Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ANALISA MATERI

Asesmen Nasional (AN) merupakan program pemerintah untuk menilai kualitas


(mutu) setiap lembaga pendidikan formal setara SD, SMP dan SMA.Kualitas dinilai
dari hasil belajar peserta didik yang paling dasar. Untuk klasifikasi tersebut digunakan
instrument yaitu asesmen kompetensi minimum, survei karakter dan survei lingkungan
belajar. AN dirancang untuk memperbaiki kualitas dalam hal pembelajaran dengan
tujuan meningkatkan hasil belajar peserta didik dan menghasilkan informasi yang
akurat. Deskripsi pengetahuan calon guru terhadap aspek yang dinilai dalam asesmen
nasional sebagai pengganti ujian nasional. Ujian Nasional (UN) merupakan sistem
evaluasi ketercapaian standar pendidikan secara nasional. Pada akhir tahun 2019, UN
resmi dihapuskan dan pada tahun 2021 UN akan diganti dengan AN.
Kebijakan merdeka belajar yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Nadiem, terdiri atas empat poin. Pertama, Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)
ditiadakan, program ini dikembalikan kepada kebijakan sekolah. Kedua, Ujian Nasional
(UN) diganti dengan Assesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan survei karakter.
Ketiga, Tiga belas komponen yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) diganti menjadi 3 komponen. Keempat, Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) yang berorientasi pada proporsional.
Seiring perkembangan zaman, kemerdekaan belajar ini menjadi suatu hal yang
menarik dikaitkan dengan teknologi dan kecakapan abad XXI.Era globalisasi,
perkembangan teknologi yang pesat serta kebutuhan terhadap profesi menuntut
permintaan keterampilan yang lebih tinggi dan berbeda.Peserta didik dihadapkan pada
kompetensi dimana mereka memiliki kemampuan berpikir kritis/memecahkan masalah,
kreatif, mampu berkomunikasi dan mampu berkolaborasi. Asesmen kompetensi
minimum yang akan ditetapkan oleh pemerintah selayaknya menjadi bagian dari target
pemerintah dalam menyiapkan peserta didik menyongsong abad XXI dengan berbagai
kecakapan yang harus dicapai. Kecakapan tersebut termuat dalam empat kompetensi
yang disingkat dengan 4C, yaitu critical thinking and problem solving (peserta didik
mampu berpikir kritis dan mampu menyelesaikan permasalahan), creativity (peserta
didik memiliki kreativitas), communication skills (peserta didik memiliki kemampuan
berkomunikasi), dan ability to work collaboratively (peserta didik dapat bekerja secara
bersama-sama). Selain itu, peserta didik dituntut untuk dapat membangun pemahaman,
dapat bekerja sama, dapat memecahkan masalah, dapat bekerja dengan memanfaatkan
ICT (Information and Communication Technology) dan dapat membangun kreativitas.
Pada pendidikan formal, (Nichols, 2019) mengemukakan 4 Essential Rules of 21st
Century Learning/Prinsip Pokok Pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan
abad XXI peserta didik, yakni: 1) Instruction should be student-centered (prinsip
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik), 2) Education should be collaborative
(prinsip pembelajaran yang menuntut untuk dapat berkolaborasi), 3) Learning should
have context (prinsip pembelajaran hendaknya sesuai dengan kehidupan sehari-hari), 4)
Schools should be integrated with society (prinsip sekolah yang terintegrasi dengan
masyarakat). Assesmen Kompetensi Minimum diharapkan dapat mewujudkan
keterampilan atau kecakapan hidup abad XXI.
Selain itu, Rancangan Assesmen Kompetensi Minimum (AKM)Numerasi yang
akan dibuat oleh pemerintah sudah selayaknya mengacu kepada Permendiknas No. 21
Tahun 2016. Rancangan AKM tersebut hendaknya memenuhi proses kognitif yang
sudah ditetapkan dan diproseskan selama ini yaitu jika rancangan tersebut dalam upaya
mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki peserta didik, maka rancangan
tersebut dapat memuat kegiatankegiatan yang mengakomodir beberapa proses kegiatan.
