Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN KEGIATAN RAPAT KOORDINASI

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DAN PERSIAPAN UBKD


ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM (AKM)
Rabu, 25 November 2020

Oleh:

Mochammad Irfan Noviana, M.Pd.

SMP TARUNA BAKTI


TAHUN PELAJARAN 2020 – 2021
A. Identitas Kegiatan Pengembangan Diri
 Nama Kegiatan : Rapat Koordinasi Pengelolaan Pembelajaran dan Persiapan
UBKD AKM
 Penyelenggara : Dinas Pendidikan Kota Bandung
 Tempat : Hotel Salis, Setiabudi – Kota Bandung
 Tanggal : 25 November 2020

B. Latar Belakang
Merdeka belajar adalah kebijakan besar dalam rangka mewujudkan transformasi pengelolaan
pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan menghapus Ujian Nasional (UN) diganti
Asesmen Kompetensi. Asesmen nasional sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar.

Diterapkannya kebijakan ini merupakan penanda perubahan paradigma evaluasi pendidikan


dan peningkatan sistem evaluasi pendidikan. Tujuan utamanya mendorong perbaikan mutu
pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.

C. Tujuan Umum
1. Menyelaraskan pemahaman AKM semua SMP se-kota Bandung
2. Mempersiapkan strategi pembelajaran untuk mempersiapkan siswa menghadapi AKM
2021

D. Resume Rapat Koordinasi


 Harus ada tim khusus meliputi: KS, Wakakur, Guru, dan Proktor untuk perencanaan dan
pelaksanaan UBKD
 Tanggan 1 Desember: Simulasi Skala Besar yang diwakili oleh 5 orang siswa
 AKM terbagi menjadi dua yaitu AKM Nasional yang diselenggarakan kemendikbud
yang diikuti oleh 45 orang siswa. Yang kedua adalah AKM Kelas yang diselenggarakan
oleh sekolah untuk seluruh siswa
 AKM (Asesmen Kompetensi Minimal) dan SK (Survey Karakter) menjadi salah satu
diantara 4 kebijakan Program Merdeka Belajar Mendikbud Nadiem Makarrim tersebut.
 Kompetensi siswa yang diuji pada AKM dan SK, yaitu  kemampuan bernalar
menggunakan matematika (numerasi), menggunakan bahasa (literasi) dan penguatan
pendidikan karakter.
 pelaksanaan AKM dan SK ini akan diterapkan di tengah setiap jenjang pendidikan
seperti kelas IV, VIII dan kelas XI. Hal ini berdampak positif dimana guru akan
termotivasi untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran di kelas sejak awal.
 Guru tidak lagi terbebani oleh UN, termasuk USBN yang selama ini menentukan 
kelulusan siswa di suatu sekolah. Sebaliknya guru terfokus untuk membekali siswa
dengan berbagai kemampuan numerasi, literasi dan karakter siswa.
 Dengan berlakunya AKM dan SK, pengelola pendidikan di daerah maupun pusat akan
dapat memetakan kondisi setiap sekolah.
 Sedangkan USBN akan diganti dengan US, tidak lagi diembeli dengan kata ‘nasional’.
Ini mengandung makna, penyelenggaraan US diserahkan pada guru dan sekolah.
 Guru dan sekolah lebih tahu dengan kondisi sekolah dan karakter siswa. Oleh sebab itu
bentuk penilaian US diberikan kebebasan pada sekolah.  Boleh ujian tertulis seperti
karya ilmiah, tugas kelompok, dan lain sebagainya, untuk menilai kompetensi siswa.
 Seperti apapun sistem penilaian yang ditetapkan pemerintah, tidak terlepas dari
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran oleh guru. Otomatis strategi dan metode
mengajar juga berorientasi pada sistem penilaian yang ditetapkan oleh pemerintah.
 Namun yang pasti, kebijakan pemberlakuan AKM dan SK serta US sebagai pengganti
UN dan USBN juga memerlukan sosialisasi kepada guru sebagai ujung tombak
pelaksana pendidikan di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai