FISIKA MODERN
NIM : 4163121016
2018/2019
DAFTAR ISI
a. Identitas Buku…………………………………………………………….
b. Ringkasan Isi Buku ………………………………………………………
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………....
a. Kesimpulan………………………………………………………………
b. Saran …………………………………………………………………….
c. Daftar Pustaka……………………………………………………...........
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa Saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa . Karena atas
segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah Critical
Book Review ini untuk memenuhi tugas Pengantar Pendidikan.
Ucapan terima kasih Saya ucapkan kepada Ibu Rugaya, M.Si selaku Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Fisika Modern yang telah membantu dan membimbing Saya dalam penyelesaian
Critical Book Review ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil
apabila dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
Saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan
Makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah
pengetahuan kita bersama.
Penulis,
Tia Damayanti
(4163121016)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki tahun 2016 Perguruan Tinggi Khususnya keguruan menggunakan kurikulum baru
yaitu KKNI. Pada kurikulum ini mahasiswa baru terkususnya diberikan beberapa tugas pokok
pada stiap mata kuliah yang terdiri dari Tugas Rutin, Critical Book Report, Critical Journal
Review, Mini Research, Rekayasa Ide, dan Project. Hal ini dilakukan karena sangat baik sebagai
pegangan ataupun modal para Mahasiswa untuk kedepanya terutama pada jurusan kependidikan.
Karenanya para dosen Pendidikan memberikan 6 tugas ini kepada seluruh Mahasiswa nya.
B. Tujuan
1. Mengulas isi buku dengan materi Efek Fotolistrik.
2. Mencari dan mengetahui informasi tentang materi Efek Fotolistrik yang ada dalam buku -
buku tersebut.
C. Manfaat
1. Melatih kemampuan penulis dalam mengkritisi buku tentang materi Efek Fotolistrik.
.
BAB II
A. Identitas Buku
Buku Utama
Efek Fotolistrik
Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari permukaan
logam. Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui prosedur sebagai
berikut. Dua buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam
tabung hampa udara. Di luar tabung kedua pelat ini dihubungkan satu sama lain dengan kawat.
Mula-mula tidak ada arus yang mengalir karena kedua plat terpisah. Ketika cahaya yang sesuai
dikenakan kepada salah satu pelat, arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya
elektron-elektron yang lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara bersama-sama
membentuk arus listriHasil pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan sejumlah
fakta yang merupakan karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu adalah sebagai berikut.
1. hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi
tertentu saja) yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau menyebabkan
terjadi efek fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik pada kawat).
Frekuensi tertentu dari cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut
frekuensi ambang logam. Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap logam dan merupakan
karakteristik dari logam itu.
2. ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan
intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas dari
pelat logam (yang ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi, Efek
fotolistrik tidak terjadi untuk cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi
ambang meskipun intensitas cahaya diperbesar.
3. ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera setelah
cahaya yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada selang waktu
elektron terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.
Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori gelombang
cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya dimana cahaya tidak
dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang kontinu melainkan cahaya
sebagai partikel.
Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia melalui konsep
energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck dan terbukti sesuai untuk
menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam. Konsep energi yang terkuantisasi ini digunakan
oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang sebagai
kuantum energi yang hanya memiliki energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan sebagai
E = hf.
Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek fotolistrik
adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi yang diserap
elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke pelat logam yang lain. Hal ini
dapat dituliskan sebagai
E = W0 + Ekm
hf = hf0 + Ekm
Ekm = hf – hf0
Persamaan ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan bahwa W0 adalah
energi ambang logam atau fungsi kerja logam, f0 adalah frekuensi ambang logam, f adalah
frekuensi cahaya yang digunakan, dan Ekm adalah energi kinetik maksimum elektron yang lepas
dari logam dan bergerak ke pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan efek fotolistrik
dapat ditulis sebagai
Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan energi dalam SI
adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja logam biasanya dinyatakan
dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu diingat bahwa 1 eV = 1,6 × 10−19 J.
Potensial Penghenti
Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik dapat dihentikan
oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada rangkaian efek fotolistrik
dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik (kutub positif sumber dihubungkan dengan
pelat tempat keluarnya elektron dan kutub negatif sumber dihubungkan ke pelat yang lain),
terdapat satu nilai tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol.
Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari permukaan logam
akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan elektron berhenti terlepas dari
permukaan logam pada efek fotolistrik disebut tegangan atau potensial penghenti (stopping
potential). Jika V0 adalah potensial penghenti, maka
Ekm = eV0
Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan bahwa e adalah
muatan elektron yang besarnya 1,6 × 10−19 C dan tegangan dinyatakan dalam satuan volt (V).
Aplikasi Efek fotolistrik
Efek fotolistrik merupakan prinsip dasar dari berbagai piranti fotonik (photonic device) seperti
lampu LED (light emitting device) dan piranti detektor cahaya (photo detector).
Efek foto listrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu zat (logam), bila
permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki energi lebih besar dari energi
ambang (fungsi kerja) logam.
Efek fotolistrik ini ditemukan oleh Albert Einstein, yang menganggap bahwa cahaya (foton)
yang mengenai logam bersifat sebagai partikel.
Ek = h f - h fo
Ek maks = e Vo
Proses kebalikan foto listrik adalah proses pembentukan sinar X yaitu proses perubahan energi
kinetik elektron yang bergerak menjadi gelombang elektromagnetik (disebut juga proses
Bremmsstrahlung).
Kesimpulan:
1. Agar elektron dapat lepas dari permukaan logam maka f > fo atau < o
2. Ek maksimum elektron yang terlepas tidak tergantung pada intensitas cahaya yang
digunakan, hanya tergantung pada energi atau frekuensi cahaya. Tetapi intensitas cahaya
yang datang sebanding dengan jumlah elektron yang terlepas dari logam.
Seratus tahun lalu, Albert Einstein muda membuat karya besarnya. Tak tanggung-tanggung, ia
melahirkan tiga buah makalah ilmiah yang menjadikan dirinya ilmuwan paling berpengaruh di
abad ke-20. Tahun itu dianggap annus mirabilis atau Tahun Keajaiban Einstein. Salah satu
makalah itu adalah tentang efek fotolistrik. Oleh panitia Hadiah Nobel Fisika, makalah itu
dianugerahi Hadiah Nobel Fisika pada 1921.
Komunitas fisika dunia memperingati tahun ini sebagai Tahun Einstein. Dalam momentum
peringatan ini diharapkan muncul Einstein-Einstein abad ke-21. Sejalan dengan ide itulah panitia
akademika Olimpiade Fisika Internasional ke-36 di Salamanca, Spanyol, memunculkan problem
dari penelitian Einstein dalam fotolistrik.
Dalam ujian praktek yang berlangsung di gedung Multiusos Sanchez Paraiso, Universitas
Salamanca, Kamis (7/7) pekan lalu, para kontestan disuguhi soal bagaimana mengukur konstanta
Planck dengan cahaya dari lampu pijar.
Apa hubungan Max Planck dan Albert Einstein? Pada 1990, Max Karl Ernst Ludwig Planck
(1858-1947), ilmuwan dari Universitas Berlin, Jerman, mengemukakan hipotesisnya bahwa
cahaya dipancarkan oleh materi dalam bentuk paket-paket energi yang ia sebut quanta. Ia
memformulakannya sebagai hv. Penemuan Planck itu membuatnya mendapatkan Hadiah Nobel
Bidang Fisika pada 1918.
Gagasan ini diperluas oleh Einstein lima tahun setelah itu. Dalam makalah ilmiah tentang efek
fotolistrik, menurut Einstein, cahaya terdiri dari partikel-partikel yang kemudian disebut sebagai
foton. Ketika cahaya ditembakkan ke suatu permukaan logam, foton-fotonnya akan menumbuk
elektron-elektron pada permukaan logam tersebut sehingga elektron itu dapat lepas. Peristiwa
lepasnya elektron dari permukaan logam itu dalam fisika disebut sebagai efek fotolistrik.
Einstein menemukan bahwa setiap foton mempunyai energi yang sangat besar, bergantung pada
frekuensi. Dalam fisika, energi dari foton dituliskan sebagai E = h x f, simbol f adalah frekuensi
dan h adalah konstanta Planck. Nah, dalam soal eksperimen OFI ke-36 itu, para kontestan
diminta menghitung nilai konstanta Planck tersebut melalui percobaan.
Semua kontestan diberikan satu unit rangkaian. Komponen sistem itu terdiri atas lampu pijar
(bohlam), light dependent resistance (LDR), filter, tabung tes, cairan pewarna berwarna oranye,
baterai, dan alat ukur multimeter digital. Komponen-komponen itu harus dirangkaikan sesuai
dengan skema yang diberikan. Prosedur perangkaian alat juga disertakan.
Sebelum menghitung konstanta Planck, para kontestan harus lebih dulu menghitung hambatan
filamen (kawat pijar) bohlam, panjang gelombang yang dapat diserap oleh filter, dan sifat-sifat
LDR melalui percobaan yang cukup rumit dengan peralatan yang terbilang sederhana. Menurut
Yohanes Surya, pembina TOFI, dalam percobaan seperti ini, ketelitian, teknik penggunaan
grafik, dan penentuan eror atau kesalahan eksperimen sangat menentukan.
Efek Fotolistrik
1. Pengertian
Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya logam) ketika
dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan radiasi ultraungu)
yang berada di atas frekuensi ambang tergantung pada jenis permukaan. Istilah lama untuk efek
fotolistrik adalah efek Hertz (yang saat ini tidak digunakan lagi). Hertz mengamati dan kemudian
menunjukkan bahwa elektrode diterangi dengan sinar ultraviolet menciptakan bunga api listrik
lebih mudah.
Efek fotolistrik membutuhkan foton dengan energi dari beberapa electronvolts sampai lebih
dari 1 MeV unsur yang nomor atomnya tinggi. Studi efek fotolistrik menyebabkan langkah-
langkah penting dalam memahami sifat kuantum cahaya, elektron dan mempengaruhi
pembentukan konsep Dualitas gelombang-partikel. fenomena di mana cahaya mempengaruhi
gerakan muatan listrik termasuk efek fotokonduktif (juga dikenal sebagai fotokonduktivitas atau
photoresistivity ), efek fotovoltaik , dan efek fotoelektrokimia
a. Mekanisme Emisi
Foton dari sinar memiliki energi karakteristik yang ditentukan oleh frekuensi cahaya.
Dalam proses photoemission, jika elektron dalam beberapa bahan menyerap energi dari satu
foton dan dengan demikian memiliki lebih banyak energi daripada fungsi kerja (energi ikat
elektron) dari materi, itu dikeluarkan. Jika energi foton terlalu rendah, elektron tidak bisa keluar
dari materi.Peningkatan intensitas sinar meningkatkan jumlah foton dalam berkas cahaya, dan
dengan demikian meningkatkan jumlah elektron, tetapi tidak meningkatkan energi setiap
elektron yang dimemiliki.Energi dari elektron yang dipancarkan tidak tergantung pada intensitas
cahaya yang masuk, tetapi hanya pada energi atau frekuensi foton individual.Ini adalah interaksi
antara foton dan elektron terluar.
Elektron dapat menyerap energi dari foton ketika disinari, tetapi mereka biasanya
mengikuti prinsip "semua atau tidak" .Semua energi dari satu foton harus diserap dan digunakan
untuk membebaskan satu elektron dari atom yang mengikat, atau energi dipancarkan
kembali.Jika energi foton diserap, sebagian energi membebaskan elektron dari atom, dan sisanya
dikontribusi untuk energi kinetik elektron sebagai partikel bebas.
Tidak ada elektron yang dilepaskan oleh radiasi di bawah frekuensi ambang, karena
elektron tidak mendapatkan energi yang cukup untuk mengatasi ikatan atom.Elektron yang
dipancarkan biasanya disebut fotoelektron dalam banyak buku pelajaran.
Efek fotolistrik banyak membantu penduaan gelombang-partikel, dimana sistem fisika
(seperti foton dalam kasus ini) dapat menunjukkan kedua sifat dan kelakuan seperti-gelombang
dan seperti-partikel, sebuah konsep yang banyak digunakan oleh pencipta mekanika kuantum.
Efek fotolistrik dijelaskan secara matematis oleh Albert Einstein yang memperluas kuanta yang
dikembangkan oleh Max Planck.
Hukum emisi fotolistrik:
1. Untuk logam dan radiasi tertentu, jumlah fotoelektro yang dikeluarkan berbanding lurus dengan
intensitas cahaya yg digunakan.
2. Untuk logam tertentu, terdapat frekuensi minimum radiasi. di bawah frekuensi ini fotoelektron
tidak bisa dipancarkan.
3. Di atas frekuensi tersebut, energi kinetik yang dipancarkan fotoelektron tidak bergantung pada
intensitas cahaya, namun bergantung pada frekuensi cahaya.
4. Perbedaan waktu dari radiasi dan pemancaran fotoelektron sangat kecil, kurang dari 10-9 detik.
Dalam model tiga langkah, elektron dapat mengambil beberapa jalur melalui tiga
langkah.Semua jalan dapat mengganggu dalam arti formulasi jalan terpisahkan.Untuk negara
permukaan dan molekul model tiga langkah apakah masih masuk akal bahkan beberapa sebagai
yang paling atom memiliki elektron yang dapat menyebarkan beberapa elektron yang
meninggalkan.
Efek fotolistrik merupakan proses perubahan sifatsifat konduksi listrik di dalam material
karena pengaruh cahaya atau gelombang elektromagnetik lain. Efek ini mengakibatkan
terciptanya pasangan elektron dan hole di dalam semikonduktor, atau pancaran elektron bebas
dan ion yang tertinggal di dalam metal. Fenomena pertama dikenal sebagai efek fotolistrik
internal, sedangkan fenomena kedua disebut efek fotolistrik eksternal.
Einstein menyelesaikan paper yang menjelaskan efek ini pada tanggal 17 Maret 1905 dan
mengirimkannya ke jurnal Annalen der Physik, persis 3 hari setelah ulang tahunnya yang ke 26.
Di dalam paper tersebut Einstein untuk pertama kalinya memperkenalkan istilah kuantum (paket)
cahaya. Pada pendahuluan paper ia berargumentasi bahwa prosesproses seperti radiasi benda
hitam, fotoluminesens, dan produksi sinar katode, hanya dapat dijelaskan jika energi cahaya
tersebut tidak terdistribusi secara kontinyu.
Pada kenyataanya, inilah ikhwal lahirnya fisika modern yang menampik asumsi teor-teori
mapan saat itu. Salah satunya adalah teori Maxwell yang berhasil memadukan fenomena
kelistrikan dan kemagnetan dalam satu formula serta menyimpulkan bahwa cahaya merupakan
salah satu wujud gelombang elektromagnetik. Jelas dibutuhkan waktu cukup lama untuk
meyakinkan komunitas fisika jika cahaya memiliki sifat granular.
Dalam kenyataanya dibutuhkan hampir 11 tahun hingga seorang Robert Millikan berhasil
membuktikan hipotesis Einstein. Tidak tanggung-tanggung juga, Millikan menghabiskan waktu
10 tahun untuk pembuktian tersebut.
Pada saat itu Einstein mempublikasikan paper lain berjudul Teori Kuantum Cahaya. Di
dalam paper ini ia menjelaskan proses emisi dan absorpsi paket cahaya dalam molekul, serta
menghitung peluang emisi spontan dan emisi yang diinduksi yang selanjutnya dikenal sebagai
koefisien EinsteinA danB. Kedua koefisien ini bermanfaat dalam menjelaskan secara teoretis
penemuan laser di kemudian hari. Tujuh tahun kemudian Arthur Compton berhasil membuat
eksperimen yang membuktikan sifat kuantum cahaya tersebut dengan bantuan teori relativitas
khusus.
Ide Einstein memicu Louis de Broglie menelurkan konsep gelombang materi. Konsep ini
menyatakan benda yang bergerak dapat dianggap sebagai suatu gelombang dengan panjang
gelombang berbanding terbalik terhadap momentumnya. Sederhananya, ide de Broglie ini
merupakan kebalikan dari ide Einstein. Kedua ide ini selanjutnya membantu melahirkan
mekanika kuantum melalui persamaan Schroedinger yang menandai berakhirnya masa fisika
klasik.
PEMBAHASAN
Kelebihan :
1. Buku ini dilengkapi dengan latar belakang permasalahan yang jelas dan padat terkait
dengan permasalahan yang terdapat disetiap babnya,sehingga pembaca menjadi tau mengenai
permasalahan yang dibahas pada setiap babnya.
2. Pada buku ini penulis memberikan overview atau gambaran langsung mengenai apa saja
yang akan diterangkan pada setiap materi Efek Fotolistrik dalam buku ini,sehingga dengan
begitu pembaca langsung dapat memahami maksud dan tujuan membaca materi pada buku
tersebut.
3. Pada materi ini tidak lupa juga penulis memuat kata kunci yang penting-penting terkait
dengan materi yang ada dalam setiap materinya dalam bentuk Teks Box sehingga dengan begitu
disamping pembaca membaca mengenai teori pendukung yang lain pembaca juga dapat
memahami materi setiap babnya dari hanya membaca kata kunci dan penjelasannya dalam text
box tersebut.
Kekurangan :
1. Buku ini sangatlah bagus tetapi cakupannya materinya sangat luas jika membahas point-
point materinya, penulius belum lengkap dalam membahas materi Efek Fotolistrik sehingga ada
bagian yang kurang dalam materi ini.
2. Pada materi Efek Fotolistrik dalam buku ini juga penulis hanya berpatokan pada kekuatan
materi saja, sehingga aplikasi Efek Fotolistrik dalam pengajaran yang akan diterapkan nantinya
tersebut sulit untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
1. Setelah Saya membaca dan mencoba memahami setiap pembahasan materi yang ada di dalam
kedua buku ini, Saya dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya kedua buku ini merupakan buku
yang sangat bagus, baik dari segi materi dan pembahasannya. Buku utama yang Saya kritik
adalah Buku Fisika Modern, Penulis : Prof Dr. Mujiono lebih menekankan pembahasan yang
terbilang terstruktur dari dasar, sehingga dengan memahami konsep latar belakang masalah yang
ada didalam setiap bagian materi yang ada dalam buku utama ini pembaca sudah dapat mengerti
materinya.
2. Sedangkan pada buku pembanding Saya gunakan adalah Fisika Modern (Terjemahan)
Penulis : Kenneth Krane. Pada dasarnya buku ini juga membahas hal yang sama dan tidak
berbeda jauh dengan buku utama hanya saja buku ini kurang menekankan pendalaman materi
Pengembangan Efek Fotolistrik dari yang sederhana hingga yang kompleks.
Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan setelah Saya membaca dan memahami serta
mencoba menemukan kelebihan dan kekurangan yang terdapat di dalam kedua buku ini yaitu,
sebaiknya kedua buku ini lebih mendapat penyempurnaan dari segi panduan pembahasan materi
dan konsep dasar materinya agar baik pembaca maupun yang lain dapat lebih mudah dalam
pengerjaannya dan otomatis cepat memahami materi Efek Fotolistrik ini.
Daftar Pustaka