Proses tersebut adalah kegiatan yang menyediakan peserta didik untuk mencapai ranah
mengetahui, kemudian peserta didik dapat mengembangkan kognitifnya hingga
mencapai ranah pemahaman, selanjutnya memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan
pengetahuan yang dimilikinya hingga mampu melakukan proses analisis dan membuat
evaluasi dari hasil karyanya, bahkan ditantang untuk dapat mencapai level mencipta.
Berdasarkan uraian di atas, Permendiknas No. 21 Tahun 2016 sudah mengamanatkan
secara tersirat bahwa rancangan AKM Numerasi hendaknya memuat konten yang sudah
ditetapkan dan diproses dalam pembelajaran di sekolah. Secara umum, konten untuk
semua tingkat pendidikan adalah materi bilangan, materi aljabar, geometri, statistika
dan peluang. Dan pada kenyataannya, konten ini sesuai dengan rencana rancangan
AKM yang akan dibuat oleh pemerintah.
Di sisi lain, sebagian besar pelaku pendidikan baik kepala sekolah,guru, dan
peserta didik, maupun orangtua masih belum memahami fungsi dan jenis asesmen
nasional yang sesungguhnya. Karena dianggap menggantikan UN, asesmen nasional
dianggap masih sama dilakukan pada tingkat akhir yaitu kelas 6 untuk tingkat SD/MI,
kelas 9 untuk tingkat SMP/MTs, dan kelas 12 untuk tingkat SMA/MA/SMK. Selain itu,
asesmen nasional tidak menggunakan pembedaan mata pelajaran seperti halnya Ujian
Nasional. Maka dari segi persiapan, para peluka asesmen nasional baik dari peserta
didik maupun pendidik memerlukan adapdasi besar terhadap sistem baru yang
diberlakukan.Kemudian, dilihat dari sisi teknologi, maka ada kecenderungan untuk
bekerja keras dalam menguasai IT bagi peserta didik maupun pendidik yang
sebelumnya tidak terbiasa dengan jejaring teknologi.
Kelengkapan sarana prasanapun perlu diperhatikan secara khusus agar tidak
menjadi kendala dalam proses asesmen berlangsung. Penerapan asesmen nasional
membutuhkan dukungan dari satuan pendidikan terkait, agar peserta didik melakukan
banyak persiapan untuk menghadapi asesmen nasional. Hal ini disebabkan karena
penilaian mutu sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan
menengah dinilai berdasarkan hasil peserta didik dalam menyelesaikan asesmen
nasional (literasi, numerasi, dan karakter). Hasil penilaian tersebut dapat digunakan
untuk melakukan evaluasi terhadap input, proses, dan kualitas belajar-mengajar di kelas.
Hasil asesmen nasional tidak menentukan kelulusan peserta didik karena tidak memuat
skor atau nilai peserta didik. Kelulusan peserta didik merupakan kewenangan dari
pendidik dan satuan pendidikan.
Peningkatan sistem evaluasi pendidikan adalah bagian dari kebijakan Merdeka
Belajar yang juga didukung penuh oleh Presiden Joko Widodo. Tujuan utamanya adalah
mendorong perbaikan mutu pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Untuk itu,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengundang para pemangku
kepentingan untuk memberikan masukan terhadap rencana penerapan Asesmen
Nasional pada 2021. Asesmen Nasional tidak hanya dirancang sebagai pengganti Ujian
Nasional dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional, tetapi juga sebagai penanda
perubahan paradigma tentang evaluasi pendidikan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim
mengatakan perubahan mendasar pada Asesmen Nasional adalah tidak lagi
mengevaluasi capaian peserta didik secara individu, akan tetapi mengevaluasi dan
memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil. “Potret layanan dan
kinerja setiap sekolah dari hasil Asesmen Nasional ini kemudian menjadi cermin untuk
kita bersama-sama melakukan refleksi mempercepat perbaikan mutu pendidikan
Indonesia,” ucap Mendikbud saat Webinar Koordinasi Asesmen Nasional di Jakarta
yang dihadiri oleh jajaran Dinas Pendidikan dari seluruh Indonesia, dan perwakilan
Kementerian Agama, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), serta Balai
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (BP PAUD) pada Selasa (06/10/2020).
Asesmen Nasional 2021 adalah pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah,
madrasah, dan program keseteraan jenjang sekolah dasar dan menengah. Asesmen
Nasional terdiri dari tiga bagian, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei
Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
Mendikbud melanjutkan, AKM dirancang untuk mengukur capaian peserta didik
dari hasil belajar kognitif yaitu literasi dan numerasi. Kedua aspek kompetensi
minimum ini, menjadi syarat bagi peserta didik untuk berkontribusi di dalam
masyarakat, terlepas dari bidang kerja dan karier yang ingin mereka tekuni di masa
depan. “Fokus pada kemampuan literasi dan numerasi tidak kemudian mengecilkan arti
penting mata pelajaran karena justru membantu murid mempelajari bidang ilmu lain
terutama untuk berpikir dan mencerna informasi dalam bentuk tertulis dan dalam bantuk
angka atau secara kuantitatif,” jelas Mendikbud.
Bagian kedua dari Asesmen Nasional adalah survei karakter yang dirancang untuk
mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar sosial-emosional berupa pilar karakter
untuk mencetak Profil Pelajar Pancasila. “Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME
serta berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar
kritis, dan kreatif,” tutur Mendikbud.
Bagian ketiga dari Asesmen Nasional adalah survei lingkungan belajar untuk
mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan
sekolah. Asesmen Nasional pada tahun 2021 dilakukan sebagai pemetaan dasar
(baseline) dari kualitas pendidikan yang nyata di lapangan, sehingga tidak ada
konsekuensi bagi sekolah dan murid. “Hasil Asesmen Nasional tidak ada
konsekuensinya buat sekolah, hanya pemetaan agar tahu kondisi sebenarnya,” kata
Mendikbud. Kemendikbud juga akan membantu sekolah dan dinas pendidikan dengan
cara menyediakan laporan hasil asesmen yang menjelaskan profil kekuatan dan area
perbaikan tiap sekolah dan daerah. “Sangat penting dipahami terutama oleh guru, kepala
sekolah, murid, dan orang tua bahwa Asesmen Nasional untuk tahun 2021 tidak
memerlukan persiapan-persiapan khusus maupun tambahan yang justru akan menjadi
beban psikologis tersendiri. Tidak usah cemas, tidak perlu bimbel khusus demi
Asesmen Nasional,” kata Mendikbud.
Senada dengan Mendikbud, anggota Badan Standar Nasional Pendididikan (BSNP),
periode 2019 – 2023, Doni Koesoema mengatakan Asesmen Nasional ini menjadi salah
satu alternatif transformasi pendidikan di tingkat sekolah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, pengajaran, dan lingkungan belajar di satuan pendidikan. “Melalui
asesmen yang lebih berfokus, diharapkan perbaikan kualitas, layanan pendidikan bisa
semakin efektif. Dengan demikian Kepala Dinas harus memastikan pelaksanaan
Asesmen Nasional di daerah dengan memperhatikan kesiapan sarana prasarana dan
keselamatan peserta didik bila pandemi COVID-19 di daerahnya belum teratasi dengan
baik” ujar Doni. Untuk itu, Pemerintah mengajak semua para pemangku kepentingan
untuk bersiap dalam mendukung pelaksanaan Asesmen Nasional mulai tahun 2021
sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai