glukosa perbedaan dimana dalam penelitian digunakan
dalam jalur Embden-Meyerhof-Parnas (EMP) untuk bahan filtrat ampas tahu serta kondisi fermentasi
menghasilkan dua molekul piruvat. Kesetimbangan pada 45 oC selama 10 jam (Yusmarini menggunakan
redoks intraselular dipertahankan melalui oksidasi 37 oC selama 18 jam). Sejauh ini belum ada studi
NADH dengan reduksi piruvat menjadi asam laktat. mendalam mengenai pengaruh temperatur dan masa
Proses ini menghasilkan dua mol ATP per konsumsi inkubasi terhadap soygurt yang dihasilkan.

135
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pemanfaatan Filtrat Ampas Tahu untuk Bahan Baku …........................ (Ais Lestari K dkk) …... : 131 – 139

Berdasarkan data rerata uji organoleptik, dengan gula glukosa cenderung paling tidak disukai
komposisi susu yang paling disukai dari sisi rasa karena rasa asam yang cukup kuat (Gambar 1).
dan warna adalah sama yaitu G3P2 (susu fermentasi Diantara ke-12 kombinasi susu fermentasi,
dari filtrat ampas tahu dengan pengaya kacang hijau tujuh diantaranya secara rata-rata cukup disukai
dan glukosa). Secara sepintas hal ini menjelaskan dengan nilai rata-rata tidak terlampau jauh (tidak
bahwa secara umum susu fermentasi dengan sukrosa berbeda nyata) dibanding G3P2. Susu-susu fermen-
(kecuali dengan pengaya kacang merah) cenderung tasi yang cukup disukai (Gambar 1, dengan nilai
lebih disukai karena tidak terlalu asam (lebih cocok rata-rata di atas 3,5) adalah: G1P0, G1P1, G1P2,
dengan lidah panelis/warga Indonesia). Data kecen- G2P0, G2P2, dan G3P0. Secara umum, berdasarkan
derungan ini juga sesuai dengan hasil penelitian bahan susu kacangnya, susu fermentasi dengan rasa
yang dilaporkan Yusmarini (2004). Sebaliknya, susu paling disukai berasal dari filtrat tahu saja atau filtrat
tahu dengan pengaya kacang hijau.

Tabel 4. Rerata kadar asam laktat dan asam oksalat soygurt tanpa pengaya, dengan penambahan susu
kedelai, susu kacang hijau dan susu kacang merah.

Perlakuan Rerata kadar asam laktat (%) Rerata kadar asam oksalat (ppm)
Po (filtrat ampas tahu saja/tanpa 1,1717 a 0,085 a
pengaya)
P1 (susu kedelai) 1,375 a 0,098 c

P2 (susu kacang hijau ) 0,845 b 0,196 b


P3 (susu kacang merah) 0,755 b 0,1717 b

Bilangan yang didampingi dengan huruf yang berbeda, berarti berbeda nyata pada taraf kepercayaan 5 %.

Nilai rata-rata Rasa Berdasarkan nilai rata-rata rasa dan aroma


3.7
susu fermentasi yang dihasilkan dari penelitian ini
diperoleh gambaran sekilas bahwa susu fermentasi
yang berasal dari filtrat tahu tanpa pengaya cende
3.6

3.5
rung menghasilkan rasa dan aroma yang disukai.
3.4 Susu fermentasi dari filtrat tahu dengan pengaya
3.3
menunjukkan kecenderungan berbeda, dimana pe-
ngaya kacang hijau cenderung menghasil-kan rasa
rasa

3.2
lebih disukai sedangkan pengaya kedelai memberi-
3.1 kan aroma lebih disukai.
3
Salah satu komponen yang berpengaruh
terhadap rasa dan aroma adalah terbentuknya asam-
2.9
G1P0 G1P1 G1P2 G1P3 G2P0 G2P1 G2P2 G2P3 G3P0 G3P1 G3P2 G3P3 asam organik pada proses fermentasi. Analisis ter-
hadap pola asam-asam organik pada masing-masing
Gambar 1. Gambaran nilai rerata rasa susu susu fermentasi diharapkan mampu memberikan
fermentasi dengan berbagai kombinasi gambaran lebih baik terhadap fenomena keragaman
bahan susu kacang-kacangan dan pola rasa dan aroma yang dihasilkan dalam peneli-
gula. tian ini.
Proses fermentasi bahan pangan seringkali
Data yang mengejutkan adalah secara rata- menghasilkan perubahan aroma produk relatif
rata, susu fermentasi dengan aroma paling disukai dibandingkan aroma bahan dasar. Namun demikian,
adalah G1P0 (susu dari filtrat tahu tanpa pengaya fermentasi bahan pangan pada dasarnya merupakan
dengan sukrosa). Pada awal penelitian ini, susu ekosistem kompleks dengan sistem enzim aktif dari
fermentasi yang dibuat hanya dari filtrat tahu diduga bahan asal yang berinteraksi dengan aktivitas meta-
akan menghasilkan susu dengan kualitas terendah bolisme dari organisme fermentasi.
mengingat filtrat tahu adalah limbah yang memiliki Menurut Herastuti (1994) Streptococcus
aroma langu cukup tajam. Susu fermentasi lain thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus merupa-
dengan aroma cukup disukai adalah G1P1, G2P0, kan spesies mikroba yang esensial dan aktif dalam
G3P0 dan G3P1 (Gambar 2., dengan nilai rata-rata hubungan simbiotik. Kedua jenis mikroorganisme
lebih dari 3,1). Dalam hal ini secara umum, susu tersebut tumbuh bersama-sama dan bertanggung
fermentasi dengan aroma paling disukai berasal dari jawab dalam fermentasi yoghurt. Selama fermentasi
filtrat ampas tahu tanpa pengaya dan filtrat tahu akan terbentuk asam-asam organik yang menimbul-
dengan pengaya kedelai. kan cita rasa yang khas.

136
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pemanfaatan Filtrat Ampas Tahu untuk Bahan Baku …........................ (Ais Lestari K dkk) …... : 131 – 139

laktat dehidrogenase oleh rasio NADH/NAD+ secara


Nilai Rata-Rata Aroma
in vivo.
3.5 Hubungan antara rasa dan aroma yang
3
lebih disukai sulit ditemui korelasinya terhadap
kadar dan jenis asam-asam organik yang terukur.
2.5 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya fak-
2
tor-faktor lain yang mempengaruhi aroma dan rasa
selain keragaman kandungan asam organik. Salah
1.5 satu hasil penelitian melaporkan bahwa aroma pro-
1
duk fermentasi dipengaruhi oleh kandungan asam
organik, asam-asam amino, dan pH. Selain itu, kera-
0.5 gaman fermentasi bakteri asam laktat sangat luas
0
dan kompleks serta dipengaruhi oleh banyak faktor.
G1P0 G1P1 G1P2 G1P3 G2P0 G2P1 G2P2 G2P3 G3P0 G3P1 G3P2 G3P3

KESIMPULAN DAN SARAN


Gambar 2. Gambaran nilai rerata aroma susu
fermentasi dengan berbagai Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
kombinasi bahan susu kacang- 1. Bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus
kacangan dan gula. dan Streptococcus thermophillus dapat ditum-
buhkan dengan baik dalam media filtrat ampas
Faktor-faktor seperti penambahan garam, tahu.
ukuran partikel, temperatur, dan kadar oksigen juga 2. Fermentasi filtrat ampas tahu (baik dengan
mampu memberikan efek penting terhadap reaksi pengaya maupun tanpa pengaya) dengan bakteri
kimia yang terjadi selama fermentasi (McFeeters, Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
2004). Bakteri asam laktat kelompok Streptococcus thermophillus pada 45 oC, memberikan susu
melakukan peran penting dalam berbagai fermentasi fermentasi dengan kualitas lebih baik pada lama
susu, dimana fungsi utamanya adalah merubah inkubasi 10 jam dibanding 4 jam.
laktosa menjadi asam laktat. Kelompok bakteri ini 3. Varian jenis pengaya berpengaruh nyata terha-
sangat bermanfaat karena memiliki keragaman dap terbentuknya asam laktat dan asam oksalat
metabolik yang terbatas dan biasanya mengkonversi pada susu fermentasi/soygurt yang dibuat dari
sekitar 95% gula fermentasi menjadi L-laktat. Fer- filtrat ampas tahu, akan tetapi tidak berbeda
mentasi homolaktik ini terjadi baik terhadap laktosa nyata terhadap terbentuknya asam sitrat, asam
maupun glukosa di dalam kultur batch saat organis- format, asam askorbat, kadar lemak dan kadar
me ditumbuhkan secara anaerobic pada pH sekitar 7 protein.
dan 30 oC. Sebaliknya, fermentasi heterolaktik ter- 4. Varian jenis gula berpengaruh nyata terhadap
amati saat pertumbuhan menggunakan galaktosa pH susu fermentasi yang dibuat dari filtrat
atau dengan laktosa dari beragam sistem enzim baik ampas tahu.
laktat dehidrogenase (LDH; 21) atau sistem laktosa 5. Pembuatan minuman probiotik soygurt dengan
fosfotransferase dan/atau phospho-β-D-galactosi- bahan baku filtrat ampas tahu cukup mengun-
dase, diduga organisme ini memiliki jalur metabo- tungkan secara ekonomis.
lisme yang tidak terekspresi dalam kondisi normal.
Produk alternatif meliputi asetat, asetoin, CO 2, SARAN
etanol, format, dan gliserol (Thomas et al., 1979).
Lebih jauh Thomas menyarankan bahwa Industri kecil dapat menerapkan hasil penelitian ini
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan menu- dengan melengkapi sarana berupa ruang steril dan
ju fermentasi heterolaktik adalah kadar fruktosa 1,6- tingkat kebersihan yang terjaga.
diphosphate intrasel (FDPin) dan tingkat aktivitas
laktat dehidrogenase. Studi lain oleh Garrigues et al. DAFTAR PUSTAKA
(1997) melaporkan bahwa pada pertumbuhan Lacto-
coccus lactis subsp. lactis NCDO 2118 pada Aji Sastrosupadi (2000). Rancangan Percobaan
beragam gula, pergeseran dari homolaktik menuju Praktis Bidang Pertanian. Penerbit
metabolisme campuran-asam secara langsung hanya Kanisius.
bergantung pada kecepatan konsumsi gula. Orientasi Angelia, Vivi (2007). Evaluation of Sweet Corn
metabolisme piruvat berhubungan dengan aktivitas Extract ( Zea mays L. var.saccharata ) and
aliran-terkontrol dari glyceraldehyde-3-phosphate Soymilk Based Vegetable Yoghurt Product
dehydrogenase di bawah kondidi alir glikolitik Based on Physicochemical and Sensory
tinggi pada glukosa disebabkan rasio NADH/NAD +. Characteristics. Skripsi S1. Fakultas
Lebih jauh, pengaturan aktivitas piruvat format liase Teknologi Pertanian, Universitas Katolik
oleh triosa fosfat tidak ketat, dan fermentasi campur- Soegijapranata, Semarang.
an-asam terjadi disebabkan terutama oleh inhibisi

137
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pemanfaatan Filtrat Ampas Tahu untuk Bahan Baku …........................ (Ais Lestari K dkk) …... : 131 – 139

Anonymous (2009). Data diperoleh dari Madigan, M.T and Martinko, J.M (2006) : Block
http://bisnisukm.com/sedapnya bisnis Biology of Microorganisms Pearson
kecap ampas tahu. Education Inc, USA.
Cahyadi Wisnu (2007). Kedelai Khasiat dan Mailgaard,M, Civille,G.V dan Carr, B.T ( 2007 ).
Teknologi, Bumi Aksara, Jakarta. Sensory Evaluation Technique, 4 th ed.
CRC Press. Taylor & Francis Group LCC.
Chandan, R.C & Shahani, K.M (1993). Yoghurt. Di
dalam Hui (ed.). Dairy Science and McFeeters, R.F. (2004) Fermentation Microorga-
Technology Handbook-Product nisms and Flavor Changes in Fermented
Manufacturing. New York. Foods, JOURNAL OF FOOD SCIENCE,
Vol. 69(1), 35-37
Garrigues, C., Loubiere, P., Lindley, N.D., and
Bousquet, M.C. (1997) Control of the Shift Sarwono dan Yan Pieter, (2004). Membuat Aneka
from Homolactic Acid to Mixed-Acid Tahu, Penebar Swadaya Depok
Fermentation in Lactococcus lactis:
Sigit Kartasanjaya, (2009). Pemanfaatan Filtrat
Predominant Role of the NADH/NAD1
Ampas Tahu Untuk Bahan Pembuatan
Ratio, JOURNAL OF BACTERIOLOGY,
Nata. Buletin Penelitian dan Pengembang-
Vol. 179, No. 17, p. 5282–5287
an Industri. Vol II No 4, Juli 2009.
Herastuti, S.R., Sujiman, R.S. & Ningsih, N. (1994).
Taylor, Taylor, F. (1981) Method of Making
Pembuatan pati gude ( Cajanus cajan L.)
Yoghurt, United States Patent, US4248898
dan pemanfaatan hasil sampingnya dalam
pembuatan yoghurt dan tahu. Laporan Thomas, T.D., Ellwood, D.C., and Longyear, M.C.
Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian (1979) Change from Homo- to Heterolactic
UNSOED. Fermentation by Streptococcus lactis
Resulting from Glucose Limitation in
Kanda, H, Wang, H.L., Heseltine C.W & Kramer, K
Anaerobic Chemostat Cultures, JOURNAL
(1976). Yoghurt Production by
OF BACTERIOLOGY, Vol. 138, No. 1, p.
Lactobacillus fermentation of soybean
109-117
milk. Proc. Biochem. 23-25.
Yusmarini, Adnan M. & Hadiwiyoto S. (1998).
Krus Haryanto, dkk ( 1998 ). Pemanfaatan Limbah
Perubahan Oligosakarida pada Susu
Cair Tahu Menjadi Nata de Soya. Balai
Kedelai dalam Proses Pembuatan Yogurt.
Penelitian dan Pengembangan Industri
Berkala Penelitian Pasca Sarjana (BPPS).
Semarang.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Lee, S.Y, Morr, C.V dan Seo, A. (1990).
Yusmarini, Raswen Efendi (2004), Evaluasi Mutu
Comparison of Milk-Based and Soymilk
Soygurt yang dibuat dengan Penambahan
Based Yogurt, J.Food Sci. 55:532-536.
beberapa Jenis Gula, Jurnal Natur
Indonesia 6(2): 104-110

138
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pemanfaatan Filtrat Ampas Tahu untuk Bahan Baku …........................ (Ais Lestari K dkk) …... : 131 – 139

PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI PEMBUATAN 100 LITER SOYGURT


DARI FILTRAT AMPAS TAHU

139
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Tandan Kosong Sawit Sebagai Bahan Bakar …............................................. (Basir) …... : 140 – 148

KAJIAN TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR


DISTILASI AIR LAUT UNTUK INDUSTRI AIR
MINUM DAN GARAM
Basir1)

Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Iindustri (BBTPPI)


1)

Jl. Ki Mangunsarkoro 6 Semarang, Telp. (024) 8316315 Fax. (024) 8414811


Email : sirbas51@yahoomail.com

ABSTRACT

Palm oil industry dispose of solid waste in the form of empty fruit bunch as
much as 23% of oil palm fresh fruit bunches. Indonesia can only meet the needs of
urban water supply by 40% and up to the year 2015 are estimated to be able to meet
69%. In addition, Indonesia is still importing salt (NaCl) as many as 1.6 million tons.
In order handling and utilization of waste oil palm empty fruit bunches are, we
perform the study of empty fruit bunches Distilled Water As Fuel for Industry Marine
and Salt Water.
In this study oil palm empty fruit bunches were burned to evaporate sea
water in the boiler pressure of one atmosphere absolute until NaClnya saturation
levels. The resulting steam and then cooled in heat exchangers using seawater as
coolant. Cooling water out of the heat exchanger and then recycled as boiler feed.
Concentrated sea water are removed from the boiler and then cooled on the table so
that the salt crystallizes crystallization.
Based on data from the palm oil industry in 2009, in this study amounted to
39,525,000,000,000 Kcal of energy produced, 51,382,500 m3 of drinking water with a
sale value of about 9.5 trillion rupiah and salt 136,140 tons, valued at about 116
billion rupiah on sales. In addition there is more revenue from the lease of
replacement salt fields that do not use an area of 3400 hectares with a lease value of
approximately 34 billion dollars, so that total revenues reached about 9.65 trillion
rupiah. While the necessary investment of about 5.5 trillion dollars, 1.65 trillion
rupiah profit and return on equity of 30% per year. Based on this study, then this
investment can be feasible.

Keywords : palm oil industry, empty fruit bunches, desalination and NaCl.

ABSTRAK

Industri minyak sawit membuang limbah padat berupa tandan kosong sawit
sebanyak 23 % dari tandan buah segar sawit. Indonesia baru bisa memenuhi
kebutuhan air bersih perkotaan sebanyak 40 % dan sampai tahun 2015 diperkirakan
baru sanggup memenuhi 69 %. Selain itu Indonesia masih mengimpor garam (NaCl)
sebanyak 1.600.000 ton. Dalam rangka penanganan dan pemanfaatan limbah tandan
kosong sawit tersebut, maka dilakukanlah kajian Tandan Kosong Sebagai Bahan
Bakar Distilasi Air Laut untuk Industri Air Minum dan Garam.
Di dalam penelitian ini tandan kosong sawit dibakar untuk menguapkan air
laut di dalam boiler bertekanan satu atmosfer absolut sampai kadar NaClnya jenuh.
Uap yang dihasilkan lalu didinginkan didalam alat penukar panas dengan
menggunakan air laut sebagai pendingin. Air pendingin keluar dari alat penukar
panas kemudian didaur ulang sebagai umpan boiler. Air laut pekat dikeluarkan dari
boiler lalu didinginkan di meja kristalisasi sehingga garamnya mengkristal.
Berdasarkan data industri minyak sawit tahun 2009, dalam kajian ini
dihasilkan energi sebesar 39.525.000.000.000 Kcal, air minum 51.382.500 m3 dengan
nilai jual sekitar 9,5 triliun rupiah dan garam 136.140 ton dengan nilai jual sekitar
116 milyard rupiah. Selain itu masih ada pendapatan lagi dari sewa penggantian
ladang garam yang tidak digunakan seluas 3.400 Ha dengan nilai sewa sekitar 34
milyard rupiah, sehingga total pendapatannya mencapai sekitar 9,65 triliun rupiah.
Sementara Penanaman modal yang diperlukan sekitar 5,5 triliun rupiah, keuntungan

140
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Tandan Kosong Sawit Sebagai Bahan Bakar …............................................. (Basir) …... : 140 – 148

1,65 triliun rupiah dan pengembalian modal 30% per tahun. Berdasarkan kajian ini,
maka penanaman modal ini dapat dikatakan layak.

Kata kunci : Industri minyak sawit, tandan kosong, desalinasi dan NaCl

PENDAHULUAN Salah satu penyebab kesulitan yang dialami dalam


penyediaan air bersih adalah semakin sulitnya men-
Pada tahun 2003, Indonesia telah menjadi dapatkan air tawar sebagai bahan baku (Juana,
negara penghasil minyak sawit kedua setelah 2010).
Malaysia dengan produksi sekitar 9,9 juta ton. Nilai Dalam hal ini, maka deslinasi air laut ada-
ekspor minyak sawit pada tahun itu menghasilkan lah suatu cara untuk memenuhi air tawar di masa
devisa 2,6 milyar Dollar Amerika Serikat atau seki- mendatang. Indonesia adalah negara kepulauan
tar 4,3 % dari seluruh total ekspor Indonesia dengan sehingga mempunyai peluang yang sangat besar
luas lahan 3,8 juta hektar (Martha Prasetyani dan untuk memenuhi kebutuhan air tawar dengan cara
Emina Miranti, 2010). Sejak tahun 2005 minyak deslinasi. DKI Jakarta menolak tawaran teknologi
sawit telah menjadi minyak makan terbesar di dunia distilasi dari Suez, karena distilasi air laut untuk air
dengan konsumsi sekitar 24 % dari konsumsi mi- minum yang ditawarkan biaya produksinya terlalu
nyak nabati. Sedangkan minyak kedelai yang sebe- tinggi yaitu 1,5 Dollar Amerika per m3 (Anonim C,
lumnya unggul, pada tahun 2005 konsumsi minyak 2010).
kedelai dunia hanya 23 % (Anonim A, 2010). Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan
Perkembangan industri sawit di Indonesia produksi garam Indonesia tahun 2008 sebesar 1,2
sangat cepat sekali. Hal ini ditandai dengan mening- jutan ton, sedangkan kebutuhan garam tahun 2009
katnya perkebunan sawit sejak tahun 1999 – 2009 mencapai 2,8 juta ton, sehingga pemerintah terpaksa
meningkat dari 3,9 juta hektar menjadi 7,5 juta hek- mengimpor garam sebesar 1,6 juta ton. Pemerintah
tar atau dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 8,7 berencana menghentikan impor garam rakyat (kon-
% per tahun (Anonim, 2009). Perkembangan indus- sumsi) pada tahun 2012 dan tahun 2015 akan meng-
tri minyak sawit itu menyebabkan Indonesia pada hentikan impor garam produksi (Anonim D, 2010).
tahun 2006 menduduki peringkat pertama produsen Berdasarkan uraian dan data tersebut diatas
minyak sawit dunia dengan jumlah produksi men- penulis memandang perlu mengkaji kemungkinkan
capai 16 juta ton. Sementara Malaysia menempati pemanfaatan tandan kosong limbah industri minyak
peringkat kedua dengan produksi 15,8 juta ton sawit sebagai bahan bakar distilasi air laut untuk
(Anonim B, 2010). Perkembangan industri minyak industri air minum (air demineral SNI 01-3553-
sawit yang cepat ini akan memberikan dampak ter- 2006) dan garam (NaCl) yang sekaligus menangani
hadap buangan industri minyak sawit. Industri mi- limbah padat industri sawit. Beberapa permasalahan
nyak sawit mengeluarkan limbah tandan kosong 23 yang perlu dikaji yaitu berapa potensi kalori dari
%, endapan padat 4 %, cangkang 6,5 %, serabut 13 tandan kosong sawit, bagaimana teknologinya, bera-
% dan limbah cair 50 % serta air kondenst 3,5 % pa air minum dan garam yang dihasilkan, berapa
dari tandan buah segar (Anonim B, 2006). ladang garam yang bisa digantikannya, bagaimana
Tandan kosong sebagian dimanfaatkan un- transportnya ke pantai dan berapa pendapatan yang
tuk mulsa, pupuk kompos, makanan ternak dan sele- dapat dihasilkan serta kelayakannya.
bihnya dibakar dalam insinerator. Penggunaan tan- Penulis bermaksud untuk mengkaji peng-
dan kosong sebagai mulsa tiap hektar membutuhkan gunaan tandan kosong sawit untuk industri air
35 ton dan baru bisa hancur selama 7-10 bulan. minum dan garam yang sekaligus menangani limbah
Penggunaan tandan kosong sebagai mulsa ini mem- padat industri minyak sawit, berdasarkan data
punyai kelemahan yaitu dapat digunakan sebagai sekunder atau tinjauan pustaka. Adapun tujuannya
sarang kumbang Oryctes. Penggunaan tandan ko- adalah untuk memberikan gambaran tentang keun-
song sebagai kompos dan pupuk organik prosesnya tungan pemanfaatan limbah tandan kosong sawit
membutuhkan waktu yang lama yaitu 21 hari untuk tersebut, sehingga dapat digunakan untuk dasar
fermentasi dalam drum kemudian dilanjutkan de- pembuatan kebijakan bagi pihak-pihak yang ber-
ngan fermentasi terbuka selama 7 hari. Selain itu kompeten.
kompos dari tandan kosong dapat digunakan seba-
gai sarang hama dan penyakit misalnya kumbang HASIL DAN PEMBAHASAN
tanduk (Anonim B, 2006).
Dewasa ini ketersediaan air bersih sudah 1. Potensi energi tandan kosong sawit
menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, se- Produksi tandan buah segar diperkira-
hingga pemerintah terus berusaha menjamin dalam kan 10,08 ton per hektar per tahun dengan
membangun infra strukturnya (Anonim H, 2010). bobot kering 10,59 ton. Sedangkan tandan
Sementara menurut Indratmo Soekarno (2010) ke- kosong basah yang dihasilkan adalah 4,42 ton
butuhan air bersih diperkotaan Indonesia adalah 250 per hektar per tahun dengan bobot keringnya
m3/detik dan baru dipenuhi 40 % yaitu 105 m3/detik 1,55 ton. (Anonim B, 2006). Perkebunan kelapa
dan sampai dengn 2015 baru bisa memenuhi 69 %. sawit sejak tahun 1999 – 2009 meningkat dari

141
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Tandan Kosong Sawit Sebagai Bahan Bakar …............................................. (Basir) …... : 140 – 148

3,9 juta hektar menjadi 7,5 juta hektar atau sebut digunakan lagi untuk menguapkan air laut
dengan rata-rata pertumbuhannya mencapai 8,7 yang dimasukkan ke dalam alat penguap. Di da-
% per tahun. (Anonim, 2009). lam proses MSF air laut dimasukkan kedalam
Dengan demikian maka industri sawit alat penguap dan tekanan diturunkan, sehingga
Indonesia pada tahun 2009 menghasilkan tan- air menguap. Proses ini terdiri dari beberapa
dan kosong kering: 7,5 x 1.000.000 x 1,55 x tahapan dan masing-masing tahapan dilakukan
1.000 = 11.625.000.000 kg (Anonim B, 2006 penguapan secara vakum. Di dalam proses
dan Anonim, 2009). Menurut Hugot E (1972) MED penguapan dilakukan di dalam evaporator
bahwa bagas tebu kering mempunyai panas yang dirangkai secara seri, uap dari evaporator
bakar 4.250 Kcal/kg. Hasil analisa rapat serat sebelumnya digunakan untuk menguapkan pada
tandan kosong sawit adalah 64,48 kg/m3 evaporator sesudahnya. Limbah cair dari disti-
sedangkan rapat serat bagas tebu 74,17 kg/m3, lasi tersebut menghasilkan larutan yang kadar
kadar selulosa sawit 45,19 %, sedangkan kadar garamnya tinggi.
selulosa bagas tebu 49 % (Anonim, 2006). Ebensperger Ulrich dan Isley Phyllis
Sebagian tandan kosong sawit me- (2005) mengatakan bahwa pada tahun 2002 di
mang sudah dimanfaatkan, antara lain untuk dunia terdapat 1500 industri desalinasi air laut
mulsa, pupuk organik, makanan ternak dan yang menghasilkan 8,5 juta galon air bersih per
lain-lainnya, akan tetapi data yang sebenarnya hari. Proses distilasi paling banyak digunakan
belum tersedia. Oleh karena itu maka di dalam yaitu mencapai 45 %, sedangkan yang 55 % de-
perhitungan ini didasarkan pada data estimasi salinasi air laut menggunakan proses lainnya.
keseluruhan tandan sawit tahun 2009 (Anonim Penulis akan mengkaji distilasi air laut
B, 2006). Berdasarkan hasil analisa rapat serat dengan cara sederhana yaitu penguapan pada
dan kadar selulosa maka penulis memperkira- tekanan satu atmosfer absolut. Proses distilasi
kan bahwa panas bakar tandan kosong sawit air laut dimungkinkan dapat menghasilkn air
sama dengan bagas tebu. Efisiensi pembakar- minum demineral sesuai dengan SNI 01-3553-
annya adalah 80 % (Hugot E, 1972), maka 2006 (Anonim A, 2006). Di dalam cara ini air
energi yang dihasilkan dari tandan kosong sawit laut diuapkan di dalam boiler sampai kadar
pada tahun 2009 adalah : 11.625.000.000 x NaCl-nya jenuh kemudian uap yang dihasilkn
4.250 x 0,8 = 39.525.000.000.000 Kcal. diembunkan di dalam alat penukar panas, de-
ngan menggunakan air laut sebagai pendingin.
2. Air Minum Dihasilkan Menurut Peter Max S (1981) perbedaan
Menurut (Anonim, 1998) desalinasi air suhu antara air keluar pendingin dan uap yang
laut adalah suatu cara untuk memenuhi air diembunkan berkisar 10 0C. Kenaikan titik di-
tawar dimasa mendatang. Ada beberapa cara dih selama distilasi air laut diabaikan, sehingga
untuk malakukan desalinasi air laut yaitu disti- suhu uap airnya pada tekanan satu atmosfer
lasi, reverse osmosis (RO), elektrodialisis dan adalah 100 0C. Jika suhu uapnya 100 0C, maka
vaccum freezing. Distilasi dan RO paling ba- air pendingin yang keluar dari alat penukar
nyak digunakan. Distilasi dapat menghasilkan panas dapat mencapai suhu 90 0C. Air yang
air dengan kadar TDS 2 – 50 ppm sedangkan keluar dari alat penukar panas ini digunakan
RO dapat menghasilkan air dengan TDS 10 – untuk umpan boiler, sehingga dapat menghemat
500 ppm. penggunaan energi.
Distilasi air laut pada proses desalinasi, Air laut pekat yang suhunya 100 0C di-
air laut dipanaskan dan diuapkan untuk memi- keluarkan dari boiler lalu dialirkan ke meja
sahkan garam-garam yang terlarut. Cara-cara kristalisasi. Selama mengalir di meja kristalisasi
distilasi yang banyak digunakan yaitu Vapor air pekat mengalami pendinginan dari udara,
Compression (VC), multi-stage flash (MSF) dan sehingga garam-garam yang jenuh dapat meng-
multi-effect distillation (MED). Pada proses kristal. Digram alir proses distilasi air laut un-
VC, air laut diuapkan lalu ditekan. Pada saat tuk industri air minum dan garam dapat dilihat
penekanan uap diembunkan dan panas dari uap pada gambar 1.
dilepaskan. Panas yang dilepaskan dari uap ter-

142
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Tandan Kosong Sawit Sebagai Bahan Bakar …............................................. (Basir) …... : 140 – 148

Air Laut (Pendingin)

Air Minum
Demineral
Uap Air

Alat Penukar Panas


Boiler

Air Pekat

Garam
Bittern

Meja Kristalisasi

Gambar 1. Diagram alir distilasi air laut untuk industri air minum dan garam

Energi yang menguapkan air digunakan lah 39.525.000.000.000 Kcal. Jika energi terse-
untuk menaikkan suhu dari suhu air awal ke but digunakan untuk distilasi air laut menggu-
titik didihnya (sensible = QS) dan panas pengu- nakan boiler jenis water-rub, maka akan diha-
bah fasa (latent = QL). Besarnya QS = mcp(t2 – silkan air minum (39.525.000.000.000 : 500 x
t1), dimana QS adalah panas sensible (Kcal), m 0,65) sebanyak 51.382.500.000 kg/th. Jika berat
adalah berat air (kg), cp adalah panas jenis air (1 jenis air dianggap tetap yaitu 1 kg/l, maka diha-
Kcal/kg.0C), t2 adalah titik didih air (0C), dan t1 silkan air minum sebanyak 51.382.500.000 l
adalah suhu awal air (0C). Sedangkan panas atau 51.382.500 m3/th.
latent besarnya tergantung tekanan pada titik Kebutuhan air bersih perkotaan Indone-
didihnya yang biasanya tersdedia dalam tabel sia tiap tahun adalah 250 m3/det x 3600 det/jam
uap (Peter Max S, 1981). x 24 jam x 365 hari/th = 7.884.000.000 m3/th.
Suhu air laut di Indonesia diperkirakan Dengan demikian, maka penggunaan tandan
rata-rata 28 0C (Fauzan Maulana, 2010). Untuk kosong sebagai bahan bakar distilasi air laut
mempermudah perhitungan kebutuhan energi untuk air minum akan memberikan sumbangan
distilasi, kenaikan titik didih selama distilasi di- penyediaan air bersih serbagai air demineral
abaikan sehingga untuk menguapkan 1 kg air yang sesuai SNI 01-3553-2006 sebanyak 0,65%
diperlukan energi sebesar panas sensible (1 x 1 dari kebutuhan air bersih di perkotaan secara
x (100-28)) Kcal ditambah (1 x 489) Kcal yaitu nasional.
561 Kcal. Andaikan uap air hasil distilasi terse-
but didinginkan dengan air laut, lalu air yang 3. Garam yang Dihasilkan
keluar dari alat penukar panas digunakan untuk Air laut mengandung 2,68 % NaCl; 0,32
umpan boiler, maka besarnya energi untuk me- % MgCl2; 0,22 % MgSO4; 0,12 % CaSO4; 0,07
nguapkan 1 kg air pada tekanan 1 atmosfer ada- % KCl dan 0,01 % NaBr. Kelarutan NaCl pada
lah (1 x 1 x 10) Kcal ditambah 489 Kcal yaitu titik didihnya dengan tekanan 1 atmosfer adalah
499 Kcal atau 500 Kcal. 28,41 %, sedangkan pada suhu 25 0C adalah
Menurut Hugot E (1972) efisiensi boiler 26,48 % (Kirk- Othmer, 1969 Vol 18). Garam-
water-tube adalah 65 %. Energi yang tersedia garam yang terdapat di dalam air laut mempu-
dari tandan kosong sawit pada tahun 2009 ada- nyai sifat fisik seperti pada Table 1.

143
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Tandan Kosong Sawit Sebagai Bahan Bakar …............................................. (Basir) …... : 140 – 148

Tabel 1: Sifat fisik garam yang terdapat dalam air laut

No Garam Kelarutan Kelarutan Sumber


0 g/100 g g/100 g
Suhu C Suhu 0C
air air
1 NaCl 15,0 36,0 100 39,2 Anonim, 1952
2 MgCl2 20,0 35,3 100 42,2 Kirk-Othmer,1969 vol 12
3 MgSO4 23,0 43,6 100 50,4 Kirk-Othmer,1969 vol 12
4 CaSO4 40,0 0,21 80 0,19 Kirk-Othmer,1969 vol 4
5 KCl 33,4 27,6 100 56,5 Anonim, 1952
6 NaBr 30,0 49,6 100 54,0 Kirk-Othmer,1969 vol 18

Inra Sumahamijaya (2009) mengatakan  Garam NaCl dalam larutan pada suhu 28 0C =
bahwa berdasarkan kadar NaCl, mutu garam 26,56/73,44 x 67,53 = 24,42 - Garam NaCl
dikelompokkan menjadi kategori baik sekali yang dihasilkan tiap liter air laut = 26,8 –
yaitu garam yang kadar NaCl-nya diatas 95 %, 24,42 = 2,38 g.
kategori baik, kadar NaCl-nya antara 90-95 %,  Air laut yang dapat diproses =
dan kategori sedang dengan kadar NaCl-nya 51.382.500.000/0,89827 = 57.202.000.000 l
antara 80-90 %. Kebutuhan garam industri yang  Garam NaCl yang dihasilkan dari hasil
membutuhkan persyaratan kadar garam lebih distilasi = 57.202.000.000 x 2,38 g
dari 95 % sebanyak 1,2 juta ton masih diimpor = 136.140.760.000 g = 136.140 ton. Garam
semuanya. Proses pembuatan garam secara yang dihasilkan ini setara dengan 11,35 %
tradisional menghasilkan garam dengan kadar produksi nasional tanun 2008.
NaCl kurang dari 90 % karena menggunakan
proses kristalisasi total. Jika berat jenis air dianggap tetap yaitu
Di dalam distilasi air laut ini, air laut di- satu maka satuan kelarutan g/100 g air dalam
uapkan sampai kadar NaCl-nya jenuh. Selanjut- table 1 dapat diubah menjadi g/100 ml air. Ha-
nya air yang mengandung larutan garam jenuh sil interpolasi kelarutan kalsium sulfat dari table
pada suhu 100 0C dikeluarkan dan didinginkan 1 pada suhu 28 0C adalah 0,22 g per 100 ml air
dengan pendingin udara sampai suhu 28 0C sedangkan pada suhu 100 0C adalah 0,18 g per
melalui meja kristalisasi. Pada saat pendinginan 100 ml air. Kadar kalsium sulfat dalam air laut
kemungkinan ada beberapa garam yang kelarut- yang telah dipekatkan dalam proses ini adalah
annya mengalami lewat jenuh sehingga 1,2 g per 67,53 ml atau 1,78 g per 100 ml air.
mengristal. Dengan demikian maka pada saat disti-
Garam yang dapat dihasilkan dari disti- lasi air laut kalsium sulfat yang terkandung di
lasi ini dapat dihitung berdasarkan jumlah air dalamnya mengristal sebanyak (1,78-0,18) =
laut yang dapat didistilasi dan banyaknya garam 1,6 g. Pendinginan air laut pekat bersuhu 100
yang dapat mengkrital per liter air laut. Untuk 0
C dengan kelarutan kalsium sulfat 0,18 g per
dapat menghitung garam dihasilkan maka dila- 100 ml air dari boiler sampai suhu 28 0C tidak
kukan perhitungan keseimbangan material pada dapat mengkristalkan kalsium sulfat yang ada
distilasi 1 liter air laut sebagai berikut : karena kelarutan kalsium sulfat pada suhu 28
 Kadar garam dalam air laut 3,42 %. 0
C lebih besar daripanya yaitu 0,22 g per100 ml
 Air dalam 1 l air laut = (100 - 3,42) /100 x 1 air.
= 0,9658 l = 965,8 ml Kadar MgCl2 dalam air laut pekat yang
 Kadar NaCl masuk 2,68 % keluar dengan suhu 100 0C dari boiler pada dis-
 NaCl dalam air laut = 26,8 g tilasi air laut adalah 3,2 g per 67,53 ml air atau
 Kadar larutan NaCl pekat keluar boiler 4,75 g per 100 ml air. Hal ini berarti kadar
(jenuh) pada suhu 1000 C adalah 28,41 % MgCl2 dalam air laut pekat dari boiler pada
 Air dalam larutan pekat yang keluar dari proses distilasi ini belum jenuh karena kelarut-
boiler = (100-28,41)/28,41 x 26,8 = 67,53 ml an MgCl2 pada suhu 100 0C adalah 42,2 g per g
 Air yang diuapkan = 965,8 – 67,53 = 898,27 100 ml air. Hasil interpolasi kelarutan MgCl2
ml. dari tabel 1 pada suhu 28 0C adalah 36,02 g per
 Kelarutan NaCl pada 100 0C 28,41 % sedang- 100 ml air. Dengan demikian maka selama pen-
kan pada suhu 25 0C 26,48 % maka kadar la- dinginan air laut pekat yang keluar dari boiler
rutan NaCl jenuh pada suhu 28 0C (interpo- dalam distilasi ini tidak terjadi pengristalan
lasi) adalah 26,56 % MgCl2.
 Air dalam larutan pekat suhu 28 0C adalah
(100-26,56) = 73,44 %

144
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Tandan Kosong Sawit Sebagai Bahan Bakar …............................................. (Basir) …... : 140 – 148

Magnesium sulfat yang keluar dari rincian unsur biaya di Indonesia dapat dilihat
boiler pada distilasi air laut ini mempunyai pada tabel 2.
kadar 2,2 g per 67,53 air atau 3,26 g per 100 ml
air. Hal ini berarti kadar MgSO4 dalam air laut Tabel 2 : Biaya dan rincian biaya operasional
pekat dari boiler pada proses distilasi ini belum truck roda enam
jenuh karena kelarutan MgSO4 pada suhu 100
0
C adalah 50,4 g per g 100 ml air. Hasil interpo- Biaya dan rincian biaya Jumlah
lasi kelarutan MgSO4 dari tabel 1 pada suhu 28 Biaya operasional (Rp/truck/km) Rp 3514.00
0
C adalah 44,05 g per 100 ml air. Dengan demi- - BBM (% dari total) 39 %
kian maka selama pendinginan air laut pekat - Pelumas dan ban (% dari total) 13 %
yang keluar dari boiler dalam distilasi ini tidak - Suku cadang (% dari total) 4%
terjadi pengristalan MgSO4. - Perawatan (% dari total) 3 %
Kadar KCl yang keluar dari boiler pada - Sopir (% dari total) 11%
distilasi air laut ini mempunyai kadar 0,7 g per - Penyusutan (% dari total) 5%
67,53 air atau 1,04 g per 100 ml air. Hal ini ber- - Pembayaran bunga (% dari 10 %
arti kadar KCl dalam air laut pekat dari boiler total)
pada proses distilasi ini belum jenuh karena Truck enam roda mempunyai kapasitas
kelarutan KCl pada suhu 100 0C adalah 56,5 g angkut 5 ton atau 5.000 kg. Dengan demikian
per g 100 ml air. Hasil interpolasi kelarutan maka biaya angkut per kg/km adalah Rp
KCl dari tabel 1 pada suhu 28 0C adalah 36,91 3514.00 : 5000 = Rp 0.70 per kg/km. Kalau
g per 100 ml air. Dengan demikian maka sela- pengusaha mengambil keuntungan 25 % maka
ma pendinginan air laut pekat yang keluar dari biaya pengangkutan per kg/km menjadi Rp
boiler dalam distilasi ini tidak terjadi pengristal- 0.875 atau dibulatkan menjadi Rp 1.00 per
an KCl. kg/km.
Berdasarkan evaluasi kristalisasi garam- Tandan buah segar diangkut ke pabrik
garam yang terkandung dalam air laut, pada dan diolah dipabrik sehingga tandan kosong ter-
distilasi dan pendinginan air laut pekat yang kumpul di pabrik. Dengan demikian, maka sa-
keluar dari boiler pada proses ini maka garam rana dan prasarana transportasi tandan kosong
kalsium sulfat sudah mengristal di dalam boiler. dari pabrik tidak ada masalah.
Dengan demikiahn maka dibagian awal meja Tandan kosong volume yang besar se-
kristalisasi sampai batas tertentu terjadi cam- hingga perlu penanganan agar mudah diangkut.
puran kristal kalsium sulfat dan NaCl sedang- Menurut Anonim, 2006 pencacahan tandan
kan pada bagian berikutnya dimungkinkan ha- kosong dapat mengurangi volumenya sehingga
nya terjadi kristalisasi NaCl sehingga terben- mencapai 10-50 % tergantung ukuran penca-
tuklah garam yang berkadar NaCl tinggi. (lebih cahannya. Semakin kecil ukuran pencacahan
dari 95 %). Sisa larutan NaCl jenuh yang me- semakin kecil pula volume per satuan berat
ngandung juga garam-garam lainnya dari air tandan kosong sawit.
laut disebut Bittern yang dapat digunakan seba-
gai sumber air mineral. 6. Pendapatan
Berdasarkan hasil kajian tersebut di atas
4. Ladang Garam yang Digantikan maka didapatkan beberapa sumber pendapatan
Menurut Inra Sumahamijaya (2009), PT yaitu:
Garam mengelola ladang garam seluas 5.116 a. Air minum.
Ha dengan produksi 60 ton/Ha/tahun sedangkan Harga air minum isi ulang dengan memba-
penggaraman tradisional yang dikelola petani wa galon isi 19 liter dan mengangkut sendi-
garam luasnya 25.542 Ha dengan produksi ga- ri adalah Rp 3.500.00. Dengan harga yang
ram 40 ton/Ha/tahun. Kualitas garam yang di- dianggap sama dengan air isi ulang maka
kelola secara tradisional umumnya rendah dan penggunaan tandan kosong limbah industri
harus harus diolah kembali agar layak dikon- minyak sawit akan menghasilkan uang
sumsi maupun untuk garam industri. sebanyak : (51.382.500.000 : 19) x Rp
Dengan demikian maka penggunaan tan- 3.500.00 = Rp 9.465.197.368.000.00 atau
dan kosong limbah sawit dapat menggantikan 9,5 triliun rupiah.
ladang garam seluas 136.140 : 40 = 3403,5 atau b. Garam
3400 Ha. Ini berarti dapat menggantikan semua Harga garam grosok Madura Rp 850.00 per
ladang garam rakyat, bahkan melebihi ladang kg. (Anonim F, 2010). Dengan harga Rp
garam rakyat yang ada. 850.00 per kg maka penggunaan tandan
kosong limbah industri minyak sawit akan
5. Transportasi menghasilkan uang dari penjualan garam
Anonim E (2010) mengatakan bahwa sebanyak : 136.140.000 x 850 = 115.719.
biaya operasional rata-rata truck roda enam dan 000.000.00 atau 116 milyar rupiah.

145
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Tandan Kosong Sawit Sebagai Bahan Bakar …............................................. (Basir) …... : 140 – 148

c. Ladang garam. besar modalnya (100 %) dan bunganya 13%.


Ladang garam pada 2.4 seluas 3400 Ha Dengan analog pendapatan Bank pada akhir
yang tidak jadi digunakan untuk ladang ga- tahunnya sebesar modalnya dan keuntungannya
ram disewakan dengan harga sewa diperki- maka pendapatan nasabah Bank dapat diartikan
rakan Rp 10.000.000.00 per tahun maka di- terdiri dari keuntungan dan modal. Nasabah
dapatkan pemasukan pendapatan sebesar: juga mengambil keuntungan minimal sama
3.400 x 10.000.000 = Rp. 34.000.000.000. dengan BI rate sehingga keuntungan yang diha-
00 atau 34 miliyar rupiah. rapkan adalah 19,5 % kemudian dibulatkakan
Jadi dengan memanfaatkan tandan kosong lim- menjadi 20 %. Besarnya keuntungan dalam
bah industri sawi akan didapatkan pemasukan usaha sama dengan besarnya pendapatan diku-
sebesar 9,65 triliun rupiah. rangi total biaya produksi. Dengan demikian
maka total biaya produksi dapat dikatakan seba-
7. Kelayakan gai modal yang dipinjamkan kepada nasabah
Untuk melakukan evaluai ekonomi le- yang besarnya 100 %.
bih mendalam, maka dilakukan penghitungan Jadi hasil penjualan air minum pada
prakiraan biaya produksi, biaya investasi pena- distilasi air laut tersebut diatas terdiri dari total
naman modal seperti yang dilakukan Peter Max biaya produksi (100 %) dan keuntungan 20 %.
S, (1981). Penentuan besarnya keuntungan di- Dengan demikian maka total biaya produksi
lakukan dengan penganalogian sebagai berikut : distilasi air laut tersebut di atas adalah:
BI rate saat kini adalah 6,5 % (Anonim G, (100:120) x 9,65 = 8 triliun rupiah dan keun-
2010). BI meminjamkan uang kepada Bank la- tungannya adalah (9,65 – 8) = 1,65 triliun
innya, misalnya BRI. Pada akhir tahun BI men- rupiah.
dapat pendapatan sebesar modalnya (100 %) Setelah diketahui total biaya produksi
dan keuntungannya 6,5 %. BRI meminjamkan maka menurut Peter Max S, 1981 prakiraan
kepada nasabahnya dan mengambil keuntungan biaya produksi dan investasi dapat diperhitung-
minimal sama dengan BI rate sehingga pada kan. Hasil perhitungan prakiraan biaya produksi
akhir tahun BRI akan mendapat pendapatan se- ditabulasikan pada tabel 3.

Tabel 3 : Prakiraan biaya produksi air minum dan garam dari distilasi air laut
Biaya produksi menurut Biaya
No
Peter Max S, 1981 Penulis (% total biaya) (miliar Rp)
I Biaya manufaktur

A Biaya produksi langsung ± 60 % total biaya roduksi 60 4.800


- Bahan baku 10-50 % total biaya produksi 30 2.400
- Tenaga kerja 10-20 % total biaya produksi 15 1.200
- Supervisi dan pekerja langsung 10-20 % tenaga kerja 1,5 120
- Utiliti 10-20 % total biaya produksi 10 800
- Perawatan dan perbaikan 2-10 % modal tetap 1,25 100
- Kebutuhan operasional 0,5-1 % modal tetap 0,625 50
- Laboratorium 10-20 % tenaga kerja 1,5 120
- Paten dan royalti 0-6 % total biaya produksi 0,125 10

B Fixed charge 10-20 % total biaya produksi 10 800


- Penyusutan 10 % mesin dan peralatan 3,75 300
- Penyusutsn gedung 2-3 % nilai gedung 0,5 40
- Pajak local 1-4 %modal tetap 2,5 200
- Asuransi 0,4-1 % modal tetap 0,625 50
- Sewa gedung dan tanah (8 % pembelian alat) 2,625 210

C Biaya overhead 5-15 % total biaya produksi 5 400

II Pengeluaran umum 25 2.000


- Administrasi 2-6 % total biaya produksi 4 320
- Distribusí dan penjualan 2-20 total biaya produksi 10 800
- Penelitian dan pengembangan 5 % total biaya produksi 5 400
- Bunga modal 6,5 % total penanaman modal 4,5 360
Ang - Angka keamanan 1-5 % total biaya produksi 1,5 120

III Total biaya produksi 100 8.000

146
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Tandan Kosong Sawit Sebagai Bahan Bakar …............................................. (Basir) …... : 140 – 148

Modal tetap dihitung berdasarkan biaya tersebut maka selanjutnya dilakukan perhitungan
perawatan dan perbaikan pada perhitungan prakira- biaya penanaman modal yang hasilnya ditabulasikan
an biaya produksi yaitu (100/2) x 100 = 5.000 miliar pada tabel 4.
rupiah atau 5 triliun rupiah. Berdasarkan modal tetap

Tabel 4 : Prakiraan biaya investasi modal industri air minum dan garam dari distilasi air laut

Biaya produksi menurut Biaya


No
Peter Max S, 1981 Penulis (% modal tetap) (miliar Rp)
I Biaya langsung 85 % modal tetap 85 4.250

- Pembelian alat 15-40 % modal tetap 30 1.500


- Pemasangan 25-55 % pembelian alat 10 500
- Instrumentasi, pengendalian dan pemasangan 6-30 % 2 100
pembelian alat
- Perpipaan dan pemasangan10-80 % pembelian alat 4 200
- Pelistrikan dan pemasangannya 10-40 % pembelian alat 4 200
- Bangunan, proses dan lainnya 10-70 % pembelian alat 21,8 1.090
- Fasilitas pelayanan halaman pengembangan 40-100 % 12 600
pembelian alat
-Tanah 4-8 % pembelian alat 1,2 60

II Biaya tidak langsung 15 % modal tetap 15 750


- Keteknikan dan supervisi 5-30 % biaya langsung 4,3 215
- Konstrksi dan kontraktor fee 6-30 % biaya langsung 5,7 285
- Angka keamanan 5-15 modal tetap 5 250

III Modal tetap (I+II) 100 5.000

IV Modal kerja 10-20 % total modal 10 500

V Total Penanaman Modal 110 5.500

Pengembalian modal (ROI) sebelum pajak sebagai bahan bakar distilasi air laut untuk industri
= (1,65:5,5) x 100 = 30 %. Menurut Peter Max S, air minum garam dikatakan layak.
1981 umumnya para industriawan menghendaki pe-
ngembalian modal sebelum pajak itu minimal 20 % REKOMENDASI
per tahun. Penanaman modal sebelum pajak dalam
kajian ini adalah 50% per tahun sehingga dapat Disarankan kepada yang berkompeten agar
dikatakan sebagai investasi yang layak. pemanfaatan tandan kosong sawit ini dikaji dan
diteliti lebih mendalam.
KESIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN
Berdasarkan studi pustaka dan pembahasan
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pra- Anonim A, 2006. SNI 01-3553-2006. Air Minum
kiraan tandan kosong sawit tahun 2009 dari limbah Dalam Kemasan. Badan Standarisasi
minyak sawit digunakan sebagai bahan bakar disti- Nasional.
lasi air laut, maka akan dihasilkan energi sebesar
39.525.000.000.000 Kcal, air minum 51.382.500 m3 Anonim H, 2010. Presiden SBY: Air Bersih Sudah
dengan nilai jual 9,5 triliun rupiah dan garam Menjadi Kebutuhan Pokok. Harian umum
136.140 ton dengan nilai jual 116 milyard rupiah. Pelita). Edisi Senin, 08 Pebruari 2010.
Selain itu masih ada pendapatan lagi dari sewa
penggantian ladang garam yang tidak digunakan Anonim A, 2010 Antara News Sawit Indonesia
seluas 3.400 Ha dengan nilai sewa 34 milyard untuk dunia).
rupiah sehingga total pendapatannya mencapai 9,65
triliun rupiah. Sedangkan biaya pengangkutannya Anonim B, 2010. Melirik Perkebunan Industri
Rp 1.00 per kg per km. Prakiraan investasi yang di- Kelapa Sawit Indonesia. www kamus
perlukan yaitu 5,5 triliun rupiah dengan keuntungan ilmiah com/industri 1/melirik_
1,65 triliun rupiah per tahun dan pengembalian mo- pertumbuhan_industri_kelapa_sawit_Indon
dal sebelum pajaknya adalah 30% pertahun, sehing- esia/Tembolok_Mirip
ga investasi pada penggunaan tandan kosong

147
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Tandan Kosong Sawit Sebagai Bahan Bakar …............................................. (Basir) …... : 140 – 148

Anonim C, 2010. DKI Tolak Tawaran Suez. Harian Anonim, 2009. Laporan Market Intelligence Indutri
Bisnis Indonesia). Palm Oil di Indonesia. http://www.data
com.co.id/cpo 1-2009 sawit html).
Anonim D,2010. Indonesia Siap Swasembada asiafoundation.org/resources/pdf/movingo
Garam. Antara news. odslightbahasa-pdf-Mirip
www.antaranews.com/berita/.../indonesi-
siap-swasembada-garam-Tembolok). Ebensperger Ulrich dan Isley Phyllis, 2005. Review
of the Current State of Desalination. U.S
Anonim E, 2010 Biaya Transportasi Barang Department of Agriculture).
Angkutan, Regulasi dan Pungutan Jalan di
Indonesia. The Asia Foundation. Fauzan Maulana, 2010. Dampak El Nino dan La
Nina Terhadap Indonesia. Program Studi
Anonim F, 2010. Bila Kebutuhan Gram Pun Kelautan UNPAD.
Presiden, Naif Kali. Tajuk Demokrat.
Ekonomi.kompasiana.com/.../bila-kebutuh- Hugot E, 1972.Handbook of Cane Sugar
an-garampujn-presiden-naif-kali/ - Enginering. Second Edition. Elsivier
Tembolok.). Publisher Company. Amsterdam/ London/
New York)
Anonim G, 2010. BI Rate Tetap Pada Level 6,5-
Situs Web Bank Indonesia. m.bi.go.id/ Indratmo Soekarno, 2010. Kapasitas Produksi Air
mweb/id/Ruang-Media/Siaran…/sp- Bersih Baru 40% Dari Kebutuhan. Jakarta.
124310-htm-Tembolok. www.kapanlagi.com/newp/h 0000115394
htm‫ ׀‬- Tembolok.
Anonim, 1952. Thorpes Dictionary Of Applied
Chemistry. Fourth Edition. Vol X. Inra Sumahamijaya, 2009, Indonesia Negara 17.504
Longmans, Green And Co. London New Pulau yang Impor Garam- Majari
York Toronto. Magazine.
http://majarimagazine.com/2009/03/indone
Anonim, 1998. Desalination Technologies. Water sia-negara-17504-pulau-y..)
Desalination International. Water for The
Future) Juana, 2010. Lima Jenis Penyakit Gerogoti PDAM.
Sejori Mandiri. Jakarta)..
Anonim, 1998. Desalination Technologies. Water
Desalination International. Water for Kirk-Othmer, 1969. Encyclopedia of Chemical
future. E-Mail: Technology. Second Edition. Vol 4, 12 dan
Information@waterdesalination.com). 18. Interscience Publisher. New York
London Sidney.
Anonim B, 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah
Industri Kelapa Sawit. Subdit Pengelolaan Martha Prasetyani dan Emina Miranti, 2010.Potensi
Lingkungan Direktorat Pengolahan Hasil Dan Prospek Bisnis Kelapa Sawit
Pertanian Ditjen PPHP, Deprtemen Indonesia. Jakarta.
Pertanian. Jakarta.)
Peter Max S, 1981. Plant Design and Economic For
Anonim, 2009. Laporan Market Intelligence Indutri Chemical Engineers. Thirh Edition.
Palm Oil di Indonesia. http://www.data McGraw-Hill International Book
com.co.id/cpo 1-2009 sawit htm│) Company. Auckland Hamburg London
Mexico Sydney Tokyo.

148
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pengambilan Logam Berat Ni Pada Limbah Cair …..................................... (Nurul MA, dkk) …... : 149 – 158

PENGAMBILAN LOGAM BERAT NI PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI


SORBITOL SECARA BIOLOGI
Nurul Mahmida Ariani1), Hery Pudjo Tjahjono1), Ni Nyoman ACD1), Handaru Bowo C1), Sumardi1)

Baristand Industri Surabaya


1)

Jl. Jagir Wonokromo 360 Surabaya, email : ariani_nm@yahoo.com

ABSTRACT

Wastewater of Sorbitol industriy is organic and content Ni as the remainder


of the use of catalyst in the process. Heavy metal Ni in wastewater generally bound by
Physic-chemically process, but the high cost operationally, it is necessary to find a
more economical alternative.
Removal of heavy metal Ni in wastewater of sorbitol industry using
biological aerobic activated sludge in Fluidized Bed reactor, with variable TSS 1000
- 2000 ppm and 2000-3000 ppm.
Removal of heavy metal Ni with biological processes is highly dependent on
the maximum load of contaminant and total amount of microorganism mass. The
optimum conditions process of microorganism in the reactor 2000 - 3000 ppm or with
the ratio of the Contaminant in the organic media at 0.0006. Calculation of the
research’s operational cost is cheaper among the two objects to be used as
comparison. On the basis of calculating flowrate of 150 m3/hour it costs Rp.
1.763,9/kg BOD decomposed and elimination of contaminants Ni Rp. 26.549,5/mg Ni,
at a flowrate of 4.79 lt/hour it costs Rp. 2.100.948.1/kg BOD decomposes
contaminants and elimination of Ni Rp. 1.251,78/mg Ni.

Key words : Heavy metal (Ni), Activated Sludge, Organic Content, Biological
Treatment, Fluidized Bed Reactor

ABSTRAK

Limbah cair industri sorbitol bersifat organik namum terdapat logam berat
Ni sebagai sisa dari penggunaan katalis dalam prosesnya. Logam berat Ni dalam
limbah cair umumnya diikat secara fisika kimia, namun diperlukan biaya yang tinggi
dalam operasionalnya, maka perlu dicari alternatif yang lebih ekonomis.
Pengambilan logam berat Ni pada limbah industri sorbitol secara biologi
aerobik menggunakan lumpur aktif dalam reactor Fluidized Bed, dengan variabel
TSS 1000-2000 ppm serta 2000-3000 ppm.
Pengambilan logam berat Ni dengan proses biologi sangat tergantung pada
beban maksimum kontaminan serta jumlah masa mikroorganisme. Kondisi optimum
proses pada masa mikroorganisme dalam reactor 2000 - 3000 ppm atau dengan
ratio masa kontaminan dalam masa media organik sebesar 0.0006. Perhitungan
biaya operasional hasil penelitian lebih murah dibanding dengan kedua obyek yang
dijadikan perbandingan. Dengan dasar hitung laju alir 150 m3/jam, hasil penelitian
Rp. 1.763,9/kg BOD yang terurai dan eliminasi kontaminan Ni Rp. 26.549,5/mg
Nikel, untuk dasar hitung laju alir 4.79 lt/jam Rp. 2.100.948,1/ kg BOD yang terurai
dan eliminasi kontaminan nikel (Ni) Rp.1.251,8/mg Nikel.

Kata kunci : logam berat (Ni) , lumpur aktif, limbah organik, pengolahan limbah
secara biologi, Reactor Fluidized Bed.
.

PENDAHULUAN Telah banyak kasus-kasus pencemaran


logam berat yang mengakibatkan korban antara lain
Beberapa pencemar logam berat, adalah tragedi Minamata di Jepang yang disebabkan oleh
kadmium (Cd), krom (Cr), tembaga (Cu), besi (Fe), logam raksa dan munculnya penyakit “itai-itai” di
mangan (Mn), raksa (Hg), nikel (Ni) dan seng (Zn) sekitar sungai Jintsu di Jepang yang disebabkan oleh
(Tchobanoglous et al, 2003). logam kadmium (Fujita, 1996).

149
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pengambilan Logam Berat Ni Pada Limbah Cair …..................................... (Nurul MA, dkk) …... : 149 – 158

Logam berat di dalam limbah cair umum- berat. Jenis mikroba yang diamati secara khusus
nya diolah secara fisika-kimia, seperti chelation adalah Pseudomonas pseudoalcaligenes dan Micro-
extraction, koagulasi kimiawi, evaporasi, adsorbsi, coccus luteus. Logam berat yang diamati adalah
ekstraksi, presipitasi kimiawi, dimana logam dien- tembaga (Cu) dan timbal (Pb). Menurut Kulbat et al.
dapkan dengan hidroksida, sulfida atau karbonat (2003), pengikatan logam berat pada instalasi peng-
(Tchobanoglous, 2003), pertukaran ion, proses elek- olahan limbah kota (municipal wastewater treatment
trokimia, flotasi, flokulasi dan teknologi membran plant) Gdaňsk, Polandia, menunjukkan bahwa
(Dobson dan Burgess, 2007 dalam Ajaykumar et al, proses biologi mampu mengikat logam berat dan
2009). Pengolahan logam berat secara fisika-kimia menurunkan kadar logam berat pada limbah hingga
membutuhkan biaya yang tinggi untuk instalasi dan memenuhi peraturan perundangan yang berlaku di
operasionalnya, sehingga perlu dicari alternatif yang Polandia. Tujuh logam berat yang diamati adalah
lebih murah dan effisien. seng (Zn), tembaga (Cu), timbal (Pb), kadmium
Salah satu teknologi yang sedang berkem- (Cd), nikel (Ni), krom (Cr), dan perak (Ag). Sano et
bang saat ini adalah pengikatan logam berat secara al. (2006) memaparkan proses kloning dari protein
biologi. Penelitian yang dilakukan oleh Kulbat et al. pengikat logam (HMBP, heavy-metal-binding
(2003) dan Leung et al. (2000) menunjukkan bahwa protein) yang didapati pada mikroorganisme lumpur
mikroorganisme yang terdapat di dalam proses aktif, terbukti mampu mengikat logam tembaga
pengolahan biolog, khususnya proses lumpur aktif (Cu). Hasil review menunjukkan kecenderungan
mampu mengeliminir logam berat yang terkandung yang positif. Meskipun demikian penelitian yang
di dalam air limbah. telah disebutkan di atas umumnya dilakukan pada
Dengan biaya operasional yang dapat dite- instalasi pengolahan limbah domestik.
kan bila dibandingkan dengan proses fisika-kimia, Penelitian yang akan dilakukan dalam kegi-
teknologi baru ini dipandang sebagai teknologi masa atan ini adalah untuk mengetahui kemampuan unit
depan yang cukup menjanjikan. Untuk itu diperlu- proses pengolahan limbah secara biologi dengan
kan adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengi- lumpur aktif, untuk mengolah limbah cair industri
katan logam berat oleh mikroorganisme, serta peng- yang bersifat organik seperti pada industri sorbitol
aturan sistem pengolahan limbah biologi untuk maupun industri lain yang sejenis yang sekaligus
mengoptimalkan pengikatan logam berat secara mengikat logam berat Ni yang terkandung didalam-
biologi. nya, efektifitas prosesnya, serta hubungan antara pe-
Pada beberapa limbah cair industri berbasis nguraian bahan organik dan pengikatan logam berat.
organik umumnya didapati sejumlah kecil logam Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
berat sebagai akibat dari penggunaan logam sebagai mempelajari pengambilan logam berat (Ni) dalam
bagian dari proses, misalnya sebagai katalis, seperti limbah cair industri berbasis organik oleh mikro-
pada industri sorbitol yang berbasis organik tapi da- organisme (lumpur aktif), pengaturan kondisi proses
lam proses produksinya menggunakan logam Nikel yang optimum,dinyatakan dengan rasio logam dan
(Ni) sebagai katalis. organik, melakukan analisa tekno-ekonomi. Manfaat
Sejumlah kecil logam yang menjadi ikutan dari penelitian ini adalah untuk menyediakan infor-
tersebut seringkali tidak terolah dengan baik. Ting- masi pengolahan limbah cair yang mengandung
kat kesulitan pengikatan logam berat pada kadar logam berat Ni pada industri yang berbasis organic
yang rendah juga sangat tinggi (Leung et al., 2000). seperti industri sorbitol, juga untuk industri/kegiat-
Untuk itu diperlukan suatu teknologi pengolahan an lain yang relevan.
limbah organik sekaligus pengikatan logam berat Ruang lingkup penelitian ini adalah limbah
pada unit proses biologi. yang diteliti adalah limbah sintetis dengan karakte-
Industri sorbitol yang merupakan salah satu ristik yang menyerupai limbah industri sorbitol,
industri penghasil nilai devisa yang cukup besar dengan logam berat Ni yang diteliti, logam ini
karena melakukan export tapi di lain pihak industri dipilih karena digunakan sebagai katalis dalam
tersebut mengalami permasalahan dalam pengelola- industri tersebut.
an lingkungan akibat kegiatan industrinya, hal terse-
but diperkuat oleh adanya salah satu industri sorbitol METODE PENELITIAN
yang berlokasi di Jawa Timur, memohon peninjau-
Bahan
an ulang nilai Standard Baku Mutu limbah cair
Bahan yang dipakai :
untuk parameter Ni :0.5 mg/L (SK Gubernur Jawa
a) Limbah Cair Sintetis, Limbah Cair dari industri
Timur 45/2002) yang dianggap terlalu ketat dan
sorbitol (sebagai pembanding), Lumpur Aktif
belum bisa dipenuhi dengan teknologi proses yang
b) Bahan Kimia :
selama ini sudah diterapkan.
o Standard Nikel (NiSO4), Reagent
Beberapa penelitian telah di-review menun-
pemeriksaan Ni.
jukkan bahwa pengolahan logam berat yang terkan-
o Reagent & bahan pembantu untuk
dung dalam limbah dapat dilakukan secara biologi.
pemeriksaan BOD, COD, TSS, bilangan
Penelitian yang dilakukan oleh Leung et al. (2000)
organik (KMnO4), Kadar Air, kadar Abu,
menunjukkan kemampuan bakteri yang diisolasi
Kadar silikat (bahan tidak larut dalam air).
dari proses lumpur aktif untuk mengikat logam

150
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pengambilan Logam Berat Ni Pada Limbah Cair …..................................... (Nurul MA, dkk) …... : 149 – 158

Peralatan Fasilitas yang digunakan dalam penelitian ini pada


Peralatan yang dipakai adalah : tahap awal adalah fasilitas-fasilitas yang terdapat
a) IPAL Laboratorium Baristand Industri pada IPAL Balai Riset dan Standardisasi Industri
Surabaya. Surabaya, data awal yang didapat dipakai sebagai
b) Fluidized Bed Reactor. acuan dalam mendesain Reaktor Fluidized Bed
c) Peralatan pendukung analisa dan percobaan. Reactor dan peralatan pendukungnya.
2. Perekayasaan Peralatan
Fasilitas Utama (Reaktor Fluidized Bed Reactor) di
rekayasa setelah menggambil disain kriteria yang
didapat dari data penelitian awal.
Penelitian Utama
Penelitian mengambil Variabel tetap dan Variabel
bebas.
Variabel tetap : volume reaktor, kecepatan aerasi,
variabel bebas jumlah mikroorganisme dan
penambahan kontaminan Ni. Pada kondisi BOD
awal sekitar 135,78 mg/l
- Percobaan tanpa di tambahkan logam berat
(Nikel),
- Percobaan dengan di tambahkan logam berat
Gambar 1. Reaktor Fluidized Bed
(Nikel)
Dengan variabel : TSS 1000 - 2000 mg/L, TSS
Metode
2000 - 3000 mg/L
1. Persiapan Fasilitas

Kondisi Operasi
Vol Reactor : 115 liter Eff
Q aerasi : 13 -15 l/menit Tanpa Kontaminan

TSS
Percobaan. I 1000-2000 ppm Feeding Tanpa Ni
Dengan Ni
Percobaan. II TSS
2000-3000 ppm Dengan Kontaminan
Eff

Gambar 2. Skema Penelitian Pada Percobaan I dan Percobaan II

Kontaminan (Ni)
analisa Ni dalam Limbah cair
Input/ Feeding Proses dalam Sedimentasi
reaktor
Return Sludge (80-120 %)
analisa Ni dalam Lumpur aktif

Gambar 3. Skema Neraca Logam Berat Ni

HASIL DAN PEMBAHASAN nisme yang ditandai dengan nilai TSS berkisar 1000
– 2000 ppm. Pengamatan dilakukan pada kondisi
Dengan mengambil volume reactor 115 sebelum feeding, feeding serta setelah proses
liter, kecepatan aerasi proses biologi aerobik 13-15 feeding, serta dilakukan perhitungan ke basis beban
liter/menit, pada percobaan I tanpa dan dengan pe- dan di tampilkan dalam Tabel 1.
nambahan kontaminan Ni, serta jumlah mikroorga-

151
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pengambilan Logam Berat Ni Pada Limbah Cair …..................................... (Nurul MA, dkk) …... : 149 – 158

Tabel 1. Kinerja Proses Biologi Lumpur Aktip tanpa dan dengan Kontaminan Logam Berat Ni pada TSS
1.000 – 2.000 ppm
Sebelum Feeding Feeding Setelah Proses
A B A B A B
Hari
ke Rev Rev Selisih
W Bod W Bod W Ni W Bod W BOD W Ni Rev Ni
BOD BOD Ni,
mg/hr mg/hr mg/hr mg/hr mg/hr mg % % Mg %
1 15.614,9 25.967,3 6,42 130.560 67.956,5 10 10,32 62,87
2 11.210,8 10.698,8 6,10 111.872 56.495,5 20 86,59 88,61 20,39 78,14
3 9.008,6 8.707,4 5,70 93.312 44.836,4 30 86,69 87,04 30,51 85,44
4 6.855,8 16.392,4 5,20 98.820 48.421,8 40 87,27 69,38 41,17 91,09
5 6.982,8 23.808,2 4,03 104.400 53.244,0 50 87,37 63,27 43,55 80,61
6 7.490,6 28.777,2 10,48 102.600 52.326,0 40 87,56 62,65 31,81 63,02
7 7.300,2 30.137,1 18,66 100.440 51.224,4 30 87,80 62,84 26,48 54,42
8 7.109,8 32.061,7 22,18 86.760 44.247,6 20 87,85 60,59 15,86 37,60
9 6.221,0 30.485,6 26,32 87.120 51.408,0 15 87,89 60,05 10,95 26,50
10 7.617,6 30.769,4 30,37 86.400 44.064,0 13 86,78 58,93 7,97 18,39
11 6.982,8 31.845,8 35,40 88.560 45.165,6 10 86,49 57,44 6,19 13,64
12 6.728,9 34.279,2 39,20 92.160 47.001,6 10 87,10 55,49 5,42 11,02
13 6.411,5 40.659,8 43,78 81.648 41.640,5 10 88,07 49,98 5,04 9,38
14 5.459,3 42.302,5 48,74 78.840 40.208,4 10 88,64 48,60 6,36 10,86
15 5.459,3 46.072,7 52,36 83.520 42.595,2 10 88,05 44,16 8,13 13,03
16 5.586,3 59.582,3 54,23 73.512 37.491,1 10 88,38 32,80 7,71 12,01
17 5.078,4 72.477,7 56,52 81.000 41.310,0 10 88,21 25,34 7,45 11,19
18 5.205,4 95.943,7 59,08 78.480 40.024,8 10 88,78 15,68
Keterangan :
A : Kondisi Tanpa di tambahkan Kontaminan Logam berat Ni
B : Kondisi Dengan di tambahkan Kontaminan Logam berat Ni
W BOD : Beban BOD (mg/ hari)
W Ni : Beban Ni (mg/ hari)
% Rev : % Removal BOD
% Ni : % Removal Ni

Pada Tabel 1 terlihat perhitungan dari hasil Pada Tabel 2 terlihat hasil analisa limbah
analisa limbah cair dari Proses Biologi Lumpur cair dari proses biologi dengan lumpur aktif, yaitu
aktif, yaitu beban BOD serta Nikel pada sebelum beban BOD serta Nikel pada sebelum dilakukan
dilakukan feeding, kondisi yang dijadikan feeding feeding, kondisi yang dijadikan feeding (tanpa dan
(tanpa dan dengan ditambah kontaminan logam dengan ditambah kontaminan logam berat nikel)
berat nikel) serta hasil kondisi dalam reaktor setelah serta hasil kondisi dalam reaktor setelah dilakukan
dilakukan feeding, Pada TSS 1000 – 2000 ppm. Ha- feeding dan TSS 2000 – 3000 ppm.
sil analisa lumpur aktif pada TSS 1000 – 2000 ppm Hasil analisa lumpur aktif pada TSS 2000
yang diambil dari dalam reaktor sebelum dan sesu- sampai 3000 ppm yang diambil dari dalam reaktor
dah ditambahkan kontaminan logam berat Ni, de- sebelum dan sesudah ditambahkan kontaminan
ngan parameter uji kadar air pada kisaran 98-99 %, logam berat Ni, dengan parameter uji kadar air pada
bahan kering berkisar antara 0,88 % - 1,98 %, kadar kisaran 98-99 %, bahan kering berkisar antara 0,88
abu 0,26 % - 0,77 % serta kadar SiO2. 0,15-0,28 %. % sampai 1,90 %, kadar abu 0,26 % sampai 0,77 %
Pada proses biologi yang tidak ditambah- serta kadar SiO2 0,06 sampai 0,26 %. Pada proses
kan logam berat Ni, tidak ditemukan kandungan Ni biologi yang tidak ditambahkan logam berat Ni,
dalam lumpur aktifnya, tetapi pada proses biologi tidak ditemukan kandungan Ni dalam lumpur aktif-
yang ditambahkan logam berat Ni akan ditemukan nya, tetapi pada proses biologi yang ditambahkan
keberadaan logam tersebut dalam analisa lumpur logam berat Ni akan ditemukan keberadaan logam
aktifnya pada kisaran 9,09 mg sampai 531,25 mg tersebut dalam lumpur aktifnya pada kisaran 9,09
tiap kg lumpur aktif yang dihitung sebagai bahan mg sampai 841,10 mg tiap kg lumpur aktif yang
kering. Dengan adanya perbedaan keberadaan logam dihitung sebagai bahan kering. Dengan adanya per-
berat Ni yang terkandung dalam lumpur aktif sebe- bedaan keberadaan logam berat Ni yang terkandung
lum dan sesudah penambahan logam berat Ni keda- dalam lumpur aktif sebelum dan sesudah penam-
lam proses biologi membuktikan bahwa logam berat bahan logam berat Ni kedalam proses biologi mem-
Ni yang ada dalam limbah cair yang bersifat organik buktikan bahwa logam berat Ni yang ada dalam lim-
diikat oleh lumpur aktif. bah cair yang bersifat organik diikat oleh lumpur
aktif.

152
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pengambilan Logam Berat Ni Pada Limbah Cair …..................................... (Nurul MA, dkk) …... : 149 – 158

Tabel 2. Kinerja Proses Biologi Lumpur Aktip tanpa dan dengan Kontaminan Logam Berat dengan TSS
2.000 – 3.000 ppm
Sebelum Feeding Feeding Setelah Proses
A B A B A B
Hari
Rev Rev Selisih
ke W Bod W Bod W Ni W Bod W BOD W Ni Rev Ni
BOD BOD Ni,
mg/hr mg/hr mg/hr mg/hr mg/hr mg % % mg %
1 5.244 4.002 10,12 55.890 56.784 10 1,72 8,55
2 5.805 3.633 18,40 54.681 53.282 20 90,50 88,05 6,20 1,15
3 5.589 4.002 32,20 51.916 50.951 30 90,76 85,94 1, 95 22,89
4 5.387 4.140 40,25 50.064 51.612 40 90,63 84,93 18,85 31,29
5 5.283 4.278 41,40 52.440 53.279 50 90,47 84,65 28,85 40,41
6 5.328 4.692 42,55 46.541 48.990 40 90,77 83,70 30,00 41,35
7 5.328 4.968 42,55 49.599 50.044 30 89,73 81,49 31,15 42,94
8 4.968 5.106 41,40 46.920 46.920 20 90,96 81,44 34,08 44,61
9 4.919 5.106 42,32 39.980 38.819 15 90,52 80,37 37,07 47,94
10 4.416 4.554 40,25 44.160 44.160 13 90,16 79,26 38,45 51,10
11 4.579 5.065 36,80 45.540 44.584 10 90,57 79,21 41,31 53,79
12 4.438 5.182 35,49 40.140 40.020 10 91,14 79,13 44,67 59,17
13 4.045 4.720 30,82 41.262 41.138 10 90,93 79,12 47,20 66,65
14 4.264 5.009 23,62 39.476 37.950 10 90,59 78,15 51,60 75,20
15 4.248 4.885 17,02 36.570 34.997 10 90,29 77,26 46,56 75,08
16 4.497 4.540 15,46 33.160 33.120 10 88,98 77,23 48,48 80,20
17 4.018 4.230 11,97 42.090 41.880 10 89,33 77,54 51,58 83,22
18 4.162 5.175 10,40 42.090 42.090 10 90,97 77,55

Keterangan :
A : Kondisi Tanpa di tambahkan Kontaminan Logam berat Ni
B : Kondisi Dengan di tambahkan Kontaminan Logam berat Ni
W BOD : Beban BOD (mg/ hari)
W Ni : Beban Ni (mg/ hari)
% Rev : % Removal BOD
% Ni : % Removal Ni

Pada Tabel 2 terlihat hasil analisa limbah biologi yang tidak ditambahkan logam berat Ni,
cair dari proses biologi dengan lumpur aktif, yaitu tidak ditemukan kandungan Ni dalam lumpur aktif-
beban BOD serta Nikel pada sebelum dilakukan nya, tetapi pada proses biologi yang ditambahkan
feeding, kondisi yang dijadikan feeding (tanpa dan logam berat Ni akan ditemukan keberadaan logam
dengan ditambah kontaminan logam berat nikel) tersebut dalam lumpur aktifnya pada kisaran 9,09
serta hasil kondisi dalam reaktor setelah dilakukan mg sampai 841,10 mg tiap kg lumpur aktif yang
feeding dan TSS 2000 – 3000 ppm. dihitung sebagai bahan kering. Dengan adanya per-
Hasil analisa lumpur aktif pada TSS 2000 bedaan keberadaan logam berat Ni yang terkandung
sampai 3000 ppm yang diambil dari dalam reaktor dalam lumpur aktif sebelum dan sesudah penam-
sebelum dan sesudah ditambahkan kontaminan bahan logam berat Ni kedalam proses biologi mem-
logam berat Ni, dengan parameter uji kadar air pada buktikan bahwa logam berat Ni yang ada dalam lim-
kisaran 98-99 %, bahan kering berkisar antara 0,88 bah cair yang bersifat organik diikat oleh lumpur
% sampai 1,90 %, kadar abu 0,26 % sampai 0,77 % aktif.
serta kadar SiO2 0,06 sampai 0,26 %. Pada proses

153
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pengambilan Logam Berat Ni Pada Limbah Cair …..................................... (Nurul MA, dkk) …... : 149 – 158

100,00 100

90
80,00 %R. BOD tanpa Ni
80
% R BOD + Ni

% Serapan Ni
70
60,00
Linear (% Serapan Ni) 60

%Removal &%Serapan Ni
% Removal BOD

2 per. Mov. Avg. (%


Serapan Ni) 50
40,00 %R. BODtanpa Ni
40
%BOD+ Ni
30
20,00 %serapan Ni

20 2 per. Mov. Avg. (%R.


BODtanpa Ni)
2 per. Mov. Avg.
0,00 10 (%BOD+ Ni)
2 per. Mov. Avg. (%
1 3 5 7 9 11 13 15 17 0 serapan Ni)

-20,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Hari Pengamatan Hari Pengamatan

Gambar 4. Grafik Hubungan Waktu Terhadap Gambar 5. Grafik Hubungan Waktu Terhadap
Removal BOD (dengan & tanpa) Nikel Pada TSS Removal BOD (dengan & tanpa) Nikel, Pada TSS
1.000 – 2.000 ppm. 2.000 – 3.000 ppm

Pada gambar 4 terlihat hubungan waktu (misalnya oksidasi, reduksi, metilasi, dan demetila-
pengamatan (hari) terhadap % removal BOD pada si), serta pengikatan pasif yang meliputi komplek-
kondisi tanpa di tambahkan kontaminan Ni dengan sasi logam dengan bahan kimia yang diekskresi oleh
TSS 1.000 – 2.000 ppm, terlihat dengan bertambah- sel dan biosorpsi, yaitu pengikatan logam pada situs
nya waktu maka % removal BOD dalam reaktor aktif bahan kimia penyusun dinding sel dan
relatif konstan pada kondisi tanpa ditambahkan membran.
kontaminan logam Nikel hal ini dikarenakan proses Ajaykumar et al., (2009) meneliti beberapa
biologi lumpur aktif berjalan normal pada kondisi faktor yang mempengaruhi biosorpsi logam berat
yang sudah stabil. Tetapi dengan di tambahkan kon- oleh lumpur aktif. Lumpur aktif yang dikeringkan
taminan Nikel dalam reaktor, maka terlihat dengan digunakan sebagai bioadsorbent. Berdasarkan pene-
bertambahnya waktu, maka % BOD berkurang, hal litian tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut karena lumpur aktif berfungsi ganda, yaitu biosorpsi antara lain pengaruh pH, pengaruh jumlah
sebagai bahan pengurai organik dalam proses pro- adsorbent, pengaruh waktu kontak, pengaruh
ses biologi yang sekaligus mengikat logam berat konsentrasi ion logam awal, pengaruh kecepatan
Ni. Beban Nikel rata-rata = 285,31 mg dalam 17 mixing/pengadukan, pengaruh temperatur
hari = 16,78 mg/hari. Pada kondisi ini maka harus diambil suatu
Pada gambar 5 terlihat hubungan waktu kondisi optimum, dimana % removal BOD masih
pengamatan (hari) terhadap % removal BOD pada relatif tinggi serta serapan logam Ni juga besar,
kondisi dengan ditambahkan kontaminan Ni dengan maka dari gambar terlihat kondisi optimun terjadi
TSS 2000 – 3000 ppm, terlihat dengan bertambah- pada hari ke 16 (pertemuan titik dalam grafik terse-
nya waktu maka % removal BOD dalam reaktor but). Pada % removal BOD 79.96 %, karena jika
relatif konstan pada kondisi tanpa ditambahkan kon- diteruskan maka memang serapan Ni dalam lumpur
taminan logam Nikel. Tetapi dengan tambahan kon- aktif naik, tapi kemampuannya untuk merombak
taminan Nikel dalam reaktor, maka terlihat dengan organiknya sendiri berkurang.
bertambahnya waktu, maka % BOD berkurang teta- Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pi serapan logam Ni juga semakin meningkat. mikroorganisme mampu mengikat logam berat da-
Beban Ni rata-rata = 569,67 mg dalam 17 hari = lam limbah cair. Macaskie dan Dean (1989) dalam
33,51 mg/hari. Pengikatan logam berat Ni dalam Kulbat et al. (2003) menjelaskan mekanisme pengi-
limbah cair yang bersifat organik diperkuat dengan katan logam berat oleh mikroorganisme. Pengikatan
adanya kandungan logam berat Ni dalam lumpur logam berat oleh mikroorganisme dapat terjadi seca-
aktif. ra aktif dan pasif.
Kulbat et al. (2003) memaparkan beberapa Pengikatan logam secara aktif meliputi
mekanisme pengikatan logam berat oleh mikroorga- mekanisme akumulasi intraseluler, pengendapan
nisme. Mekanisme tersebut antara lain : akumulasi ekstraseluler, dan transformasi kimiawi yang dikata-
intraseluler, presipitasi ekstraseluler, transformasi lisis oleh mikroorganisme seperti oksidasi, reduksi,
kimiawi yang dikatalis oleh mikroorganisme metilasi, dan demetilasi.

154
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pengambilan Logam Berat Ni Pada Limbah Cair …..................................... (Nurul MA, dkk) …... : 149 – 158

Sedangkan pengikatan logam secara pasif biosorbent untuk logam berat. Contohnya adalah
meliputi kompleksasi ekstraseluler logam berat dan pengikatan logam berat oleh bakteri, algae Chlorella
pengikatan logam berat pada gugus aktif senyawa kessleri (Kadukova et al), fungi (Khattab, 2007),
kimia penyusun dinding sel dan membran sel ragi/yeast (Alluri et al, 2007), rumput laut (Alluri et
(biosorpsi). Kompleksasi ekstraseluler terjadi karena al, 2007), chitosan (Gyliene dan Višniakova, 2008),
adanya bahan yang dieksresikan oleh sel yang dan masih banyak lagi. Lumpur aktif yang terdiri
mengkompleksasi logam di dalam limbah cair. dari berbagai macam mikroorganisme merupakan
Beberapa penelitian membahas kemampuan berba- salah satu media biosorpsi yang sering digunakan
gai macam bahan organik (bahan untuk menyerap untuk mengeliminir logam berat.
yang berasal dari bahan alami) dan sintetis sebagai

100 100

90
80
% Removal BOD & Penyerapan Ni

80

% Removal BOD & Penyerapan Ni


70
60 Abs Ni
abs Ni 60
dg Ni +Ni
50
40 tp. Ni tanpa Ni
40
Linear (abs Ni)
20 y = 3.6978x - 5.975 30

20
0 10
1 3 5 7 9 11 13 15 17 0
-20 1 3 5 7 9 11 13 15 17
Hari Pengamatan Hari Pengamatan

Gambar 6. Grafik Hubungan Waktu Terhadap Gambar 7. Grafik Hubungan Waktu Terhadap
Removal BOD dan Pengikatan Logam Berat Ni Dalam Removal BOD dan Pengikatan Logam Berat Ni
Reaktor Pada TSS 1.000 – 2.000 ppm Dalam Reaktor Pada TSS 2.000 – 3.000 ppm
Gambar . 3. : Grafik Hubungan Waktu Terhadap Gambar .5. Grafik Hubungan Waktu pengamatan
Penurunan BOD (dengan & tanpa) Ni Pada TSS Terhadap Removal BOD dan Penyerapan Ni Dalam
Pada ppm.
1000 - 2000 Gambar 6 dan 7 terlihat, hubungan dalam masa
Reaktor Pada media organic.
TSS 1000 Kondisi
- 2000 ppm ini merupakan
waktu pengamatan terhadap % Removal BOD da- kondisi
Gambaroptimum
. 3. : Grafik Hubungan Waktu Terhadap
lam komparasi Kinerja Proses Lumpur aktif dengan Hasil
Penurunan BOD dari percoaan
(dengan ini Ni
& tanpa) akan diterapkan
Pada TSS
dan tanpa penambahan kontaminan logam Ni pada pada
1000industri yang mempunyai karakteristik serupa,
- 2000 ppm.
TSS 1.000 – 2.000 ppm dan 2.000-3.000 ppm. Ber- seperti pada industri sorbitol. Dimana industri ini
tambahnya waktu maka terjadi penurunan % remo- pada dasarnya mempunyai limbah cair yang berbasis
val BOD serta peningkatan % penyerapan Ni. organik, namun dalam prosesnya menggunakan
Pada Gambar 6, Mikroorganisme dengan katalis logam Ni yang pada akhirnya logam tersebut
TSS pada kisaran 1.000 – 2.000 ppm, dan dengan juga menjadi pencemar ikutan dalam limbah organik
beban BOD berkisar 40 sampai 60 gram/hari, konta- yang dihasilkannya. Selain itu kondisi ini juga bisa
minan Nikel (Ni) : 285,31 mg dalam 17 hari (rata- diterapkan pada IPAL limbah laboratorium, karena
rata tiap hari 16,78 mg), atau 0.0003 rasio masa mempunyai karakteristik yang serupa.
kontaminan dalam masa media organic. Penelitian Sebagai bahan kajian, akan digambarkan
tersebut mikroorganisme mengalami kesulitan mela- relevansi penanganan kontaminan logam Ni pada
kukan penguraian sehingga laju pertumbuhan sel limbah yang berbasis organik dengan menggunakan
baru (masa persatuan waktu) mengalami masa proses biologi di beberapa industri/IPAL yang mem-
kematian (degradasi). punyai karaktersitik hampir sama, industri sorbitol
Pada Gambar 7, dengan TSS 2.000–3.000 dan IPAL laboratorium pengujian di Baristand
ppm, bertambahnya waktu maka terjadi penurunan Industri Surabaya.
% removal BOD serta peningkatan % penyerapan Pada proses pengolahan limbah di IPAL
Ni tetapi pada waktu tertentu akan terjadi penurunan laboratorium di Baristand Industri Surabaya yang
lagi. Hal tersebut diperkirakan bahwa, kondisi lum- sudah dioperasikan secara rutin dengan debit limbah
pur aktif sudah pada taraf jenuh dan tidak bisa me- : 4,79 liter/jam dengan karakteristik awal BOD : 400
nyerap logam Ni lebih banyak lagi. mg/l (beban BOD : 1.916 mg/jam), Ni : 2 mg/l (be-
Jika masa mikroorganisme dalam reactor ban NI : 9,58 mg/jam), setelah melalui proses peng-
dinaikan menjadi berkisar 2.000-3.000 ppm, akan olahan secara biologi dengan lumpur aktif didapat-
menaikan kontaminan Nikel (Ni) rata-rata 33,51 mg/ kan hasil akhir limbah cair dengan karakteristik
hari atau dengan rasio 0.0006 masa kontaminan BOD : 8 mg/l (beban BOD : 68,22 mg/jam), Ni : 0,2
mg/l (beban Ni : 0,76 mg/jam).

155
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pengambilan Logam Berat Ni Pada Limbah Cair …..................................... (Nurul MA, dkk) …... : 149 – 158

Pada Proses pengolahan limbah di IPAL Removal Ni atau 2,02 mg/jam, biaya operasional Rp
industri sorbitol yang ada dengan debit limbah : 4,79 2.100.948,12 tiap kg BOD removal atau Rp
liter/jam dengan karakteristik awal BOD : 3.000 1.251,78 tiap mg Ni yang terikat. Kualitas air lim-
mg/l (beban BOD : 0,01 kg/jam), Ni : 2 mg/L (be- bah akhir dengan BOD 36,78 mg/L dan Ni 0,1 mg/L
ban NI : 9,58 mg/jam), setelah melalui proses peng- sedangkan nilai Baku Mutu berdasarkan SK Guber-
olahan secara biologi secara anaerob dan dilanjut- nur 45/2002 untuk BOD 100 mg/L dan Ni 0,5 mg/L.
kan secara biologi aerob dengan lumpur aktif dida- Perbandingan Hasil penelitian dengan apli-
patkan hasil akhir limbah cair dengan karakteristik kasi pengolahan air limbah dengan basis debit
BOD : 106,82 mg/l (beban BOD : 0,0005 kg/ jam), industri sorbitol, diperolah hasil sebagai berikut.
Ni : 1,58 mg/l (beban NI : 7,58 mg/jam). Untuk proses di Industri Sorbitol diperoleh
Sedangkan dalam penelitian ini, yaitu lim- 85,1 % Removal BOD setara dengan beban BOD =
bah cair bersifat organik yang mengandung logam 114.89 kg/jam, pengikatan Ni 0.67 % Removal Ni
berat Ni dengan debit limbah : 4,79 liter/jam dengan atau 2,00 mg/jam, biaya operasional Rp 1,788.43
karakteristik awal BOD : 288,0 mg/l (beban BOD : tiap kg BOD removal atau Rp 102.731.6 tiap mg Ni
1.380.00 mg/jam), Ni : 0,53 mg/l (beban Ni : 2,52 yang terikat. Kualitas air limbah akhir dengan BOD
mg/jam), setelah melalui proses pengolahan secara 134, 1 mg/L dan Ni 1,99 mg/L sedangkan nilai Baku
biologi dengan lumpur aktif didapatkan hasil akhir Mutu berdasarkan SK Gubernur 45/2002 untuk
limbah cair dengan karakteristik BOD : 36,78 mg/l BOD 100 mg/L dan Ni 0,5 mg/L.
(beban BOD : 176,24 mg/jam), Ni : 0,10 mg/l (be- Untuk proses dari hasil penelitian dipero-
ban Ni : 0,50 mg/jam). leh 87,23 % Removal BOD setara dengan beban
Dari ketiga kondisi tersebut, masing-ma- BOD = 37,68 kg/jam, pengikatan Ni 99,38 %
sing kondisi dari ketiganya mempunyai relevansi Removal Ni atau 2,5 mg/jam, biaya operasional Rp
yang kuat. Sehingga sebagai bahan kajian maka 1763.87 tiap kg BOD removal atau Rp 26.549,47
perlu dilakukan analisa ekonomi. tiap mg Ni yang terikat. Kualitas air limbah akhir
dengan BOD 40 mg/L dan Ni 0,1 mg/L sedangkan
Analisa Ekonomi nilai Baku Mutu berdasarkan SK Gubernur 45/2002
untuk BOD 100 mg/L dan Ni 0,5 mg/L.
Karena hasil penelitian ini akan diaplikasi-
Untuk mengkaji pemanfaatan hasil peneliti-
kan pada industri sorbitol dan bisa juga di IPAL
an tersebut diatas diperlukan pendekatan analisa
Laboratorium (Baristand Industri Surabaya), maka
tekno-ekonomi. Pendekatan tersebut antara lain
sebagai bahan pertimbangan/kajian masing-masing
dengan melakukan kajian terhadap jenis pengolahan
biaya operasionalnya dibandingkan. Jika hasil pene-
air limbah yang menerapkan sistem eliminasi konta-
litian ini dibandingkan dengan kondisi yang sudah
minan logam berat dalam media limbah organic.
ada di industri sorbitol dan IPAL Laboratorium
Analisa tekno-ekonomi tersebut dengan mengambil
Baristand Industri Surabaya, maka akan terlihat per-
dasar hitung pendekatan dengan laju alir umpan
bandingan seperti berikut.
yang dipergunakan serta pendekatan lainnya dengan
Komparasi penerapan proses pengolahan
laju alir pada industri sorbitol. Untuk biaya operasi-
air Limbah dengan basis hitungan debit air limbah
onal hasil penelitian lebih murah dibanding dengan
pada penelitian,dengan laju 4,79 liter/jam, maka
kedua komparasi tersebut diatas. Hasil penelitian Rp
untuk proses IPAL Laboratorium diperoleh 96,44 %
1.763,87 kg BOD yang terurai untuk dasar hitung
Removal BOD setara dengan beban BOD = 0,0018
laju alir 150 m3/jam dan Rp 2.100.948.1/kg BOD
kg/jam, pengikatan Ni 92,09 % Removal Ni atau
yang terurai dengan dasar hitung laju alir 4,79 lt/
8,82 mg/jam, biaya operasional Rp 2.733.222,6 tiap
jam. Sedangkan eliminasi kontaminan nikel (Ni) Rp
kg BOD removal atau Rp 572,48 tiap mg Ni yang
1.251,8/mg Nikel dengan dasar hitung laju alir 4,79
terikat. Kualitas air limbah akhir dengan BOD 18
lt/jam atau Rp 26.549,47/mg Nikel dengan dasar
mg/L dan Ni 0,2 mg/L sedangkan nilai Baku Mutu
hitung laju alir 150 m3/jam.
berdasarkan SK Gubernur 45/ 2002 untuk BOD 150
mg/L dan Ni 0,5 mg/L.
Untuk proses di Industri Sorbitol diperoleh KESIMPULAN DAN SARAN
88,13 % Removal BOD setara dengan beban BOD =
0,0038 kg/jam, pengikatan Ni 20,88 % Removal Ni Kesimpulan
atau 2,00 mg/jam, biaya operasional Rp 2.638.138,6
Dari Penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai
tiap kg BOD removal atau Rp 5.011,61 tiap mg Ni
berikut :
yang terikat. Kualitas air limbah akhir dengan BOD
106,82 mg/L dan Ni 1,58 mg L sedangkan nilai  Kemampuan mikroorganisme pada proses bio-
Baku Mutu berdasarkan SK Gubernur 45/2002 logi untuk mengurai air limbah organic yang
untuk BOD 100 mg/L dan Ni 0,5 mg/L. terkontaminasi logam berat Ni, sangat bergan-
Untuk proses dari hasil penelitian dipero- tung pada jumlah masa mikroorganisme.
leh 87,23 % Removal BOD setara dengan beban
BOD = 0,0012 kg/jam, pengikatan Ni 80,20 %

156
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pengambilan Logam Berat Ni Pada Limbah Cair …..................................... (Nurul MA, dkk) …... : 149 – 158

 Kondisi Optimum proses dengan masa mikro- Al-Qodah, Z, 2006, ”Biosorption of Heavy Metal
organisme dalam reactor dengan beban BOD Ions From Aqueous Solutions by Activated
berkisar 40 - 60 gram/hari, TSS 2.000 – 3.000 Sludge”Desalination 196: 164-176,5
ppm, dengan kontaminan Nikel (Ni) rata-rata September 2006,
33,51 mg/hari atau dengan rasio 0,0006 masa http://www.sciencedirect.com/
kontaminan dalam masa media organik
 Analisa tekno-ekonomi dengan pendekatan Awwa, 1992, “ Standard Method For Examination
melakukan kajian terhadap jenis pengolahan air of Water and Wastewater ”, 18 th ed,
limbah yang menerapkan system penghilangan American Public Health Association,
kontaminan logam berat dalam media limbah Washington.
organik.
Untuk biaya operasional hasil penelitian lebih Dobson, R.S. and J. E. Burgess. 2007, “Biological
murah. Hasil penelitian Rp 1.763,8/kg BOD Treatment of Precious Metal From
yang terurai untuk dasar hitung laju alir 150 m3/ Refinery Wastewater: A Review” Minerals
jam dan Rp 2.100.948.1/kg BOD yang terurai Eng. 20(6): 519-532,
dengan dasar hitung laju alir 4,79 lt/jam. http://www.sciencedirect.com/
Sedangkan penghilangan kontaminan nikel Rp
1251.78/mg Nikel dengan dasar hitung laju alir Dorris, K.L., B. Yu, Y. Zhang, A. Shukla, and S. S.
4,79 lt/jam atau Rp 26.549,47/mg Nikel dengan Shukla, “The Removal Of Heavy Metal
dasar hitung laju alir 150 m3/jam. From Aqueous Solutions by Sawdust
Adsorption-Remo-val of Copper. J.
Saran Hazardous Materials, B80: 33-42,
http://www.sciencedirect.com/
Perlu penelitian lebih lanjut tentang mekanisme
pengambilan logam berat Ni oleh mikroorganisme Eckenfelder, 1989, “Industrial Water Pollution
dan jenis-jenis khusus mikroorganisme yang dipa- Control “ 2 nd edition. Mc.Graw Hill Book
kai, serta penerapan pada logam-logam berat lainnya Company, New York.
yang bisa diaplikasikan untuk industri yang relevan.
Mikroorganisme yang mengandung logam berat Ni Fujita S, 1996, “Chemical & Physical Treatments “,
berada dalam bentuk WAS (Waste Activated Sludge) Kanagawa Academy Of Science and
selama ini belum mendapatkan perlakuan khusus, Technology, Japan.
sehingga masih perlu dilakukan penanganan lebih
lanjut seperti dewatering, solidifikasi sehingga ter- Gyliene, O and S. Višniakova, 2008. “Heavy Metal
bentuk logam oksida yang lebih stabil. Removal From Solutions Using Natural
and Synthetic Sorbents” Environmental
DAFTAR PUSTAKA Research, Engineering and Management”
No. 1 (43) pp. 28 – 34,
Ajaykumar, A. V., N. A. Darwish, dan N. Hilal, http://www.sciencedirect.com/
2009, ”Study of Various Paramaters in the
Biosorp-tion of Heavy Metals on Activated Kadukova, J., H. Horvathova, A. Mrazikova, and M
Sludge”.World Applied Sciences Journal 5 Stofko. ”Biosorption of Cu, Ni, and Zn
(Special Issue for Environment): 32 – 40, From Single Metal Solutions And Their
http://www.sciencedirect.com/ Mixture By Alga Chlorella Kessleri” 4th
European Bioremediation Conference.
Aksu, Z., and D. Aknipar, 2000,” Modeling of http://www.srcosmos.gr/srcosmos/showpub
Simultaneous Biosorption of Phenol and .aspx
Nickel (II) Onto Dried Aerobic Activated
Sludge” Separation and Purification Kulbat, E., K. Olaňczuk-Neyman, B. Quant, M.
Technology, 21(1-2): 87-99I, Geneja, E. Haustein, 2003, ”Heavy Metals
http://www.sciencedirect.com/ Removal in the Mechanical – Biological
Wastewater Treat-ment Plant Wschŏd in
Alluri, H. K, S. R. Ronda, V.S. Settalluri, J.S. Gdaňsk” Polish Journal of Environmental
Bondili, Suryanarayana V and Studies Vol. 12 No. 5, pp 635 – 641,
Venkateshwar, P, 2007,” Biosorption: An http://www.pjoes.com/pdf/12.5/635-
Eco-Friendly Alternative for Heavy Metal 641.pdf
Removal ” African Journal of
Biotechnology Vol. 6 (25), pp. 2924-2931,
28 December 2007,
http://www.sciencedirect.com/

157
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Pengambilan Logam Berat Ni Pada Limbah Cair …..................................... (Nurul MA, dkk) …... : 149 – 158

Leung, W.C., M-P Wong., H. Chua, W. Lo, P.H.F. Metcalt & Eddy, 2003, “Waswater Engineering
Yu, C.K. Leung, 2000 “ Removal and Treatment and Reuse “, 4 th ed, Mc Graw
Recovery of Heavy Metals by Bacteria Hill, New York.
Isolated From Activated Sludge Treating
Industrial Effluents and Municipal Setatnia, S., A. Madami, M.Z. Bakhti, L. Keryous,
Wastewater”, Water Science and Y. Mansouri and R. Yous. ,2004.
Technology Vol. 41 No. 12, pp 233 – 240, “Biosorption of Ni2+ from Aqueous
http://www.sciencedirect.com/ Solution by a NaOH Treated Bacterial
Dead Streptomices risomus Biomass”
Macaskie, L. E., C. R. Dean, 1989 “Microbial Minerals Eng., 17: 903-911,
Metabolism, Desolubilization, and http://www.sciencedirect.com/
Deposition of Heavy Metals: Metal Uptake
by Immobilized Cells and Application to Tchobanoglous, G., F.L. Burton, and H.D. Stensel.
the Detoxification of Liquid Wastes”, 2003. “Wastewater Engineering:
Biological Waste Treatment pp. 159-201, Treatment and Reuse”. McGraw Hill, New
http://www.sciencedirect.com/ York.

158
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Isolasi Eugenol dari Air Rendaman Bunga Cengkeh …................................ (Sigit K) …... : 159 – 167

KAJIAN ISOLASI EUGENOL DARI AIR RENDAMAN BUNGA


CENGKEH PADA INDUSTRI ROKOK KRETEK
Sigit Kartasanajaya1)
1)
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI)
Jl. Ki Mangunsarkoro 6 Semarang, Telp. (024) 8316315 Fax. (024) 8414811 email : kartasanjayasigid@yahoo.com

(Naskah diterima 5/7/2010, disetujui 8/11/2010)

ABSTRACT

Eugenol is one of the chemical components in clove oil which gives the smell
and aroma and spicy flavor of clove oil. Clove cigarette industry is typical of
Indonesian industry and this industry in Indonesia small-scale to large scale. The
main raw material industries in addition to cigarette tobacco leaf is a flower of
cloves. In the production process of clove cigarettes, clove flower soaked in cold
water or hot water, clove flower reduction goal is to reduce violence in the interest of
clove. For interest cloves are soft and easily torn. Former fluid immersion in clove
cigarette industry still contains oil cengkeh with active substances eugenol, but until
now the former water immersion such interest directly disposed of as industrial
wastewater and has not been exploited economically. The content of clove oil and
eugenol in the immersion fluid at one of the former cigarette factory in Hyderabad at
18.66 % and 24.14 % eugenol done by the method of GC analysis. Eugenol in clove
flower immersion liquid used in cigarette industry can be isolated and use for
industrial raw materials farmumery.

Key words : clove cigarettes, clove marinade, eugenol farmumery

ABSTRAK

Eugenol merupakan salah satu komponen kimia dalam minyak cengkeh yang
memberikan bau dan aroma serta rasa pedas pada minyak cengkeh. Industri rokok
kretek adalah industri khas Indonesia dan industri ini di indonesia berskala kecil
sampai berskala besar. Bahan baku utama industri rokok kretek selain daun
tembakau adalah bunga cengkeh. Pada proses produksi rokok kretek, bunga cengkeh
direndam dalam air dingin atau air panas, tujuan perendaman bunga cengkeh adalah
mengurangi kekerasan pada bunga cengkeh, agar bunga cengkeh lunak dan mudah
dirajang. Cairan bekas rendaman bunga cengkeh pada industri rokok kretek masih
mengandung minyak cengkeh dengan zat aktip eugenol, namun sampai saat ini cairan
bekas rendaman bunga tersebut langsung dibuang sebagai limbah cair industri dan
belum dimanfaatkan secara ekonomis. Kandungan minyak cengkeh dan eugenol
dalam cairan bekas rendaman pada salah satu pabrik rokok kretek di Semarang
berturut-turut sebesar 18.66 % dan eugenol 24,14 %, analisis dilakukan dengan
methoda GC (Gas Chromatografi). Eugenol dalam cairan bekas rendaman bunga
cengkeh pada industri rokok kretek dapat diisolasi dengan cara kimia dan fisika dan
hasil tersebut dapat digunakan untuk bahan baku industri farmumery.

Kata kunci : rokok kretek, rendaman cengkeh, eugenol farmumery

PENDAHULUAN banyak industri rokok kretek yang terdaftar di bursa


efek. Untuk industri berskala besar seperti PT.
Eugenol murni merupakan cairan tidak ber- Djarum di Kudus dan PT. Gudang Garam di Kediri
warna, berbau, keras, dan mempunyai rasa pedas. serta PT. Bentoel di Malang. Produksi rata-rata
Eugenol mudah berubah menjadi kecoklatan apabila mencapai 15 milyar batang per tahun. Secara nasio-
dibiarkan di udara terbuka. Dalam bidang industri nal produksi sebanyak ± 164,1 milyar batang dengan
pemanfaatan eugenol masih terbatas pada industri omzet industri rokok tiap tahun mencapai lebih dari
parfum. (Ali Nurdin, 2009) Rp 51,93 trilyun. Industri rokok kretek berskala
Industri rokok kretek adalah industri khas internasional rata-rata produksinya 10 – 15 milyar
di Indonesia. Industri rokok kretek Indonesia ber- batang rokok (Simon Bambang Susmono, 2002).
skala kecil, namun ada pula yang skala besar. Juga Industri rokok terdiri dari rokok kretek (85 %),

159
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Isolasi Eugenol dari Air Rendaman Bunga Cengkeh …................................ (Sigit K) …... : 159 – 167

rokok putih (45 %) dan rokok lainnya (11 %). (Tri dikenal oleh perokok kretek mungkin tidak lebih
Wibowo, 2003) dari sepuluh merk. Pada kenyataan aslinya rasa
Kebutuhan industri rokok berupa bunga bunga cengkeh adalah pedas dan panas. Hal ini dise-
cengkeh setiap tahun rata-rata mencapai 92.133 ton babkan pada bunga cengkeh mengandung minyak
pertahun dan produksi bunga cengkeh Indonesia se- atsiri berupa minyak cengkeh dengan zat aktip
bagian besar (80 – 90 %) diserap oleh industri rokok eugenol. Kandungan minyak atsiri berupa minyak
kretek, sedangkan total areal cengkeh mencapai cengkeh sebesar 4 - 5 % sedangkan kandungan
sekitar 700.000 ha dengan produksi 120.000 ton per eugenol sebesar 70 - 90 %. Senyawa eugenol inilah
tahun. (Agroindustri, 2008) yang menyebabkan rasa pedas dan panas.
Bahan baku utama industri rokok kretek Pada proses produksi rokok kretek bahan
selain daun tembakau adalah bunga cengkeh. Untuk bunga cengkeh yang akan digunakan dilakukan
mengurangi rasa pedas dan panas dari bunga ceng- tahapan proses perendaman bunga cengkeh. Hal ini
keh sebelum digunakan sebagai bahan rokok maka bertujuan untuk mengurangi kekerasan bunga
bunga cengkeh tersebut perlu direndam dengan air. cengkeh, yang menyebabkan sulit untuk dirajang,
Pada proses produksinya bunga cengkeh dengan direndam bunga cengkeh menjadi lunak dan
direndam dalam air dingin atau air panas dalam mudah dipotong/dirajang.
waktu tertentu, selanjutnya air rendaman bunga Tingginya kandungan minyak cengkeh
cengkeh bersama limbah lainnya dibuang di perairan selain menyebabkan rasa yang sangat pedas dan
dibuang ke unit pengolah limbah sebagai limbah panas pada rokok kretek, juga menyebabkan adanya
cair industri rokok kretek. Namun industri rokok bercak-bercak berwarna coklat pada kertas sigaret
kretek kecil dan menengah kadang tidak melakukan rokok dan menimbulkan tampilan yang kurang
proses perendaman bunga cengkeh secara langsung menarik. Hal tersebut menyebabkan semua pabrik
namun proses perendaman cukup dengan cara rokok berusaha mengurangi kadar minyak cengkeh
menitipkan proses perendaman pada industri lain yang ada pada tiap batang rokok kretek. Tahapan
atau kadang membeli bunga cengkeh yang telah proses perendaman bunga cengkeh dilakukan
direndam. dengan proses perendaman dengan air dengan waktu
Pada pabrik rokok kretek air bekas rendam- tertentu. Lama waktu perendaman adalah tidak sama
an bunga cengkeh masih mengandung minyak ceng- antar pabrik rokok kretek. Beberapa pabrik rokok
keh dengan kandungan minyak cengkeh sebesar ± melakukannya dengan perendaman air panas.
18,66 % dan eugenol 24,14 % analisa dilakukan Air bekas rendaman bunga cengkeh indus-
dengan methoda GC. Cairan bekas rendaman bunga tri rokok kretek berupa cairan berwarna coklat ber-
cengkeh tersebut saat ini belum bernilai secara bau bunga cengkeh. Analisa kandungan minyak
ekonomis, dan sangat potensial untuk dimanfaatkan atsiri pada limbah cair industri rokok yang ada di
dengan cara diisolasi minyaknya untuk bahan baku Semarang sebesar 18,66 %, cairan berwarna coklat,
industri farmumery atau industri farmasi. Saat ini berbau bunga cengkeh. Kadar eugenol 24,14 %.
kebutuhan eugenol berasal dari minyak daun ceng- Untuk industri rokok kretek jumlah minyak cengkeh
keh yang mengandung sebesar eugenol 70 – 80 %. pada air rendaman adalah tidak sama hal ini karena
Ciri khas rokok kretek dibanding rokok lama proses perendaman juga cara perendaman
putih adalah digunakan saus berupa cengkeh. Rasa berbeda.
cengkeh pada rokok kretek menimbulkan rasa yang Saat ini minyak daun cengkeh merupakan
unik bagi penggemarnya yaitu harum dan hangat bahan baku industri farfumery di Indonesia juga
serta mantap. Bunga cengkeh merupakan bahan uta- merupakan komoditi ekspor. Di luar negeri minyak
ma setelah tembakau untuk pembuatan rokok kretek. cengkeh digunakan sebagai bahan baku industri
Penggunan bunga pada rokok kretek menyebabkan farmumery. Indonesia merupakaan penghasil utama
terbentuk rasa hangat, mantap sedikit pedas yang minyak cengkeh terbesar di dunia. Minyak cengkeh
utama menyebabkan rasa khas yang tak tergantikan saat ini dihasilkan dari proses distilasi dengan bahan
dari rokok kretek dibandngkan rokok putih yang baku daun cengkeh. Negara pengguna minyak
tanpa menggunakan cengkeh. cengkeh termasuk Eropa dan Amerika Serikat.
Rasa dan aroma bunga cengkeh pada rokok Pasokan minyak cengkeh Indonesia ke
kretek adalah khas hal tersebut menyebabkan ada pasar dunia sekitar 60 % kebutuhan dunia. Pada
perbedaan dengan rokok putih, dan rasa khas ini tahun 2000, dari 2.080 ton minyak cengkeh yang
menimbulkan rasa yang nikmat bagi penikmat rokok dipasarkan dunia, Indonesia memasok 1.317 ton.
kretek, dan tidak jarang menimbulkan rasa ketagih- (Agroindustri, 2008)
an (addictive) dalam skala rendah atau rasa yang Tujuan penulisan ini adalah ingin meng-
sesuai selera sehingga tidak mudah tergantikan pada kaji isolasi eugenol yang terdapat pada cairan sisa
merk-merk rokok kretek lainnya. Walau ada ribuan perendaman bunga cengkeh pada industri rokok
merk rokok kretek yang tercatat dan telah dianalisa kretek yang merupakan limbah cair industri rokok
di Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran kretek untuk digunakan sebagai bahan baku industri
Industri Semarang namun merk yang terkenal dan farmumery.

160
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Isolasi Eugenol dari Air Rendaman Bunga Cengkeh …................................ (Sigit K) …... : 159 – 167

PERMASALAHAN relatif tidak membutuhkan peralatan mahal dan


dapat dilakukan pada skala UKM.
Eugenol merupakan zat aktip pada minyak Komponen utama minyak cengkeh adalah
cengkeh, secara molekuler dengan rumus kimia. terpena dan turunannya. Komponen inilah yang pen-
Eugenol [CH2=CHCH2C6H3(OCH3)OH)]. Cairan ting dalam kegiatan industri seperti dalam parfum,
rendaman bunga cengkeh pada industri rokok kretek flavor, obat-obatan, cat, plastik dan lain-lain.
masih mengandung minyak cengkeh dengan zat Terpena yang ada dalam minyak cengkeh adalah
aktip eugenol namun saat ini belum dimanfaatkan eugenol, eugenol asetat dan caryophylene. Ketiga
secara ekonomis. senyawa tersebut merupakan komponen utama
Penggunaan eugenol perlu dikaji dan dipilih tekno- penyusun minyak cengkeh dengan kandungan total
logi yang dapat secara optimal mengisolasi eugenol mencapai 99 % dari minyak atsiri yang dikandung-
minyak cengkeh dari bekas cairan rendaman bunga nya. (Ali Nurdin 2009)
cengkeh pada industri rokok kretek untuk digunakan Eugenol merupakan cairan tidak berwarna
sebagai bahan baku industri farmumery. atau berwarna kuning-pucat, dapat larut dalam
alkohol, eter dan kloroform, mempunyai rumus
KAJIAN PUSTAKA molekul.rumus kimia eugenol
[CH2=CHCH2C6H3(OCH3)OH)] bobot titik didih
Eugenol 250 - 255 °C.
Eugenol merupakan salah satu komponen
kimia dalam minyak cengkeh yang memberikan bau Rumus Bangun eugenol adalah :
dan aroma khas pada minyak cengkeh. Tingkat
kemurnian yang disyaratkan dalam standar mutu
perdagangan adalah eugenol dalam minyak cengkeh
minimal 98 % dengan warna cairan eugenol jernih
kuning muda. Eugenol kasar yang belum dimurni-
kan sudah dapat dijual ke pabrik yang memiliki alat
destilasi fraksinasi untuk dimurnikan secara fisik.
Produksi eugenol kasar dari minyak daun cengkeh
Sifat fisika dan kimia dari Eugenol :

Structure/Formula Role Mol. Wt. Bp Mp Density Kepadatan


o 0 0
[CH2=CHCH2C6H3(OCH3)OH)] Product 164.20 254 -12 -10 1.06 g/mL

Menurut Nur Hidayati (2003) eugenol Kualitas minyak daun cengkeh dievaluasi
sebagai komp onen terbanyak dalam minyak ceng- berdasarkan kandungan fenolnya terutama eugenol,
keh memiliki harga jual yang cukup tinggi yaitu karena minyak daun cengkeh mengandung beberapa
mencapai Rp 120.000 sampai Rp 200.000/kg aseteugenol maka sering dilakukan penyabunan zat
sedangkan harga minyak daun cengkeh hanya Rp tersebut terlebih dulu hal ini untuk mendapatkan
20.000/kg sampai Rp 30.000/kg. Amerika Serikat kandungan eugenol yang lebih tinggi. Kandungan
merupakan negara pengimpor eugenol dari berbagai fenol eugenol pada minyak daun cengkeh sangat
negara termasuk Indonesia. Meskipun Indonesia tergantung pada kondisi dan jenis bahan baku dan
mengekspor eugenol tetapi kuantitasnya masih cara penyulingan. Oleh Siti Nurhansyah selanjutnya
kecil, yang terbanyak adalah ekspor minyak daun diterangkan pada waktu penyulingan minyak daun
cengkeh. cengkeh terdapat dua fraksi yaitu fraksi yag lebih
ringan dari air, dan fraksi yang lebih berat dari air.
Minyak Daun Cengkeh Dengan menggabungkan kedua fraksi tersebut
Minyak atsiri adalah minyak mudah diperoleh minyak cengkeh yang lengkap Guenther
menguap dan dapat diperoleh dari tanaman dengan (1987). Hasil penyulingan minyak dari bunga ceng-
cara penyulingan uap. Atau suatu hasil reaksi hidro- keh sekitar 17-18 %, penyulingan dari gagang ceng
lisis bahan tanaman yang mudah menguap dari kan- keh sekitar 6 % dan dan dari daun sebesar 2 -3 %.
dungan senyawa esensi tanaman itu. Saat ini yang banyak diperdagangkan ada-
Untuk mendapatkan minyak atsiri yang lah minyak cengkeh yang berasal dari penyulingan
baik diperlukan pemilihan cara pengolahan yang dari jenis daun cengkeh, hal ini karena dari daun
tepat demikian pula jenis bahan yang digunakan. yang telah tua dan gugur (di daerah disebut kleang),
Ketidaktepatan pemilihan sistem dan bahan yang dari daun cengkeh dapat didistilasi air menghasilkan
digunakan akan berakibat dihasilkan mutu minyak minyak daun cengkeh, walau kadar eugenolnya ren-
atsiri yang rendah seperti rendemen yang rendah dah. Penyulingan minyak daun cengkeh di Indonesia
serta mudah berbau tengik (rancid). banyak terdapat di Jawa tengah, yaitu di daerah
Cilacap, Purwokerto, Banyumas, Banjarnegara dan

161
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Isolasi Eugenol dari Air Rendaman Bunga Cengkeh …................................ (Sigit K) …... : 159 – 167

Purbalingga. Sulawesi dan Sumatra Barat merupa- ringan dari air dan fraksi yang lebih berat dari air.
kan penghasil minyak daun cengkeh terbesar di Dengan menggabungkan kedua fraksi tersebut dipe-
dunia dan memasok 60 % kebutuhan dunia. roleh minyak cengkeh yang lengkap. Hasil penyu-
Ada 3 tipe cengkeh yang dibudidayakan di lingan minyak dari bunga cengkeh sekitar17 - 18 %,
Indonesia yaitu siputih, sikotok dan zanzibar, yang penyulingan dari gagang cengkeh sekitar 6 % dan
dibedakan dari ciri-ciri pada pucuk, cabang muda, dan dari daun sebesar 2 -3 %. (Guenther, 1987)
daun, ranting, bunga, percabangan atau bentuk Penelitian Try Zulchi PH (2002) membuk-
mahkota pohon... tikan rendemen minyak atsiri saat distilasi dipenga-
Minyak daun cengkeh hasil penyulingan ruhi oleh lamanya proses distilasi juga pemilihan
dari petani mempunyai kadar eugenol berkisar anta- jenis bahan/organ tanaman yang digunakan minyak.
ra 70 – 80 %, sedangkan untuk industri dibutuhkan Organ tanaman yang dimaksud adalah seperti daun,
minyak dengan kadar eugenol paling rendah 90 %. batang ataupun bunga selain bunga cengkeh, tangkai
Oleh karena itu diperlukan proses lebih lanjut yang (gagang/ranting) dan daun dapat digunakan pula un-
dapat mengisolasi eugenol dari minyak cengkeh. tuk didistilasi yang diambil minyaknya. Seperti mi-
sehingga diharapkan akan mampu meningkatkan nyak yang berasal dari bunganya mampu mengha-
daya saing produk minyak daun cengkeh Indonesia silkan senyawa eugenol 80 – 95 % namun bila dari
yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapat- daun hanya 75 – 85 % saja. Organ bunga cengkeh
an para petani cengkeh, menambah pendapatan yang masih muda akan menghasilkan bunga yang
daerah serta dapat meningkatkan devisa negara. kering dan keriput dan kandungan eugenolnya
AGROINDUSTRI September 2008 di ting- rendah.
kat petani dan pengolah, teknologi destilasi masih Penelitian Try Zulchi PH, Aisni Nurul.R
banyak menggunakan ketel dan peralatan yang (2001) dilaksanakan dengan perlakuan berbagai
sederhana dan kurang efisien sehingga rendemen organ tanaman dan lama penyulingan. Dan hasil per-
minyaknya rendah (1,5 - 2,0 %), mutu minyak juga cobaan tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh
rendah (minyak berwarna hitam dan kotor). Rende- yang berbeda nyata pada pengaruh rendemen mi-
men minyak cengkeh yang dihasilkan dengan tekno- nyak atsiri, kadar air di dalam minyak atsiri, bilang-
logi yang direkomendasikan sekitar 2,5 - 3,0 %, an asam dan kelarutan pada etanol 70 %. Interaksi
minyak berwarna kuning muda dan jernih sehingga organ bunga cengkeh dan 4 jam penyulingan mam-
tidak memerlukan proses pemurnian lagi. pu meningkatkan rendemen minyak atsiri tertinggi
Penelitian P. Suarya (2010) menunjukan mencapai 6,77 (mg/100 g bahan). Juga kadar air te-
adsorpsi pengotor minyak daun cengkeh oleh lem- rendah mencapai 0,27 % dan bilangan asam yang te-
pung teraktivasi asam dilaporkan bahwa minyak rendah dicapai 2,03. Sedangkan perlakuan kelarutan
daun cengkeh dapat dijernihkan dengan mengguna- etanol 70 % dengan perbandingan yang hampir
kan adsorben lempung teraktivasi asam dengan hasil sama antara 2 – 3 volume.
jernih dengan perbandingan adsorben : minyak = 1 Pengolahan cengkeh dilakukan dengan cara
g : 40 mL. ekstraksi. Ekstraksi minyak dilakukan pada bagian
Minyak cengkeh jernih dapat dihasilkan bunga, tangkai bunga dan daunnya. Dari ketiga ba-
dengan menambahkan bentonit aktif dari 5 – 15 % gian tersebut yang paling ekonomis adalah ekstrak
ke dalam minyak cengkeh hitam, lalu dipanaskan bagian daunnya Oleh karena itu jenis minyak ceng-
sampai suhu sekitar 80 - 90 0C dan diaduk selama 30 keh yang umum diperjualbelikan adalah minyak
menit. Hasilnya kemudian disaring. Secara visual daun cengkeh (clove leaf oil). Daun bunga cengkeh
hasilnya jernih, kadar eugenol naik 2 – 3 %. Tetapi merupakan daun tua yang rontok / gugur, dan jum-
minyak yang hilang sekitar 5 – 10 % karena pengu- lahnya cukup besar dengan bunga cengkehnya.
apan selama pemanasan dan penyaringan tidak Oleh P. Suarya (2010) pada penelitian ad-
sempurna sehingga sebagian minyak masih ada da- sorpsi pengotor minyak daun cengkeh oleh lempung
lam bentonit. Jika harga minyak cengkeh jernih jauh teraktivasi asam dilaporkan bahwa minyak daun
di atas minyak cengkeh hitam, maka penjernihan cengkeh dapat dijernihkan dengan menggunakan
minyak ini akan sangat memberikan nilam tambah adsorben lempung teraktivasi asam dengan hasil
yg cukup berarti. jernih dengan perbandingan adsorben : minyak =1 g
Kualitas miyak daun cengkeh dievaluasi : 40 ml.
berdasarkan kandungan fenolnya terutama eugenol, Minyak cengkeh jernih dapat dihasilkan
karena minyak daun cengkeh mengandung beberapa dengan menambahkan bentonit aktif dari 5 – 15 %
aseteugenol maka sering dilakukan penyabunan zat ke dalam minyak cengkeh hitam, lalu dipanaskan
tersebut terlebih dulu hal ini untuk mendapatkan sampai suhu sekitar 80 - 90 0C dan diaduk selama 30
kandungan eugenol yang lebih tinggi. Kandungan menit. Hasilnya kemudian disaring. Secara visual
fenol eugenol pada minyak daun cengkeh sangat hasilnya jernih, kadar eugenol naik 2 – 3 %. Tetapi
tergantung pada kondisi dan jenis bahan baku dan minyak yang hilang sekitar 5 - 10 % karena pengu-
cara penyulingan. Oleh Siti Nurhansyah selanjutnya apan selama pemanasan dan penyaringan tidak sem-
diterangkan pada waktu penyulingan minyak daun purna sehingga sebagian minyak masih ada dalam
cengkeh terdapat dua fraksi yaitu fraksi yag lebih bentonit. Jika harga minyak cengkeh jernih jauh di

162
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Isolasi Eugenol dari Air Rendaman Bunga Cengkeh …................................ (Sigit K) …... : 159 – 167

atas minyak cengkeh hitam, maka penjernihan katkan pengambilan eugenol dari minyak cengkeh.
minyak ini akan sangat memberikan nilam tambah Setelah didiamkan akan terbentuk dua fasa, yaitu :
yg cukup. fasa air yang mengandung Na eugenolat dan fasa
Penelitian SriYuliani (2008) Balai Besar kariofilin. Kedua fasa dipisahkan, kemudian fasa air
Penelitian Pasca Panen Pertanian melaporkan sinte- diasamkan dgn HCl untuk memperoleh kembali
sis vanillin dari minyak daun cengkeh dengan meto- eugenol. Pada penelitian Hidayati Nur (2009), para-
de nitribenzen menggunakan cara konvensional dan meter yang diamati adalah jenis pelarut, waktu
gelombang mikro, diperoleh rendemen 18,58 % dan ekstraksi, dan perbandingan volum minyak dengan
7,42 % dengan kemurnian sekitar 99,16 %. Hasilnya pelarut. Jenis pelarut dan perbandingan volum
kemudian dibandingkan dengan vanillin komersial. minyak dengan pelarut memberikan pengaruh.
Untuk bentuk, warna dan aroma, vanilin komersial Salah satu cara pemisahan atau pemurnian
mempunyai bentuk kristal jarum warna putih komponen minyak adalah dengan cara distilasi
dengan aroma khas vanilin, sedangkan hasil peneli- fraksinasi. Vogel (1958). Distilasi fraksinasi minyak
tian menghasilkan kristal amorf berwarna merah atsiri adalah pemisahan komponen berdasarkan titik
kekuningan. didih dan berat molekulnya sedangkan menurut
Bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) Guenther (1990) fraksinasi minyak atsiri adalah
selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung pemisahan minyak atsiri menjadi beberapa fraksi
senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleano- berdasaarkan perbedaan titik didihnya. Sebaiknya
lat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin dan fraksinasi minyak atsiri tidak dilakukan pada tekan-
gom. Penampilan: minyak cengkeh. Jernih, kuning an atsmosfir tetapi dalam keadaan vakum hal ini
pucat Odor : Bau : Spicy, phenolic and sweet Pedas, karena pada tekanan dan suhu tinggi dapat menga-
phenolic dan manis : Sifat fisika dan Kimia Minyak kibatkan dekomposisi dan reseninfikasi, sehingga
Daun Cengkeh. dihasilkan minyak atsiri yang sifat fisiko kimia ber-
Berat Jenis (25 °C) = 1,014 -1,054. Putaran beda dengan minyak murni. Dari penelitian Hayati
Optik (20 °C) = 0 -15 Indeks Bias (20 °C) = 1,528 - Nur, dilaporkan bahwa pelarut heksana lebih baik
1,537 Refractive Index : 1.5300 – 1.5380 Specific digunakan untuk ekstraksi eugenol dibandingkan
gravity 20 °C : 1.0460. benzena.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti
Isolasi Eugenol Nurhansanah (2008) pada pemisahan eugenol dari
minyak cengkeh dengan cara distilasi fraksinasi,
Oleh Tri Maryami (2008) isolasi eugenol bahwa distilasi frkasinasi pada minyak cengkeh
dilakukan dengan mereaksikan minyak daun ceng- dengan suhu 200 0C dan 250 0C tidak memperoleh
keh dengan basa kuat (NaOH) dengan pengadukan eugenol murni (minimal 98 %) tetapi kadar eugenol
yang selanjutkan Na-eugenolat yang terbentuk dire- meningkat sampai 97,03 % w/v dari 93,34 %, juga
aksikan dengan HCl untuk memisahkan eugenolnya. dilaporkan bahwa distilasi fraksinasi ada minyak
Eugenol yang dihasilkan adalah eugenol kasar cengkeh dimana proses berlangsung pada suhu dan
(crude eugenol) yang tingkat kemurniannya masih tekanan rendah menghasilkan residu yang mutunya
rendah. Diperlukan proses pemurnian untuk meningkat, semakin larut dalam alkohol, indeks bias
menghasilkan eugenol murni. Proses pemurnian yang semakin meningkat dan nilai putran optik yanf
dapat dilakukan secara kimia maupun fisik. sesuai dengan kreterie minyak cengkeh asli.
Oleh Tri Maryami dkk (2008) dilaporkan Pada isolasi dan pemurnian eugenol dari
bahwa keadaan cengkeh yang diserbukkan membe- minyak daun cengkeh dapat dilakukan dengan
rikan rendemen eugenol yang lebih tinggi dari ceng- heksana, dan eugenol dapat digunakan sebagai
keh yang masih utuh. Percobaan dilakukan dengan bahan farmurery seperti vanili seperti dilaporkan
menggunakan bunga cengkeh cungkup dan bunga oleh Widajanti Wibowo (2002)
cengkeh bunga mekar. Proses produksi eugenol dila-
kukan melalui proses isolasi eugenol dari minyak PEMBAHASAN
daun cengkeh. Proses ini dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu metode fisik dan metode kimia. Produksi industri rokok kretek di Indonesia
Hidayati, Nur (2009) melaporkan kualitas adalah lebih besar dibandingkan industri rokok
minyak cengkeh ditentukan oleh kandungan eugenol putih. Industri rokok kretek sangat berpotensi meng-
didalamnya. Semakin tinggi kadar eugenolnya maka hasilkan limbah cair yang mengandung minyak
semakin baik kualitasnya, dan nilai jualnya juga cengkeh. Industri rokok kretek menghasilkan limbah
semakin tinggi. Ektraksi eugenol dari minyak daun cair yang mengandung minyak cengkeh adalah
cengkeh yang mengandung kadar eugenol tertinggi industri kretek yang melakukan proses perendaman
87 persen dapat dilakukan dengan ekstraksi reaktif. bunga cengkeh secara langsung, baik dilakukan
Minyak direaksikan dengan NaOH dengan konsen- dengan perendaman dengan air dingin maupun
trasi dan perbandingan mol tertentu. Penambahan dengan air panas.
pelarut ke dalam campuran reaksi dapat mening-

163
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Isolasi Eugenol dari Air Rendaman Bunga Cengkeh …................................ (Sigit K) …... : 159 – 167

Kandungan eugenol dalam minyak cengkeh industri farmumery dapat dilakukaan dengan berba-
bekas rendaman bunga cengkeh pada industri rokok gai capaian produk olahan, capaian tersebut antara
kretek dapat diharapkan lebih tinggi dibandingkan lain apakah akan dihasilkan minyak cengkeh, atau
dengan kadar eugenol dari minyak daun cengkeh capaian berupa produk eugenol dengan cara distilasi
dengan pertimbangan hasil penyulingan minyak dari fraksinasi. Beberapa capaian produk membawa kon-
bunga cengkeh sekitar ± 5 %, sedangkan dari daun sekuensi pada biaya termasuk investasi peralatan
sebesar 2 -3 %, demikian pula minyak yang berasal dan pasar yang akan diraih.
dari bunganya mampu menghasilkan senyawa Capaian sasaran berupa produk minyak
eugenol 80 – 95 % namun bila dari daun hanya 75 – cengkeh dengan kandungan eugenol (90 – 95 %)
85 % saja. menurut penulis adalah cukup realistis. Hal ini ber-
Minyak daun cengkeh merupakan bahan hubung pasar dalam negeri masih membutuhkan
baku dalam industri farmasi dan fragrance karena bahan baku minyak cengkeh dengan kadar eugenol
mengandung eugenol sebagai komponen utamanya 95 %, potensi pasar saat ini dari minyak daun
(70 – 80 %). Di industri farmasi digunakan sebagai cengkeh kadarnya 70 – 80 %.
bahan dasar berbagai jenis obat/produk untuk pera- Bekas rendaman bunga cengkeh pada
watan dan pengobatan sakit gigi karena daya anti- industri rokok kretek dapat diolah menjadi bahan
biotiknya. Proses produksi eugenol dilakukan mela- minyak atsiri khususnya minyak cengkeh untuk ba-
lui proses isolasi eugenol dari minyak daun ceng- han baku industri farfumery dengan memperhatikan
keh. Proses ini dapat dilakukan dengan dua cara beberapa faktor pendukungnya. Faktor pendukung
yaitu methoda fisika dan kimia. tersebut adalah perlu diindentifikais dan diseleksi
Proses kimia pada isolasi eugenol dilaku- industri rokok kretek yang yang menggunakan pro-
kan dengan mereaksikan minyak daun cengkeh ses perendaman bunga cengkeh baik dengan proses
dengan basa kuat (NaOH) dengan pengadukan yang dingin ataupun pross panas. Selanjutnya perlu data
selanjutkan Na-eugenolat yang terbentuk direaksi- pendukung berapa volume produksi limbah cair dari
kan dengan HCl untuk memisahkan eugenolnya. proses perenadaman. Tahapan selanjutnya pemilihan
Eugenol yang dihasilkan adalah eugenol kasar sistem pengolahan limbah cair dari proses peren-
(crude eugenol) yang tingkat kemurniannya masih daman, khususnya pada pemilihan sistem distilasi.
rendah. Apakah distilasi dilakukan secara langsung
Tingkat kemurnian yang disyaratkan dalam atau ditilasi uap. Distilasi langsung dapat dilakukan
standar mutu untuk bahan farmumery adalah mini- dengan hasil minyak cengkeh kasar (crude) dengan
mal 98 % dengan warna cairan eugenol jernih ku- hasil kadar eugenol yang tidak cukup tinggi. Disti-
ning muda. Eugenol kasar yang belum dimurnikan lasi dengan uap dapat dilakukan untuk menghasil-
sudah dapat dijual ke pabrik yang memiliki alat kan minyak cengkeh dengan kadar eugenol tinggi.
distilasi fraksinasi untuk dimurnikan secara fisik. Alternatif lainnya adalah dengan cara eks-
Produksi eugenol kasar dari minyak daun cengkeh traksi menggunakan pelarut organik seperti alkohonl
relatif tidak membutuhkan peralatan mahal dan larutan limbah cair dari proses peredaman dieks-
dapat dilakukan pada skala UKM. traksi dengan alkohol, selajutnya hasil ekstraksi da-
Proses derivasi lanjutan dari eugenol dapat pat dilanjutkan dengan penyulingan untuk memisah-
menghasilkan beberapa produk derivatnya (turunan) kan alkohol dan minyak cengkehnya, namun peng-
antara lain isoeugenol, metal eugenol dan vanillin gunaan pelarut alkohol harus memperhitungkan segi
sintetis. Isoeugenol dihasilkan melalui reaksi isome- biaya juga resiko keamanan. Ekstraksi dengan
risasi eugenol pada suhu dan tekanan tinggi menjadi pelarut alkohol akan menguntungan bila mana hasil
dalam kondisi basa menjadi soeugenolat yang selan- produk berharga cukup tinggi dan dapat dilakukan
jutnya diasamkan menjadi isoeugenol dan kemudian recovery pelarut alkohol. Recovery alkohol dapat
dimurnikan. Prosesnya memerlukan peralatan ketel mencapai 60 % sudah cukup memadai.
bertekanan dan alat destilasi fraksionasi yang tentu- Pemanfaatan limbah cair industri rokok
nya memerlukan biaya modal yang cukup mahal. kretek akan berdampak positip bagi lingkungan
Isoeugenol digunakan sebagai bahan baku industri karena selama ini limbah cair industri rokok kretek
parfum dan flavour. hanya dibuang ke perairan atapun hanya diolah pada
Minyak daun cengkeh sebagian besar war- unit pengolahan limbah cair agar tidak mengotori
nanya hitam karena disuling menggunakan ketel dari lingkungan.
besi karbon biasa, begitu pula dengan kondensernya. Isolasi eugenol dapat dilakukan dengan
Karena banyak terkontaminasi logam Fe dalam besi cara kimia dan cara fisika. Cara fisika dengan mere-
tersebut, sehingga minyaknya jadi hitam. aksikan minyak cngkeh dengan NaOH pekat diaduk
Saat ini kebutuhan industri farmumery dan sampai terbentuk Na-eugenolat selanjutnya ditam-
farmasi berbasis minyak cengkeh namun karena da- bahkan HCl untuk mendapatkan eugenol. Cara
lam persyaratan ditentukan kadar egunol yang tinggi fisika dilakukan dengan ditilasi minyak cengkeh
98 % industri kecil belum mampu memenuhinya. dengan sistem fraksinasi. Distilasi fraksinasi cukup
Diperlukan proses pemurnian untuk menghasilkan sulit diterapkan bagi industri skala UKM karena
eugenol murni. Memanfaatkan limbah cair industri membutuhkan peralatan yang mahal.
rokok kretek untuk digunakan sebagai bahan baku

164
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Isolasi Eugenol dari Air Rendaman Bunga Cengkeh …................................ (Sigit K) …... : 159 – 167

Limbah cair industri rokok dari unit proses menuju industri eugenol. Selama ini cairan bekas
perendaman bunga cengkeh bila diolah menjadi mi- rendaman tersebut adalah dibuang sebagai limbah
nyak cengkeh kualitasnya akan lebih tinggi diban- industri rokok kretek, padahal kandungan eugenol-
dingkan dengan minyak daun cengkeh yang selama nya cukup tinggi dibandingkan eugenol pada daun
ini diproduksi di Indonesia hal ini karena kandungan cengkeh. Pada kajian ini dilakukan pengolahan
eugenolnya lebih tinggi dibandingkan dengan mi- eugenol dengan bahan dasar bekas cairan rendaman
nyak daun cengkeh. bekas industri rokok kretek dibandingkan dengan
pengolahan eugenol dengan bahan dasar kleang
Kajian Ekonomi Pengolahan Eugenol daun cengkeh.
Pengolahan isolasi eugenol dari bahan
Kajian secara ekonomi pengolahan eugenol bekas rendaman bunga cengkeh dari industri rokok
dengan bahan dasar bekas cairan rendaman bekas kretek melalui berbagai tahapan, seperti gambar
industri rokok kretek merupakan langkah awal diagram alir pada gambar 1.

D ia g ra m a lir is o la s i e u g e n o l d a ri b e k a s re n d a m a n b u n g a
c e n g k e h p a d a in d u s tri ro k o k k re te k

• 1
2
3 4 5

P engadukan Is o la a s i e u g e n o l
Rendam an bunga
cengkeh
M in y a k c e n g k e h

D is tila s i + NaO H
H
8 C
7
L
A ir + Eugenol
+ HCL
N a e u g e n o la t

Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Isolasi Eugenol

Isolasi eugenol dilakukan dengan cara dis- daun cengkeh, larutan pekat NaOH dan larutan HCl,
tilasi. Selanjutnya setelah dihasilkan minyak atsiri bahan bakar, tenaga kerja serta biaya sewa peralatan
dilakukan isolasi eugenol dengan cara kimia yaitu distilasi. Adapun keuntungan sisa usaha didapat dari
menambahkan larutan pekat NaOH sambil diaduk penjualan eugenol dikurangi biaya produksi.
sampai terbentuk Na-eugenolat selanjutnya ditam- Secara rinci perhitungan ekonomi pengolahan euge-
bahkan HCl untuk mendapatkan eugenol. nol disajikan pada tabel 1 dan tabel 2.
Komponen biaya pengolahan berbasis 1000
L cairan rendaman bunga cengkeh, 1000 kg kleang
Tabel 1. Perhitungan Ekonomi Pengolahan Eugenol dengan Bahan cairan rendaman bunga cengkeh

Harga Satuan Total Biaya


No Nama Bahan Jumlah Satuan
(Rp) (Rp)
1. Cairan bekas rendaman cengkeh 1000 l 500 500.000
2. Bahan bakar 15 kg 3.000 45.000
3. Sewa alat distilasi 10 jam 10.000 100.000
4. NaOH 1 l 15.000 15.000
5. HCl 1 l 20.000 20.000
6. Tenaga kerja 3 orang 25.000 75.000
7. Biaya produksi 755.000
Hasil penjualan
8. Minyak cengkeh (18 % dari cairan rendaman cengkeh) 180 l 30.000 5.400.000
9. Eugenol (80 % dari minyak cengkeh) 144 l 50.000 7.200.000
10. Keuntungan produksi eugenol (hasil - biaya produksi) 6.445.000

165
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Isolasi Eugenol dari Air Rendaman Bunga Cengkeh …................................ (Sigit K) …... : 159 – 167

Tabel 2. Perhitungan Ekonomi Pengolahan Eugenol dengan Bahan Kleang Daun Cengkeh

Harga Satuan Total Biaya


No Nama Bahan Jumlah Satuan
(Rp) (Rp)
1 Kleang daun cengkeh 1000 kg 500 500.000
2 Bahan bakar 15 kg 3.000 45.000
3 Sewa alat distilasi 10 jam 10.000 100.000
4 NaOH 1 l 15.000 15.000
5 HCl 1 l 20.000 20.000
6 Tenaga kerja 3 orang 25.000 75.000
7 Biaya produksi 755.000
Hasil penjualan
8 Minyak cengkeh (4 % dari kleang daun cengkeh) 40 l 30.000 1.200.000
9 Eugenol (dari 80 % minyak daun cengkeh) 32 l 50.000 1.600.000
10 Keuntungan eugenol (hasil – biaya produksi) 845.000

Perbandingan keuntungan pengolahan dengan pengolahan eugenol denganbahan dari keang


uegenol dari bahan bekas cairan rendaman cengkeh daun cengkeh dapat dilihat pada gambar 2.

pengolahan isolasi eugenol

7000000
6000000
5000000
rupiah

4000000 biaya bahan baku


3000000 besarnya keuntungan
2000000
1000000
0
1 2
(1)bahan baku kleang daun cemgkeh
(2)bahan bekas rendaman bunga cengkeh
indst rokok kretek

Gambar 2. Grafik Keuntungan pengolaham eugenol berbahan cairan rendaman cengkeh dengan berbahan
kleang daun cengkeh
 Keuntungan pengolahan eugenol (hasil - biaya produksi) berbahan bekas rendaman bunga cengkeh
sebesar : Rp 644.5000 /tiap proses

 keuntungan pengolahan eugenol (hasil - biaya produksi) berbahan daun kleang cengkeh : Rp 84.5000/tiap
proses

Besarnya keuntungan pengolahan eugenol KESIMPULAN


dengan bahan bekas rendaman bunga cengkeh dika-
renakan bahan tersebut mengandung minyak atsiri Eugenol dapat diisolasi dari cairan bekas
berupa minyak cengkeh sebesar 18 %, sedangkan rendaman bunga cengkeh pada industri rokok
hasil distilasi minyak dengan bahan kleang daun kretek, melalui disitilasi untuk pemisahan air dengan
cengkeh hanya 4 % sehingga kandungan eugenol minyak cengkeh selanjutnya dilakukan isolasi euge-
juga lebih besar dari pada bekas rendaman bunga nol dengan cara kimia dengan cara menambahkan
cengkeh. NaOH dengan pengadukan sampai terbentuk Na-
eugenolat selanjutnya direaksikan dengan HCl untuk
mendapatkan eugenol.

166
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Kajian Isolasi Eugenol dari Air Rendaman Bunga Cengkeh …................................ (Sigit K) …... : 159 – 167

PUSTAKA
Siti Nurhasanah, STP., M.Si, Efri Mardawati, STP.
Ali Nurdin, Achmad Mulyana, Hadi Suratno, 2001, M.T dan Marleen Herudiyanto, Ir., MT
Isolasi Eugenol dari Minyak Daun Pemisahan Eugenol dari Minyak Cengkeh
Cengkeh Skala Pilot Plan, Jurnal Saint dan dengan Cara Distilasi Fraksinasi -
Teknologi BPPT Vol. 3 No. 09, Jakarta Separation of Eugenol from Clove Oil with
Fractionation Distillation Penerbit Unpad
Eim A., 2005, Isolasi Eugenol dari Cengkeh oleh Bandung
Distilasi Uap dan Identifikasi dengan
Spektroskopi Inframerah Chem 30316 Sri Yuliani, 2008, Vanilin dari Limbah Daun
Cengkeh, Balai Besar Penelitian Pasca
Endah Setiyani, Mudjijono, 2010, Ekstraksi Cair Panen Pertanian, Bogor
Pemurnian Eugenol dari Minyak Daun
Cengkeh, Pasca Sarjana Pendidikan Sain Tri Maryami dkk, 2008, Pengaruh Waktu
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010 Pengeringan Terhadap Rendemen Eugenol
Hasil Destilasi Bunga Cengkeh Kuncup
Geunther. E, 1987, The Essesial Oil, Vol. II, D,Van dan Mekar dari Perkebunan Rakyat di
Nostrand Company, Inc New York Malang Selatan, AGROINDUSTRI,
September, 2008
Nur Hidayati, 2009, Ekstraksi Eugenol dari Minyak
Daun Cengkeh, diaksses dari e net tanggal Tri Wibowo, 2003, Potret Industri Rokok di
12 Juni 2010 Indonesia, Maj. Kajian Ekonomi dan
Keuangan Vol. 7 No. 2, Indonesia
Nyoman Fitri, J.A. Kawira, 2007, Perbandingan
Variabel pada Isolasi dan Pemurnian Try Zulchi PH, Aisni Nurul R, 2002, Pengaruh
Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh, ITB Berbagai Organ Tanaman dan Lama
Bandung Penyulingan Terhadap Kualitas Minyak
Atsiri Cengkeh (Caryophillus aromaticus) :
P. Suarya, 2010, Adsorpsi Pengotor Minyak Daun Dept. of Biology Education - Research
Cengkeh oleh Lempung Teraktivasi Asam Center Universitas Muhammadiyah
Journal of Chemistry,Vol. 4 No. 1, Malang.
Universitas Udayana Unud, Bali
Widajanti Wibowo, Wahyudi Priyono Suwarso,
Saiful Iman NIM, 2009, Sintesis Polieugenol Triesye Utari dan Henny Purwaningsih,
Menggunakan Katalis Asam Nitrat Pekat, Minyak Cengkeh Aplikasi Reaksi Reaksi
Fakultas Sain dan Teknologi UIN Sunan Katalitis Heterogen untuk Pembuatan
Kalijaga Yogya Vanili Sintentisk (3-HIDROKSI-2-
METOK-SIBENZALDEHIDA) DARI
Sani, 2007, Meningkatkan Kadar Eugenol dengan EUGENOL (4-ALLIL-2-
Distilasi Packed Column, ITS, Surabaya METOKSIFENOL), Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Simon Bambang Sumarno, 2010, dkk, Struktur, Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia,
Kinerja dan Kluster Industri Rokok Kretek Depok, MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO.
Indonesia 1996 – 1999. Fakultas Ekonomi 3, Desember 2002
UGM Yogyakarta, diakses internet
Wikipedia bahasa Indonesia, 2010, Cengkeh
Siti Machmudah, 2008, Ekstraksi Eugenol, dari ensiklopedia bebas Diperoleh dari
Bunga Cengkeh dengan Menggunakan "http://id.wikipedia.org/wiki/Cengkeh"
Fluida Karbondiokasida Superkritis, ITS diaksess tanggal 14 Juni 2010.
Surabaya

167
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Sintesis Biodiesel dari Minyak Limbah Biji Karet …............................... (Kasmadi IS., dkk) …... : 168 – 175

SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK LIMBAH BIJI KARET


SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

Kasmadi Imam Supardi1), Sri Wahyuni1), Alauhdin1)


1)
Chemistry Department, FMIPA UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang,
E-mail: kasmadi@staff.unnes.ac.id

ABSTRACT

Waste of rubber seeds found only as solid waste and has not fully exploited.
Waste of rubber seed oil which used to the research contains high free fatty acids,
about 97.77% and higher acidity number, namely 6.2 mg KOH/g oil, so its needs
esterification to reduce the free fatty acid content to be changed become ester.
Methanol (20% volume of oil) be reacted by waste of rubber seed oil become methyl
ester with sulfuric acid 98% (0,5% volume of oil) as a catalyst. In the operations of
transesterification used variations of the optimization of catalyst 0.5% until 1.5%
KOH with operating temperature of 60o C in methanol to oil ratio of 1:3 (volume). In
the process of transesterification used stirring with equal of speed to produce the
higher concentration product of methyl ester or biodiesel. The product of biodiesel
with higher concentration found by reaction of transesterification with catalyst of
KOH 0,75% and operating temperature of 60o C. The physical test of result of methyl
ester or biodiesel from the transesterification reaction show that obtained Specify
Gravity 0,9000; Density 919,5; Corrosion of copper 1b, CCR 1,361 %W, water
content 0,22%, viscosity 11,53 mm2/s, cloud point 15oC and PMCC Flash Point
182,5o C. Only some parameter of biodiesel product appropriate the standards, but
others are not. Performance test of the biodiesel product show that mixture of
biodiesel and diesel in the ratio 20:80 produce the results of exhaust gas emissions of
them is cleanest and time of the longest on its burning.

Keywords : Waste rubber seed oil, Biodiesel, Transesterification.

ABSTRAK

Biji karet hanya ditemukan sebagai limbah padat dan belum termanfaatkan
sepenuhnya. Minyak limbah biji karet yang digunakan dalam penelitian ini mengan-
dung asam lemak bebas yang tinggi, yaitu 97,77% dan mempunyai bilangan asam
yang tinggi pula yaitu 6,2 mg KOH g minyak, sehingga perlu dilakukan esterifikasi
untuk menurunkan kandungan asam lemak bebasnya menjadi ester. Metanol (20%
volume minyak) direaksikan dengan minyak limbah biji karet dengan katalis asam
sulfat 98% (0,5% volume minyak) menjadi ester. Dalam operasi reaksi transes-
terifikasi, digunakan variasi optimasi katalis yaitu pada 0,5% sampai 1,5% KOH
dengan suhu operasi 60oC dalam perbandingan methanol dengan minyak 1:3
(volume), dan dengan kecepatan pengadukan yang sama, didapatkan konsentrasi
metil ester yang tinggi pada katalis 0,75%. Uji fisis minyak limbah biji karet hasil
reaksi transesterifikasi adalah Specify Gravity 0,9000; Density 919,5; Korosi
Lempeng Tembaga 1b; CCR 1,361% W; Kadar Air 0,22%; Viscositas 11,53 mm2/s,
Titik kabut 15oC dan Flash Point 66oC. Hasil uji fisis menunjukkan belum semua
parameter metil ester atau biodiesel memenuhi standar biodiesel. Hasil uji
Performance unjuk kerja menunjukkan biodiesel yang dicampur solar dengan
perbandingan volume 20:80 memberikan hasil emisi gas buang paling bersih dan
waktu pembakaran yang paling lama.

Kata kunci : Minyak Limbah Biji Karet, Biodiesel, Transesterifikasi.

168
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Sintesis Biodiesel dari Minyak Limbah Biji Karet …............................... (Kasmadi IS., dkk) …... : 168 – 175

PENDAHULUAN menjalankan reaksi. Suhu operasi yang relatif ren-


dah memberikan keuntungan berupa kebutuhan
Salah satu jenis bahan bakar pengganti energi untuk proses yang rendah pula sehingga akan
minyak bumi yang potensial untuk dikembangkan menurunkan biaya operasi [6]. Pada penelitian ini
adalah fatty acid methyl ester (FAME) atau bio- dipilih katalis basa KOH dengan pertimbangan
diesel. Biodiesel berasal dari minyak nabati yang bahwa katalis ini bersifat stabil dan menghasilkan
dapat diperbarui dan penggunaannya memberikan FAME dengan yield yang baik [7]. Ramadhas [9]
banyak keunggulan [1], yaitu: tidak memerlukan telah menggunakan katalis asam untuk reaksi
modifikasi mesin diesel yang telah ada; ramah ling- transesterifikasi minyak biji karet menjadi FAME,
kungan karena bersifat biodegrabl;, tidak beracun; tetapi reaksinya berlangsung pada temperatur yang
emisi €polutan berupa hidrokarbon yang tidak terba- tinggi (>100oC), sementara dengan katalis KOH
kar CO, CO2, SO2, dan jelaga hasil pembakaran bio- temperatur reaksi berlangsung lebih rendah yakni
diesel yang lebih rendah dari pada solar tidak mem- 60oC [3], dengan demikian reaksi tranesterifikasi
perparah efek rumah kaca karena siklus karbon yang berlangsung lebih cepat dengan hasil persentase
terlibat pendek; kandungan energi yang hampir biodiesel yang tinggi.
sama dengan kandungan energi petroleum diesel (80
Rumusan Masalah
% dari kandungan petroleum diesel); angka setana
lebih tinggi dari petroleum diesel (solar); dan pe- Masalah penelitian ialah bagaimana kondisi
nyimpanannya mudah karena titik nyalanya rendah. transesterifikasi minyak limbah biji karet dengan
Schuchardt [2] menyatakan bahwa minyak metanol yang dikatalis KOH untuk mendapatkan
nabati merupakan sumber energi terbaharukan dan biodiesel dengan sifat fisik dan performance yang
memiliki kadar energi yang mirip dengan minyak baik sebagai energi alternatif?
diesel. Penggunaan minyak nabati secara langsung
dapat menimbulkan masalah pada mesin. Hal ini Tujuan Penelitian
disebabkan viskositas minyak nabati yang tinggi Penelitian ini bertujuan mendapatkan kon-
(sekitar 11-17 kali lebih tinggi dari bahan bakar disi transesterifikasi minyak limbah biji karet
diesel) dan volatilitasnya yang rendah. dengan metanol yang dikatalis KOH dan mengha-
FAME adalah senyawa ester asam lemak silkan biodiesel dengan sifat fisik dan performance
yang dihasilkan dari proses transesterifikasi minyak yang baik sebagai energi alternatif.
(trigliserida) maupun esterifikasi asam lemak yang
berasal dari minyak nabati atau hewani dengan alko- METODE PENELITIAN
hol rantai pendek [8]. Beberapa jenis minyak nabati
yang pernah dikaji sebagai bahan baku dalam pem- Bahan
buatan biodiesel misalnya adalah : minyak limbah
biji karet [9], minyak jelantah [8], minyak zaitun Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini
[10], minyak kacang tanah [3], minyak sawit [11] ialah : minyak limbah biji karet, arang aktif, H3PO4
[12] [13], minyak kelapa [14], minyak katul/kulit 20%, katalis cair H2SO4 pa, metanol pa, minyak
padi [15], Crude Palm Oil [16], margarine-bunga limbah biji karet hasil esterifikasi, metanol pa, dan
matahari [17], dan minyak biji kapuk [18] [19]. katalis KOH pa.
Penelitian yang dilakuan Azis [8] terhadap transes- Alat
terifikasi minyak jelantah dengan menggunakan
katalis KOH didapatkan hasil konversi metil ester Alat yang digunakan pada preparasi ialah :
yang baik pada konsentrasi katalis 1% dengan suhu minyak limbah biji karet: beakerglass, mixer, mag-
reaksi 60oC. Sementara itu sintesis FAME dari netik stirer, oven, dan buchner; Alat yang diguna-
minyak limbah biji karet dilakukan dalam penelitian kan untuk reaksi esterifikasi ialah: labu leher tiga,
ini. pengaduk mekanik, pendingin, water bath, termo-
Minyak dari limbah biji karet ataupun meter, erlenmeyer, dan pipet volume. Alat yang di-
minyak nabati pada umumnya memiliki kekentalan gunakan untuk melangsungkan proses reaksi tran-
yang relatif tinggi dibandingkan dengan minyak sesterifikasi ialah: labu leher tiga, pengaduk meka-
solar dari fraksi minyak bumi. Kekentalan ini dapat nik, pendingin, water bath, termometer, erlenmeyer,
dikurangi dengan memutus percabangan rantai dan pipet volume. Alat yang digunakan untuk
karbon tersebut melalui proses transesterifikasi analisis konversi ialah: pipet, botol sampel, dan GC.
menggunakan alkohol rantai pendek, misalnya Alat yang digunakan untuk uji sifat fisis dan kimia
metanol atau etanol menghasilkan ester dan gliserol biodiesel ialah: hidrometer (ASTM D 1298),
[3]. Reaksi transesterifikasi berjalan lambat, maka viskometer (ASTM D 445), bath (titik kabut)
diperlukan katalis untuk menurunkan energi aktivasi (ASTM D 97), lempeng tembaga (ASTM D 130),
dan mempercepat reaksi. Katalis tersebut dapat kurs dan pembakar (Residu karbon) (ASTM D 189),
berupa asam, basa, atau enzim [4] [5]. Katalis basa Air (ASTM D 95). Alat yang digunakan untuk uji
memiliki keunggulan dibandingkan dengan katalis komponen hasil dan komposisi yang terdapat pada
asam dari segi kecepatan, kesempurnaan reaksi, dan FAME ialah: GC, Alat yang digunakan untuk uji
tidak memerlukan suhu operasi yang tinggi untuk performance (unjuk kerja): mesin diesel.

169
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Sintesis Biodiesel dari Minyak Limbah Biji Karet …............................... (Kasmadi IS., dkk) …... : 168 – 175

Prosedur Sintesis Biodiesel Aduk campuran tersebut dan suhu dijaga konstan
selama 1 jam. Setelah 1 jam, pemanasan dan penga-
Kandungan asam lemak bebas dalam
dukan dihentikan dan selanjutnya dilakukan pemur-
minyak limbah biji karet dapat dikurangi dengan
nian produk.
reaksi esterifikasi sebagai reaksi pendahuluan dari
reaksi transesterifikasi, yaitu mereaksikan minyak Pemurnian Produk
limbah biji karet hasil preparasi dan metanol dengan
Produk yang dihasilkan dari kondisi opti-
bantuan katalis H2SO4 98%.
mal proses didiamkan selama 12 jam untuk memi-
Reaksi transesterifikasi dilakukan pada
sahkan secara sempurna biodiesel dan gliserol.
kondisi operasi dengan mereaksikan minyak limbah
Lapisan atas adalah biodiesel berwarna kuning dan
biji karet hasil esterifikasi dengan metanol serta
lapisan bawah gliserol berwarna putih. Setelah dipi-
dikatalisis oleh KOH yang divariasi konsentrasinya,
sahkan dari gliserol, kemudian metanol sisa reaksi
untuk menghasilkan metil ester dan gliserol. Metil
transesterifikasi di recovery menggunakan destilasi
ester tersebut akan muncul diatas gliserol dan
vakum sampai suhu mencapi 740 C, dan biodiesel
keduanya dapat dipisahkan dengan menggunakan
dicuci dengan air sampai pH menjadi netral (pH =
pipet ataupun dengan corong pisah. Hasil terbaik
7). Setelah pencucian, biodiesel dipanaskan sampai
dari variasi katalis dan suhu yang telah diketahui
suhu 1000 C untuk menghilangkan sisa air.
secara kualitatif, dan kuantitatif kemudian dianalisis
sifat-sifat fisis dan diuji performance (unjuk kerja)- Uji Fisik
nya.
Uji fisik terhadap biodiesel meliputi: massa
Prosedur Kerja Esterifikasi jenis pada 400 C (ASTM D 1298), viskositas kine-
matik (ASTM D 445), titik kabut (ASTM D 97),
Prosedur kerja Ramadhas (2005: 338) digu-
lempeng tembaga (3 jam pada 1000 C) (ASTM D
nakan dalam proses esterifikasi, yaitu: Panaskan
130), residu karbon dalan contoh asli (ASTM D
minyak sampai dengan 500 C dalam labu leher tiga
189), Air (ASTM D 95), flash Point PMCC (ASTM
yang dilengkapi dengan pengaduk dan pendingin
D 93).
bola. Pastikan hingga semua lemak padat meleleh.
Tambahkan metanol (p.a kadar 99 %) ke dalam mi- Uji Performance (Unjuk Kerja)
nyak tersebut sebanyak 20 % volume. Aduk selama
Produk yang telah dimurnikan dari kondisi
5 menit dan tambahkan katalis asam sulfat (kadar 98
optimal dan dicampur solar dengan berbagai variasi
%) sebanyak 5 mL/L minyak (0,5 % volume mi-
diujikan pada mesin diesel. Variasi yang digunakan
nyak) dengan menggunakan pipet. Campuran dia-
adalah untuk campuran minyak limbah biji karet :
duk dengan kecepatan pengadukan rendah. Suhu
dijaga konstan 500 C selama 1 jam. Setelah 1 jam, solar sebagai berikut. 0 : 100, 5 : 95, 10 : 90, 15 : 85,
pemanas dimatikan tetapi pengadukan terus dijalan- dan 20:80
kan dalam kondisi dingin (tanpa pemanasan) selama
1 jam ke depan. Selanjutnya campuran didiamkan HASIL DAN PEMBAHASAN
selama minimal 8 jam atau semalaman. Setelah di-
Analisis kadar metilester yang terbentuk,
diamkan selama semalam, netralkan asam sulfat
dalam campuran tersebut dengan menggunakan air jumlah komponen dan komposisinya dalam senyawa
(pisahkan lapisan air), kemudian dipanaskan sampai hasil menggunakan alat Gas Chromatography (GC).
Hasil analisis kadar metil ester terlihat pada Tabel 1
1000 C.
(22).
Prosedur Kerja Transesterifikasi Hasil reaksi transesterifikasi yang baik,
yaitu pada kondisi operasi reaksi yang mengguna-
Prosedur Azis (2005: 33) digunakan dalam
kan katalis KOH 0,75% dan suhu 600 C diujikan
proses transesterifikasi. Reaksi dilakukan dalam
sifat-sifat fisisnya untuk dibandingkan dengan sifat
reaktor berupa labu leher tiga yang dilengkapi
fisis biodiesel seperti yang terlihat pada Tabel 2.
dengan pengaduk dan pendingin. Diambil rasio
Beberapa penggunaan KOH 1% sebagai
volume metanol/minyak 1 : 3. Campuran hasil este-
katalis pada reaksi transesterifikasi minyak dan
rifikasi sebanyak 80 mL dipanaskan hingga men-
metanol yang pernah dilakukan peneliti terdahulu
capai suhu yang diinginkan (600 C). Pada saat yang
adalah sebagai berikut: Minyak bekas yield 51%
sama, katalis KOH masing-masing sebanyak 1,5%,
oleh Dmytryshyn (2004); Green seed canola yield
1,25%, 1%, 0,75%, dan 0,5% berat minyak hasil
73,9% Canakci (2001); Canola oil yield 86,1%
esterifikasi dilarutkan ke dalam metanol (p.a 99%)
Dmytryshyn (2004); dan Saybean Oil 94,8%
dengan volume sebanyak 20 mL. Larutan kalium
Canakci (2001) [24]. Sementara itu minyak biji
metoksida tersebut dipanaskan secara terpisah
karet yield 90,2143 % dilakukan Kasmadi (2010)
hingga dicapai suhu yang sama. Tuangkan larutan
[23].
kalium metoksida ke dalam reaktor secara cepat.

170
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Sintesis Biodiesel dari Minyak Limbah Biji Karet …............................... (Kasmadi IS., dkk) …... : 168 – 175

Tabel 1: Hasil Optimasi dengan Variasi Jumlah Katalis


Volume
No Suhu Jumlah Katalis KOH Konsentrasi metil Ester (%)
Metanol:minyak
1 1:3 60oC 0,50% 89,6105
2 1:3 60oC 0,75% 90,3848
3 1:3 60oC 1,00% 90,2143
4 1:3 60oC 1,25% 89,8337
5 1:3 60oC 1,50% 90,4370
Tabel 2: Hasil Pengujian Sifat Fisis Biodiesel

METODA UJI Biodiesel


NO Biji Jarak Bunga
UJI ASTM Standar4
Karet1 Pagar2 Matahari3
1 SG at 60/60F D-1298 0,9000 0,8963 - -
2 Density D-1250 919,5 - - 850 - 890
3 Korosi Lempeng
D-130 1b - 1 3
Tembaga 3hrs/50oC
4 CCR %W D-189 1,361% 1,114 - 0,05
5 Kadar Air %V D-95 0,22% - - 0,05
6 Viskositas mm2/s D-445 11,53 11,44 4,10 2,6-6,0
7 Titik Kabut oC D-97 15 2 - maks. 18
8 Flash Point PMCC oC D-93 182,5 115 180 min. 100

Keterangan :
1. Penelitian Dosen Senior [23]
2. Lusiana W. [20]
3. R. Sarin [17]
4. Standar Uji

Hasil Performance biodiesel pada mesin diesel disajikan pada Tabel 3 (23)
Tabel 3 : Uji performance Unjuk Kerja Biodiesel pada Mesin Diesel
Solar Murni Solar Murni Biodiesel 10% Biodiesel 10%
RPM Uji Emisi (%) Waktu (det) Emisi (%) Waktu (det)
1500 a 7,1 104 3,6 113
b 6,5 108 3,6 114
c 6,3 117 3,6 118
2000 a 9,3 74 6,2 83
b 9,0 80 5,6 83
c 9,3 80 5,9 84
2500 a 12,9 55 6,5 56
b 13,7 52 6,8 55
c 13,4 57 6,8 57

Biodiesel 15% Biodiesel 15% Biodiesel 20% Biodiesel 20%


RPM Uji Emisi (%) Waktu (det) Emisi (%) Waktu (det)
1500 a 3,5 125 2,4 125
b 3,5 124 2,1 126
c 3,5 126 2,1 126
2000 a 4,7 85 2,8 82
b 4,3 86 3,1 82
c 4,7 83 2,5 84
2500 a 5,7 58 5,5 56
b 5,7 59 4,6 58
c 6,3 53 4,9 52

171
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Sintesis Biodiesel dari Minyak Limbah Biji Karet …............................... (Kasmadi IS., dkk) …... : 168 – 175

Sintesis Biodiesel Reaksi Esterifikasi dengan mereaksikan minyak biji karet hasil esterifikasi dan
Katalis H2SO4 metanol dengan bantuan katalis KOH. Optimasi
reaksi transesterifikasi dilakukan dengan variasi
Esterifikasi adalah reaksi asam lemak jumlah katalis KOH yang ditambahkan, yaitu 0,5%
bebas dengan alkohol yang dikatalisis oleh asam, sampai 1,5%. Suhu reaksi dibuat tetap yaitu pada
seperti asam sulfat, asam fosfat, asam sulfonat, mau- 60oC. Pemeriksaan konversi metil ester dilakukan
pun asam klorida untuk membentuk ester dan glise- dengan menggunakan Kromatografi Gas (GC). Kon-
rol. Esterifikasi merupakan reaksi pendahuluan yang disi kerja alat GC ini dilakukan menggunakan jenis
dilakukan sebelum transesterifikasi. Esterifikasi ini detektor FID, jenis kolom yang digunakan adalah
bertujuan untuk menurunkan kadar asam lemak HP5, suhu detektor 300oC, suhu injektor 280oC,
bebas, sehingga akan meningkatkan metil ester yang dengan gas pembawa Helium. Jumlah sampel yang
dihasilkan [9]. Pada penelitian yang dilakukan diinjeksikan adalah 0,2 mikroliter. Hasil optimasi
Berchmans [21], minyak jarak yang mengandung reaksi tranesterifikasi pembuatan biodiesel dari
asam lemak bebas sebesar 14,90%, setelah dilaku- minyak biji karet disajikan pada Tabel 1. Sementara
kan esterifikasi dengan menggunakan katalis H 2SO4 itu hubungan jumlah katalis dengan konsentrasi
1% pada suhu 50oC dapat menurunkan asam lemak metil ester disajikan pada Gambar 1.
bebas sampai 0%. Penambahan katalis KOH berfungsi untuk
Minyak limbah biji karet yang digunakan mempercepat reaksi. Secara umum, kenaikan kon-
dalam penelitian ini mempunyai angka asam lemak sentrasi katalis akan menurunkan energi aktivasi un-
bebas 6,2 mgek/g, sehingga perlu dilakukan perla- tuk terjadinya reaksi kimia, sehingga meningkatkan
kuan awal untuk menurunkan kandungan asam le- jumlah molekul yang teraktifkan dan bereaksi mem-
mak bebasnya. Asam lemak bebas yang tinggi jika bentuk metil ester [3]. Penelitian ini dilakukan de-
bertemu dengan KOH bereaksi membentuk sabun, ngan variasi katalis dan suhu tetap 60oC, didapatkan
sehingga menghambat pembentukan produk dalam konversi metil ester terbesar pada konsentrasi katalis
reaksi transesterifikasi. Pada penelitian ini, proses 1,5% berat minyak (Tabel 1). Sementara itu pada
esterifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak penambahan katalis 1,25% terjadi penurunan kon-
biji karet dan metanol dengan dikatalisis oleh asam sentrasi konversi metil ester. Hal ini dapat disebab-
kuat H2SO4 98% pada suhu 50oC. Pada kondisi dan kan oleh terjadinya reaksi samping antara KOH de-
bahan yang sama, Ramadhas (2005 :338) mempero- ngan minyak yang dikenal dengan saponifikasi yang
leh hasil konversi ester sebesar 100%. menyebabkan hasil penyabunan berupa surfaktan
yang menghalangi kontak antara minyak dan
Reaksi Transesterifikasi dengan Variasi Katalis metanol, akibatnya kecepatan reaksi dan konversi
KOH metil ester yang dihasilkan menurun.
Optimasi reaksi transesterifikasi pembuatan
biodiesel dari minyak biji karet dilakukan dengan

90.6

90.4
90.2
Meteil ester (%)

90.0
89.8

89.6

89.4

89.2
89.0
0.50 0.75 1.00 1.25 1.50
KOH (%)

Gambar 1: Grafik hubungan jumlah katalis dengan konsentrasi metil ester

Uji Performance pada biodiesel 10%; biodiesel 15%; dan biodiesel


20% untuk semua RPM memiliki emisi gas buang
Performance / unjuk kerja suatu bahan ba-
yang lebih kecil dari solar murni. Jika dilihat dari
kar diukur dari kecilnya emisi gas buang dan waktu
emisi gas buangnya, maka biodiesel lebih baik dari
pembakarannya. Semakin kecil emisi gas buang dan
pada solar murni. Sementara itu untuk semua RPM,
semakin lama waktu pembakarannya, maka bahan
waktu pembakaran biodiesel 10%; biodiesel 15%;
bakar tersebut semakin baik. Pada Tabel 3 terlihat

172
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Sintesis Biodiesel dari Minyak Limbah Biji Karet …............................... (Kasmadi IS., dkk) …... : 168 – 175

dan biodiesel 20% juga lebih lama dibanding solar Gambar 2 menunjukkan emisi yang dihasil-
murni. Dapat dinyatakan biodiesel 10%; biodiesel kan oleh mesin diesel dengan menggunakan bahan
15%; dan biodiesel 20% lebih hemat dibanding bakar campuran solar dan biodiesel hasil sintesis
solar murni, karena dengan jumlah yang sama ter- lebih rendah dibandingkan dengan solar murni
nyata biodiesel 10%; biodiesel 15%; dan biodiesel (100%). Bahkan, semakin tinggi persentase biodie-
20% terbakar dengan waktu yang lebih lama. sel yang ditambahkan, emisi yang dihasilkan sema-
Produk yang diperoleh pada kondisi opti- kin rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa biodiesel
mal dicampur solar dengan berbagai variasi untuk hasil sintesis lebih ramah lingkungan karena emisi
diujikan pada mesin diesel. Pada uji performace ini yang dihasilkan lebih rendah. Gambar 3 menunjuk-
diamati emisi yang dihasilkan dari mesin diesel kan biodiesel hasil sintesis lebih efisien dibanding
yang dijalankan dengan solar murni dan yang dija- solar murni. Hal ini dapat dilihat dari waktu pema-
lankan dengan campuran solar dan biodiesel hasil kaian campuran solar murni dan biodiesel hasil
penelitian. Selain itu diamati juga perbandingan sintesis lebih lama dibanding waktu pemakaian solar
efisiensi pemakaian biodiesel dengan solar murni. murni pada variasi kecepatan putaran mesin (rpm).
Hasil pengamatan uji performance disajikan pada Berdasarkan hasil uji performance ini biodiesel hasil
Gambar 2 dan Gambar 3. sintesis lebih ramah lingkungan dan lebih efisien
sebagai campuran bahan bakar mesin diesel.

Gambar 2:. Grafik hubungan %emisi dengan rpm antara solar murni dengan biodiesel hasil sintesis

Gambar 3: Grafik hubungan waktu dengan rpm antara solar murni dengan
biodiesel hasil sintesis

173
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Sintesis Biodiesel dari Minyak Limbah Biji Karet …............................... (Kasmadi IS., dkk) …... : 168 – 175

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan bahwa uji Groggins, P. H.. 1958. Unit Processes in Organic
performance unjuk kerja biodiesel pada mesin uji Synthesis. pp. 694-749, McGraw-Hill Book
jenis DONGFENG S 1110 menunjukkan biodiesel Company, Inc., New York. 1
ini cukup prospektif untuk dipilih sebagai alternatif
pengganti solar. Hal ini bila dilihat bahwa emisi gas Ju, Y. H., Vali, S. K., Jeng, H., Lei, C. C., Widjaja,
buangnya lebih bersih dan waktu pembakarannya A., Tjondronegoro, I., Musfil, A. S., and
yang lebih lama dibandingkan solar, jadi lebih Rachmaniah, O.. 2003. Biodiesel dari
hemat. Minyak Kelapa. Yogyakarta: Seminar
Nasional Teknik Kimia Indonesia 16-17
KESIMPULAN September 2003. 1

Simpulan penelitian ialah : Kasmadi, Sri Wahyuni, Alauhdin. 2009 Sintesis


1. Proses transesterifikasi pada variasi katalis Biodiesel dari Minyak Biji Karet Sebagai
KOH 0,75 %; 1,00 % 1,50 %, menghasilkan Sumber Energi Alternatif.. Laporan
90,3848 %; 90,2143 % dan 90,4370 % Penelitian Hibah Strategis Nasional
biodiesel. UNNES. (40-44)
2. Uji performance biodiesel dari limbah biji karet
pada mesin uji jenis DONGFENG S 1110 me- Kasmadi, Sri Wahyuni, Alauhdin. 2010. Optimasi
nunjukkan bahwa biodiesel ini cukup prospektif Performance Biodiesel dari Minyak
untuk dipilih sebagai alternatif pengganti solar. Limbah Biji Karet Sebagai Pengganti
Hal ini bila dilihat dari emisi gas buangnya Solar. Laporan Penelitian Dosen Senior
yang lebih bersih dan waktu pembakarannya UNNES. 22-2.
yang lebih lama dari solar.
3. Uji terhadap sifat-sifat fisis metil ester membe- Kusmiyati. 1999. Kinetika Pembuatan Metil Ester
rikan hasil belum semua memenuhi mutu sifat Pengganti Minyak Diesel dengan Proses
fisis biodiesel yang disyaratkan. Metano-lisis Tekanan Lebih dari 1 Atm.
Yogyakarta: Tesis diajukan kepada
DAFTAR PUSTAKA Fakultas Pasca Sarjana UGM. 1

Ardiyanti, A. R., Utomo, J., Chandra, G., dan Lusiana. W. 2007. Reaksi Metanolisis Minyak Biji
Koharudin. 2003. Pengaruh Kejenuhan Jarak Pagar Menjadi Metil Ester Sebagai
Minyak, Jenis dan Jumlah Katalis Basa Bahan Bakar Pengganti Minyak Diesel
NaOH, KOH, K2CO3, serta Jenis dan dengan Menggu-nakan Katalis KOH.
Jumlah Alkohol (Metanol dan Etanol) pada Skripsi Jur. Kimia FMIPA UNNES.
Produksi Biodiesel. Yogyakarta: Seminar
Nasional Teknik Kimia Indonesia 16-17 Ming, L. O., Ghazali, H. M., and Let, C. C.. 1999.
September 2003. 2 Use of Enzymatic Esterification Palm-
Steari-Sunflower Oil Blends in the
Azis, I.. 2005. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Preparation of Table Margarine
Jelantah dalam Reaktor Alir Tangki Formulation. Food Chemistry, 64, 83-88.
Berpengaduk dan Uji Performance
Biodiesel pada Mesin Diesel. Yogyakarta: Prakoso, T., Indra, B. K., dan Nugroho, R. H..
Tesis diajukan kepada Sekolah Pasca Esterifikasi Asam Lemak Bebas dalam
Sarjana UGM. 33-35 CPO untuk Produksi Metil Ester.
Yogyakarta: Seminar Nasional Teknik
Berchmans, Hanny Johanes and Shizuko Hirata. Kimia Indonesia 16-17 September 2003. 2
2007. Biodiesel production from crude
Jatropha curcas L. seed oil with a high Purnavita, S.. 2003. Etanolisis Minyak Sawit dengan
content of free fatty acids. Bioresource Katalisator KOH dan PenambahanUrea
Technology 99 (2008) 1716–1721 dalam Sebuah Reaktor Alir Tangki
Berpengaduk Ditinjau dari Segi Kinetika.
Darnoko, D. and Cheryan. 2000. Kinetics of Palm Yogyakarta: Tesis diajukan kepada
Oil Transesterification in a Batch Reactor. Fakultas Pasca Sarjana UGM. 1
J. Am. Oil Chem. Soc., 77, 1263-1267.
Purwono, S., Yulianto, N., dan Pasaribu, R.. 2003.
Dorado, M. P., Ballesteros, E., Mittelbach, M., Biodiesel dari Minyak Kelapa.
Lopez, F. J.. 2004. Kinetic Parameters Yogyakarta: Seminar Nasional Teknik
Affecting Alkali-Catalyzed Kimia Indonesia 16-17 September 2003. 1
Transesterification Process of Used Olive
Oil. Energy & Fuels, 18, 1457-1462.

174
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Sintesis Biodiesel dari Minyak Limbah Biji Karet …............................... (Kasmadi IS., dkk) …... : 168 – 175

Ramadhas, A. S., Mulareedharan, C., Jayaraj, S..


2005. Performance and emission Yoeswono, Johan Sibarani dan Syahrul Khairi.
evaluation of e diesel engine fueled with 2006. Pemanfaatan Abu Tandan Kosong
methyls esters of rubber seed oil. Kelapa Sawit sebagai Katalis Basa pada
Renewable Energy, 30, 1789 – 1800. Reaksi Transesterifikasi dalam Pembuatan
Biodiesel. Yogyakarta: Jurusan Kimia Fa-
Rengga, W. D. P., Priatmono, S., dan kultas MIPA Universitas Gadjah Mada. 1
Kusumaningtyas., R.D. 2005. Sintesis Alkil
Nitrat dari Minyak Sawit Sebagai Bahan Tickell, J. 2000. From the Fryer to the Fuel Tank,
Aditif Alternatif Untuk Meningkatkan Nilai 3rd ed.. Tickell Energy Consulting USA. 2
Cetane Solar. Laporan Dosen Muda.
Jurusan Kimia FMIPA Unnes. 1
Ucapan terima kasih :
Schuchardt, Ulf, Ricardo Sercheli., and Rogerio
Matheus Vargas..1998. Transesterification Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
of Vegetable Oils: aReview. J. Braz Chem
Soc., Vol.9, No.1, 199-210 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan Nasional,
Setyawardhani. 2003. Metanolisis AsamLemak dari yang telah memberikan dana penelitian
dari Minyak Kacang Tanah untuk hibah strategi nasional tahun 2009
Pembuatan Biodiesel.Yogyakarta:Tesis melalui DIPA UNNES dengan Surat
diajukan Fakultas Pasca Sarjana UGM. 1 Tugas Kepala Lembaga Penelitian
UNNES Nomor 466/H.37.3.1/PL/2009
Sofiyah. 1995. Kinetika Reaksi Etanolisis Minyak Tanggal 11 Mei 2009.
Biji Kapuk dengan Katalisator Natrium
Hidroksid dan Penambahan Garam 2. Rektor UNNES yang telah
Anorganik. Yogyakarta: Tesis diajukan memberikan dana penelitian dosen
kepada Fakultas Pasca Sarjana UGM. 1 senior tahun 2010 melalui dana DIPA
UNNES dengan SPMK Nomor:
Swern, D.. 1982. Bailey’s Industrial Oil and Fat 773/H37.3/KU/2010, tanggal 2 Mei
Products. Vol. 2, 4-ed., John Wiley and 2010
Sons, New York. 1

175
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010
Sintesis Biodiesel dari Minyak Limbah Biji Karet …............................... (Kasmadi IS., dkk) …... : 168 – 175

ULASAN BUKU :

176
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri Vol. 1 No. 2, November 2010

Anda mungkin juga menyukai